Anda di halaman 1dari 12

NAMA : ALYA ATINA

NIM : 43219010038

ANALISIS KONSEP KEBIJAKAN DEVIDEN


ABSTRAK
Analisis konsep struktur modal dengan memahami konsep kebijakan deviden, macam-macam
deviden dan kebijakan devidan serta factor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden,
mengetahui teori kebijakan deviden serta aspek dalam kebijakan deviden.

PENDAHULUAN
Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan jumlah lembar
yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-
kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya. Dividen akan
diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk
membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggaplayak bagi perusahaan untuk
mengumumkan dividen. Dividen merupakan hak pemegang saham ( common stock ) , untuk
mendapatkan bagian darikeuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi
keuntungan dalam bentuk dividen semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama.
Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan dari pembagian
dividen pemegang saham biasa. Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah
pendapatan yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan
sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham. Dalam pembagian
dividen ada istilah yaitu kebijakan dividen. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk
membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikann kembali di dalam perushaan.
Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah keijakan yang menciptakan
kesimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga
memaksimumkan harga saham.

LITERATUR TEORI
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau
akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.

PEMBAHASAN
PENGERTIAN KEBIJAKAN DEVIDEN
Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus Sartono (2008:281) menyatakan
bahwa :
“ Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi dimasa datang ” .

Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan bahwa :


“ Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan
tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ” .

Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut I Made Sudana (2011:167) menyatakan


bahwa:
“Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya
berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang
dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan”.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang
paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan
aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf saham atau (equity inventors).

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi
laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financial.
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan
pembentukan dana intern akan semakin besar.
Macam-Macam Deviden
Berdasarkan bentuk deviden yang dibayarkan, deviden dapat dibedakan atas dua jenis yaitu;
deviden tunai (cash dividend) dan deviden saham (stock devidend). Deviden tunai merupakan
deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Deviden saham merupakan deviden yang
dibagikan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Nilai suatu deviden tunai tentunya
sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu deviden saham dapat dihitung
dengan rumus harga wajar deviden saham dibagi dengan rasio deviden saham. Berdasarkan
periode satu tahun buku maka deviden dapat dibagi atas dua jenis yaitu; deviden interm dan
deviden final. Deviden interm merupakan deviden yang dibayarkan oleh perseroan antara satu
tahun buku dengan tahun buku berikutnya atau antara deviden final satu dengan deviden final
berikutnya. Di Indonesia pada umumnya deviden interm hanya dibayarkan satu kali dalam
setahun. Deviden final merupakan deviden hasil pertimbangan setelah penutupan buku
perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun buku
berikutnya. Deviden final ini juga memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya
dengan deviden interm yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen


Menurut Bambang Riyanto (2008:267), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Posisi Likuiditas Perusahaan
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham.
2. Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba
ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk
keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau
earning yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus
menetapkan dividen payout ratio yang rendah.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk
waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih
senang untuk menahan earningnya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya.
4. Pengawasan terhadap Perusahaan
Pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan “control” terhadap
perusahaan, berati mengurangi “dividen payout ratio”nya.

Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden (Sartono, 2001) :


1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan factor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden yang akan diambil. Aliran kas
perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan,
kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih
banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam
analisis kebijakan deviden.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan deviden.
Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar deviden.
3. Kemampuan meminjam
Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas
likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan
perusahaan untuk bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang
semakin besar dan establish akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal.
Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar
kemampuan membayar deviden.
4. Keadaan pemegang saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya
mengetahui deviden yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan
tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax (pajak yang
lebih tinggi) dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat
mempertahankan dividend payout yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah
tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan
investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya
dapat menilai deviden yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Stabilitas deviden
Bagi para investor faktor stabilitas deviden akan lebih menarik daripada dividend payout
ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan
perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Bagi investor pembayaran
dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan
demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan
dengan perusahaan yang membayar deviden tidak stabil.

MACAM – MACAM KEBIJAKAN DEVIDEN


Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut
Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang
dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :

1    Kebijakan dividen yang stabil


Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per
lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun
pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.

2   Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya.
Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas
jumlah minimal tersebut.
3    Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan
Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout ratioyang konstan.
Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan
misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap
tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh
setiap tahunnya.
4   Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang
besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari
perusahaan yang bersangkutan.

TEORI KEBIJAKAN DEVIDEN


Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang deviden diantaranya
yaitu:
1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan deviden)
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. MM menyimpulkan bahwa nilai
perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh kebijakan deviden. Keuntungan yang diperoleh atas
kenaikan harga saham akibat pembayaran deviden akan diimbangi dengan penurunan harga
saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat
menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran deviden atau menerimanya
dalam bentuk capital gain. Kemakmuran   pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi oleh
kebijakan deviden saat ini maupun dimasa datang.
2. The Bird in The Hand Theory
Gordon dan Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh
pendapatan berupa pembayaran deviden daripada menunggu capital gain. Sementara itu MM
berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah
menerima deviden saat ini atau menerima capital gain dimasa datang. Gordon dan Lintner
beranggapan bahwa para investor memandang satu burung ditangan lebih berharga daripada
seribu burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor
berkeinginan untuk menginvestasikan kembali deviden mereka diperusahaan yang sama atau
sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka
dimasa datang bukannya ditentukan oleh kebijakan deviden, tetapi ditentukan oleh tingkat
resiko investasi baru.
3. Tax Preference Theory
Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk
pembiayaan investasi daripada deviden dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan
sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan   membagikan deviden.
Karena deviden cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka
investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividendyield
yang tinggi.
4. Devidend Relevance Theory (Relevan deviden)
Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi oleh
kebijakan deviden.

BEBERAPA ASPEK DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN

 DEVIDEN SAHAM (STOCK DIVIDEND)          


Dengan dilakukannya stock dividend, maka tidak terjadi cash outflows, tetapi hanya transaksi
pembukuan guna memindahkan sejumlah uang dari perkiraan laba yang ditahan kepada
perkiraan modal saham biasa yang disetor. Stock dividend adalah pembayaran tambahan
saham kepada para pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal
perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham, tetap tidak berubah.    
                 
Contoh:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:   
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 000 000 lembar) Rp 3 000 000 000 Capital surplus 1 500 000
000 Laba ditahan 7 500 000 000 Modal sendiri 12 000 000 000 Perusahaan menentukan stock
dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp 4.000,- Bagaimanakah komposisi modal sendiri
setelah stock dividend?            

Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000
lembar.
Stock deviden = 300 000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba ditahan ke saham
biasa dan capital surplus.            

Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300000 lbr x Rp 1000 = Rp 300.000.000, ditransfer ke
modal saham biasa, sisanya Rp 1 200 000 000,- – Rp 300 000 000,- = Rp 900 000 000,-
dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah. Setelah stock
dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :     
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300 000 lembar) Rp 3 300 000 000         
Capital surplus 2 400 000 000            
Laba ditahan 6 300 000 000   
Modal sendiri 12 000 000 000            

Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham (EPS) akan
menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham
yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan
totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga saham
sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.    
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba  dan
resiko      perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut      tidak
bisadimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan
pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock
dividend. Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena
mereka memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.        

 PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)           


Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil.
Pemecahan saham lama ini menjadi beberapa saham baru, akan menyebabkan jumlah saham
yang beredar bertambah. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham
dalam trading range tertentu.           

Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi modal sendiri   
perusahaan adalah sebagai berikut:     
Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta       
Capital surplus Rp 1.500 juta  
Laba ditahan Rp 7.500 juta    Modal sendiri Rp12.000 juta  
Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:            
Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta    
Capital surplus Rp 1.500 juta  
Laba ditahan Rp 7.500 juta    Modal sendiri Rp12.000 juta  
Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ X Rp 5 000 = Rp 2500 per lembar. Investor
yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya
menjadi 2 X 100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan.
Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya
dari stock split.

Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:  
1. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.     
2. Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.      
3. Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya          
komposisinya saja yang berubah.

 Trading Range Theory


Memberikan penjelasan bahwa stock split meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
Menurut teori ini, manajemen menilai harga saham terlalu tinggi sehingga kurang menarik
diperdagangkan. Manajemen berupaya untuk menata  kembali harga saham pada rentang
harga tertentu yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini diharapkan semakin
banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Dengan adanya stock split,
harga saham akan turun sehingga akan banyak investor yang mampu bertransaksi. Trading
Range Theory atau Liquidity Hypotheses menyatakan bahwa manajemen melakukan stock
split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan
melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal. Di mana selanjutnya
nilai nominal saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham. Tujuan dari
pemecahan nilai nominal saham adalah untuk meningkatkan daya beli investor sehingga
akan tetap banyak pelaku pasar modal yang mau memperjualbelikan saham yang
bersangkutan. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham. Likuidity
hypothesis, yaitu dengan pemecahan saham maka harga saham akan lebih rendah, sehingga
lebih banyak investor individual terdorong untuk membeli saham dan diharapkan likuiditas
saham tersebut meningkat.
 Signaling Theory
Menyatakan bahwa perusahaan yang melaksanakan kebijakan stock split adalah
perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan cukup baik. Pengumuman stock split juga
mmerupakan sinyal bahwa earing dan cash deviden akan meningkat. Peningkatan earing
dan cash deviden merupakan gambaran prospek perusahaan yang baik. Stock split
memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga perusahaan yang memiliki kinerja yang baik
saja, yang dapat melakukan stock split.

 PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (REPURCHASE OF STOCK)     


Sebagai akternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan dapat mendistribusikan
pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan
(repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury
Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan
berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative
terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang akan, meningkatkan harga
pasar saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan memberikan capital gains sebagai ganti
deviden kepada para pemegang sahamnya.
Contoh:
PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi
produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba
sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah
sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer
keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa yang
dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar
saham. Berdasarkan data tersebut,
carilah:
a. laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham       
b. laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham         
c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E     
Ratio konstan.

Jawab:
EAT = 550 juta           Payout Ratio 50%     
Outstanding share = 1,1 juta 
P saham = Rp 2500 / lembar 
P treasury stock = Rp 2750 / lembar 

a. Sebelum kebijakan pembelian saham:       


EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar      
Price <- PER = 2500 / 500 = 5          
EPS

b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:       


EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta = Rp.275,- juta                   
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 ribu lembar       
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar      

c. P saham = PER X EPS =  


= 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-

Keuntungan stock repurchase bagi pemegang saham :


1. Stock repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada
umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham “
undervalued “.
2. Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock
repuchase ada kemungkinan harga saham naik.

Kerugian bagi pemegang saham :


1. Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga
merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
2. Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor
menyukai dividen.
Keuntungan bagi perusahaan :
1. Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa
mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil ( pada masa sulit
atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat memberi petanda negatif. Stoc
repuchase merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penhasilan yang
diatas normal ( extraordinary earnings ) kepada pemegang saham.
2. Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil – alihan
perusahaan ( yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak –b
anyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase dapat
menggalkan usaha ini.
3. Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan rasio
hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang
beredar.
4. Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan
membutuhkan tambahan dana.
Kerugian bagi perusahaan adalah :
1. Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa stock
repuchase merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai
proyek – proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar – benar tidak
memiliki kesempatan investasi yug baik, ia memang sebaiknya mendistribusikan dana
kembali kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris yang mendukung alasan
ini.
2. Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan meningkat
sehingga dapat menurunkan harga saham.
Jika harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai, pada pasar yang
sempurna ( dimana tidak ada pajak , biaya komisi untuk jual – beli saham dan efek sinyal dari
pemberian dividen ), investor akan indifferent terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang tidak
sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap salah satu dari ke 2 alternatif
tersebut.
Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :
1. Saham dapat dibeli pada pasar terbuka ( open market )
2. Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam
jumlah tertentu dan harga tertentu ( pendekatan tender offer )
Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang saham
besar ( pendekatan negotiated basis )

KESIMPULAN
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau
akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan
dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap
perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar
modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden
(irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam
kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan
jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan
penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil

DAFTAR PUSTAKA
 Gandhy, Fardinal, (2019). Analysis of Financial Ratio to Predict Financial Distress
Conditions (Empirical Study on Manufacturing Companies listed on the Indonesia
Stock Exchange for 2014-2017). International Journal of Business and Management
Invention (IJBMI), 8(6), 27-34.

 Hanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M., (2020). The Effect of Level of Education,
Accounting Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality The
Quality of MSME ’ s Financial Reports. The 1st Annual Conference Economics, Business,
and Social Sciences, 1(3). https://doi.org/10.4108/eai.3-2-2020.163573

 Herliansyah, Y., Nugroho, L., Ardilla, D., & Putra, Y. M., (2020). The Determinants of
Micro, Small and Medium Entrepreneur (MSME) Become Customer of Islamic Banks
(Religion, Religiosity, and Location of Islamic Banks ). The 1st Annual Conference
Economics, Business, and Social Sciences (ACEBISS) 2019, 1, (2).
https://doi.org/10.4108/eai.26-3-2019.2290775.

 Putra, Y. M., (2017). Analisis Konsep Kebijakan Deviden. Modul Kuliah Manajemen


Keuangan. FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta

 http://widmkl.blogspot.com/2014/06/kebijakan-dividen-dividen-policy.html

 http://mkunusaku.blogspot.com/2016/04/kebijakan-deviden-bab-iii.html

Anda mungkin juga menyukai