Anda di halaman 1dari 13

RASIONALISME

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Riski Andrian Jasmi, S.Si., M.Sc.

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Wulan Febriyanti (181420082)
2. Puja Andhini (181420096)
3. Fitrotul Jannah (181420097)
4. Elia Firyal Mumtazah (181420099)
5. Christella (181420100)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH C


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kasih dan sayangnya
memberikan pengetahuan, kemampuan, dan kesempatan kepada penyusun sehingga mampu
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Filsafat Umum.
Penyusun menyadari, dalam penulisan makalah ini masih ada kemungkinan kekurangan-
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun. Untuk itu, masukan yang bersifat
membangun akan sangat membantu penyusun untuk semakin membenahi kekurangan.
Ucapan terima kasih tidak lupa saya haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah ini,
teman-teman dan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat berguna,
sebagai karya dari kami dan untuk semua Aamiin.

2
DAFTAR ISI
Daftar Isi…..……………………………….………………..……….….…..……...……..2
BAB I
PENDAHULUAN……………….…….……….…………….…..….……........................4
A. Latar Belakang…………………………..……..………...……………….….…...…...4
B. Rumusan Masalah……………………………………...……………………….…...…5
C. Tujuan penulisan…………….…………..……..………..………….…….….…...........5

BAB II
PEMBAHASAN……………………………….…………………………………….…….6
A. Filsafat Rasionalisme…………………..……….………………………..…………….6
B. Tokoh Filsafat Rasionalisme………………………………………..…………………7
BAB III
PENUTUP………………………………………………………….………………..……13
Kesimpulan dan Saran……………………………………....………….…........................13
Daftar Pustaka………………………………..…………...…………..…….…..………...14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Rasionalisme adalah aliran yang sangat mementingkan rasio, dalam rasio
terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membantu suatu ilmu pengetahuan
tanpa menghiraukan realitas di luar rasio. Aliran Rasionalisme adalah aliran yang
muncul pada abad modern, yang sebelumnya perhatian filsafat melulu dicurahkan
pada hal-hal yang bersifat abstrak, sedangkan hal-hal yang kongkret dan tampak
pada umumnya diabaikan. Aliaran rasionalisme ini memandang budi atau rasio
sebagai sumber dan pangkal dari segala pengertian dan pengetahuan, dan rasiolah
yang memegang tampuk pimpinan dalam segala bentuk “mengerti”.
Aliran rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran ini
suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Aliran ini juga mempunyai
pandangan atau berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama
dalam penjelasan. Beliau menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber
pengetahuan mendahului atau unggul atas dan bebas terlepas dari pengamatan
inderawi.
Rene Descartes atau yang biasa disebut dengan Descartes saja adalah seorang
tokoh yang dipelopori bapak filsafat abad modern. Beliau adalah orang yang
mendirikan aliran rasionalisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa Filsafat Rasionalisme Itu?
2. Bagaimanakah Pemikiran Para Tokoh Filsafat Rasionalisme?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang Filsafat Rasionalisme
2. Untuk mengetahui Pemikiran Para Tokoh Filsafat Rasionalisme

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Jika empirisme mengatakan bahwa mengetahuan diperoleh dengan alam mengalami
objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan
cara berpikir. Alat dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah
logika.
Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat.
Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran
agama, rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori
pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian
dan bagian penting pengetahuan dating dari penemuan akal. Contoh yang peling jelas
ialah pemahaman tentang logika dan matematika. Penemuan-penemuan logika dan
matematika begitu pasti. Kita tidak hanya melihatnya sebagai benar, tetapi lebih dari
itu kita melihatnya sebagai kebenaran yang tidak mungkin salah, kebenarannya
universal.
Sejarah rasionalisme sudah tua sekali. Thales telah menerapkan rasionalisme
dalam filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan
tokoh tokoh penentangnya (Socrates, Plato, dan Aristoteles) dan juga beberapa tokoh
sesudah itu (lihat Runes, 1971:275). Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama
rasionalisme ialah Descartes. Descates lebih diperhatikan karena adanya
keistimewaan padanya; keberaniannya melepaskan diri dari kerangkeng yang
mengurung filsof abad pertengahan.
Zaman modern dalam sejarah filsafat biasanya dimulai oleh filsafat Descartes.
Corak utama filsafat modern yang dimaksud disini ialah dianutnya kembali
rasionalisme seperti pada masa Yunani Kuno.
B. Tokoh Filsafat Rasionalisme
1. Descartes ( 1596-1650)
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. bukunya
discours de la methode (1637) dan meditations (1642) kedua buku ini saling
melengkapi satu sama lain. Didalam kedua buku inilah ia menuangkan metodenya

5
yang terkenal itu, metode ini juga sering disebut cogito Descartes, atau metode catigo
saja.
Ia mengatahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja. Bahwa dasar
filsafat haruslah rasio (akal). Tokoh-tokoh Gereja waktu itu tetap yakin bahwa dasar
filsafat adalah iman sebagaimana tersirat di dalam jargon credo ut intelligam dari
Anselmus itu. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia
menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi itu tertuang di dalam cogito
tersebut.
Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan terlebih dahulu
segala sesuatu yang dapat diragukan. Mula-mula ia mencoba meragukan semua yang
dapat diindera, objek yang sebenarnya tidak mungkin di ragukan. Inilah langkah
pertama metode cogito tersebut. Dia meragukan adanya badannya sendiri. Keraguan
itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan juga pada
pengalaman dengan ruh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Pada keempat
keadaan itu seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan
sesungguhnya. Di dalam mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang
sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak gaib. Tidak ada batas yang tegas antara
mimpi dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata “ Aku dapat meragukan bahwa
aku duduk di sini dalam Pakaian siapuntuk pergi ke luar; ya, aku dapat meragukan
itukarena kadang-kadang aku bermimpi persis seperti itu, padahal aku ada di tempat
tidur, sedang bermimpi.” Tidak ada batas yang tegas antara mimpi (sedang mimpi)
dan jaga. Taktala bermimpi, rasa-rasanya seperti bukan mimpi. Siapa yang dapat
menjamin kejadian-kejadian waktu jaga (yang kita katakana sebagai jaga ini)
sebagaimana kita alami adalah kejadian-kejadian yang sebenernya, jadi bukan mimpi?
Tidak ada perbedaan yang jelas antara mimpi dan jaga; demikian yang dimaksud oleh
Descartes.
Perhatikanlah kutipan berikut ini (yang diambil dari Koran Pikiran Rakyat 17
Desember1981).
Kejadian aneh menimpa CHR (30), penduduk RK III, Desa Krapyak,
Semarang Barat, Jawa Tengah, ketika semalam suntuk tidur bersama roh halus
disebuah pekuburan. Sampai berita ini ditulis CHR masih termenung-menung dan
tidak bisa bicara lancer. Dalam keterangannya kepada PR, istri CHR mengatakan
senin malam yang lalu di lapangan tugu ada pertunjukkan “Malam Qosidah” yang
ramai. Pasangan suami-istri itu sepakat akan menonton sampai puas, tetapi karena

6
masih menunggu tamu dan menyelesaikan pekerjaan, maka sang istri disusruh pergi
duluan. Cuma sekitar satu jam kemudian CHR pergi ketempat pertunjukkan untuk
menjemput istrinya, tetapi karena suasana begitu ramai, agak sulit mencarinya.
Mendadak disebuah pojok puskesmas ada suara memanggil persis seperti suara
istrinya: “mas saya di sini ..” Begitu menoleh, CHR mengenali wajahorang itu adalah
istrinya sendiri, hanya saja pakaiannya berbau serba wangi ,”baumu begitu wangi,ada
apa?” Tanya CHR yang segera dijawab,“memang, saya pakai kembang semboja.”
Tanpa banyak cingcong akhirnya CHR mengikuti kemana saja wanita itu pergi
menonton. Bahkan sampai pulang dengan menumpang kendaraan umum bahkan
sampai pulang dengan menumpang kendaraan umum Daihatsu juga bersama sama.
CHR merasa sudah sampai dirumah dan kemudian tidur bersama wanita yang dikira
istrinya itu sampai pulas. Keesikan harinya seorang pengembala mendapati sesosok
tubuh yang dikiranya sudah mati, di nisan kuno. Ternyata setelah dibangunkan masih
hidup. Pemuda itu kemudian menuntunnya pulang karena CHR masih bisa bicara.
Setelah diberi minum kopi beverapa gelas dan didatangkan “orang tua” yang cukup
sakti, akhirnya baru bisa bicara dikit demi sedikit. Pada pokoknya CGR merasa
semalem tidur bersama istrinya yang semaleman juga tidak pulang karena terus-
menerus mencari CHR yang dikiranya menonton sampai akhir pertunjukkan. Lebih
aneh lagi, keesokan harinya kernet daithatsu juga mendatangi CHR dirumah karena
uang Rp. 150,00 yang dibayarkan semalem, pagi harinya telah berubah menjadi
delapan kuntum bunga semboja. Demikian, Benda-benda dalam halusinasi dan ilusi
juga membawa kita kepada pertanyaan: yang manakah sesungguhnya yang benar-
benar ada, yang sungguh-sungguh asli? Benda-benda dalam mimpi,
halusinasi,ilusi,dan kejadian dengan roh halus itu, bila dilihat dari posisi kitasedang
jaga, itu tidak ada. Akan tetapi, benda-benda itu sungguh-sungguh ada bila dilihat dari
posisi kita dalam mimppi, halusinasi,ilusi,dan roh halus. Dalam mimpi kita melihat
dan mengalami benda-benda itu; adakah beda yang tegas antaamimpi dan jaga?
Begitulah jalan pikiran dalam metode cogita.
Pada langkah pertama ini Descartes dapat (berhasil) meragukan semua benda yang
dapat diindera. Apa sekrang yang dapat dipercaya, yang sungguh-sungguh ada?
Menuru Descartes, dalam keempat keadaan itu (mimpi,halunisasi,ilusi,roh halus), juga
dalam jaga, ada sesuatu yang selalu muncul. Ada sesuatu yang muncul, baik dalam
jaga maupun dalam mimpi. Yang selalu muncul itu ialah gerak, jumlah, dan

7
besaran(volume). Pada tahap kedua ini Descartes mengajak kita berpendapat bahwa
yang menyakinkan adanya. Mungkin ketiga inilah yang benar-benar ada.
Betulkah yang tiga ini (gerak,jumlah,besaran) benar-benar ada? Lalu Descartes
mengujinya. Kemudian ia pun meragukannnya. Yang tiga macam itu
adalahmatematika. Kata Desartes, matematikandapat salah. Saya sering salah
menjumlah (angka), salah mengukur(besaran), juga demikian pada gerak. Jadi, ilmu
pasti pun masih dapat saya ragukan. Ilmu pasti lebih pasti daripada benda,tetapi saya
masih dapat meragukannya, jadi ilmu dan benda pasti diragukan.kalau begitu, apa
sekarang yang pasti itu, yang dapat kujadikan dasar bagi filsafatku? Aku ingin yang
pasti, yang distinct. Sampailah ia sekarang kepada langkah ketiga dalam metode
cogita.
Masih ada satu yang tidak dapat diragukan, demikian katanya, bahkan tidak satu setan
yang licik pun dapat menganggu aku, tak seorang skeptic pun mampu meragukannya,
yaitu saya sedang ragu. Jelas seklali, saya sedang ragu.tidak dapat kuragukan, bahwa
saya sedang ragu. Begitu distinct saya sedang ragu. Boleh saja badan saya ini saya
ragukan adanya,
Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku berpikir kalau begitu, aku berpikirpasti
ada dan benar. Jika aku berpikir ada, berate aku ada sebab yang berpikir itu aku.
Cogito ergo suam, aku berpikir, jadi aku ada. Tahapan metode Descartes itu dapat
diringkas sebagai berikut

Gerak
Benda jumalah, Saya
Saya ragu Jadi, saya
indeeraw besaran sedang
(ilmu karena sya berpikir
i tidak ragu,
berpikir ada
ada pasti) ada
tidak ada
Sekaran
adaa
Descartes telah menemukan dasar (basis) bagi filsafatnya. Basis itu
bukan filsafta plato, bukan filsafat abad pertengahan, bukan agama atau yang lainnya.
Fondasi itu ialah aku yang berpikir pemikiranku itulah pantas dijadikan dasaa filsafat karena
aku yang berpikir itulah yang benar-benar adaa, tidak diragukan, bukan kamu atau pikiranmu.
Di sini kelihatanlah sifat subjektif, indualisistis, humanis, dalam filsafat Descartes. Sifat-sifat
inilah, nantinya, yang mendorong perkembangan filsafat pada abad modern.
Descartes memulai filsafat dari metode. Metode keraguanitu bukanlah tujuannya.
Tujuan metode ini bukanlah untuk mempertahankah keraguan. Sebaliknya, metode ini

8
bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan Descartes hanya ditujukan untuk
menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang tidak dapat
diragukan. Ia sendiri tidak pernah meragukan bahwa ia mampu menemukan keyakinan yang
berbeda di balik keraguan itu danmenggunakannya untuk membuktikan suatu kepastian
dibalik sesuatu. keyakinan itu begitu jelas dan pasti, clear and distinct dan menghasilkan
keyakinan yang sempurna. Spinoza merujuk kepada idea ini dan memeberinya sebutan truths
of reason (Solomon,]1981:99).
Dalam metode ini berjalan suatu deduksi yang tegas. Bila Descartes telah menemukan
suatu idea yang distinct. Seluruh proses oenyimpulan itu terlepas dari data empiris;
keseluruhannya merupakan proses rasional.
Setelah fondasi ituditemukan, mulailah ia mendirikan bangunan filsafat di atasnya.
Akal itulah basis yang paling terpecaya dalam berfilsafat.
Inilah titik awal kemenangan akal atas iman(hati) pada zaman modern . ia merupakn reaksi
keras terhadap dimniasi iman( hati) pada abad pertengahan. Caraini kemudian diikuti oleh
filosof-filosof zaman itu. Laksana bendungan jebol, dalam waktu yangrelatif singkat banyak
sekali pemikir yang muncul dalam persentase yang jauh lebih banyak bila dibandingkan
dengan filosof abad pertengahan.

2. Spinoza (1632-1677)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677. Nama
aslinya Baruch de Spinoza. Setelah ia mengucilkan diri dari agama Yahudi, ia mengubah
namanya menjadi Benedictus de Spinoza. Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam (Solomon,
1981:71). Pikiran Spinoza berakar dalam tradisi Yudaisme dan pemikiran Spinoza yang
terkenal adalah ajaran mengenai Substansi tunggal Allah atau Alam. Hal ini ia katakan karena
baginya Tuhan dan Alam Semesta adalah satu dan Tuhan juga mempunyai bentuk yaitu
seluruh alam jasmaniah.
Baruch de Spinoza adalah salah satu dari sekian filsuf yang paling penting dari radikal
pada awal periode pemikiran modern. Pandangannya sangat naturalistik mengenai Allah,
dunia, manusia dan pengetahuan yang berfungsi untuk menjadi dasar sebuah filsafat moral
dan berpusat pada pengendalian hawa nafsu yang mengarah pada kebajikan dan kebahagiaan.
Ia juga meletakkan dasar bagi sebuah pemikiran politik yang sangat demokratis dan kritik
mendalam dari pretensi Kitab Suci dan Agama. Ia juga mengkritisi kitab suci dari bangsa
Yahudi yaitu Bible (Kitab Suci Perjanjian Lama). Walaupun ia seorang Yahudi, tapi tak
menyurutkan niatnya untuk mengkritisi kitab tersebut karena kebenarannya sangat

9
meragukan. Dari semua filsuf abad ketujuh belas, mungkin tidak ada yang memiliki
keunggulan lebih disbanding Spinoza.
Spinoza mendefinisikan substansi sebagai “sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan di
pikirkan oleh dirinya sendiri. Artinya yang sesuatu konsep nya tidak membutuhkan konsep
lain untuk membentuknya”. Jadi substansi adalah apa yang berdiri sendiri dan ada oleh
dirinya sendiri. Spinoza membedakan substansi dengan atribut, yakni sifat atau ciri khas yang
melekat pada substansi. Sifat substansi adalah abdi, tidak terbatas, mutlak (artinya tidak
tergantung kepada yang lain) dan tunggal. Menurut Spinoza, hanya da satu yang memenuhi
definisi ini, yaitu Allah. Hanya Allah yang mempunyai sifat Abadi, tidak terbatas, mutlak,
tunggal, dan utuh. Sebab menurut Spinoza manusia hanyalah bersifat fana, relatif, dan
terbatas, yang sesungguhnya dalam hal ini adalah sifat Allah. Bahwa Allah adalah satu-
satunya substansi, maka yang ada harus dikatakan berasal dari Allah. Bahwa ini semua
bentuk pluralitas alam, yang sifat jasmaniah (baik manusia, hewan, dan tumbuhan) ataupun
yang bersifat rohaniah (pemikiran, perasaan, atau bukan kehendak) bukan hal yang berdiri
sendiri, melainkan keberadaannya mutlak bergantung pada Allah. Untuk menyebut gejala ini
Spinoza menyebut modi yang berarti berbagai bentuk atau cara keberadaan dari substansi.
Spinoza menyangkal kebebasan dan individualitas, namun menekankan determinise Allah
atau alam atas manusia tidak mempertimbangkan tentang suatu etika yang menganjurkan
perubahan hidup. Spinoza dapat menentukan mana yang baik mana yang buruk bagi manusia.
Yang baik adalah yang mendukung dia memenuhi keinginan kita untuk memperoleh
kenikmatan. Sedangkan yang buruk adalah yang menghambat dan membuat kita sedih.
Kebahagiaan akan terwujud jika kita tidak merasa sedih, tetapi nikmat. Dan pemahaman yang
paling tinggi yang bisa dicapai manusia adalah mengenal Allah. Allah adalah keseluruhan
realitas. Semakin kita mengerti Allah, semakin kita mencintai-Nya. Cinta yang didasarkan
pada pemahaman intelektual tentang Allah adalah puncak etika dan kebahagiaan manusia.
Kalau pemahaman kita sidah mencapai tertinggi (mengenal dan mencintai Allah) maka kita
bisa menerima segala sesuatu yang ada didalam sebagai kehendak-Nya dan sanggup
menyerahkan diri kepada-Nya. Bagi Spinoza Allah adalah alam dan alam adalah Allah tidak
kurang dan tidak lebih.

3. Leibniz (1646-1716)
Gottfried Wilhelm von Leibniz adalah filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan
sejarahwan. Lama menjadi pegawai pemerintah, menjadi atase, pembantu pejabat tinggi

10
negara. Pusat metafisikanya adalah ide tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep
monad.

Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan keseluruhannya bergantung pada sebab,
sementara substansi pada Leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan.
Penuntun prinsip filsafat Leibniz ialah “prinsip akal yang mencukupi”, yang secara sederhana
dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan juga harus mempunyai
alasan untuk setiap yang diciptakan-Nya. Leibniz berpendapat bahwa substansi itu banyak. Ia
menyebut substansi-substansi itu monad. Setiap monad berbeda satu dengan yang lain, dan
Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta
monad-monad itu. Maka karya Leibniz tentang ini diberi judul Monadology, dengan
singkatan metafisikanya sebagai berikut:

1. Monad, yakni substansi yang sederhana, yang selanjutnya menyuusun substansi yang lebih
besar.

2. Harus ada substansi yang sederhana karena adanya susunan itu, karena susunan tidak lain
dari suatu koleksi substansi sederhana.

3. Sekarang, apa pun yang tidak mempunyai bagian-bagian tentulah tidak mempunyai
ukuran, tidak berbentuk, tidak dapat dibagi. Monad itu adalah atom yang sebenarnya pada
sifatnya dan kenyataannya adalah unsur segala sesuatu.

4. Kerusakan, karena itu tidak akan terjadi pada substansi itu, ya, karena tidak dapat dibagi
itu, karena imaterial itu.

5. Dengan cara yang tidak sama ada jalan untuk memahami simple substance itu dicipta
karena monad itu tidak dapat dibentuk dengan menyusun.

6. Kita hanya dapat menyatakan sekarang bahwa monad itu mulai dan berakhir hanya satu
kali. Monad muncul karena dicipta dan berakhir melalui peniadaan. Yang tersusun
mempunyai permulaan dan berakhir secara berangsur.

7. Monad tidak mempunyai kualitas, karenanya mestinya mereka tidak akan pernah ada. Dan
jika substansi sederhana tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya, tidak berarti kita
tidak dapat membayangkan perubahan padanya. Apapun yang tergabung dalam suatu
susunan dapat dikenai rusak hanya melalui unsur sederhana dari monad itu. Sekalipun
mereka itu tanpa kualitas, sekalipun kuantitasnya tidak dapat dibedakan, tetap saja dapat
dibedakan satu daru lainnya.

8. Setiap monad harus dibedakan satu dengan lainnya karena tidak pernah ada isi alam yang
sama sekalipun kita tidak dapat mengetahui perbedaan itu.

11
9. Tidak ada jalan untuk menjelaskan bagaimana monad-monad itu dapat berubah dalam
dirinya sendiri oleh sesuatu di luarnya karena tidak ada kemungkinan sesuatu yang masuk ke
dalamnya. Kita tidak pula dapat membayangkan di dalam dirinya ada gerakan yang dapat
dihasilkannya sebagaiman di dalam suatu composite (gabungan monad). Monad itu tidak
mempunyai jendela yang lewat jendela itu sesuatu dapat masuk dan keluar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis Rasionalisme berasal dari bahasa Inggris rationalism. Kata
ini berakar dari bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Berdasarkan akar katanya
Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan
sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Paham ini dicetuskan oleh seorang
bapak filsafat pada zaman modern yaitu Rene Descartes atau biasa disebut dengan
Descartes. Sebab awal timbulnya pemikiran rasionalisme, karena Descartes
merupakan orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis yang sangat
dipengaruhi oleh fisika baru dan astronomi. Ia banyak menguasai filsafat
Scholastic, namun ia tidak menerima dasar-dasar filfasat Scholastic yang
dibangun oleh para pendahulunya.
Pola pikir rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang
menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika,
dan analisis yang berdasarkan fakta, dari pada melalui iman, atau ajaran agama.
Ia beranggapan bahwa pengetahuan dihasilkan oleh indra. Tetapi karena indra
itu tidak dapat meyakinkan, bahkan mungkin pula menyesatkan, maka indra tidak
dapat diandalkan. Yang paling bisa diandalkan adalah diri sendiri. Dengan
demikian, inti rasionalisme adalah bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan
bukan berasal dari pengalaman, melainkan dari pikiran.

B. Saran
Dari pemaparan kami di atas mungkin banyak kekeliruan atau kesalahan
dalam penulisan, oleh karna itu kami mohon kritik dan sarannya agar kami bisa

12
belajar dan memperbaiki kesalahan kami. Demikianlah yang dapat kami
sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya
banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya
rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini
Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik saran yang
membangun kepada kami, demi makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 2016 .Filsafat Umum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Tumanggor, Raja Oloan. 2017. Pengantar Filsafat. Jakarta: Kanisius.
Sumber: https://www.tongkronganislami.net/makalah-perkembangan-filsafat-modern-
renaisans-rasionalisme-dan-empirisme/.

13

Anda mungkin juga menyukai