Anda di halaman 1dari 29

1.

 Rencana Keperawatan                 
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan adanya edema atau
hematoma dan perdarahan otak.

Tujuan : Perfusi jaringan cerebral optimal secara bertahap setelah di  lakukan tindakan
keperawatan dalam waktu 7 x 24 jam

Sasaran :  

–       Kesadaran pasien compos mentis

–       TTV dalam batas normal ( TD : 100-130/60-90mmHg, P:12-20x/mnt, N : 60-100x/mnt, S:


36ºC-37ºC).

–       Pasien tampak rileks.

Intervensi :

1)    Kaji keluhan, observasi TTV tiap 2-4 jam dan kesadaran klien

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien sebagai standar

                    dalam menentukan intervensi yang tepat

2)    Kaji karakteristik nyeri (intensitas, lokasi, frekuensi dan faktor yang

mempengaruhi).

Rasional :Penurunan tanda dan gejala neurologis atau kegagalan dalam

                    pemulihannya merupakan awal pemulihan dalam memantau TIK.

3)    Kaji capillary refill, GCS, warna dalam kelembapan kulit.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK

4)    Kaji tanda peningkatan TIK ( kaku kuduk, muntah proyektil dan

penurunan kesadaran.

Rasional :         Untuk mengetahui potensial peningkatan TIK.


5)    Berikan klien posisi semifowler, kepala ditinggikan 30 derajat.

Rasional : Memberi rasa nyaman bagi klien

6)   Anjurkan orang terdekat ( keluarga ) untuk bicara dengan klien walaupun hanya lewat
sentuhan.

Rasional : Ungkapan keluarga yang menyenangkan memberikan efek   

                    menurunkan TIK dan efek relaksasi bagi klien.

7)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi obat-obatan   

neurologis.

Rasional : Sebagai therapi terhadap kehilangan kesadaran akibat

                 kerusakan otak, kecelakaan lalu lintas dan operasi otak.

 ome » Diagnosa NANDA-NIC-NOC 2014 » Ketidakefektifan perfusi jaringan (kardiopulmonal, serebral,


gastrointestinal dan renal) : Nanda-NIC-NOC 2014

Monday, September 14, 2015


Ketidakefektifan perfusi jaringan (kardiopulmonal, serebral,
gastrointestinal dan renal) : Nanda-NIC-NOC 2014
Factor yang berubungan
 Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
 Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
 Keracunan enzim
 Gangguan pertukaran
 Hipervolemia
 Hipoventilasi
 Hipovolemia
 Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler
 Gangguan aliran arteri atau vena
 Ketidak sesuaian antara ventilasi dan alirn darah

Batasan karakteristik

Kariopulmonal
Subjektif
 Nyeri dada
 Dispnea
 Rasa seperti akan mati

Objektif
 Gas darah arteri tidak normal
 Perubahan frekuensi pernapasan diluar parameter yang dapat diterima
 Aritmia
 Bronkospasme
 Pengisian kembali kapiler lebih dari 3 detik
 Retraksi dada
 Napas cuping hidung
 Penggunaan otot bantu pernapasan

Serebral
 Perubahan status mental
 Perubahan perilaku
 Perubahan respon motorik
 Perubahan reaksi pupil
 Kesulitan menelan
 Kelemahan atau paralisis ekstremitas
 Paralisis
 Ketidaknormalan dalam berbicara

Gastrointestinal
Subjektif
 Nyeri atau neri tekan pada abdomen
 Mual

Objektif
 Distensi abdomen
 Bising usus tidak ada atau hipoaktif

Renal
Objektif
 Perubahan tekanan darah diluar parameter yang dapat diterima
 Peningkatan rasio BUN/kreatinin
 Hematuria
 Oligouria/anuria
Hasil & NOC

NOC: 
Perfusi jaringan kardiopulmonal
 Keefektifan pompa jantung; keadekuatan volume darah yang dipompa dari ventrikel
kiri untuk mendukung tekanan perfusi sistemik
 Status sirkulasi; aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah, pada tekanan yang
sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi pulmonal dan sistemik
 Status pernapasan: pertukaran gas; pertukaran karbondioksida dan oksigen dialveolus
untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri
 Perfusi jaringan: jantung; keadekuatan aliran darah melalui susunan pembuluh darah
koroner untuk mempertahankan perfusi jantung
 Perfusi jaringan: paru; keadekuatan aliran darah melalui susunan pembuluh darah
paru untuk mempertahankan perfusi unit alveoli /kapiler
 Tanda-tanda vital; TTV dalam batas normal

Perfusi jaringan serebral


 Status sirkulasi; aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah, pada tekanan yang
sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi pulmonal dan sistemik
 Kognisi; kemampuan untuk menjalaknan proses mental yang kompleks
 Status neurologis; kemampuan system saraf perifer an system saraf pusat untuk
menerima, merespon an berespon terhaap stimulus internal dan eksternal
 System neurologis: kesadaran; bangkitan, orientasi, dan perhatian terhadap
lingkungan
 Perfusi jaringan: serebral; keadekatan aliran darah melewati susunan pembuluh darah
serebral untuk mempertahankan fungsi otak

Perfusi jaringan gastrointestinal


 Status sirkulasi; aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah, pada tekanan yang
sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi pulmonal dan sistemik
 Keseimbangan elektrolit dan asam basa; keseimbangan elektrolit dan non elektrolit
didalam kompertemen intrasel serta ekstrasel tubuh
 Keseimbangan cairan; keseimbangan cairan dalam kompartemen intrasel dan
ekstrasel tubuh
 Hidrasi; keadekuatan cairan dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
 Perfusi jaringan: organ abdomen; keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah
kecil pada visera abdomen untuk mempertahankan fungsi organ

Perfusi jaringan renal


 Status sirkulasi; aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah, pada tekanan yang
sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi pulmonal dan sistemik
 Keseimbangan elektrolit dan asam basa; keseimbangan elektrolit dan non elektrolit
didalam kompertemen intrasel serta ekstrasel tubuh
 Keseimbangan cairan; keseimbangan cairan dalam kompartemen intrasel dan
ekstrasel tubuh
 Keparahan kelebihan beban cairan; keparahan kelebihan cairan didalam kompartemen
intrasel dan ekstrasel tubuh
 Fungsi ginjal; filtrasi darah dan eliminasi produk sisa metabolism melalui bentukan
urin
 Perfusi jaringan; organ abdomen; keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah
kecil pada visera abdomen untuk mempertahankan fungsi organ

Tujuan/criteria evaluasi

Kardiopulmonal
 Menunjukkan keefektifan pompa jantung, perfusi jaringan jantung, dan perfusi
jaringan perifer
 Menunjukkan status sirkulasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
PaO2 dan PaCO2 atau tekanan parsial oksigen atau
karbon dioksida
Nadi karotis, brakial, radial, femoral, serta pedis kiri dan
kanan
TD sistolik dan diastolic, tekanan nadi, rerata CVP, dan
tekanan baji paru
Angina
Suara napas tambahan, distensi vena leher, edema paru
atau bruit pembuluh darah besar
Keletihan eksterm
Edema perifer dan asites

Serebral
 Menunjukkan status sirkulasi dan kognisi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:

1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
TD sistolik dan diastolik
Bruit pembuluh darah besar
Hipotensi ortostatik
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan usia serta
kemampuan
Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
kognitif
Menunjukkan memori jangkan panjang dan saat ini
Mengolah informasi
Membuat keputusan yang tepat

Pasien akan:
 mempunyai system saraf pusat dan perifer yang utuh
 menunjukkan fungsi sensori motor cranial yang utuh
 menunjukkan fungsi otonom yang utuh
 mempunyai pupul yang normal
 terbebas dari kejang
 tidak mengalami sakit kepala

Gastrointestinal
 menunjukkan status sirkulasi, keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan
dan hidrasi; yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
TD sistolik dan diastolic
Keterjagaan mental, orientasi kognitif dan kekuatan otot
Uji laboratorium (Na, K, bikarbonat)
Asupan dan haluaran 24 jam
Suara napas tambahan
Distensi vena leher
Haluaran urin, natrium serum, membrane mukosa
lembab
Haus (abnormal)
Peningkatan hematokrit
Peningkatan BUN

Pasien akan:
 menunjukkan asupan makanan, cairan, dan zat gisi yang adekuat
 melaporkan kecukupan energy
 menunjukkan massa tubuh dan berat badan dalam rentang yang diharapkan

Renal
 menunjukkan status sirkulasi, keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan
dan hidrasi; yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
 gangguan eksterm
 berat
 sedang
 ringan
 tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
TD sistolik dan diastolic
Haluaran urin
Keterjagaan mental, orientasi kognitif dan kekuatan otot
Uji laboratorium (Na, K, bikarbonat)
Asupan dan haluaran 24 jam
Suara napas tambahan
Distensi vena leher
Haluaran urin, natrium serum, membrane mukosa
lembab
Haus (abnormal)
Peningkatan hematokrit
Peningkatan BUN

Pasien akan
 warna dan bau urin dalam rentang yang diharapkan
 urin jernih
 uji laboratorium dalam batas normal
 PCO2 arteri dalam batas normal
Intervensi NIC

Kardiopulmonal
Pengkajian
 Pantau nyeri dada
 Observasi perubahan segmen ST pada EKG
 Pantau frekuensi dan irama jantung
 Auskultasi bunyi janrung dan paru
 Pantau hasil pemeriksaan koagulasi
 Timbang berat badan pasien setiap hari
 Pantau nilai elektrolit yang berhubungan dengan disritmia
 Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi perifer
 Pantau asupan dan haluaran
 Pantau nadi perifer dan edema
 Pemantauan pernapasan (NIC);
 Pantau peningkatan ansietas, gelisah,
 Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2 tidal akhir dan nilai GDA, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


 Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghindari melakukan manufer falsafa
 Jelaskan pembatasan asupan kafein, natrium kolesterol dan lemak
 Jelaskan alas an untuk makan posri sedikit, tapi sering

Aktivitas kolaboratif
 Berikan obat berdasarkan program atau protocol

Aktivitas lain
 Beri jaminan keluarga dan pasien bahwa panggilan bel, lampu dan pintu yang terbuka
akan direspon oleh perawat
 Tingkatkan istirahat
 Jangan melakukan pengukuran suhu tubuh rectal
 Lakukan terapi kompresi, jika perlu

Serebral
Pengkajiam
 Pantau hal-hal berikut ini:
 TTV
 PO2, PCO2, pH dan kadar bikarbonat
 PaCO2 dan SaO2 dan kadar Hb untuk mnentukan pengiriman oksigen kejaringan
 Periksa pupil
 Periksa mata
 Sakit kepala
 Tingkat kesadaran dan orientasi
 Memori, alam perasaan dan afek
 Curah jantung
 Reflek corneal, batuk dan muntah
 Tonus otot, pergerakan motorik, gaya berjalan dan kesesuaian
 Pemantauan tekanan intracranial (NIC);
 Pantau TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas perawatan
 Pantau tekanan perfusi serebral
 Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus

Aktivitas kolaboratif
 Pertahankan parameter hemodinamika dalam rentang yang dianjurkan
 Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler sesuai program
 Induksi hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral, sesuai program
 Berikan loop diuretic  dan osmotic, sesuai prigram
 Tinggikan bagian kepala tempat tidur hingga 45drjt tergantung pada kondisi pasien
dan program dokter

Aktivitas lain
 Pemantauan TIK (NIC):
 Lakukan modalitas terapi kompresi, jika perlu
 Meminimalkan stimulus lingkungan
 Beri interval setiap asuhan keperawatan untuk meminimakan peningkatan TIK

Gastrointestinal
Pengkajian
 Pantau TTV
 Pantau kadar elektrolit serum
 Pantau manifestasi ketidakseimbangan elektrolit
 Pantau irama jantung
 Pertahankan keakuratan pendokumentasian asupan dan haluaran cairan
 Kaji tanda perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit

Aktivitas kolaboratif
 Pasang selang GI jika perlu
 Berikan suplemen elektrolit sesuai program
 Manajemen cairan (NIC);
 Beri terapi IV sesuai program
Renal
Pengkajian
 Manajemen cairan (NIC):
 Observasi status hidrasi
 Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
 Pantau tanda-tanda retensi atau kelebihan beban cairan
 Pertahan kan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran cairan
 Pasang kateter urin jika perlu
 Pantau TTV jika perlu
 Pantau respon pasien terhadap terapi elektrolit yg diprogramkan
 Timbang BB pasien setiap hari dan pantau perubahannya

Untuk pasien hemodialisis:


 Pantau kadar elektrolit serum
 Pantau TD
 Timbang BB pasien sebelum dan sesudah prosedur
 Pantau BUN, kreatinin serum, elektrolit serum, dan kadarn hematokrit diantara terapi
 Kaji tanda sindrom disekuilibium diaisis
 Observsi dehidrasi, kram otot, atau aktivitas kejang
 Kaji perdarahan pada tempat penusukan atau ditempat lainnya
 Observasi adanya reaksi tranfusi, jika perlu
 Kaji kepatenan fistula arteriovenosus
 Kaji status mental
 Pantau masa pembekuan

Untuk pasien peritoneal dialysis:


 Kaji suhu tubuh, tekanan darah ortostatik,nadi apical, pernapasan, dan suara paru
sebelum dialysis
 Timbang BB pasien setiap hari
 Ukur dan dokumentasikan lingkar abdomen
 Catat BUN, elektrolit asam, kreatinin, pH dan kadar Ht sebelum dialysis secara
periodic
 Selama instilsi dan periode diam, observasi adanya gawat napas
 Catat jumlah dan jenis diaiser yang diinstilasi, waktu diam serta jumlah drainasi
 Pantau adanya tanda infeksi pada tempat pengeluaran dan peritoneum

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


 Jelaskan semua prosedur dan sensasi yang biasa terjadi kepada pasien
 Jelaskan penntingnya pembatasan cairan jika diperlukan
 Untuk pasien dialysis:
 Ajrkan pasien tanda dan gejala yang mengindikasikan pentingnya menghubungi
dokter
 Ajarkan prosedur untuk pasien mendapatkan dialysis dirumah

Aktivitas kolaboratif
 Berikan diuretic sesuai program
 Laporkan kepada dokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan bertambah
buruk
 Untuk pasien hemodialisis, berikan heparin sesuai protocol dan sesuaikan dosi 

Aktivitas lain
 Bagi asupan cairan yang diprogramkan untuk waktu 24 jam
 Pertahankan pembatasan diet dan cairan, sesuai program
 Untuk pasien hemodialisis, jangan melakukan pungsi vena atau mengukur tekanan
darah pada lengan yang terdpat vistula
 Untuk pasien peritoneal dialysis;
 Gunakan teknik aseptic ketat setiap hari
 Hangatkan dialisat sesuai suhu tubuh sebelum dialysis
 Ubah posisi pasien semifoler dan lambatkan frekuensi instilasi jika terjadi gawat

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) MENINGITIS


ESENFALITIS
NUZULUL ZULKARNAIN HAQ
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB  I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Meningitis Ensefalitis merupakan penyakit yang menyerang system saraf.Kebanyakan penyakit ini menyerang
pada anak-anak. Banyak yang tidak mengetahui sesungguhnya kedua penyakit ini berbeda meskipun sebenarnya
mirip.
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat
dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran,bahkan
kematian. Kebanyakan ksus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,seperti virus, bakteri, jamur, atau
parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.Terkadang ensefalitis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti meningitis,atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies
(disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis,malaria,atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada
orang yang system kekebalan tubuhnya kurang. Kerysakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap
tengkorak dan menyebabkan kematian.
1.2              Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?


2. Apakakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?
3. Bagaimana perencanaan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?
4. Bagaimana evaluasi pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis?

1.3       Tujuan

1. Mengetahui proses pengkajian pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis


2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis
3. Mengimplementasikan perencanaan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis
4. Mengetahui evaluasi pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis        

1.4       Manfaat
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis yang meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan dan evaluasi.
 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MENINGITIS
2.1.1 Definisi
   Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini
lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga
terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan
oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme
pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
 
2.1.2 Etiologi
1. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis organisme yang sering
menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus pneumonia dan neisseria meningitis.
Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadi pada daerah penduduk yang
padat, spt: asrama, penjara. Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media, pneumonia, sinusitis akut atau
sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi meningitis. Fraktur tulang tengkorak atau
pembedahan spinal dapat juga menyebabkan meningitis . Selain itu juga dapat terjadi pada orang dengan
gangguan sistem imun, spt: AIDS dan defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan
lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan
intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
2. Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya
bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian
menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster.
Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga
mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan
neurologic.
3. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien dengan AIDS.
Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi
Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak,
sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status mental.
Faktor resiko terjadinya meningitis :
1. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak,
misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan olh bakteri terdiri atas faktor pencetus sebagai berikut
diantaranya adalah :

1. Otitis media
2. Pneumonia
3. Sinusitis
4. Sickle cell anemia
5. Fraktur cranial, trauma otak
6. Operasi spinal
7. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh seperti AIDS.

2. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF
dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea
3. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi cranium

1. Terjadinya peningkatan TIK pada meningitis, mekanismenya adalah sebagai berikut :


1. Agen penyebab → reaksi local pada meninges → inflamasi meninges → pe ↑ permiabilitas
kapiler → kebocoran cairan dari intravaskuler ke interstisial → pe ↑ volume cairan interstisial
→ edema → Postulat Kellie Monroe, kompensasi tidak adekuat → pe ↑ TIK
2. Pada meningitis jarang ditemukan kejang, kecuali jika infeksi sudah menyebar ke jaringan
otak, dimana kejang ini terjadi bila ada kerusakan pada korteks serebri pada bagian premotor.
2. Hidrosefalus pada meningitis terjadi karena mekanisme sebagai berikut :Inflamasi local → scar tissue di
daerah arahnoid ( vili ) → gangguan absorbsi CSF → akumulasi CSF di dalam otak → hodrosefalus
3. Bila gejala yang muncul campuran kemungkinan mengalami Meningo-ensefalitis.

 
2.1.3  Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala meningitis secara umum:

1. Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan,
hipotonia
2. Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia
pada fase akut
3. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin
4. Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering
5. Higiene ; Tidak mampu merawat diri
6. Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia”meningkatnya rasa nyeri,
kejang, gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori,
sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia, tanda”Brudzinski”positif,
rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada
laki-laki
7. Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri
tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh
8. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
9. Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi
lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.
10. Penyuluhan / pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus

Tanda dan gejala meningitis secara khusus:

1. Anak dan Remaja

a)      Demam
b)     Mengigil
c)      Sakit kepala
d)     Muntah
e)      Perubahan pada sensorium
f)      Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
g)     Peka rangsang
h)     Agitasi
i)       Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanya disfungsi pada saraf III,
IV, dan VI))
,Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk, stupor, koma.

1. Bayi dan Anak Kecil

Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan dan 2 tahun.
a)      Demam
b)     Muntah
c)      Peka rangsang yang nyata
d)     Sering  kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
e)      Fontanel menonjol.
3.Neonatus:
a)      Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelas dan spesifik tetapi
mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari, seperti
b)     Menolak untuk makan.
c)      Kemampuan menghisap menurun.
d)     Muntah atau diare.
e)      Tonus buruk.
f)      Kurang gerakan.
g)     Menangis buruk.
h)     Leher biasanya lemas.
i)       Tanda-tanda non-spesifik:
j)       Hipothermia atau demam.
k)     Peka rangsang.
l)       Mengantuk.
m)   Kejang.
n)     Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.

 o)     Sianosis.

p)     Penurunan berat badan.


 
2.1.4 Pathofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu: duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam
pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan
sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral
mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat
menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel
serebral. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),
mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya
mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan
ventrikel.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke
meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju
otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien
ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah
yang disebabkan oleh meningokokus.
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry masuknya kuman juga bisa
melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea,
otorrhea pada fraktur bais cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar.
 
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisa cairan otak diperiksa
untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk
menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial..

1. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat,
glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis bakteri.
2. Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal, kultur
biasanya negative.

Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan
menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu
Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.
 
Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi
sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum
elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa
cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya
menurun dari nilai normal.
 
Glukosa serum: meningkat (meningitis) 
LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
Elektrolit darah: Abnormal
ESR/LED: meningkat pada meningitis 
MRI/CT-scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah
serebral, hemoragik atau tumor
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan
tipe penyebab infeksi
Ronsen dada/kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
Arteriografi karotis : Letak abses
 
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada meningen dan
pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus) serta disebabkan oleh
infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis,
myocarditis, orchitis, epididymitis, albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai
komplikasi dari meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga
tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya disebabkan karena komplikasi dari nervous system.
 
2.1.7 Penatalaksanaan
Farmakologis
a.  Obat anti inflamasi :
1)  Meningitis tuberkulosa :

1. Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24  jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gram selama 1 ½ tahun.
2. Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari, selama 3 bulan.

2)  Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :


a)  Sefalosporin generasi ke 3
b)  ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c)  Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
3)  Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a)  Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b)  Sefalosforin generasi ke 3.
b.  Pengobatan simtomatis :
1)  Diazepam  IV : 0.2  –  0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4  –  0.6/mg/kg/dosis
kemudian klien dilanjutkan dengan.
2)  Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3)  Turunkan panas :
a)  Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b)  Kompres air PAM atau es
c.  Pengobatan suportif :
1)  Cairan intravena.
2)  Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.
Perawatan
a.  Pada waktu kejang
1)  Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2)  Hisap lender
3)  Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4)  Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
b.  Bila penderita tidak sadar lama.
1)  Beri makanan melalui sonda.
2)  Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sesering mungkin.
3)  Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.
c.  Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.
      Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.
d.  Pemantauan ketat.
1)  Tekanan darah
2)  Respirasi
3)  Nadi
4)  Produksi air kemih
5)  Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.
 
2.2 ENSEFALITIS
2.2.1 Definisi 
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non
purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan
oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria,
atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem
kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.
 
2.2.2 Etiologi
1. Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa.
Patogenesis:
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasl
dari radang, abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang
menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah
edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang
berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang
masuk ventrikel. Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda
meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif,muntah, penglihatan kabur,
kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
2. Ensefalitis Siphylis
Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak
seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar limfe
kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi
susunansaraf pusat Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagianbagian lain susunan
saraf pusat.
3.  Ensefalitis Virus
Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia :
a. Virus RNA
Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili
Rabdovirus : virus rabies
Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue)
Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus)
Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria
b. Virus DNA
Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus,
virus Epstein-barr
Poxvirus : variola, vaksinia
Retrovirus : AIDS
3. Ensefalitis Karena Parasit
a. Malaria serebral Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral.
Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi
plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan.
Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan
otak. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan
daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot
dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang terinfeksi dan
kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri
kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae  ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah,
menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan
parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan
bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Gejaja-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.
4. Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis,
Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat
ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya
infeksi adalah daya imunitas yang menurun.(2,4)
5. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding
pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar
pembuluh
darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis. Gejala-gejalanya
ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala
neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
 
2.2.3 Manifestasi Klinis
            Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga
dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari
demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka)
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau
paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997)

Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium,
bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan
involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
 
2.2.4 Patofisiologi
            Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam
tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:

1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.                                                       
2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan
berkembang biak di organ tersebut.
3. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar
melalui sistem saraf.

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Biakan:
1. Dari darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil
yang positif. 
2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis
kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika. 
3. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif 
4. Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.
5. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi.
Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh. IgM dapat dijumpai pada
awal gejala penyakit timbul.
6. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
7. Punksi lumbal  Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan
sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
8. EEG/ Electroencephalography

EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya
kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)

1. CT scan
Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada
kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan
lobus frontal.
 
2.2.6 Komplikasi 
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus yang nampak pada 30 % anak dengan
berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan.  Perawatan jangka
panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk
mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun sebagian besar penderita mengalami perubahan serius pada
susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat tidak selalu terjadi.Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf,
kebutaan kortikal, hemiparesis, quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan
motorik, gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.
 
2.2.7 Penatalaksanaan
Isolasi
Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
Terapi antimikroba :        

1. Ensefalitis supurativa
1. Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
2. Cloramphenicol 4 x 1g/24  jam intra vena selama 10 hari.
3. Ensefalitis syphilis
1. Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari 
2. Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x 500mg oral
selama 14 hari.

Bila alergi penicillin :  

1. Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari 


2. Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari 
3. Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu
4. Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.
5. Ensefalitis virus
1. Pengobatan simptomatis: 

-          Analgetik dan antipiretik: Asam mefenamat 4 x 500 mg 


-          Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.

1. Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella:

-          Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg
peroral tiap 4 jam selama 10 hari.

1. Ensefalitis karena parasit


1. Malaria serebral 
-          Kinin  10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.

1. Toxoplasmosis

-          Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan


-          Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
-          Spiramisin 3 x 500 mg/hari

1. Amebiasis

-          Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.

1. Ensefalitis karena fungus

-  Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu


-  Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.

1. Riketsiosis serebri

-  Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari 


-  Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.
Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, management edema otak :
a)      Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung
keadaan anak.
b)      Glukosa 20%, 10ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan.
c)      Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak
 
2.3 Perbedaan Ensefalitis dengan Meningitis
Encephalitis Meningitis
Kesadaran ↓ Kesadaran relatif masih baik
Demam ↓ Demam ↑
Lokasi terinfeksi di jaringan otak Lokasi terinfeksi di selaput otak
Banyak disebabkan virus Banyak disebabkan bakteri
 download : WOC MENINGITIS ENSEFALITIS
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1    Pengkajian Meningitis dan Esefalitis

1. Anamnesa
1. Identitas:

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi. 
ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
1. Keluhan utama:

Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.

1. Riwayat penyakit sekarang:

Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit
kepala.           

1. Riwayat penyakit dahulu:

Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit
infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga:

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh:
Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E. Coli , dan lain-lain.

1. Imunisasi:

kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.

1. Pemeriksaan fisik (ROS)

B1 (Breathing)       : Perubahan-perubahan akibat peningkatan tekanan intra cranial menyebabakan kompresi


pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan intrakranial sampai pada batas
fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri Susilaningsih, 1994).
B2 (Blood)            : Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah tersebut,
hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan pada pusat
vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang parasimpatis ke jantung.
B3 (Brain)              : Kesadaran menurun. Gangguan tingkat kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan
metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural akibat prosses peradangan otak.
B4 (Bladder)         : Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
B5 (Bowel)            : Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang
menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Dapat pula
terjadi diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
B6 (Bone)              : Kelemahan
3.2  Analisa Data
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Nyeri kepala, Pusing, CO 2 Gangguan perfusi
kehilangan memori, bingung, $ jaringan serebral
kelelahan, kehilangan visual, Hipoksia serebri
kehilangan sensasi $
DO: Bingung / disorientasi, Permiabilitas vaskuler
penurunan kesadaran, $
perubahan status mental, Transudasi cairan
gelisah, perubahan motorik, $
dekortikasi, deserebrasi, Edema serebri
kejang, dilatasi pupil, edema $
papil Volume tengkorak
$
TIK
$
Vasospasme pembuluh
darah serebri
$
Sirkulasi terhenti
$
Gangguan perfusi jaringan
DS:- Gangguan transmisi Risiko tinggi terhadap
DO: pasien mengalami impuls cedera
kejang, gangguan motorik, $
ataksia. Kejang
$
Risiko tinggi terhadap
cedera
 
 
 
DS: merasa lemah Kejang Gangguan mobilitas fisik
DO: pasien terlihat pucat dan $
lemah Kelemahan
$
Gangguan mobilitas fisik
DS: Klien mengeluh frustasi. Peradangan Perubahan persepsi
DO: pasien mengalami $ sensori
kebingungan, emosi yang Kerusakan myelin pada
berlebihan, frustasi, akson dan whitematter
disorientasi realitas $
Gangguan sensori persepsi
DS : klien merasa kedinginan Peradangan Hypertermi
DO : suhu tubuuh klien lebih $
dari 37,5 C Suhu tubuh
$
Hipertermi
 
DS : klien mengeluh pusing Peradangan Risiko tingi terjadinya
dan nyeri pada kepala $ infeksi
DO : suhu tubuh lebih dari Suhu tubuh
37,5C $
Terdapat bengkak di kepala Metabolisme tubuh
Leukosit lebih dari 40.000 $
Penyebaran toksin ke
jaringan tubuh
$
Sepsis
$
Risiko tinggi infeksi
DS : klien mengeluh nyeri Peradangan Nyeri
pada kepala $
DO : skala nyeri 4-7 Nyeri
 
3.3     Diagnosa

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang


mengubah/menghentikan darah arteri/virus
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan whitematter
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis.
7. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.

 
3.4       Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4                     
Intervensi Rasional
Mandiri  
Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan
1. Letakkan kantung es pada kepala, resepsi sensori yang selanjutnya akan
pakaian dingin di atas mata, berikan menurunkan nyeri
posisi yang nyaman kepala agak
tinggi sedikit, latihan rentang gerak
aktif atau pasif dan masage otot leher.

1. Dukung untuk menemukan posisi Menurunkan iritasi meningeal, resultan


yang nyaman(kepala agak tinggi) ketidaknyamanan lebih lanjut

1. Berikan latihan rentang gerak aktif/


Dapat membantu merelaksasikan ketegangan
pasif. otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
tidak nyaman tersebut
1. Gunakan pelembab hangat pada nyeri Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan
leher atau pinggul rasa sakit/ rasa tidak nyaman

Kolaborasi  
5. Berikan anal getik, asetaminofen, codein Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
nyeri yang berat
 
Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan sepsis.
Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi
Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000
                        Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
Intervensi Rasional
Mandiri  
Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin
1. Beri tindakan isolasi sebagai diperlukan sampai organisme diketahui/dosis
pencegahan antibiotik yang cocok telah diberikan untuk
menurunkan resiko penyebaran pada orang
lain
1. Pertahankan teknik aseptik dan teknik Menurunkan resiko pasien terkena infeksi
cuci tangan yang tepat. sekunder. Mengontrol penyebaran sumber
infeksi
1. Ubah posisi pasien secara teratur, Memobilisasi secret dan meningkatkan
dianjurkan nafas dalam kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernapasan
Kolaborasi  
Obat yang dipilih tergantung pada tipe
1. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin infeksi dan sensitivitas individu
G, ampisilin, klorampenikol,
gentamisin.

 
Diagnosa 3 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang mengubah/ menghentikan darah
arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis       
Intervensi Rasional
Mandiri  
Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan
1. Tirah baring dengan posisi potensi adanya resiko herniasi batang otak yang
kepala datar. memerlukan tindakan medis dengan segera

1. Bantu berkemih, membatasi Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan


batuk, muntah mengejan. intratorak dan intraabdomen yang dapat
men9ingkatkan TIK.
1. Kolaborasi.  
Tinggikan kepala tempat tidur Peningkatanaliran vena dari kepal akna
15-45 derajat. menurunkan TIK

1. Berikan cairan iv (larutan Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler


hipertonik, elektrolit ). dan TIK.

1. Berikan obat : steroid, Menurunkan permeabilitas kapiler untuk


clorpomasin, asetaminofen membatasi edema serebral, mengatasi kelainan
postur tubuh atau menggigil yang dapat
meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi
oksigen dan resiko kejang
 
Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/lokal, kelemahan umum.
Tujuan             : Mengurangi risiko cidera akibat kejang
Kriteria hasil  : Tidak ditemukan cidera selama kejang
Intervensi Rasional
1. Mandiri  
Pertahankan penghalang tempat tidur Melindungi pasien bila terjadi kejang
tetap terpasang dan pasang jalan
nafas buatan

1. Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika


terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia
Kolaborasi  
Merupakan indikasi untuk penanganan dan
1. Berikan obat : venitoin, diaepam, pencegahan kejang
venobarbital.

 
Diagnosa 5 : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan.
Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal
Kriteria Hasil :Klien tidak merasa lemah
Intervensi Rasional
1. Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal akstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis
1. Berikan perawatan kulit, masase Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan
dengan pelembab. menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi
kulit
1. Berikan matras udara atau air, Menyeimbangkan tekanan jaringan,
perhatikan kesejajaran tubuh secara meningkatkan sirkulasi dan membantu
fumgsional. meningkatkan arus balik vena untuk
menurunkan resiko terjadinya trauma
jaringan.
1. Berikan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat seringkali
penggunaan alat mobilisasi. menyertai trauma kepala dan pemulihan
secara fisik merupakan bagian yang amat
penting dari suatu program pemulihan
tersebut.
 
Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan whitematter
Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori
Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya
Intervensi Rasional
Mandiri  
Menurunkan ansietas, respons emosi yang
1. Hilangkan suara bising yang berlebihan/bingung yang berhubungan
berlebihan. dengan sensorik yang berlebihan

1. Validasi persepsi pasien dan berikan Membantu pasien untuk memisahkan pada
umpan balik. realitas dari perubahan persepsi

1. Beri kesempatan untuk Menurunkan frustasi yang berhubungan


berkomunikasi dan beraktivitas. dengan perubahan kemampuan/pola respons
yang memanjang
 
 
Kolaborasi ahli fisioterapi  
Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan
1. Terapi okupasi,wicara dan kognitif. rencana penatalaksanaan terintegrasi yang
didasarkan atas kombinasi
kemampuan/ketidakmampuan secara
individu yang unik dengan berfokus pada
fungsi fisik, kognitif, dan keterampilan
perceptual
 
Diagnosa 7 : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pengeluaran panas secara konduksi
1. Berikan kompres hangat 2. Pengeluaran panas secara evaporasi
2. Anjurkan klien untuk menggunakan
baju yang tipis. 3.Menentukan keberhasilan tindakan
3. Observasi Suhu tubuh klien
1.  

Kolaborasi dengan dokter


1.  berikan obat penurun panas. 1. Membantu menurunkan suhu tubuh
3.4       Evaluasi

1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan
orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4.  Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan
tepat.
5.  Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan
tentang situasi.

 
BAB 4
PENUTUP
4.1       Kesimpulan
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang
disebabkan oleh infeksi virus.
Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir sama dan khas. Yaitu pusing,
demam, dan kejang. Oleh karena itu penatalaksanaannyapun hampir sama, terdiri dari terapi farmakologi dan
non farmakologi.
 
DAFTAR PUSTAKA
Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/ 2007/12/askep-pada-
meningitis.html. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40 
Farinqhustank. 2008. Meningitis  .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/meningitis.
Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40
Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010.
Farly, Augus. 2010. Disitasi http://augusfarly.wordpress.com/2010/07/29/asuhan-keperawatan-meningitis/.
Diakses tanggal 12 Desember 2010
Anonymous. Disitasi http://health.allrefer.com/pictures-images/kernigs-sign-of-meningitis.html. Diakses tanggal
12 Desember 2010
 

Anda mungkin juga menyukai