Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan adanya edema atau
hematoma dan perdarahan otak.
Tujuan : Perfusi jaringan cerebral optimal secara bertahap setelah di lakukan tindakan
keperawatan dalam waktu 7 x 24 jam
Sasaran :
Intervensi :
1) Kaji keluhan, observasi TTV tiap 2-4 jam dan kesadaran klien
2) Kaji karakteristik nyeri (intensitas, lokasi, frekuensi dan faktor yang
mempengaruhi).
4) Kaji tanda peningkatan TIK ( kaku kuduk, muntah proyektil dan
penurunan kesadaran.
6) Anjurkan orang terdekat ( keluarga ) untuk bicara dengan klien walaupun hanya lewat
sentuhan.
neurologis.
Batasan karakteristik
Kariopulmonal
Subjektif
Nyeri dada
Dispnea
Rasa seperti akan mati
Objektif
Gas darah arteri tidak normal
Perubahan frekuensi pernapasan diluar parameter yang dapat diterima
Aritmia
Bronkospasme
Pengisian kembali kapiler lebih dari 3 detik
Retraksi dada
Napas cuping hidung
Penggunaan otot bantu pernapasan
Serebral
Perubahan status mental
Perubahan perilaku
Perubahan respon motorik
Perubahan reaksi pupil
Kesulitan menelan
Kelemahan atau paralisis ekstremitas
Paralisis
Ketidaknormalan dalam berbicara
Gastrointestinal
Subjektif
Nyeri atau neri tekan pada abdomen
Mual
Objektif
Distensi abdomen
Bising usus tidak ada atau hipoaktif
Renal
Objektif
Perubahan tekanan darah diluar parameter yang dapat diterima
Peningkatan rasio BUN/kreatinin
Hematuria
Oligouria/anuria
Hasil & NOC
NOC:
Perfusi jaringan kardiopulmonal
Keefektifan pompa jantung; keadekuatan volume darah yang dipompa dari ventrikel
kiri untuk mendukung tekanan perfusi sistemik
Status sirkulasi; aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah, pada tekanan yang
sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi pulmonal dan sistemik
Status pernapasan: pertukaran gas; pertukaran karbondioksida dan oksigen dialveolus
untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri
Perfusi jaringan: jantung; keadekuatan aliran darah melalui susunan pembuluh darah
koroner untuk mempertahankan perfusi jantung
Perfusi jaringan: paru; keadekuatan aliran darah melalui susunan pembuluh darah
paru untuk mempertahankan perfusi unit alveoli /kapiler
Tanda-tanda vital; TTV dalam batas normal
Tujuan/criteria evaluasi
Kardiopulmonal
Menunjukkan keefektifan pompa jantung, perfusi jaringan jantung, dan perfusi
jaringan perifer
Menunjukkan status sirkulasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
PaO2 dan PaCO2 atau tekanan parsial oksigen atau
karbon dioksida
Nadi karotis, brakial, radial, femoral, serta pedis kiri dan
kanan
TD sistolik dan diastolic, tekanan nadi, rerata CVP, dan
tekanan baji paru
Angina
Suara napas tambahan, distensi vena leher, edema paru
atau bruit pembuluh darah besar
Keletihan eksterm
Edema perifer dan asites
Serebral
Menunjukkan status sirkulasi dan kognisi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
TD sistolik dan diastolik
Bruit pembuluh darah besar
Hipotensi ortostatik
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta
kemampuan
Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
kognitif
Menunjukkan memori jangkan panjang dan saat ini
Mengolah informasi
Membuat keputusan yang tepat
Pasien akan:
mempunyai system saraf pusat dan perifer yang utuh
menunjukkan fungsi sensori motor cranial yang utuh
menunjukkan fungsi otonom yang utuh
mempunyai pupul yang normal
terbebas dari kejang
tidak mengalami sakit kepala
Gastrointestinal
menunjukkan status sirkulasi, keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan
dan hidrasi; yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
TD sistolik dan diastolic
Keterjagaan mental, orientasi kognitif dan kekuatan otot
Uji laboratorium (Na, K, bikarbonat)
Asupan dan haluaran 24 jam
Suara napas tambahan
Distensi vena leher
Haluaran urin, natrium serum, membrane mukosa
lembab
Haus (abnormal)
Peningkatan hematokrit
Peningkatan BUN
Pasien akan:
menunjukkan asupan makanan, cairan, dan zat gisi yang adekuat
melaporkan kecukupan energy
menunjukkan massa tubuh dan berat badan dalam rentang yang diharapkan
Renal
menunjukkan status sirkulasi, keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan
dan hidrasi; yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
gangguan eksterm
berat
sedang
ringan
tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
TD sistolik dan diastolic
Haluaran urin
Keterjagaan mental, orientasi kognitif dan kekuatan otot
Uji laboratorium (Na, K, bikarbonat)
Asupan dan haluaran 24 jam
Suara napas tambahan
Distensi vena leher
Haluaran urin, natrium serum, membrane mukosa
lembab
Haus (abnormal)
Peningkatan hematokrit
Peningkatan BUN
Pasien akan
warna dan bau urin dalam rentang yang diharapkan
urin jernih
uji laboratorium dalam batas normal
PCO2 arteri dalam batas normal
Intervensi NIC
Kardiopulmonal
Pengkajian
Pantau nyeri dada
Observasi perubahan segmen ST pada EKG
Pantau frekuensi dan irama jantung
Auskultasi bunyi janrung dan paru
Pantau hasil pemeriksaan koagulasi
Timbang berat badan pasien setiap hari
Pantau nilai elektrolit yang berhubungan dengan disritmia
Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi perifer
Pantau asupan dan haluaran
Pantau nadi perifer dan edema
Pemantauan pernapasan (NIC);
Pantau peningkatan ansietas, gelisah,
Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2 tidal akhir dan nilai GDA, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
Berikan obat berdasarkan program atau protocol
Aktivitas lain
Beri jaminan keluarga dan pasien bahwa panggilan bel, lampu dan pintu yang terbuka
akan direspon oleh perawat
Tingkatkan istirahat
Jangan melakukan pengukuran suhu tubuh rectal
Lakukan terapi kompresi, jika perlu
Serebral
Pengkajiam
Pantau hal-hal berikut ini:
TTV
PO2, PCO2, pH dan kadar bikarbonat
PaCO2 dan SaO2 dan kadar Hb untuk mnentukan pengiriman oksigen kejaringan
Periksa pupil
Periksa mata
Sakit kepala
Tingkat kesadaran dan orientasi
Memori, alam perasaan dan afek
Curah jantung
Reflek corneal, batuk dan muntah
Tonus otot, pergerakan motorik, gaya berjalan dan kesesuaian
Pemantauan tekanan intracranial (NIC);
Pantau TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas perawatan
Pantau tekanan perfusi serebral
Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus
Aktivitas kolaboratif
Pertahankan parameter hemodinamika dalam rentang yang dianjurkan
Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler sesuai program
Induksi hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral, sesuai program
Berikan loop diuretic dan osmotic, sesuai prigram
Tinggikan bagian kepala tempat tidur hingga 45drjt tergantung pada kondisi pasien
dan program dokter
Aktivitas lain
Pemantauan TIK (NIC):
Lakukan modalitas terapi kompresi, jika perlu
Meminimalkan stimulus lingkungan
Beri interval setiap asuhan keperawatan untuk meminimakan peningkatan TIK
Gastrointestinal
Pengkajian
Pantau TTV
Pantau kadar elektrolit serum
Pantau manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
Pantau irama jantung
Pertahankan keakuratan pendokumentasian asupan dan haluaran cairan
Kaji tanda perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
Aktivitas kolaboratif
Pasang selang GI jika perlu
Berikan suplemen elektrolit sesuai program
Manajemen cairan (NIC);
Beri terapi IV sesuai program
Renal
Pengkajian
Manajemen cairan (NIC):
Observasi status hidrasi
Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
Pantau tanda-tanda retensi atau kelebihan beban cairan
Pertahan kan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran cairan
Pasang kateter urin jika perlu
Pantau TTV jika perlu
Pantau respon pasien terhadap terapi elektrolit yg diprogramkan
Timbang BB pasien setiap hari dan pantau perubahannya
Aktivitas kolaboratif
Berikan diuretic sesuai program
Laporkan kepada dokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan bertambah
buruk
Untuk pasien hemodialisis, berikan heparin sesuai protocol dan sesuaikan dosi
Aktivitas lain
Bagi asupan cairan yang diprogramkan untuk waktu 24 jam
Pertahankan pembatasan diet dan cairan, sesuai program
Untuk pasien hemodialisis, jangan melakukan pungsi vena atau mengukur tekanan
darah pada lengan yang terdpat vistula
Untuk pasien peritoneal dialysis;
Gunakan teknik aseptic ketat setiap hari
Hangatkan dialisat sesuai suhu tubuh sebelum dialysis
Ubah posisi pasien semifoler dan lambatkan frekuensi instilasi jika terjadi gawat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis Ensefalitis merupakan penyakit yang menyerang system saraf.Kebanyakan penyakit ini menyerang
pada anak-anak. Banyak yang tidak mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun sebenarnya
mirip.
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat
dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran,bahkan
kematian. Kebanyakan ksus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,seperti virus, bakteri, jamur, atau
parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.Terkadang ensefalitis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti meningitis,atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies
(disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis,malaria,atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada
orang yang system kekebalan tubuhnya kurang. Kerysakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap
tengkorak dan menyebabkan kematian.
1.2 Rumusan Masalah
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis yang meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan dan evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MENINGITIS
2.1.1 Definisi
Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini
lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga
terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan
oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme
pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
2.1.2 Etiologi
1. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis organisme yang sering
menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus pneumonia dan neisseria meningitis.
Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang
padat, spt: asrama, penjara. Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau
sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur tulang tengkorak atau
pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis . Selain itu juga dapat terjadi pada orang dengan
gangguan sistem imun, spt: AIDS dan defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan
lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan
intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
2. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya
bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian
menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster.
Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga
mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan
neurologic.
3. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien dengan AIDS.
Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi
Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak,
sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status mental.
Faktor resiko terjadinya meningitis :
1. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak,
misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan olh bakteri terdiri atas faktor pencetus sebagai berikut
diantaranya adalah :
1. Otitis media
2. Pneumonia
3. Sinusitis
4. Sickle cell anemia
5. Fraktur cranial, trauma otak
6. Operasi spinal
7. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh seperti AIDS.
2. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF
dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea
3. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi cranium
2.1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala meningitis secara umum:
1. Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan,
hipotonia
2. Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia
pada fase akut
3. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin
4. Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
5. Higiene ; Tidak mampu merawat diri
6. Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri,
kejang, gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori,
sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia, tanda”Brudzinski”positif,
rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada
laki-laki
7. Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri
tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh
8. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
9. Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi
lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
10. Penyuluhan / pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus
a) Demam
b) Mengigil
c) Sakit kepala
d) Muntah
e) Perubahan pada sensorium
f) Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
g) Peka rangsang
h) Agitasi
i) Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanya disfungsi pada saraf III,
IV, dan VI))
,Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk, stupor, koma.
Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.
a) Demam
b) Muntah
c) Peka rangsang yang nyata
d) Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
e) Fontanel menonjol.
3.Neonatus:
a) Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelas dan spesifik tetapi
mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari, seperti
b) Menolak untuk makan.
c) Kemampuan menghisap menurun.
d) Muntah atau diare.
e) Tonus buruk.
f) Kurang gerakan.
g) Menangis buruk.
h) Leher biasanya lemas.
i) Tanda-tanda non-spesifik:
j) Hipothermia atau demam.
k) Peka rangsang.
l) Mengantuk.
m) Kejang.
n) Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.
o) Sianosis.
1. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat,
glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis bakteri.
2. Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal, kultur
biasanya negative.
Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan
menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu
Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.
Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi
sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum
elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa
cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya
menurun dari nilai normal.
Glukosa serum: meningkat (meningitis)
LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
Elektrolit darah: Abnormal
ESR/LED: meningkat pada meningitis
MRI/CT-scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah
serebral, hemoragik atau tumor
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan
tipe penyebab infeksi
Ronsen dada/kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
Arteriografi karotis : Letak abses
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada meningen dan
pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus) serta disebabkan oleh
infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis,
myocarditis, orchitis, epididymitis, albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai
komplikasi dari meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga
tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya disebabkan karena komplikasi dari nervous system.
2.1.7 Penatalaksanaan
Farmakologis
a. Obat anti inflamasi :
1) Meningitis tuberkulosa :
1. Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gram selama 1 ½ tahun.
2. Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium,
bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan
involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
2.2.4 Patofisiologi
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam
tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan
berkembang biak di organ tersebut.
3. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar
melalui sistem saraf.
1. Biakan:
1. Dari darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil
yang positif.
2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis
kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
4. Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.
5. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi.
Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh. IgM dapat dijumpai pada
awal gejala penyakit timbul.
6. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
7. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan
sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
8. EEG/ Electroencephalography
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya
kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
1. CT scan
Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada
kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan
lobus frontal.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus yang nampak pada 30 % anak dengan
berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan jangka
panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk
mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun sebagian besar penderita mengalami perubahan serius pada
susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat tidak selalu terjadi.Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf,
kebutaan kortikal, hemiparesis, quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan
motorik, gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.
2.2.7 Penatalaksanaan
Isolasi
Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
Terapi antimikroba :
1. Ensefalitis supurativa
1. Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
2. Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
3. Ensefalitis syphilis
1. Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
2. Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg oral
selama 14 hari.
1. Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella:
- Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg
peroral tiap 4 jam selama 10 hari.
1. Toxoplasmosis
1. Amebiasis
1. Riketsiosis serebri
1. Anamnesa
1. Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
1. Keluhan utama:
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit
kepala.
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit
infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh:
Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.
1. Imunisasi:
kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
3.4 Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4
Intervensi Rasional
Mandiri
Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan
1. Letakkan kantung es pada kepala, resepsi sensori yang selanjutnya akan
pakaian dingin di atas mata, berikan menurunkan nyeri
posisi yang nyaman kepala agak
tinggi sedikit, latihan rentang gerak
aktif atau pasif dan masage otot leher.
Kolaborasi
5. Berikan anal getik, asetaminofen, codein Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
nyeri yang berat
Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan sepsis.
Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi
Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000
Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
Intervensi Rasional
Mandiri
Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin
1. Beri tindakan isolasi sebagai diperlukan sampai organisme diketahui/dosis
pencegahan antibiotik yang cocok telah diberikan untuk
menurunkan resiko penyebaran pada orang
lain
1. Pertahankan teknik aseptik dan teknik Menurunkan resiko pasien terkena infeksi
cuci tangan yang tepat. sekunder. Mengontrol penyebaran sumber
infeksi
1. Ubah posisi pasien secara teratur, Memobilisasi secret dan meningkatkan
dianjurkan nafas dalam kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernapasan
Kolaborasi
Obat yang dipilih tergantung pada tipe
1. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin infeksi dan sensitivitas individu
G, ampisilin, klorampenikol,
gentamisin.
Diagnosa 3 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang mengubah/ menghentikan darah
arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis
Intervensi Rasional
Mandiri
Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan
1. Tirah baring dengan posisi potensi adanya resiko herniasi batang otak yang
kepala datar. memerlukan tindakan medis dengan segera
Diagnosa 5 : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan.
Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal
Kriteria Hasil :Klien tidak merasa lemah
Intervensi Rasional
1. Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal akstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis
1. Berikan perawatan kulit, masase Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan
dengan pelembab. menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi
kulit
1. Berikan matras udara atau air, Menyeimbangkan tekanan jaringan,
perhatikan kesejajaran tubuh secara meningkatkan sirkulasi dan membantu
fumgsional. meningkatkan arus balik vena untuk
menurunkan resiko terjadinya trauma
jaringan.
1. Berikan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat seringkali
penggunaan alat mobilisasi. menyertai trauma kepala dan pemulihan
secara fisik merupakan bagian yang amat
penting dari suatu program pemulihan
tersebut.
Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan whitematter
Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori
Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya
Intervensi Rasional
Mandiri
Menurunkan ansietas, respons emosi yang
1. Hilangkan suara bising yang berlebihan/bingung yang berhubungan
berlebihan. dengan sensorik yang berlebihan
1. Validasi persepsi pasien dan berikan Membantu pasien untuk memisahkan pada
umpan balik. realitas dari perubahan persepsi
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan
orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan
tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan
tentang situasi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi virus.
Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir sama dan khas. Yaitu pusing,
demam, dan kejang. Oleh karena itu penatalaksanaannyapun hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan
non farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA
Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/ 2007/12/askep-pada-
meningitis.html. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40
Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/meningitis.
Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40
Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010.
Farly, Augus. 2010. Disitasi http://augusfarly.wordpress.com/2010/07/29/asuhan-keperawatan-meningitis/.
Diakses tanggal 12 Desember 2010
Anonymous. Disitasi http://health.allrefer.com/pictures-images/kernigs-sign-of-meningitis.html. Diakses tanggal
12 Desember 2010