0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut merupakan panduan praktik klinik yang membahas tentang:
1. Tata laksana fraktur tulang rahang dan tulang pipi menggunakan teknik bedah terbuka dan pengaturan tulang serta alat bantu seperti plat dan kawat
2. Diagnosis dan penatalaksanaan sumbatan saluran napas atas yang dapat disebabkan oleh tumor, benda asing atau infeksi
3. Diagnosis dan penatalaksanaan karsinoma nasofaring yang merup
Dokumen tersebut merupakan panduan praktik klinik yang membahas tentang:
1. Tata laksana fraktur tulang rahang dan tulang pipi menggunakan teknik bedah terbuka dan pengaturan tulang serta alat bantu seperti plat dan kawat
2. Diagnosis dan penatalaksanaan sumbatan saluran napas atas yang dapat disebabkan oleh tumor, benda asing atau infeksi
3. Diagnosis dan penatalaksanaan karsinoma nasofaring yang merup
Dokumen tersebut merupakan panduan praktik klinik yang membahas tentang:
1. Tata laksana fraktur tulang rahang dan tulang pipi menggunakan teknik bedah terbuka dan pengaturan tulang serta alat bantu seperti plat dan kawat
2. Diagnosis dan penatalaksanaan sumbatan saluran napas atas yang dapat disebabkan oleh tumor, benda asing atau infeksi
3. Diagnosis dan penatalaksanaan karsinoma nasofaring yang merup
darah (bila perlu)2.Operatif Reduksi atau repair fraktur maksiladengan
metode Open Reduction Internal Fixation (ORIF): open reduction of malar and zygomatic fracture (ICD 9CM: 76.72), open reduction of maxillary fracture (ICD 9CM: 76.73), open reduction of mandibular fracture (ICD 9CM: 76.76), other open reduction of facial fracture (ICD 9CM: 76.79). Dapat berupa :•LeFort I : Fiksasi interdental dan intermaksilar selama 4 –6 minggu•LeFort II: Seperti LeFort I disertai fiksasi dari sutura zigomatikum atau rim orbita•LeFort III: Reduksi terbuka dengan fiksasi interdental dan intermaksilar,suspensi dari sutura zigomatikum dan pemasangan kawat dari rim orbita.Dapat digunakan mini/microplateuntuk mobilisasi segmen fraktur sebagai pengganti kawat.Bila dengan teknik diatas tidak didapatkan fiksasi yang adekuat, digunakan alat fiksasi eksterna untuk membuat traksi lateral atau anterior.Pemasangan arch bar/MMF/splint bila terdapat displacementgigi, fraktur alveolar atau maloklusiEDUKASI•Penjelasan tentang rencana pengobatan dan operasi•Penjelasan penyakit utama dan tatalaksana selanjutnyaPROGNOSISQuo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad sanationam : dubia ad bonamQuo ad fungsionam : dubia ad bonamPENELAAH KRITISKELOMPOK STUDI PLASTIK REKONSTRUKSI PERHATI-‐KLDAFTAR RUJUKAN1.Stack Jr BC. Ruggiero FP. Midface Fracture. In: Johnson JT, Rosen CA eds. Bailey’s Head and Neck Surgery-‐Otolaryngology Vol 1. Lippincot Williams and Wilkins. Philadelphia. 2014:1209-‐24.2.Doerr TD, Mathog RH. Le Fort Fractures (Maxillary fractures). In: Papel ID, Frodel JL eds. Facial Plastic and Reconstructive Surgery. Thieme. New York. 2008: 991-‐1000.3.Loyo M, Boahene KDO. Maxillary and Mandibular. In : Sclafani AP. Sataloff’s Comprehensive Textbook Of Otolaryngology Head and Neck Surgery Vol. 3. Jaypee. New Delhi. 2016: 947-‐961.4.Banks P, Brown A. Fractures of the facial skeleton. Wright; 2001 Panduan Praktik Klinik PP PERHATI-‐KL125.International Classification of Diseases 10thRevision (ICD 10). World Health Organization6.International Classification of Diseases 9thRevision Clinical Modification (ICD 9CM). World Health Organization Panduan Praktik Klinik PP PERHATI-‐KL13NAMA PENYAKITSUMBATAN JALAN NAPAS ATASAcute Respiratory Failure (ICD 10: J96.0)DEFINISIKondisi terbuntunya jalan napas atas baik sebagian/parsial maupun keseluruhan/totalyang menyebabkan terjadinya gangguan ventilasi. Etiologi sumbatan ini adalah tertutupnya jalan napas atas yang dapat disebabkan oleh tumor, benda asing atau infeksi terutama di daerah orafaring dan laring.ANAMNESIS1.Gejala utama :•Sesak napas•Bunyi saat bernafas seperti orang ngorok2.Gejala tambahan:•Gelisah•Batuk•Serak•Sulit komunikasi•Sulit menelan makanan•Gangguan kesadaran3.Gejala, faktor risiko, jika ada:•Anak lebih mudah terjadi obstruksi karenaedema laring•Alkohol•Rokok•Infeksi gigiPEMERIKSAAN FISIK1.Frekuensi nafas meningkat2.Stridor3.Retraksi supraklavikula, epigastrial dan intercostal 4.Nafas cuping hidung (pada anak)5.Laringoskopi : celahglotis sempit/tertutup6.Stadium obstruksi ditentukan berdasarkan kriteria Jackson, yang terdiri dari: •Stadium I : tenang, stridor, retraksi suprasternal•Stadium II: mulai gelisah, stridor jelas, retraksi suprasternal dan epigastrium•Stadium III : sangat gelisah (air hunger), stridor keras, retraksi suprasternal, epigastrium dan intercostal Panduan Praktik Klinik PP PERHATI-‐KL14•Stadium IV: lemas, penurunan kesadaran, stridor melemah, retraksi suprasternal, epigastrium dan intercostalPEMERIKSAAN PENUNJANG1.Radiologi (untuk kasus non emergency): •Rontgen leher AP dan lateral (jaringan lunak)•Tomografi komputerkepala & leher (dengan dan tanpa kontras)2.Pemeriksaan Darah :•Analisa gas darahKRITERIA DIAGNOSIS1.Sesuai dengan kriteria anamnesis2. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisikDIAGNOSIS KERJASUMBATAN JALAN NAPAS ATAS(stadium sesuai kriteria Jackson)Acute Respiratory Failure (ICD 10: J96.0)DIAGNOSIS BANDINGGangguan saluran nafas bawah/paruTERAPI1.Non Pembedahan –Medikamentosa: •Oksigenisasi•Antibiotik jika penyebab utama infeksi•Kortikosteroid2.Pembedahan •Intubasiendotrakea (ICD 9CM: 96.04)•Krikotiroidotomi (ICD 9CM: 31.9)•Transient tracheeostomy (ICD 9 CM : 31.1)EDUKASI•Penjelasan tentang rencana pengobatan dan operasi•Penjelasan penyakit utama dan tatalaksana selanjutnyaPROGNOSISQuo ad vitam :dubia Quo ad sanationam : dubia Quo ad fungsionam : dubia PENELAAH KRITISKELOMPOK STUDILARING FARING PERHATI-‐KLDAFTAR RUJUKAN1.Myers EN. Tracheostomy. In: EN Myers, ed. Operative Otolaryngology Head and Neck Surgery vol. 1. WB Saunders. Philadelphia. 2014, pp. 293-‐305 Panduan Praktik Klinik PP PERHATI-‐KL152.Goldsmith AJ, Wynn R. Upper airway obstruction. In: Lucente FE, Har-‐el.eds. Essential of otolaryngology 5thed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia, 2004; 257-‐61.3.Burkey BB. Airway Control and Laryngotracheal Stenosis in Adults. In : JJ Ballenger, ed. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 17thEd. Lea & Febiger. Philadelphia. 2009, pp. 903-‐124.Kost KM. Tracheotomy & Intubation. In: BJ Bailey, et al., eds. Head and Neck Surgery – Otolaryngology.Vol 2. 5thEd. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins. 2014, pp. 908-‐9445.Yu KCY. Airway Management & Tracheotomy. In : AK Lalwani, ed. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology –Head and Neck Surgery. International Edition. McGraw-‐Hill, Boston, 2012. pp. 536-‐ 426.Woodson G. The Larynx. In: KJ Lee, ed. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery, 10thEd. McGraw-‐Hill, New York. 2012, pp. 529-‐ 567.Bhatti, NI. Surgical Management of the Difficult Adult Airway. In : Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia.2010.pp 122-‐298.International Classification of Diseases 10thRevision (ICD 10). World Health Organization9.International Classification of Diseases 9thRevision Clinical Modification (ICD 9CM). World Health Organization Panduan Praktik Klinik PP PERHATI-‐KL16NAMA PENYAKITKARSINOMA NASOFARINGSuperior wall of nasopharynx (ICD 10: C11.0)Posterior wall of nasopharynx (ICD10: C11.1)Lateral wall of nasopharynx (ICD10: C11.2)Anterior wall of nasopharynx (ICD10: C11.3)Overlapping lesion of nasopharynx (ICD10: C11.8)DEFINISIKarsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel nasofaring. Tumor ini bermula dari dinding lateral nasofaring (fossa Rosenmuller) dan dapat menyebar kedalam atau keluar nasofaring menuju dinding lateral, posterosuperior, dasar tengkorak, palatum, kavum nasi, dan orofaring serta metastasis ke kelenjar limfe leher.ANAMNESIS•Benjolan di leher yang semakin membesar•Lamanya benjolan•Hidung tersumbat•Riwayat mimisan•Gangguan pendengaran•Telinga terasa tersumbat•Penglihatan ganda•Sakit kepala •Penurunan berat badan•Riwayat kemoradiasi•Riwayat mengkonsumsi ikan asin/makanan yang diawetkan•Riwayat merokok, minum alkohol•Riwayat keluarga yang mempunyai tumor ganasPEMERIKSAAN FISIKa.Benjolan di leher/ Neck mass (ICD10: C76.0) sebanyak 43% kasus metastasis ke kelenjar getah bening leher, di bawah angulus mandibula (Level IIb) dan atau di level III KGB jugularis superior), di bawah lobulus daun telinga 36% unilateral, 6% bilateral.b.Gejala Hidung (ICD10: C30.0) sebanyak 30%, berupa sekret bercampur darah (blood stained discharge), sumbatan hidung unilateral dan bilateral serta epistaksis.c.Gejala Telinga(ICD10: C72.4) sebanyak 17%, berupa, tuli konduktif unilateral, tinitus, otalgia, dan otore.d.Gejala lain(ICD10: C72.5) akibat kelumpuhan atau terkenanya saraf kranial sebanyak 10% berupa, sakit kepala hebat, diplopia, parastesia wajah, kelumpuhan otot fasial, serak, disfagia, kelumpuhan otot lidah, kelemahan otot bahu, trismus, Panduan Praktik Klinik PP PERHATI-‐KL17vertigo, kebutaanPEMERIKSAAN PENUNJANG1.Tomografi komputer/pencitraan magnetik resonansi, untuk mengetahui besar tumor, perluasan tumor, destruksi tumor2.Foto toraks posisi AP, menilai ada/tidak metastasis jauh ke Paru3.USG abdomen, menilai ada/tidaknya metastasis jauh ke hati4.Bone Scan, menilai ada/tidaknya metastasis jauh ke tulang 5.Serologi Virus Eptein Barr 6.Pemeriksaan laboratorium:•Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan hemostasis•Pemeriksaan fungsi ginjal dan fungsi hati•Pemeriksaan elektrolit7.Pemeriksaan patologi anatomi melaluinasofaringoskopi dan biopsi nasofaringKRITERIA DIAGNOSISDitemukannya karsinoma nasofaring WHO tipe I, II, atau III melalui pemeriksaan jaringan nasofaringDIAGNOSIS KERJAKarsinoma NasofaringSuperior wall of nasopharynx (ICD 10: C11.0)Posterior wallof nasopharynx (ICD10: C11.1)Lateral wall of nasopharynx (ICD10: C11.2)Anterior wall of nasopharynx (ICD10: C11.3)Overlapping lesion of nasopharynx (ICD10.C11.8)DIAGNOSIS BANDING1.Hipertrofi adenoid2.Nasofaringitis3.Jaringan fibrosis4.Angiofibroma nasofaring5.Limfoma TERAPI1.RadioterapiKNF stadium I dan IIa (T1N0M0, T2aN0M0) àRadioterapi definitif pada Nasofaring (± 70 Gy) dan elektif RT di daerah leher (N0)à± 40Gy)2.Kemoradiasi•KNF Stadium IIb, III, IVa, (T1-‐T4, N1,2, M0)àRadioterapi definitif (±70 Gy) pada nasofaring dan leher disertai kemoterapi setiap minggu (kemoterapi sensitisiser) dengan Sisplatin 30-‐40 mg/m² atau paclitaksel 40 mg atau dengan Nimotuzumab 200mg. Dilanjutkan Kemoterapi Fulldose 3 siklus. Panduan Praktik Klinik PP PERHATI-‐KL18•KNF Stadium IVB (T1-‐4 N3M0) neo-‐ ajuvan kemoterapi (kemoterapi full dose) selama 3siklus dan dilanjutkan dengan kemoradiasi (radioterapi definitif di daerah nasofaring dan leher masing-‐masing ±70 Gy dan kemoterapi dosis sensitisasi setiap minggu).3.Kemoterapi•KNF Stadium IVC (T1-‐4N0-‐3,M1) kemoterapi full dose, kombinasi antara Sisplatin 100mg/m² dan 5 FU 1000mg/m² atau Paclitaksel 75 mg/m² atau dengan Nimotuzumab 200mg diberikan setiap 3 minggu, sebanyak 6-‐8 siklus. •Pada metastasis tulang yang mengenai weightbearing bone(tulang yang menyangga tubuh), daerah pergerakan ini harus di tunjang dengan korset (konsul ke dokter spesialis rehabilitasi medis) dan diberikan obat2 antiosteoporosis 1bulan sekali. •Bila ada rasa nyeri akibat metastasis tulang, diberikan radioterapi lokal sebanyak 2Gy.4.Penanganan suportif•Bila ada nyeri hebat di kepala harus diatasi sebagai nyeri kankeràsesuai protokol nyeri (stepladderWHO)•Bila ada kesulitan makan /asupan nutrisi kurang, pasang NGT/gastrostomi•Bila ada tanda2 infeksi di daerah saluran nafas atas, telinga tengah, diberikan antibiotika sistemik (oral/injeksi) atau dan topikal tetes telingaàkonsultasi ke ahli otologi. •Bila terdapat obstruksi jalan napas atas àsesuai dengan protokol obstruksi jalan napas atas.EDUKASIPenjelasan mengenai tujuan dan resiko biopsi, penjelasan tentang stadium tumor, hasil pertemuaan tumor, rencana terapi serta akibat dan efek samping yang dapat terjadi selama dan setelah pengobatanPROGNOSIS•Quo ad vitam : dubia •Quo ad functionam : dubia •Quo ad sanactionam : dubiaPENELAAH KRITISKELOMPOK STUDI ONKOLOGI KEPALA LEHER PERHATI-‐ KLDAFTAR RUJUKAN1.Anderson,M., Forsby,N., Klein, G.,Henle, W., 2007, Relationship between the Epstein-‐Barr Viral and Undifferential Nasopharyngeal Carcinoma: Corelated nucleic acid hybridation and histopatological examination. Int.J. Cancer 20: 486-‐494.2.Bernadette Brennan. 2009. Nasopharyngeal Carcinoma.