Anda di halaman 1dari 40

MODUL PESERTA

PENINGKATAN MUTU BERKELANJUTAN FASILITAS


KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


2020

1
Daftar Isi
Pendahuluan.................................................................................1

Apa yang dimaksud dengan Quality Improvement (QI)?..............3

Point of Care Quality Improvement (POCQI) Model......................4

Langkah 1. Identifikasi permasalahan, membentuk tim dan


menyusun tujuan peningkatan mutu..........................................11

Tujuan Pembelajaran..................................................................11

Pengantar....................................................................................11

Langkah 2. Melakukan analisa mendalam dan mengukur mutu


pelayanan....................................................................................20

Tujuan Pembelajaran:.................................................................20

Pengantar...................................................................................20

Langkah 3: Menyusun dan melaksanakan intervensi perbaikan


mutu pelayanan – PDSA..............................................................28

Tujuan Pembelajaran..................................................................28

Pengantar....................................................................................28

Langkah 4. Sustaining improvement...........................................39

Tujuan Pembelajaran..................................................................39

Pengantar....................................................................................39

2
Pendahuluan

Mutu Pelayanan kesehatan saat ini sudah menjadi


tuntutan kebutuhan masyarakat, termasuk mutu pelayanan di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggunakan sistem akreditasi
dalam mengevaluasi proses pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada pasien.

Puskesmas yang merupakan fasilitas pelayanan


kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan bagi masyarakat seharusnya cukup
efektif membantu masyarakat dalam memberikan pertolongan
pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan ini dikenal sangat dekat dengan masyarakat
seharusnya menjadikan puskesmas sebagai tempat
pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada
kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih
pelayanan dokter praktik swasta atau praktik kesehatan
lainnya.

3
Apa yang dimaksud dengan Continuous Quality
Improvement (CQI)?

Definisi dari Continuous Quality Improvement adalah


suatu siklus atau proses yang terstruktur untuk memperbaiki
sistem dan proses kerja dalam suatu organisasi atau
kegiatan. Siklus ini mencakup identifikasi area yang
berpeluang untuk perbaikan, mendefinisikan masalah dalam
area tersebut, menguraikan urutan kegiatan (proses) yang
terjadi di area tersebut, menetapkan hasil yang diinginkan dari
proses dan persyaratan yang dibutuhkan untuk mencapainya,
memilih langkah-langkah spesifik dalam proses belajar,
mengumpulkan dan menganalisis data tentang proses, dan
tindakan perbaikan, serta pemantauan hasil tindakan tersebut.

Perbaikan mutu berkelanjutan didasarkan pada


pendekatan tim dan membutuhkan tim pengembangan yang
terdiri dari staf dari bidang fungsional dan tingkatan yang
berbeda dalam organisasi. Metode ini mengasumsikan bahwa
sistem apapun selalu dapat ditingkatkan dan karenanya
menekankan proses perbaikan yang terus-menerus, yang
membutuhkan komitmen jangka panjang organisasi dan
kerjasama tim yang efektif.

4
Indikator keberhasilan Puskesmas dapat diukur secara
internal organisasi puskesmas itu sendiri melalui penilaian
kinerja puskesmas yang dilakukan setiap tahun, yang
mencakup manajemen sumber daya termasuk alat, obat,
keuangan dan tenaga, serta didukung dengan manajemen
sistem pencatatan dan pelaporan, yang lebih dikenal Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas.

Mutu pelayanan puskesmas adalah serangkaian


kegiatan pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan
baik secara individu maupun komunitas yang dilakukan
tenaga profesional sesuai dengan standar dan kode etik
profesi. Sistem penjaminan mutu internal puskesmas yang
dikenal sebagai tim mutu terdiri dari penanggungjawab mutu,
mutu admen, mutu UKM, mutu UKP, manajemen risiko, K3
dan audit internal.

Quality Improvement (QI) merupakan pendekatan


manajerial yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan
untuk melakukan reorganisasi pelayanan kesehatan pada unit
mereka untuk memastikan agar setiap pasien mendapat
pelayanan kesehatan dengan kualitas terbaik. QI tidak hanya
ditujukan untuk mengoptimalkan penyediaan layanan
kesehatan menggunakan sumber daya yang tersedia melalui
reorganisasi proses pelayanan, akan tetapi juga dapat

5
ditujukan untuk pemenuhan sumber daya yang tidak memadai
dalam penyediaan layanan kesehatan. Sebagai contoh proses
QI akan menghasilkan efisiensi penggunaan sumber daya
kesehatan yang dapat mengatasi sebagian permasalahan
keterbatasan sumber daya kesehatan. Proses QI juga
membantu mengidentifikasi gap pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan yang paling relevan dengan
pelayanan kesehatan yang disediakan. Hal ini akan
membantu mengarahkan upaya peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan tersebut. QI merupakan
pendekatan penyelesaian masalah yang paling sesuai dengan
konteks local di fasilitas kesehatan tersebut dan pada
umumnya tidak membutuhkan sumber daya tambahan dari
luar.

QI sebaiknya dilaksanakan sebagai bagian dari


strategi pembangunan fasilitas kesehatan untuk mengatasi
permasalahan mutu pelayanan kesehatan. System yang ideal
seyogyanya mencakup metode yang memungkinkan untuk
menetapkan target kinerja pelayanan dan pendekatan-
pendekatan yang dibutuhkan untuk menyelaraskan pelayanan
kesehatan dalam mencapai target tersebut. Selain itu juga
dibutuhkan akuntabilitas system yang memadai sehingga
pengguna layanan kesehatan dapat mengetahui sepenuhnya
kualitas pelayanan kesehatan yang disediakan. Menetapkan

6
“standar pelayanan kesehatan” merupakan salah satu bentuk
penetapan target penyediaan layanan kesehatan yang harus
diikuti oleh semua fasilitas kesehatan. Mekanisme penjaminan
mutu pelayanan kesehatan atau akreditasi dengan
menggunakan asesor eksternal untuk menilai pemenuhan
standar pelayanan yang telah ditetapkan merupakan salah
satu upaya untuk memastikan akuntabilitas pelayanan
kesehatan.

Terdapat berbagai pendekatan dalam melakukan


upaya peningkatan kualitas pelayanan. Namun demikian,
pendekatan-pendekatan tersebut memiliki elemen vital yang
identik, antara lain mengacu pada standar pelayanan yang
berlaku secara global maupun nasional, diawali dengan
proses Analisa situasi, menyusun tujuan peningkatan mutu
spesifik, dan seterusnya. Pembahasan dalam modul ini
mengacu pada model point of care quality improvement
(POCQI) yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2017.

Point of Care Quality Improvement (POCQI) Model

Model POCQI dikembangkan untuk membangun


kapasitas tim mutu di fasilitas kesehatan untuk melaksanakan
proses peningkatan mutu pelayanan (QI) dengan dukungan
dari manajemen puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten. Ketersediaan sumber daya pelayanan kesehatan

7
esensial merupakan persayaratan mendasar dalam proses
peningkatan mutu pelayanan.

Modul ini menjabarkan langkah-langkah pelaksanaan


upaya peningkatan mutu (QI) upaya kesehatan masyarakat di
puskesmas. Berdasarkan atas modul point of care quality
improvement (POCQI) yang diterbitkan oleh WHO pada tahun
2017. Diagram berikut merangkum empat langkah
berkesinambungan dalam proses peningkatan mutu
pelayanan kesehatan tersebut:

Diagram 1. Empat langkah pelaksanaan quality improvement


berdasarkan model point of care quality improvement (POCQI)

Salah satu keunikan dan kekuatan dari model POCQI


adalah model ini menawarkan pendekatan sederhana yang

8
mudah dipahami yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan
mutu pelayanan dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia dan tidak membutuhkan tambahan sumber daya
kesehatan yang besar. Model ini menawarkan paradigma baru
dalam peningkatan mutu pelayanan. Pada umumnya,
pendekatan-pendekatan peningkatan mutu pelayanan
berorientasi pada pelatihan atau coaching klinis ke tenaga
kesehatan dengan asumsi bahwa kinerja pelayanan kesehatan
dan kualitas pelayanan yang buruk disebabkan oleh
pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan yang tidak
memadai.

Fokus dari model ini sangat berbeda, dimana penekanan


utama terletak pada team building di antara tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan dan membangun kapasitas tenaga kesehatan
dalam mengambil keputusan secara kolektif untuk menetapkan
target peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pasien
mengacu pada standar pelayanan kesehatan yang telah tersedia,
berdasarkan atas data/informasi yang tersedia di fasilitas
kesehatan tersebut. Proses ini melibatkan serangkaian proses
problem solving dan peningkatan ketersediaan dan efisiensi
penggunaan sumber daa yang tersedia, termasuk waktu, obat

9
dan perbekalan kesehatan.

Asumsi mendasar dalam model ini adalah tenaga


kesehatan berkeinginan untuk memastikan bahwa semua pasien
mendapat pelayanan kesehatan terbaik. Pendekatan sederhana
yang ditawarkan melalui model ini menitikberatkan pada
demonstrasi keberhasilan awal pelaksanaan upaya peningkatan
mutu pelayanan. Keberhasilan tersebut akan meningkatkan
kepuasan kerja tenaga kesehatan dan memotivasi untuk terus
bekerja dalam satu tim dalam penyediaan layanan kesehatan di
fasilitas tersebut. Bekerjasama dalam satu tim dapat mendorong
gerakan perubahan dalam jangka panjang dalam hal
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dengan penetapan
target-target perubahan berkesinambungan dari target yang
sederhana sampai dengan target yang kompleks yang
mendorong tercapainya kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan. Kelemahan dalam hal pengetahuan dan keterampilan
terkait aspek-aspek tertentu pelayanan kesehatan sebagian
dapat diselesaikan dengan sendirinya oleh tim dan sebagian
lainnya membutuhkan dukungan manajemen untuk memenuhi
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tersebut.

10
Langkah 1. Identifikasi permasalahan, membentuk
tim dan menyusun tujuan peningkatan
mutu.

Tujuan Pembelajaran :

1. Mampu melakukan analisa masalah terhadap capaian


target pelayanan;
2. Mampu mengidentifikasi masalah mutu pelayanan;
3. Mampu menetapkan prioritas permasalahan mutu dan
rencana tindaklanjut;
4. Mampu membentuk tim peningkatan mutu pelayanan;
5. Mampu menyusun tujuan peningkatan mutu dengan tepat;

Pengantar :

Pada langkah pertama dilakukan identifikasi masalah mutu


pelayanan dengan melakukan analisis terhadap data
pencapaian target pelayanan, beberapa target pelayanan
yang tidak tercapai akibat adanya masalah yang terkait mutu
pelayanan. Pada langkah ini, peserta akan diberikan
beberapa scenario dalam melakukan kajian data dan
memprioritaskan permasalahan mutu yang akan
ditindaklanjuti. Fasilitas kesehatan yang baru memulai inisiasi
QI diharapkan memprioritaskan pada permasalahan yang

11
sederhana, mudah diintervensi, berpengaruh terhadap
keluaran pelayanan, tidak membutuhkan banyak sumber daya
tambahan dan dapat melibatkan masyarakat.

Latihan :

Skenario 1.1

Puskesmas Berkemajuan setiap tahunnya menyusun


perencanaan tingkat puskesmas, termasuk target
capaian puskesmas dengan mangacu pada indikator
target yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten
Berkemajuan.

Kepala puskesmas mengangkat penanggungjawab upaya


kesehatan masyarakat, menetapkan target capaian
setiap pelayanan. Penanggungjawab UKM bersama
pelaksanan kegiatan UKM menyusun pedoman/panduan
pelayanan, menyusun kerangka acuan kegiatan,
menyusun standar operasional prosedur.

Evaluasi pencapaian dilakukan setiap 3 bulan, ada


beberapa pelayanan yang tidak tercapai, termasuk
cakupan ASI Ekslusif yang tidak mencapai target,
pelayanan tetap berjalan setiap bulan, hanya saja

12
petugas melakukan pelayanan sesuai kebiasaanya,
kadang terlampat, kurang melibatkan masyarakat, tidak
mengacu pada pedoman/panduan, KAK dan SOP.
Pencapaian pelayanan dilaporkan setiap bulan tetapi
belum dilakukan analisis, belum ada kreatifitas dan
inovasi pelayanan. Penanggungjawab UKM melakukan
pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berkala,
hanya saja belum memahami manajemen puskesmas,
sehingga pembinaan, monitoring dan evaluasi dilakukan
seadanya.

Dari 680 ibu hamil, 95 persen yang telah diberikan


penyuluhan ASI Ekslusif, tetapi capaian ASI Ekslusif
dibawa 60 persen, 100 persen persalinan oleh nakes.
Kegagalan ASI Ekslufit cendrung terjadi pada hari
pertama kelahiran, dimana kondisi ibu bersalin masih
lemah. Pengambilan keputusan terkait bayinya sesuai
kondisi budaya masyarakat setempat biasanya orang tua
atau mertua atau kadang-kadang suami, padahal mereka
semua tidak memahami pentingnya ASI Ekslusif.

13
Diskusi 1.1 Identifikasi permasalahan

a. Berdasarkan data yang tersedia pada scenario 1.1,


informasi apa saja yang dapat diambil terkait “proses
pelayanan kesehatan” dan “keluaran pelayanan
kesehatan”?

Proses Pelayanan Keluaran Pelayanan

1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

b. Hitunglah persentase kinerja pelayanan kesehatan


berdasarkan data yang tersedia pada scenario 1.1.

Proses Kinerja (%) Keluaran Kinerja (%)


Pelayanan Pelayanan
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.

14
Staf Puskesmas Berkemajuan melakukan identifikasi masalah
yaitu cakupan ASI Ekslusif yang tidak mencapai target,
petugas melakukan pelayanan sesuai kebiasaanya, kadang
terlampat, kurang melibatkan masyarakat, tidak mengacu
pada pedoman/panduan, KAK dan SOP. Laporan setiap bulan
belum dilakukan analisis, belum ada kreatifitas dan inovasi
pelayanan. Penanggungjawab UKM belum memahami
manajemen puskesmas, sehingga pembinaan, monitoring dan
evaluasi dilakukan seadanya. Ada sebanyak 95 persen bumil
yang telah diberikan penyuluhan ASI Ekslusif, tetapi capaian
ASI Ekslusif dibawa 60 persen. Kegagalan ASI Ekslufit
cendrung terjadi pada hari pertama kelahiran, dimana kondisi
ibu bersalin masih lemah. Pengambilan keputusan terkait
bayinya sesuai kondisi budaya masyarakat setempat
biasanya orang tua atau mertua atau kadang-kadang suami,
padahal mereka semua tidak memahami pentingnya ASI
Ekslusif.
Skenario 1.2

Diskusi 1.2: Menetapkan prioritas permasalahan

Lengkapi tabel penetapan prioritas masalah di


bawah ini. berikanlah skor angka dari 1 sampai 5

15
untuk tiap-tiap kolom variabel prioritas untuk setiap
masalah yang telah di identifikasi. Gunakan
penjelasan dibawah ini sebagai acuan dalam
pemberian skor tersebut:

1. Penting untuk menghasilkan keluaran terbaik


Seberapa penting aspek pelayanan tersebut
memberikan keluaran yang lebih baik untuk
sasaran? 1 tidak penting (skor terendah), 5 vital
untuk pasien (skor tertinggi)
2. Affordable baik dalam hal waktu maupun
sumber daya yang dibutuhkan.
Menurut anda, seberapa mudah permasalahan
tersebut diatasi? Berikan skor 1 jika tidak
affordable (membutuhkan waktu yang lama dan
sumber daya yang besar), 5 jika sangat
affordable.
3. Mudah untuk di ukur
Seberapa mudah mengukur permasalahan yang
akan ditangani? Berikan skor 1 jika sangat sulit
(misalnya case management untuk penyakit
kongenital), 5 jika sangat mudah
4. Berada dalam kendali tim di unit pelayanan
Apakah tenaga kesehatan di unit pelayanan
tersebut dapat mengatasi permasalahan

16
tersebut sendiri? Berikan skor 1 jika
permasalahan tersebut sepenuhnya tidak
berada di bawah kendali tim, dan 5 jika
sepenuhnya berada di bawah kendali tim.

Kemungkinan Penting Affordable Muda Berada Skor


Perbaikan Mutu untuk (1-5) diukur dalam Total
sasaran (1-5) kendali (4-20)
(1-5) Tim
(1-%)
Melakukan analysis
capaian dan
membuat rencana
kerja
Sosialisasi dan
penerapan
Pedoman/panduan,
KAK dan SOP
kegiatan
Advokasi lintas
sektor untuk
pelibatan kegiatan
Melakukan inovasi
pelayanan dengan
membentuk
kelompok peduli
ASI yang terdiri
suami, orang tua,
mertua.
Pelatihan
manajemen
puskesmas bagi
penanggungjawab
UKM

Diskusi 1.3. Membentuk Tim

17
Setelah menyusun prioritas permasalahan,
diskusikan bersama-sama siapa saja yang akan
terlibat dalam upaya peningkatan mutu tersebut.
Pastikan terdapat pembagian peran yang jelas di
dalam tim tersebut, siapa yang akan menjadi
pimpinan tim, anggota, dan lain-lain.

Anggota Tim Peran Anggota Tim


1. 1.
2. 2.
3. 3.
Pimpinan Tim Karakteristik Pimpinan
Tim
1. 1.
2.

Diskusi 1.4. Menyusun tujuan peningkatan mutu

Setelah terbentuk tim, susunlah tujuan perbaikan


mutu yang akan dilaksanakan. Kalimat “tujuan” yang
baik seyogyanya memuat kejelasan apa yang akan
dicapai, siapa yang dituju, target yang akan dicapai,
dan kapan target tersebut dicapai. Hal ini sesuai
dengan prinsip-prinsip ‘SMART’ (Specific,

18
Measurable, Achievable, Realistic, Timely/time-
based) berikut:

1. Memuat informasi terkait proses atau keluaran


spesifik yang akan diintervensi;
2. Memuat informasi populasi sasaran yang akan
mendapatkan manfaat dari perubahan tersebut;
3. Memuat informasi target perubahan yang akan
dicapai dalam satuan yang terukur;
4. Memuat informasi target waktu pencapaian
perubahan tersebut.
Tulislah tujuan peningkatan mutu yang akan
dilaksanakan untuk permasalahan mutu yang telah
diidentifikasi pada latihan sebelumnya

Tujuan peningkatan mutu yang akan kami lakukan adalah


untuk……………………………………………………………....
pada (kelompok sasaran yang mana?) ……………………
dari (cakupan saat ini) …………… ke (target cakupan yang
diharapkan) ………….. pada (kapan target tersebut
dicapai)............

19
Langkah 2. Melakukan analisa mendalam dan
mengukur mutu pelayanan

Tujuan Pembelajaran:

1. Mampu menggunakan instrument dan metode dalam


melakukan analisa mendalam terhadap permasalahan
mutu pelayanan kesehatan;
2. Mampu mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah
berdasarkan hasil analisa mendalam;
3. Mampu menyusun indikator terkait mutu pelayanan
kesehatan, baik indikator proses maupun outcome
pelayanan dan menggunakannya untuk memantau
kemajuan proses peningkatan mutu pelayanan.

Pengantar

Pada tahap ini, peserta akan mempelajari bagaimana


mengidentifikasi penyebab dari permasalahan mutu pelayanan
yang telah diidentifikasi pada langkah 1 dan menyusun indikator-
indikator untuk memantau kemajuan dari upaya perbaikan mutu
yang akan dilaksanakan. Dalam melakukan kajian terhadap
penyebab permasalahan mutu, penting untuk memastikan

20
keterlibatan dari setiap anggota tim untuk memahami secara
mendalam apa yang terjadi dalam pelayanan kesehatan. Dengan
mengetahui penyebab tersebut, maka dapat disusun alternative
solusi yang paling sesuai dengan kondisi fasilitas kesehatan
setempat.
Secara umum terdapat empat instrument yang digunakan untuk
menganalisa permasalahan mutu dalam model ini, meliputi
1) Fishbone analisis,
2) Five why’s analysis (Analisa akar masalah),
3) Pareto principle,
4) Process flowchart.

instrument yang digunakan untuk menganalisa permasalahan


mutu dalam model ini adalah sebagai berikut :

1. Fishbone analysis
Berdasarkan pendekatan Fishbone analysis, penyebab dari
permasalahan yang dihadapi dikelompokkan dalam empat
kategori besar sebagaimana digambarkan dalam diagram 2
diatas, meliputi: SDM, Tempat, Prosedur dan Kebijakan.
1. SDM : Tenaga kesehatan tidak memahami pelayanan
yang diberikan atau bagaimana memberikan
pelayanan tersebut. Di dalam komponen ini termasuk
kapasitas dan kecukupan tenaga kesehatan.
2. TEMPAT: Pengorganisasian tempat pelayanan tidak

21
ramah untuk petugas kesehatan dan pasien sehingga
menyulitkan pemberian pelayanan. Sebagai contoh,
tempat pemberian penyuluhan.
3. PROSEDUR: Pengorganisasian pelayanan dapat
berkontribusi terhadap permasalahan mutu. Sebagai
contoh, pelayanan diberikan dalam rangkaian proses
yang tidak sesuai, tidak tepat, atau terlambat.
4. KEBIJAKAN: Tidak tersedia kebijakan yang
mendukung pemberian pelayanan, atau kebijakan
tersebut tidak spesifik. Guideline dan SPO termasuk
dalam komponen ini.
2. Analisa akar masalah
Dalam melakukan analisa akar masalah, kajian dilakukan
dengan menanyakan kenapa permasalahan tersebut
terjadi dan terus menanyakan ‘WHY’ sampai diidentifkasi
akar masalah dan alternatif solusinya. Contoh berikut
memperlihatkan gambaran proses analisa akar masalah
yang dilaksanakan di salah satu puskesmas untuk
meningkatkan cakupan ASI Ekslusif:

Bayi baru lahir diberi susu


formula – Kenapa?

Adanya anggapan bahwa


bayi yang menangis karena
lapar – Kenapa?

22
Suami, orang tua/mertua Suami dan orang
yang mendamping ibu tua/mertua tidak pernah
melahirkan yang diberikan penyuluhan
mengambil keputusan tentang pentingnya ASI
terkait kondisi bayi yang Ekslusif hanya diedukasi
menangis. Karena bayinya bumil, sehingga mereka
dianggap lapar maka suami bertindak sesuai
atau orang tua,mertua pemahaman mereka.
memberikan susu formula.
Kenapa mereka tidak
Kenapa suami atau diberikan penyuluhan?
orangtua/mertua
memberikan susu formula?

Suami atau Belum ada inovasi


orangtua/mertua membentuk kelompok
memberikan susu formula peduli ASI.
kepada bayi karena tidak
mengetahui pentingnya ASI Kenapa tidak membentuk
Ekslusif kelompok Peduli ASI

Kenapa mereka tidak tahu


pentingnya ASI Eklusif?

3. Pareto Principle
Pendekatan ini didasarkan pada premise bahwa 80% dari
permasalah mutu disebabkan oleh 20% penyebab utama.
Pendekatan ini menekankan pada penyebab utama yang
berkontribusi terhadap permasalahan dan
memprioritaskan penyebab yang dapat diatasi secara
efisien.

23
4. Process flowchart
Process flowchart mendeskripsikan setiap tahap proses
pemberian layanan terkait permasalahan mutu yang telah
diidentifikasi. Flowchart dapat mengidentifikasi proses
pemberian pelayanan yang tidak sesuai, tidak tepat, atau
tidak jelas yang berkontribusi terhadap kejadian
permasalahan tersebut.
Latihan :
Pananggungjawab UKM memutuskan untuk
memprioritaskan mengatasi dua permasalahan dan
menetapkan tujuan peningkatan mutu pelayanan kesehatan
berikut ini:
a. Meningkatan persentase capain target ASI Ekslusif
dari 60 % menjadi 80 %.
b. Membentuk Kelompok Peduli ASI Ekslusif disetiap
desa/kelurahan wilayah kerja puskesmas.

24
Berdasarkan hasil Analisa Fishbone permasalah mutu
pelayanan Puskesmas Berkemajuan di atas (Diagram 5),
menurut Anda apa saja yang menjadi penyebab tidak
tercapaiannya target ASI Ekslusif?

1..................................................................................................

2...................................................................................................

3...................................................................................................

4..................................................................................................

Berdasarkan hasil Analisa Process Flowchart permasalahan mutu


pelayanan Puskesmas Berkemajuandi atas (Diagram 6), menurut
Anda apa saja yang menjadi penyebab anak mengalami
hipotermia?

1..................................................................................................

2...................................................................................................

3...................................................................................................

4..................................................................................................

25
Diskusi 2.1. Memilih instrument untuk melakukan analisa
mendalam

Diskusi 2.2. Memilih indikator pemantauan upaya perbaikan


mutu pelayanan

A. Tentukan indikator proses untuk mengukur kemajuan


upaya peningkatan cakupan ASI Ekslusif
Numerator

Denominator

Sumber data

Penanggung jawab

How frequently

B. Tentukan indikator keluaran untuk mengukur kemajuan


upaya peningkatan cakupan ASI Ekslusif

Numerator

Denominator

Sumber data

26
Penanggung jawab

How frequently

Skenario 2.2. Mengumpulkan baseline

Tim Mutu Puskesmas Berkemajuan memutuskan untuk


menggunakan indikator berikut:

- Persentase ASI Ekslusif


- Persentase Kelompok Peduli ASI
Tim kemudian mengumpulkan data terkait indikator ini selama
3 bulan. Hasil baseline tersebut dirangkum dalam tabel 2.

Diskusi 2.3. Menampilkan hasil pengumpulan data baseline

Berdasarkan hasil pengumpulan data baseline, maka


gunakan data tersebut dalam grafik time-series.

27
Langkah 3: Menyusun dan melaksanakan intervensi
perbaikan mutu pelayanan – PDSA

Tujuan Pembelajaran :

1. Mampu mengembangkan ide-ide perubahan dalam


upaya peningkatan mutu pelayanan
2. Mampu menerapkan siklus plan-do-study-act (PDSA)
dalam penerapan ide perubahan
3. Mampu mengembangkan tindak lanjut dari penerapan
PDSA
Pengantar :

Perbaikan mutu pelayanan membutuhkan perubahan, akan


tetapi perubahan itu sendiri tidak selalu menghasilkan mutu
pelayanan yang lebih baik. Perubahan tersebut dapat berupa
hal yang sangat sederhana sampai dengan sangat kompleks,
tergantung dari kompleksitas permasalahan mutu yang
dihadapi, antara lain: meminimalisir variasi pelayanan,
reorganisasi pelayanan, perbaikan penugasan penyedia
layanan, meningkatkan efisiensi penyediaan layanan,
meningkatan pengetahuan atau keterampilan tenaga
kesehatan.

Pada bagian ini, peserta akan belajar bagaimana


menghasilkan perubahan yang akan meningkatkan mutu

28
pelayanan melalui proses PDSA. Penerapan ide perubahan
tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diperkirakan. Tim
mutu pada umumnya akan melakukan serangkaian
perubahan/penyesuaian untuk menghasilkan perubahan yang
paling sesuai dengan kondisi di fasilitas kesehatan tersebut.
Penerapan siklus PDSA membantu tim mutu untuk
menerapkan ide perubahan tersebut secara sistematis.

Plan – Tim mutu merencanakan bagaimana ide perubahan


tersebut akan dilaksanakan, oleh siapa dan berapa lama

Do – Tim mutu melaksanakan rencana pelaksanaan tersebut


sembari memonitor pelaksanaan tersebut secara kualitatif dan
kuantitatif (indicator proses dan keluaran QI yang telah
ditetapkan di langkah 2)

Study – Tim mutu mengevaluasi pelaksanaan ide perubahan


dan menentukan apakah 1) ide perubahan tersebut telah
sesuai dengan kondisi fasilitas tersebut dan dapat langsung
diterapkan (Adopt), 2) diperlukan penyesuaian/perbaikan
terhadap ide perubahan tersebut (Adapt), atau 3) menganulir
ide perubahan tersebut (Abandon).

Act – Tim mutu melakukan langkah perbaikan selanjutnya


berdasarkan hasil studi/evaluasi ide perubahan. Tim mutu
dapat memulai pelaksanaan PDSA dalam skala kecil dan

29
dalam waktu yang singkat.

Diskusi 3.1M: Mengembangkan ide perubahan

Tim mutu Puskesmas Berkemajuan mereview hasil diagram


flowchart dan fishbone untuk memahami apa yang menjadi
penyebab penyediaan layanan sub-optimal di fasilitas mereka.
Berdasarkan informasi yang tersedia pada diagram 4 dan 5,
perubahan apa saja yang dapat dilaksanakan untuk
meningkatkan persantase capaian target ASI Ekslusif.

Ide perubahan untuk Memperbaiki


Ide Perubahan Mutu Pelayanan

Tim mutu Puskesmas Berkemajuan bersama lintas sektor


memutuskan dalam lokakarya lintassektor untuk
menerapkan kegiatan inovasi Kelompok Peduli ASI
Ekslusif di desa yang paling rendah cakupannya. Mereka

30
membahas beberapa tantangan untuk menerapkan ide
perubahan tersebut, antara lain:

1. Siapa yang akan menjadi pengurus dan anggota


Kelompok peduli ASI Ekslusif?
2. Apa tugas dan tanggungjawab kelompok tersebut?
3. Dimana sekretariat kelompok tersebut?
4. Darimana biaya operasional kelompok tersebut?
Dalam Lokakarya lintas sektor, ada beberapa peserta
yang bersedia menjadi pengurus Kelompok Peduli ASI
Ekslusif, mereka akan membentuk Kelompok tersebut
dengan tugas dan tanggungjawab memberikan edukasi
kepada seluruh anggotanya yang terdiri dari para suami
yang memiliki istri masa subur, ada juga yang
menyatakan bahwa sasarannya adalah para suami yang
sementara istrinya hamil dan para orang tua/mertua yang
serumah dengan ibu hamil, dengan alasan bahwa sesuai
budaya masyarakat di desa setempat biasanya yang akan
mengambil keputusan terkait bayinya adalah suami atau
orang/mertua.

Karena pada umumnya di desa tersebut, pasangan suami


istri tinggal bersama orang tua/mertuanya, maka
diputuskan yang menjadi anggota tim tersebut adalah
semua suami yang istrinya sementara hamil beserta

31
orang tua/mertu yang serumah dengan ibu hamil.

Kepala desa menyediakan ruang sekretariat kelompok di


balai desa, dana operasional selain dari donatur desa
juga akan diusulkan dalam masuk di Alokasi Dana Desa.

Sebelum memutuskan untuk menerapkan ide perubahan


tersebut, tim mutu membahas keuntungan dan kerugian
ide perubahan tersebut.

Skenario 3.2M

Diskusi 3.2M: Merencanakan siklus PDSA untuk penerapan


ide perubahan

Menurut anda, bagaimana sebaiknya tim mutu Puskesmas


Berkemajuan menerapkan inovasi Kelompok Peduli ASI
Ekslusif menggunakan siklus PDSA?

Plan - Apa kegiatan tim tersebut?


- Siapa pelaksana inovasi
tersebut?
- Dimana dilaksanakan inovasi
tersebut?
- Berapa lama inovasi tersebut
diuji coba?
Do

32
Study Apa hasil yang anda harapkan
dari inovasi tersebut?

Act

Skenario 3.3M

Tim mutu bersama lintas sektor menyepakati untuk


melakukan uji coba inovasi tersebut. Kelompok Peduli ASI
Ekslusif yang telah dibentuk tersebut diminta unuk mencoba
melaksanakan inovasi ini di desa mereka, selanjutnya
menjawab beberapa pertanyaan berikut:

- Apa rencana kerja Kelompok Peduli ASI Ekslusif?


- Bagaimana bentuk edukasi yang akan diberikan kepada
anggotanya?

Kelompok Peduli ASI Eklusif menyusun rencana kegiatan


diantaranya pendataan sasaran, pelatihan tim, penyusunan
model dan materi penyuluhan, pembuatan alat peraga dan
lain-lain.

Kelompok Peduli ASI Ekslusif melakukan pendataan


bersama bidan di desa serta lintas sektor. Terdapat sasaran
sebanyak 64 orang (suami, orangtua/mertua) dari 21 ibu
hamil. Sebanyak 7 orang pengurus kelompok yang dilatih

33
selama 3 hari di puskesmas untuk mendapatkan materi
model dan metode menyuluh, cara pembuatan alat peraga
dan materi inti tentang ASI Ekslusif. Pengurus yang telah
dilatih mencoba melakukan penyuluhan dengan membagi 2
lokasi penyuluhan, ada beberapa sasaran yang tidak hadir.
Kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali
bagi seluruh sasaran, sesi akhir dilakukan evaluasi terhadap
pemahaman sasaran tentang ASI Ekslusif, ternyata masih
sebagian yang belum memahami dan kurang yakin mampu
membantu dan mendukung ASI Ekslusif, dengan alasan
bahwa sebagian ibu bayi kembali bekerja dan anaknya akan
diasuh oleh neneknya.

34
Diskusi 3.3M

Menurut anda, apa kelemahan inovasi tersebut dan


kegiatan apa yang akan ditambahkan dalam kelompok
peduli ASI Ekslusif tersebut?

Apa yang sebaiknya dilakukan oleh tim mutu selanjutnya?

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................

Skenario 3.4M

Tim mutu puskesmas menyepakati inovasi Kelompok Peduli


ASI Ekslusif untuk dilaksanakan, tetapi masih ada beberapa
hal yang harus diperbaiki untuk menerapkan inovasi tersebut,
antara lain:

1. Apakah sudah ada surat keputusan, pedoman/panduan


dan kerangka acuan kegiatan inovasi Kelompok Peduli
ASI Ekslusif?
2. Bagaimana dengan sasaran yang tidak hadir dalam

35
penyuluhan?
3. Apakah tindakan selanjutnya bagi sasaran yang telah
diberikan penyuluhan tapi belum memahami tentang ASI
Ekslusif.

Tim mutu memutuskan:

1. Membuat SK, menyusun pedoman/panduan internal,


kerangka acuan kegiatan bersama dengan kelompok
Peduli ASI Ekslusif.
2. Melakukan kunjungan rumah kepada sasaran yang tidak
hadir dalam kegiatan penyuluhan.
3. Melakukan evaluasi terhadap metode penyuluhan yang
telah dilakukan, membuat simulasi, alat peraga
penyuluhan, dan menggunakan film pendek terkait ASI
Ekslusif sehingga menarik dan muda dipahami sasaran.

Tim mutu bersama Kelompok Peduli ASI Ekslusif


memutuskan untuk mencoba penyesuaian inovasi tersebut
pada kegiatan berikutnya, ternyata dapat berjalan dengan
baik.

Pada saat pelaksanaan kegiatan, maka kelompok peduli ASI


Ekslusi dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan
pedoman/panduan dan kerangka acuan kegiatan sehingga
jelas semua tujuan kegiatan, tempat dan waktu pelaksanaan

36
kegiatan.

Masih terdapat sasaran yang tidak hadir dalam kegiatan


tersebut, maka pengurus kelompok peduli ASI Ekslusif
melakukan kunjungan rumah bersama unsur desa dan tokoh
masyarakat bagi sasaran yang tidak hadir dalam kegiatan
tersebut.

Masih ada sasaran yang belum memahami tentang ASI


Ekslusif, maka Kelompok peduli ASI Ekslusif mencoba
melakukan simulasi, pelibatan peserta dalam kegiatan
penyuluhan, penggunaan alat peraga sebagai contoh.
Pemutaran atau mengirimkan film-film pendek kepada group
WA sasaran sehingga kapan saja mereka bisa melihatnya.

Tim mutu memutuskan:

1. Melakukan kunjungan rumah bersama unsur desa dan


tokoh masyarakat bagi sasaran yang tidak hadir
2. Melakukan simulasi, peserta berperan aktif dalam
kegiatan penyuluhan, penggunaan alat peraga sebagai
contoh. Pemutaran film-film pendek tentang ASI Ekslusif.
Perubahan tersebut dilaksanakan kembali oleh kelompok
Peduli ASI Ekslisf untuk melihat apakah masih ada hal-hal
yang harus diperbaiki. Setelah dilaksanakan ujicoba terakhir
tersebut, mereka memutuskan bahwa inovasi Kelompok

37
Peduli ASI Ekslusif sudah sesuai untuk mencapai indicator
mutu yang diharapkan.

Tim mutu kemudian mensosialisasikan inovasi tersebut ke


seluruh desa/kelurahan diwilayah kerja Puskesmas
Berkemajuan untuk membahas penerapan selanjutnya di
semua desa/kelurahan. Setelah serangkaian pertemuan
tersebut, maka terbentuklah kelompok-kelompok tersebut
diseluruh desa/kelurahan untuk menerapkan inovasi
tersebut.

Evalusi capaian indicator pelayanan dikumpulkan dan


dibahas setiap bulan untuk memastikan semua kelompok
berjalan dan ada peningkatan capaian ASI Ekslusif disetiap
desa/kelurahan sehingga secara akumulasi terjadi
peningkatan capaian target ASI Ekslusif di tingkat
puskesmas.

38
Langkah 4. Sustaining improvement

Tujuan Pembelajaran :

1. Mampu membangun motivasi, antusiasme dan


memberikan penghargaan untuk tim;
2. Mampu menyajikan dan mendiseminasikan keberhasilan
pada langkah tiga ke pemangku kepentingan 
terkait di
fasilitas kesehatan;
3. Mampu mengembangkan kebijakan-kebijakan terkait
untuk mendukung pelaksanaan perubahan pelayanan;
4. Mampu mendorong terjadi perubahan system untuk
melaksanakan perbaikan mutu yang telah diujicobakan

sehingga menjadi bagian dari system 


Pengantar

Kesinambungan pelaksanaan perubahan yang


meningkatkan mutu pelayanan merupakan salah satu
komponen kunci dalam quality improvement.
Kesinambungan perubahan tersebut dapat diperolah
dengan berbagai cara. Keterlibatan manajemen dan
direksi dalam proses quality improvement merupakan
salah satu kunci keberhasilan. Selain itu, adanya
penghargaan terhadap perubahan-perubahan yang telah

39
dihasilkan dan keberhasilan yang telah diraih dapat
mendorong mempertahankan motivasi untuk terus
melaksanakan perubahan-perubahan dalam quality
improvement.

Diskusi 4.1. Memastikan kesinampungan keberhasilan


perubahan pelayanan

Menurut bapak/ibu, apa saja yang dapat dilakukan untuk


memastikan inovasi yang telah berhasil dilaksanakan pada
langkah tiga dapat dilaksanakan secara berkesinambungan di
Puskesmas Berkemajuan:

………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

Diskusi 4.2. Membangun antusiasme untuk melakukan quality


improvement
Menurut bapak/ibu, apa saja yang dapat dilakukan untuk
mendorong pelaksanaan quality improvement secara
berkesinambungan di Puskesmas Berkemajuan?
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

40

Anda mungkin juga menyukai