Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
MAYA PUTRI UTAMI
NIM: P07120315025
A. Pengertian
Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid, biasanya
dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari dua kali ukuran normal
(Daniel,2008).Menurut Johan (2006) Struma adalah pembesaran kelenjar
gondok yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar gondok yang
menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah banyak sehingga menimbulkan
keluhan seperti berdebar-debar, keluar keringat, gemetaran, bicara jadi
gagap, berat badan menurun, mata membesar, penyakit ini dinamakan
hipertiroid.Menurut AME (2006) Struma nodosa non toksik adalah
pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih
tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidesme.
Menurut Djokomoeljanto (2006) Struma nodosa non toksik adalah
pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-gejala
hipertiroid, penyebab paling banyak dari struma nodosa non toksik adalah
kekurangan iodium. Menurut Solymosi (2007) Struma nodosa non toxic
adalah pembesaran kelenjar tyroid akibat kekurangan iodium yang kronik.
Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas stroma nodosa non toxic
adalah pembesaran kelenjar tiroid akibat kekurangan iodium dan tanpa
disertai tanda-tanda hipertiroidesme.
B. Etiologi
Menurut Djokomoeljanto (2006) penyebab stroma nodosa non toksik
adalah
1. Defisiensi iodium
2. Autoimmun thyroiditis :hashimoto atau postpartum thyroiditis
3. Kelebihan iodium (efek wolff-chaikoff) atau ingesti lithium, dengan
penurunan pelepasan hormon tiroid.
4. Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisi, resistensi, dan
tiroid-stimulating immunoglobulin.
5. Inborri errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam
biosynthesis hormon tiroid.
6. Terpapar radiasi
7. Penyakit deposisi
8. Resistensi hormon tyroid
9. Tiroiditid sub akut
10. Agen-agen infeksi dan keganasan tiroid
C. Klasifikasi
Menurut Jamson (2005) klasifikasi stroma adalah
1. Berdasarkan fisiologis
a. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid
yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah
normal sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam
jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacm ini biasanya
tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika
terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar
tiroid sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang.
Kegagalan dari kelenjaruntuk mempertahankan kadar plasma yang
cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai
kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar
tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotop atau akibat
destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam
sirkulasi.Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat badan,
sensitif terhadap udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi,
gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi
berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan
bicara.
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat
didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap
pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini
dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah
yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi
hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi
besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu
makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara
dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung
berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot
(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi
otot.
2. Berdasarkan klinis
a. Struma toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik
dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih
mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma
diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak
diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma
multinoduler toksik).
F. Pathway
Perlukaan terhadap
laring
Pintu masuk kuman Penurunan refleks batuk Rangsang ujung saraf perifer
menghantarkan rangsangan
Ketidakefektifan bersihan
Resiko infeksi Thalamus kortex serebri
jalan napas
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk struma nodosa menurut Solymosi
(2007), antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan tes fungsi hormon T4 atau
T3, dan TSH
2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto rontgen
Dapat memperjelas adanya deviasi trakea, atau pembesran struma
yang pada umumnya secara klinis sudah bisa diduga, foto rontgen
pada leher lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas.
b. Pemeriksaan USG, manfaat USG dalam pemeriksaan tiroid, yaitu :
1) Untuk menentukan jumlah nodul
2) Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kestik
3) Dapat mengukur volume dari nodul tiroid
4) Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang
akan dilakukan biopsi terarah
5) Pemeriksaan sidik tiroid, hasil pemeriksaan dengan radioisotop
adalah tentang ukuran
3. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy),
dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan struma menurut Jamson (2005), dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
1. Penatalaksanaan konservatif
a. Pemberiantiroksin dan obat anti-tiroid, tiroksin digunakan untuk
menyusutkan ukuran struma pertumbuhan sel kanker dipengaruhi
hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH serendah
mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini yang diberikan untuk
mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengankatan kelenjar tiroid.
b. Terapi yodium radioaktif, memberikan radiasi dengan dosis yang
tinggi pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan.
Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium
radioaktis dapat mengurangi gondok sekitar 50%.
2. Penatalaksanaan operatif
Tiroidektomi, tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengankat
kelenjar tiroid adalah tiroidektomi, meliputi subtotal ataupun total.
Tiroidektomi subtotal akan menyisakan jaringan atau pengankatan 5/6
kelenjar tiroid, sedangkan tiroidektomi total yaitu pengankatan
jaringan seluruh lobus termasuk istmus.
3. Penatalaksanaan keperawatan
a. Manajemen atau penatalaksanaan nyeri
b. Penatalaksanaan nutrisi
c. Penatalaksanaan mobilisasi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Keluhan utama
Keluhan utama adalah nyeri post op
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat
harus menanyakan secara langsung kepada pasien dengan teknik
PQRST.
b. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
tidak, atau mengalami trauma muskuloskeletal lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
maupun menular seperti DM, hipertensi, asma, hepatitis, TBC dll,
yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit.
5. Pengkajian pola fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutri dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola perseptual dan kognitif
g. Pola seksual dan reproduksi
h. Pola persepsi diri dan konsep diri
i. Pola peran dan hubungan
j. Pola management koping stress
k. Pola nilai dan keyakinan
6. Pemeriksaan fisik
a. KU
b. Tanda-tanda vital : TD, N, RR, dan S
c. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
2) Mata
3) Hidung
4) Telinga
5) Mulut dan gigi
6) Leher
7) Ekstermitas atas dan bawah
8) Dada
9) Abdomen
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d agen injuri fisik (luka post operasi).
2. Gangguan komunikasi verbal b.d cedera pita suara atau kerusakan
laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.
3. Resiko infeksi b.d adanya port de entri kuman atau bakteri
C. Intervensi Keperawatan
No.
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan a. Kaji TTV dan KU a. Mengetahui cara
keperawatan selama ...X24 jam pasien terhadap efektif mengatasi
diharapkan nyeri pasien nyeri nyeri
berkurang dengan KH : b. Kaji nyeri secara b. Mengetahui tingkat
a. Skala nyeri 1-3 komprehensif nyeri pasien
b. Pasien mampu mengontrol c. Ajarkan teknik c. Mengurangi nyeri
nyeri relaksasi nafas dan memberikan
c. TTV dalam batas normal dalam rasa nyaman
d. Atur posisi tidur d. Memposisikan
pasien pada posisi pasien dalam posisi
senyaman mungkin nyaman
e. Edukasi tentang e. Memberi alternatif
aktivitas yang dapat menurnkan nyeri
mengangkat dan
menurunkan nyeri
f. Kolaborasi dengan f. Mengurangi nyeri
dokter pemberian pasien
analgetik
2. Setelah dialakukan tindakan a. Kaji fungsi bicara a. Membantu
keperawatan selama ...X24 jam periodik memenuhi
diharapkan gangguan kebutuhan pasien
komunikasi verbal dikarenakan suara
berhubungan dengan cidera serak dan salut
pitasuara dapat teratasi dengan tenggorokan akibat
KH : edema jaringan atau
Paien mampu berkomunikasi kerusakan karena
untuk pemenuhan pembedahan pada
kebutuhanya. syaraf laringeal.
b. Pertahankan b. Menurunkan
komunikasi yang kebutuhan berespon,
sederhana, beri mengurangi bicara
pertanyaan yang
hanya memerlukan
jawaban ya tau tidak
c. Memberikan metode c. Memfasilitasi
komunikasi ekspresi yang
alternatif yang dibutuhkan
sesuai, seperti papan
tulis, kertas tulis
d. Antisipasi d. Menurunnya asietas
kebutuhan sebaik dan kebutuhan
mungkin pasien untuk
e. Pertahankan berkomunikasi
lingkungan yang e. Menurunkan
tenang kerasnya suara yang
harus diucapkan
pasien untuk
didengar
3. Setelah dilakukan tindakan a. Kaji TTV pasien a. Mengetahui
keperawatan selama ...X24 jam peningkatan suhu
diharapkan tidak adanya tanda sebagai tanda infeksi
dan gejala infeksi dengan KH : b. Kaji adanya tanda b. Mengetahui akan
a. Pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi timbulanya infeksi
dan gejala infeksi pada luka (sebagai
b. Angka lekosit dalam rentan komplikasi yang
normal 4.000-10.000 u/L mungkin timbul
c. TTV dalam batas normal pada luka)
c. Lakukan perawatan c. Mempercepat proses
luka dengan teknik penyembuhan luka
aseptik tiap 2x dan mencegah
sehari terjadinya infeksi
d. Anjurkan pasien d. Meningkatkan status
untuk meningkatkan imunitas pasien
intake nutrisi TKTP
e. Edukasi pasien dan e. Mencegah terjadinya
keluarga untuk pertumbuhan kuman
menjaga personal
f. Mencegah terjadinya
hygiene
infeksi
f. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
AME/AACE Guideline. 2006. American Assosiation of Clinical Endocrinologis
and Assosiation Medici Endocrinologi, Medikal Guidelnus For Clinical
Pratice For the Diagnosis and Management of Thyroid Nodule.
Endocrine Practice Vol 12 No.1 . Mei/24/2016
Johan, S.M. 2006. Nodul Tiroid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi
IV. Jakarta : FKUI