Anda di halaman 1dari 59

TANDA PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

NAMA : YESTINA NATALINA SIHOTANG

NIM : 1062201363

FAKULTAS : EKONOMI

JURUSAN : AKUNTANSI

JUDUL : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN
PEKERJAAN BEBAS ( STUDI KASUS PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU
TAMPAN).

DISETUJUI OLEH

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Jeniwardi, SE. M.Ak.Ak. Desril miftah,SE. M.Si. Ak.


NIDN : 1030067002 NIP : 197404122006042002

KETUA JURUSAN

Jeniwardi, SE. M.Ak.Ak.


NIDN : 1030067002
TANDA PENGESAHAN PROPOSAL

NAMA : YESTINA NATALINA SIHOTANG

NIM : 1062201363

FAKULTAS : EKONOMI

JURUSAN : AKUNTANSI

JUDUL : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN
PEKERJAAN BEBAS ( STUDI KASUS PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU
TAMPAN).

DISETUJUI OLEH
TIM SEMINAR

_______________________ ( ____________________ )
NIDN:
_______________________ ( ____________________ )
NIDN:

_______________________ ( ____________________ )
NIDN:

KETUA JURUSAN

Jeniwardi, SE. M.Ak.Ak.


NIDN : 1030067002
I. JUDUL PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK

MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG

MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS ( STUDI KASUS PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA PEKANBARU TAMPAN).


II. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Kurang lebih 2/3

penerimaan Negara saat ini bersumber dari pajak. Dominasi pajak sebagai

sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika

sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan.

Penerimaan dari sumber daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas,

suatu saat akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini berbeda dengan

pajak, sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih

dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk.

Peranan penerimaan perpajakan dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun persentase

terhadap seluruh pendapatan negara. Seperti yang tercantum dalam tabel 1.1

dapat kita lihat bahwa penerimaan negara mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Hal ini juga diiringi dengan meningkatnya APBN dari tahun ke

tahun. Ini memberikan tugas kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk

senantiasa melakukan usaha untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak.

( Widayati dan Nurlis; 2010;2 ).

Usaha esktensifikasi dan intensifikasi pajak merupakan aksi yang telah

dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, dimana usaha ekstensifikasi

dilakukan dengan menggali atau memperluas objek pajak baru melalui

perubahan perundang – undangan. Sedangkan usaha intensifikasi ditempuh

melalui perbaikan kualitas pengumpulan dilapangan tanpa harus merubah


undang-undang yang berlaku. Usaha intensifikasi lebih murah dan efisien

daripada usaha ekstensifikasi.

Tabel 1

PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR PERPAJAKAN

TAHUN 2006 – 2012

( dalam milliar rupiah )

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012


Uraian
LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBN-P RAPBN
1,019,332.
1. Penerimaan Perpajakan 409.203,0 490,988.7 658,700.8 619,922.2 723,306.7 878,685.2 4

a. Pajak Dalam Negeri 395.971,5 470,051.9 622,358.7 601,251.8 694,392.1 831,745.3 976,898.8

Pajak Penghasilan 208.833,1 238,430.9 327,497.7 317,615.0 357,045.5 431,977.0 512,834.5

PPh Migas 43.187,9 44,000.5 77,018.9 50,043.7 58,872.7 65,230.7 58,665.8

PPh Nonmigas 165.645,2 194,430.4 250,478.8 267,571.3 298,172.8 366,746.3 454,168.7


Pajak Pertambahan
Nilai 123.035,9 154,526.8 209,647.4 193,067.5 230,604.9 298,441.4 350,342.2
Pajak Bumi dan 23,723. 25,354.3 24,270. 28,580. 29,0 35,646.
Bangunan 20.858,5 50 0 20 60 57.80 90
5,953. 5,573.1 6,464. 8,026.
BPHTB 3.184,5 40 0 50 40 - -
44,679. 51,251.3 56,718. 66,165. 68,0 72,443.
Cukai 37.772,1 50 0 50 90 75.30 10
2,737. 3,034.4 3,116. 3,968. 4,1 5,632.
Pajak Lainnya 2.287,4 70 0 00 80 93.80 00
b. Pajak Perdagangan 20,936. 36,342.1 18,670. 28,914. 46,9 42,433.
Internasional 13.231,5 80 0 40 50 39.90 60
16,699. 22,763.8 18,105. 20,016. 21,5 23,534.
Bea Masuk 12.140,4 40 0 50 80 00.80 60
4,237. 13,578.3 565. 8,897. 25,4 18,899.
Bea Keluar 1.091,1 40 0 00 70 39.10 00
Sumber : http://www.fiskal.depkeu.go.id

Masih banyak wajib pajak potensial yang belum terdaftar sebagai wajib

pajak aktual. Dari 250 Juta jiwa penduduk Indonesia dengan jumlah

angkatan kerja yang kena pajak sebesar 110 juta orang. Namun hanya 60 juta
jiwa yang termasuk potensial wajib pajak ( Kismantoro, Warta Ekonomi : 4

Maret 2013 ). Ketidaktaan dalam membayar pajak tidak hanya terjadi pada

lapisan pengusaha saja tetapi juga terjadi pada pekerja professional,

sedangkan perkembangan usaha kecil dan menengah sangat dinamis yang

barang kali jauh meninggalkan jangkuan pajak. Meskipun jaring pengaman

bagi wajib pajak ( berupa Nomor Pokok Wajib Pajak ) agar melaksanakan

kewajiban perpajakannya sudah dipasang terutama bagi usaha kecil

menengah masih lepas dari jeratan pajak ( Widayati dan Nurlis; 2010;3 ).

Penyebab kurangnya kemauan membayar pajak antara lain asas

perpajakan yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tersebut tidak secara

langsung dapat dinikmati oleh para wajib pajak. Hal ini terjadi karena

masyarakat tidak pernah tahu wujud konkret imbalan dari uang yang

dikeluarkan untuk membayar pajak ( Hardiningsih dan

Yulianawati;2011;127 ) .

Di samping itu, sebagian wajib pajak tidak mengerti tentang peraturan

perpajakan yang ada. Masih ada wajib pajak yang menunggu ditagih baru

membayar pajak, seperti peraturan pajak pada periode lama. Hal ini dapat

menurunkan jumlah penerimaan pajak negara. Sejak terbitnya Undang-

undang Nomor 6 Tahun 1983, yang kemudian diubah dengan UU No. 28

Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

dikenal istilah Self Assessment System yang memberikan kepercayaan

kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri

pajak terutangnya. Dengan dianutnya sistem Self Assessment System, maka


selain bergantung pada kesadaran dan kejujuran wajib pajak, pengetahuan

teknis perpajakan yang memadai juga memegang peran penting, agar wajib

pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar.

Karena melalui sistem ini, setiap wajib pajak di wajibkan mengisi sendiri

dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dengan benar,

lengkap, dan jelas (Arum;2012;125).

Faktor lain penyebab kurangnya kemauan membayar pajak adalah

kualitas pelayanan fiskus masih dipertanyakan, terlihat banyaknya aparat

fiskus melakukan tindak penggelapan pajak ataupun tindakan lain yang tidak

sesuai dengan peraturan dan SOP yang berlaku. Seperti munculnya oknum

seperti Gayus Tambunan, Dhana Widyatmika dan banyak petugas pajak

lainnya membuat keyakinan wajib pajak atas kinerja pelayan fiskus

berkurang sehingga wajib pajak tidak mau membayar pajak karena takut

uangnya digelapkan, bukan untuk pembangunan negara, atau adanya biaya

tambahan yang dipungut oleh fiskus.

Kerjasama antara petugas pajak dan wajib pajak masih sering terjadi

dalam menegosiasikan nilai pajak. Untuk itu, Direktorat Jenderal Pajak

(DJP) harus memberantas kebiasaan oknum petugas pengawas pajak. Selama

ini pengawas pajak menggunakan keawaman wajib pajak untuk menakut-

nakuti dalam hal membayar pajak. Saat wajib pajak dalam posisi lemah,

petugas pajak akan mengajak wajib pajak untuk menegosiasikan jumlah

kewajiban. Negosisasi itu yang nantinya mengarah pada tindakan merugikan

Negara (Satrio;2005;5). DJP berusaha keras untuk memulihkan citranya di


mata masyarakat sehingga kesadaran masyarakat akan pentingnya pajak

untuk pembangunan akan bertambah melalui transparansi kinerja dan tata

cara pembayaran.

Faktor berikutnya adalah persepsi wajib pajak atas efektivitas sistem

perpajakan. DJP membuat sistem pendukung yang diharapkan dapat

memudahkan wajib pajak dalam membayar dan melaporkan kewajiban

pajaknya yaitu adanya e-filling, e-SPT, e-NPWP, drop box , e-banking, dan

e-fin. Wajib pajak mempunyai persepsi sendiri tentang sistem-sistem yang

dimiliki oleh DJP. Sebelum adanya pembaharuan sistem pengisian SPT dan

pembayaran pajak melalui internet, wajib pajak harus datang ke KPP untuk

melakukan semua proses. Dengan adanya e-filling, e-SPT, e-NPWP, drop

box, e-banking dan e-fin , persepsi wajib pajak atas sistem perpajakan

meningkat karena semua sistem tersebut membuat wajib pajak dapat

melakukan semua proses pajak tepat waktu dan dapat dilakukan di mana saja

sehingga kesadaran wajib pajak meningkat untuk membayar Pph, baik orang

pribadi maupun badan.

Widayati dan Nurlis, (2010) melakukan penelitian mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak wajib pajak

pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di KPP Pratama Gambir Tiga

menemukan bahwa faktor kesadaran membayar pajak dan persepsi yang baik

atas efektivitas sistem perpajakan mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak, sementara


faktor pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kemauan membayar pajak.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Pancawati Hardiningsih dan Nila

Yulianawati (2011), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan

membayar pajak di Kecamatan Tahunan dan Kecamatan Jepara yang

melaporkan SPT 2009. Hasil menunjukkan bahwa sikap wajib pajak

terhadap kesadaran membayar pajak berpengaruh dan signifikan terhadap

kemauan membayar pajak, sementara pengetahuan peraturan perpajakan,

pemahaman peraturan perpajakan, dan persepsi efektifitas sistem perpajakan

tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan untuk membayar pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Priyoga (2011) yang meneliti tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak wajib pajak

orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas (survei pada KPP Pratama

Cilacap ) dengan variabel kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan

pemahaman mengenai peraturan perpajakan, serta persepsi yang baik atas

efektivitas sistem perpajakan. Metode pengambilan sampel menggunakan

teknik accidental sampling dan hasil penelitian menyatakan bahwa ketiga

variabel kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman mengenai

peraturan perpajakan serta persepsi yang baik atas efektivitas sistem

perpajakan secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap kemauan

membayar pajak.
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Widayati dan Nurlis, (2010), adapun

perbedaan penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu:

1. Pada penelitian Widayati dan Nurlis, menggunakan kesadaran

membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan

perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan

, sedangkan pada penelitian ini ada penambahan variabel yaitu

kualitas pelayanan fiskus, dan sanksi pajak.

2. Sampel yang digunakan adalah wajib pajak orang pribadi yang

melakukan pekerjaan bebas terdaftar di KPP Pratama Pekanbaru

Tampan, sedangkan penelitian sebelumnya adalah wajib pajak orang

pribadi yang melakukan pekerjaan bebas terdaftar di KPP Pratama

Gambir Tiga Jakarta.

3. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 sedangkan

penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2010.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

lebih lanjut dengan memberikan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN

PEKERJAAN BEBAS ( STUDI KASUS DI KPP PRATAMA

TAMPAN PEKANBARU )”.


III. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka perumusan

masalah yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Apakah kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kemauan

untuk membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan

pekerjaan bebas ?

2. Apakah pengetahuan peraturan perpajakan berpengaruh terhadap

kemauan untuk membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang

melakukan pekerjaan bebas ?

3. Apakah persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan

berpengaruh terhadap kemauan untuk membayar pajak wajib pajak orang

pribadi yang melakukan pekerjaan bebas ?

4. Apakah kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kemauan untuk

membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan

bebas ?

5. Apakah Pelaksanaan sanksi pajak berpengaruh terhadap kemauan untuk

membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan

bebas ?
IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

IV.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji pengaruh kesadaran membayar pajak terhadap

kemauan untuk membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang

melakukan pekerjaan bebas.

2. Untuk menguji pengaruh pengetahuan peraturan perpajakan terhadap

kemauan untuk membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang

melakukan pekerjaan bebas.

3. Untuk menguji pengaruh persepsi yang baik atas efektifitas sistem

perpajakan terhadap kemauan untuk membayar pajak wajib pajak

orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas.

4. Untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kemauan

untuk membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan

pekerjaan bebas.

5. Untuk menguji pengaruh sanksi pajak terhadap kemauan untuk

membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan

pekerjaan bebas.
IV.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini di harapkan akan menambah bahan referensi atau

acuan bagi studi tentang faktor yang mempengaruhi kemauan

membayar pajak atau penelitian dengan objek yang sejenis.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tampan Pekanbaru

Untuk memberikan evaluasi dan masukan yang dapat berguna

mengenai bagaimana tingkat pelayanan terhadap wajib pajak yang

telah dilakukan.

c. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih

banyak dan lebih luas mengenai hal-hal yang mempengaruhi

kemauan untuk membayar pajak. Selain itu, dapat membandingkan

antara yang di pelajari di perkuliahan dengan yang di temukan dalam

praktek

V. SISTEMATIKA PENULISAN

I. JUDUL PENELITIAN

Tema sentral penelitian

II. LATAR BELAKANG PENELITIAN


Merupakan pernyataan latar belakang mengapa hal tersebut menjadi

penting untuk diteliti, gagasan tentng topik yang akan diteliti, serta

argumentasi yang fokusny terhadap relevansi, waktu, kesesuaian

kejadian yang sedanga berlangsung dengan kecenderungan yang

terjadi di masyarakat atau organisasi.

III. PERUMUSAN MASALAH

Merupakan identifikasi masalah yang akan diteliti sehingga dapat

dirumuskan dengan jelas.

IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

IV.1 TUJUAN PENELITIAN

Berisikan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dari hasil

penelitian tersebut.

IV.2 MANFAAT PENELITIAN

Merupakan deskripsi tentang kegunaan penelitian terhadap

pengambangan ilmu, dan penerapan dalam praktek dunia usaha.

V. SISTEMATIKA PENULISAN

Berisikan struktur keseluruhan dari laporan penelitian

VI. TELAAH PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

VI.1 TELAAH PUSTAKA

Berisikan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah

yang tertuang dalam perumusan masalah dan relevan dengan

tujuan penelitian
VI.2 KERANGKA PEMIKIRAN

Teori-teori yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti

sehingga memperlihatkan pola hubungan antar variabel.

VI.3 HIPOTESIS

Merupakan kesimpulan atau jawaban sementara dari

permasalahan yang dirumuskan, dalam bentuk yang bisa diuji

( testable ) yang belum tentu benar, sehingga hipotesis dapat saja

ditolak atau diterima berdasarkan hasil penelitian.

VII. METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisikan, objek penelitian, populasi dan sampel,

teknik pengambilan sampel, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, identifikasi dan operasional variabel, dan analisis

data.

DAFTAR PUSTAKA

RENCANA DAFTAR ISI

LAMPIRAN

VI. TELAAH PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

5.1. TELAAH PUSTAKA

1. Definisi Pajak
Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 ( Himpunan

Undang- Undang Perpajakan, 2010 ) adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh wajib

pajak pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan

undangundang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”.

Tentang perpajakan ada beberapa pendapat dari para ahli yang dikutip

dari Sukrisno dan Estralita (2009), antara lain:

Pajak menurut Andriani adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan

tidak mendapat prestasi kembali, langsung dapat ditunjuk, dan berguna

untuk membiayai berbagai pengeluaran umum terkait dengan tugas

negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Smeets adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

norma-norma umum, dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi

yang dapat ditunjukkan secara individual maksudnya adalah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah”.

Menurut Anderson Herschel M., & Brock Horace R adalah

sebagai berikut:
“Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sector

pemerintah bukan akibat pelanggaran hukum namun wajib

dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa

mendapat imbalan yang langsung dan proporsional agar pemerintah

dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan

tanpa adanya kontraprestasi langsung yang diatur dalam undang-

undang yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum negara

demi kemakmuran rakyat.

a. Fungsi Pajak

Berdasarkan definisi pajak yang telah dijabarkan sebelumnya,

secara implisit terlihat ada dua fungsi pajak berdasarkan Resmi

(2009), yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetary)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah

untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun

pembangunan. Upaya tersebut ditempuh dengan cara

ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui

penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti pajak

penghasilan (PPh), Pajak pertambahan nilai (PPN) dan Pajak

penjualan atas barang mewah (PPnBM), Pajak bumi dan

bangunan (PBB).
2. Fungsi Mengatur (Regulator)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi,

serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

3. Fungsi Stabilitas

Fungsi ini berhubungan dengan kebijakan untuk menjaga

stabilitas harga (melalui dana yang diperoleh dari pajak)

sehingga laju inflasi dapat dikendalikan.

4. Fungsi Retribusi

Dalam fungsi retribusi, lebih ditekankan unsur pemerataan dan

keadilan dalam masyarakat. Fungsi ini terlihat dari adanya

lapisan tarif dalam pengenaan pajak. Contohnya dalam pajak

penghasilan, semakin besar jumlah penghasilan maka akan

semakin besar pula jumlah pajak yang terutang.

5. Fungsi Demokrasi

Pajak dalam fungsi demokrasi merupakan wujud sistem

gotong-royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan

pemerintah kepada masyarakat pembayar pajak.

b. Jenis Pajak
Menurut Resmi (2009;30) terdapat berbagai jenis pajak yang

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut

golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.

6. Menurut golongannya pajak dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

(a) Pajak langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada

orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak-pihak tertentu yang

memperoleh penghasilan tersebut.

(b) Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai (PPN). PPN terjadi karena terdapat

pertambahan nilai terhadap barang atau jasa.

7. Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

(a) Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaanya memerhatikan keadaan pribadi wajib

pajak atau pengenaan yang memerhatikan keadaan subjeknya.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). Dalam PPh terdapat subjek

pajak (wajib pajak) orang pribadi.


(c) Subjek Pajak Objektif

Pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa

benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan

timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan

keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat

tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

8. Menurut lembaga pemungutnya pajak dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

(a) Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

Contoh: PPh, PPN dan PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

(b) Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik Daerah

Tingkat I maupun Daerah Tingkat II dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh:

Pajak Daerah Tingkat I (provinsi) antara lain; Pajak Kendaraan

Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermot

c. Asas Pemungutan Perpajakan


Dalam memungut pajak dikenal beberapa asas pemungutan

perpajakan yaitu (Mardiasmo, 2009):

1) Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan

wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik

penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar

negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2) Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang

bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat

tinggal wajib pajak.

3) Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu

negara. Berdasarkan asas pemungutan pajak tersebut dapat

disimpulkan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas

seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal

diwilayahnya dan negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa

memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

d. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan

yaitu (Resmi, 2009;33):


1) Official Assessment System Adalah suatu sistem

pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang

terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam

sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan

memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para

aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau

tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan

ada pada aparatur perpajakan).

2) Self Assessment System Adalah sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan

sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan peraturan perundangundangan perpajakan yang

berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan

menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada

ditangan wajib pajak. wajib pajak diberi kepercayaan

untuk:

(a) Menghitung sendiri pajak yang terutang,

(b) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang,

(c) Membayar sendiri pajak yang terutang,


(d) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, dan

(e) Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.

3) With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan

pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

(bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)

yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku.

2. Kemauan Membayar Pajak

Kemauan membayar merupakan suatu nilai dimana seseorang

rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk

memperoleh barang atau jasa ( Widaningrum;2007;5 ) .

Berdasarkan defenisi di atas, maka dapat dikembangkan suatu

defenisi untuk kemauan membayar pajak ( willingness to pay tax ).

Kemauan membayar pajak dapat diartikan sebagi suatu nilai yang rela

dikontribusikan oleh seseorang ( yang ditetapkan dengan peraturan )

yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara dengan

tidak mndapat jasa timbal ( kontraprestasi ) secara langsung ( Vanesa

dan Hari;2009;40 ). Kemauan membayar pajak dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu

negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, dan

tarif pajak ( Devano dan Rahayu;2006;35 ).


Kemauan wajib pajak membayar pajak merupakan perilaku

wajib pajak terhadap pajak tersebut. Pandangan atau perasaan disertai

oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan ketentuan pajak

tersebut. Perilaku tersebut tidak hanya berkaitan dengan respon atau

reaksi terhadap stimulus ( rangsangan ) secara fisiologis, tapi juga

melibatkan pengetahuan, keyakinan, dan penalaran. Kemauan

membayar pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi sistem

administrasi perpajakan suatu Negara, pelayanan pada wajib pajak,

penegakan hukum perpajakan, dan tarif pajak ( Hardiningsih dan

Yulianawati;2011;43 ).

Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus – menerus

kemauan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Mengingat kemuan wajib pajak untuk

membayar pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan

penerimaan pajak, maka secara intensif perlu dikaji tentang faktor –

faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak, dalam hal ini wajib

pajak dengan pekerjaan bebas. Adapun penjelasan untuk masing –

masing faktor adalah sebagai berikut:

2.1 Kesadaran Membayar Pajak.

Kesadaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2002 ),

kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti akan hal dirasakan

atau dialami oleh seseorang. Kesadaran identik dengan kemauan

yaitu suatu dorongan dari alam sadar berdasarkan pertimbangan


pikiran dan perasaan serta seluruh pribadi yang menimbulkan

kegiatan yang terarah tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan

dengan pribadinya. Sehingga kesadaran perpajakan adalah

kesadaran mengetahui atau mengerti perihal pajak ( Widayati dan

Nurlis , 2010 ).

Menurut Vanesa dan Hari ( 2009;6 ) menguraikan beberapa

bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak

untuk membayar pajak. Terdapat tiga bentuk kesadaran utama

terkait pembayaran pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak

merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan

Negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar

pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang

dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan Negara

guna meningkatkan kesejahteraan warga Negara. Kedua, kesadaran

bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak

sangat merugikan Negara. Wajib pajak mau membayar pajak

karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan

pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya

financial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan

Negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang

– undang dan dapat dipaksakan. Wajib pajak akan membayar

karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang

kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga.


2.2 Pengetahuan dan Pemahaman terhadap peraturan Perpajakan

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2005) disebutkan bahwa

pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil

pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik

atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha

manusia untuk tahu. Pengetahaun akan peraturan perpajakan bisa

diperoleh wajib pajak melalui seminar tentang perpajakan, penyuluhan

dan pelatihan yang dilakukan Dirjen Pajak. Pemahaman berasal dari

kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan

pemahaman merupakan proses perbuatan cara.

Berdasarkan definisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa

pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses

dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan

mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak.

Pengetahuan dan pemahaman pertaturan perpajakan yang dimaksud

mengerti dan paham tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

(KUP) yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT), pembayaran, tempat pembayaran, denda dan

batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT (Resmi, 2009).

Menurut Ruppert (1998) dalam Kertajaya (2007) menerangkan

ada tiga cara seseorang untuk mendapatkan informasi sebagai

sumber pengetahuan antara lain:


a. Pengetahuan diperoleh melalui belajar. Seseorang

memperoleh pengetahuan melalui sebuah proses belajar

dengan didampingi seorang atau beberapa orang pengajar.

b. Pengetahuan diperoleh melalui alat dan teknologi.

Seseorang memperoleh pengetahuan melalui media-media

sumber informasi seperti media cetak dan elektronik.

c. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan perasaan.

Seseorang yang mengalami proses perjalanan dalam

hidupnya memiliki informasi lebih luas dibandingkan

dengan orang lainnya. Hal ini terjadi karena proses

perjalanan yang dijalani berbeda-beda.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widayati dan Nurlis (2010;6)

terdapat beberapa indikator wajib pajak mengetahui dan memahami

peraturan perpajakan, yaitu: (1) Kepemilikan NPWP, setiap Wajib pajak

yang memiliki penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri untuk

memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana untuk pengadministrasian

pajak. (2) Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban

sebagai wajib pajak. Apabila wajib pajak telah mengatahui kewajibannya

sebagai wajib pajak, maka mereka akan melakukannya, salah satunya

adalah membayar pajak. (3) Pengetahuan dan pemahaman mengenai

sanksi perpajakan. Semakin tahu dan paham wajib pajak terhadap

peraturan perpajakan, maka semakin tahu dan paham pula wajib pajak

terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan

mereka. Hal ini tentu akan mendorong setiap wajib pajak yang taat akan
menjalankan kewajibannya dengan baik. (4) Pengetahuan dan pemahaman

mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak. Dengan mengetahui dan

memahami mengenai tarif pajak yang berlaku, maka akan dapat

mendorong wajib pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajak sendiri

secara benar. (5) Wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan

perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP. (6) Wajib pajak

mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui training perpajakan

yang mereka ikuti. Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak mengenai

peraturan perpajakan berkaitan dengan persepsi wajib pajak dalam

menentukan perilakunya (perceived control behavior) dalam kesadaran

membayar pajak. Semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman wajib

pajak, maka wajib pajak dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik

dan sesuai dengan ketentuan perpajakan. Namun jika wajib pajak tidak

memiliki pengetahuan mengenai peraturan dan proses perpajakan, maka

wajib pajak tidak dapat menentukan perilakunya dengan tepat.

2.3 Persepsi yang baik atas efektifitas Sistem Perpajakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), persepsi adalah

proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.

Menurut Leavit dan Pangestuti (2012) persepsi dalam arti sempit

adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu.

Sedangkan dalam arti luas, persepsi adalah pandangan atau pengertian

yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi,

tetapi diteruskan dengan proses mengelompokkan, menggolong-


golongkan, mengartikan, dan mengkaitkan beberapa rangsangan

sekaligus. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan

tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian

yang dialami. Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses yang

menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita

(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita

dapat menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri

(Shaleh, 2004).

Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisasi

atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan

aktivitas integrated dalam diri individu. Sedangkan efektifitas memiliki

pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai (Widayati dan Nurlis,

2010;7).

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan

membayar pajak, maka diperlukan perubahan atau penyempurnaan dan

perbaikan dalam sistem administrasi modern yang berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Intansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengenai peningkatan

ketertiban administrasi, efektivitas, dan kinerja organisasi instansi vertikal

di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup semua link

operasi organisasi secara nasional.


Berdasarkan hal tersebut diharapakan sistem perpajakan yang

sekarang sudah ada seperti e-SPT, e-filling, e-NPWP, e-registration, e-

banking , e-fin, dan drop box, dan lain-lain dapat lebih sempurna serta

memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam membayar atau

melaporkan kewajiban perpajakan dan dapat memberikan pencitraan atau

persepsi yang baik kepada hal yang terkait dengan pajak terutama pada

sistem perpajakan.

Menurut Widayati dan Nurlis (2010;7) hal-hal yang mengindikasikan

efektifitas sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib

pajak antara lain : (1) Adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-

filling. Wajib pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat.

(2) Pembayaran melalui e-banking yang memudahkan Wajib Pajak dapat

melakukan pembayaran dimana saja dan kapan saja. (3) Penyampaian

SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak

harus di KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. ( 4 ) Adanya pembayaran

pajak melalui e-fin. ( 5 ) Peraturan perpajakan dapat diakses secara lebih

cepat melalui internet, tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari

KPP tempat Wajib Pajak terdatar. (6) Pendaftaran NPWP yang dapat

dilakukan secara online melalui eregistration dari website pajak. Hal ini

akan memudahkan Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih

cepat. Persepsi wajib pajak terhadap sistem perpajakan di Indonesia

berkaitan dengan media yang digunakan dalam membayar pajak. Jika

wajib pajak merasa bahwa sistem parpajakan yang ada adalah terpercaya,

handal dan akurat, maka wajib pajak akan memiliki pandangan yang
positif untuk sadar membayar pajak. Namun jika sistem perpajakan yang

ada tidak memuaskan bagi wajib pajak, maka hal itu dapat turut

mempengaruhi kesadaran wajib pajak.

2.4 Pelayanan Fiskus yang Berkualitas

Pelayanan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam

menciptakan kepuasan kepada pelanggan. Suatu layanan dapat dikatakan

baik apabila usaha yang dijalankan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan

kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar

pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara

terus-menerus (Ni Luh Supadmi, 2009). Pandiangan (2008) menyatakan

bahwa tuntutan pelayanan yang cepat, mudah, murah, dan akurat merupakan

harapan masyarakat, untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dijelaskan diatas

bahwa pentingnya kualitas pelayanan pada Wajib Pajak merupakan suatu

faktor penting bagi Kantor Pelayanan Pajak untuk meningkatkan kemauan

membayar pajak pada Wajib Pajak agar penerimaan negara melalui sektor

pajak dapat lebih banyak. Memberikan palayanan yang baik kepada wajib

pajak maka wajib pajak akan senantiasa memenuhi kewajibannya untuk

membayar pajak karena dengan memberikan pelayanan yang baik kepada

wajib pajak, maka wajib pajak akan merasa senang dan merasa dimudahkan

serta terbantu dalam penyelesaian kewajiban perpajakannya. Hal tersebut

tentunya tidak lepas dari peran vital yang diemban oleh setiap petugas

pajak. Petugas pajak dituntut untuk mampu melayani setiap Wajib Pajak
dengan baik, sopan santun, memiliki rasa hormat kepada wajib pajak

sebagai pelanggan, serta memiliki keahlian dan pengetahuan dibidang pajak

yang tentunya akan menunjang kualitas dari pelayanan petugas pajak

kepada wajib pajak.

Selain itu, peralatan yang dimiliki oleh kantor pajak tentunya juga

diperlukan seperti alat komunikasi, komputer, ruang tunggu yang bagus,

nomor antrian, serta peralatan penunjang lainnya. Pelayanan yang diberikan

oleh fiskus selama proses perpajakan berkaitan dengan sikap wajib pajak.

Proses perpajakan melibatkan fiskus dan wajib pajak membuat pelayanan

yang diberikan oleh fiskus turut membentuk sikap (atitude) wajib pajak

dalam mengikuti proses perpajakan. Semakin baik pelayanan fiskus maka

wajib pajak akan memiliki sikap yang positif terhadap proses perpajakan.

Namun jika pelayanan fiskus tidak baik, hal itu akan membuat wajib pajak

enggan untuk membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

2.5 Sanksi Pajak

Menurut Jatmaiko ( 2006 : 19 ) sanksi adalah hukuman negatif

kepada orang yang melanggar peraturan, dan denda adalah hukuman

dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan hukum

yang berlaku. Menurut S.R, Soemarso ( 2007:147 ) sanksi denda juga

dapat muncul oleh karena tindakan Wajib Pajak sendiri atau

dimunculkan oleh pihak pajak. Sanksi Denda pada umumnya,

disebabkan oleh kesalahan atau tidak dipenuhinya kewajiban

perpajakan tertentu. sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi denda


adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan

dengan cara membayar uang.

Ketentuan atas pengenaan sanksi berupa denda menurut UU No.28

Tahun 2007 sebagai berikut :

a. Pasal 7 Ayat 1, apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan

dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat 3

atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat 4, dikenai sanksi

administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 untuk Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp100.000,00

untuk Surat Pemberitahuan Masa Lainnya, dan sebesar

Rp1.000.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Wajib Pajak Badan serta sebesar Rp100.000,00 untuk

Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi

b. Pasal 8 Ayat 3, walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan,

tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya

ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan

Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila

Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan

ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan

kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang


beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% (seratus

lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar

c. Pasal 14 Ayat 4, terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f

masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang,

dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen)

dari Dasar Pengenaan Pajak

d. Pasal 44b Ayat 2, penghentian penyidikan tindak pidana di bidang

perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan

setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang

dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah

dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali

jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak

seharusnya dikembalikan.

Menurut Jatmaiko ( 2006;19 ) dalam penelitiannya yang menguraikan

bahwa terdapat beberapa indikator wajib pajak akan dikenakan sanksi

denda perpajakan, diantaranya adalah:

a. Lalai membayar dan melaporkan pajak akan dikenakan denda.

Setiap wajib pajak yang lalai dalam melakukan pembayaran dan

melaporkan pajak patut untuk dikenakan denda.

b. Keterlambatan membayar pajak akan mempengaruhi keuangan

perpajakan dan kelanjutan usaha wajib pajak. Setiap wajib pajak


jika terlambat membayar pajak maka akan mempengaruhi

keuangan perpajakan dan kelanjutan usaha bagi wajib pajak.

c. Terlambat membayar pajak akan mempengaruhi kepercayaan

rekanan atau pihak lain. Setiap wajib pajak yang melakukan

pembayaran pajak telat pada waktunya maka akan mempengaruhi

kepercayaan rekanan atau pihak lain.

3. Review Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kemauan

membayar pajak diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Widayati dan

Nurlis (2010). Variabel bebas yang digunakan adalah kesadaran

membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan

perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan.

Variabel terikat yang digunakan adalah kemauan membayar pajak. Hasil

penelitian adalah kesadaran membayar pajak dan persepsi yang baik atas

efektivitas sistem perpajakan memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap kemauan membayar pajak. Sementara pengetahuan dan

pemahaman tentang peraturan perpajakan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kemauan membayar pajak.

Penelitian Pancawati Hardiningsih dan Nila Yulianawati (2011),

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak di

Kecamatan Tahunan dan Kecamatan Jepara yang melaporkan SPT

2009. Hasil menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap kesadaran

membayar pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kemauan

membayar pajak, sementara pengetahuan peraturan perpajakan,


pemahaman peraturan perpajakan, dan persepsi efektifitas sistem

perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan untuk

membayar pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Priyoga (2011) yang meneliti

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar

pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas

(survei pada KPP Pratama Cilacap ) dengan variabel kesadaran

membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman mengenai peraturan

perpajakan, serta persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan.

Metode pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling

dan hasil penelitian menyatakan bahwa ketiga variabel kesadaran

membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman mengenai peraturan

perpajakan serta persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan

secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap kemauan

membayar pajak.

Pada bagian ini akan ditampilkan ringkasan penelitian terdahulu

yang ditunjukkan melalui tabel 3.1

No Peneliti Variabel Alat Analisis Hasil

1. Priyoga ( 2011 ) Variabel bebas Analisis regeresi kesadaran membayar pajak,

yang digunakan linier berganda pengetahuan dan

dalam penelitian pemahaman mengenai


ini adalah peraturan perpajakan serta
kesadaran persepsi yang baik atas
membayar pajak, efektivitas sistem

pengetahuan dan perpajakan secara parsial

pemahaman maupun simultan


mengenai berpengaruh terhadap
peraturan kemauan membayar pajak
perpajakan serta

persepsi yang baik

atas efektivitas

sistem perpajakan.

Variabel terikat

adalah kemauan

membayar pajak
2 Hardiningsih dan Variabel bebas Analisis regresi kesadaran membayar pajak

Nila Yulianawati yang digunakan linier berganda berpengaruh dan signifikan

(2011) adalah kesadaran terhadap kemauan

membayar pajak, membayar pajak, sementara

pengetahuan pengetahuan peraturan

peraturan perpajakan, pemahaman

perpajakan, peraturan perpajakan, dan

pemahaman persepsi efektifitas sistem

peraturan perpajakan tidak

perpajakan, dan berpengaruh signifikan

persepsi terhadap kemauan untuk

efektifitas sistem membayar pajak


perpajakan.

Variabel terikat

adalah kemauan

membayar pajak

3. Widayati dan Variabel bebas Analisis Regresi Kesadaran membayar pajak

Nurlis (2010) yang digunakan Linier Berganda dan persepsi yang baik atas

adalah kesadaran efekivitas sistem perpajakan


membayar pajak, memiliki pengaruh yang
pengetahuan dan tidak signifikan terhadap
pemahaman
kemauan membayar pajak.
tentang peraturan
Sementara pengetahuan dan
perpajakan, dan
pemahaman tentang
persepsi yang baik
peraturan perpajakan
atas efektivitas
memiliki pengaruh yang
system perpajakan.
signifikan terhadap
Variabel terikat
kemauan membayar pajak.
yang digunakan

adalah kemauan

untuk membayar

pajak

5.2 KERANGKA PEMIKIRAN


Gambar 2.1 menyajikan kerangka pemikiran teoritis untuk

pengembangan hipotesis pada penelitian ini. Metode penelitian

menggunakan satu persamaan. Pada persamaan ini yang menjadi

variabel bebas ( variabel independen ) adalah kesadaran membayar

pajak, pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan perpajakan,

persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan , pelayanan

fiskus yang berkualitas , dan sanksi pajak , sedangkan variabel terikat

( variabel dependen ) adalah kemauan membayar pajak .

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kesadaran
Membayar
Pajak ( X1 )

Pengetahuan
dan Pemahaman Kemauan
Terhadap Peraturan Membayar
Perpajakan ( X2 )
Pajak ( Y )

Persepsi Yang Baik


Atas Efektifitas
Sistem Perpajakan ( X3)

Pelayanan Fiskus
Yang Berkualitas ( X4 )

Sanksi Pajak ( X5 )

   
5.3 HIPOTESIS

5.3.1 Pengaruh kesadaran membayar pajak terhadap kemauan

membayar pajak

Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam

memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau

menyikapi terhadap realitas. Kesadaran yang dimiliki oleh

manusia adalah kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa

silam, dan kemungkinan masa depannya.

Irianto (2005;7) , Vanesa dan Hari (2009; 41)

menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang

mendorong wajib pajak untuk membayar pajak. Terdapat tiga

bentuk kesadaran utama terkait pembayaran pajak. Pertama,

kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam

menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini,

wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan

dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari

digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan

kesejahteraan warga negara. Kedua, kesadaran bahwa

penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak

sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak

karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan

pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber

daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya


pembangunan negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan

dengan undang-undang dan dapat dipaksakan. Wajib pajak akan

membayar karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan

hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap

warga negara. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah:

H1 = Kesadaran membayar pajak berpengaruh positif

terhadap Kemauan membayar pajak wajib pajak.

5.3.2 Pengaruh pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan

perpajakan terhadap kemauan membayar pajak

Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan

adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan

dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak.

Suryadi (2006;85) dalam penelitianya menyatakan bahwa

meningkatnya pengetahuan perpajakan baik formal dan non formal

akan berdampak postif terhadap kesadaran wajib pajak dalam

membayar pajak.

Gardina dan Hariyanto (2006;12) menemukan bahwa

rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan

wajib pajak serta persepsi tentang pajak dan petugas pajak yang

masih rendah. Sebagian wajib pajak memperoleh pengetahuan

pajak dari petugas pajak, selain itu ada yang memperoleh dari

media informasi, konsultan pajak, seminar dan pelatihan pajak .


Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan

adalah:

H2 = Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan

perpajakan berpengaruh positif terhadap Kemauan

membayar pajak wajib pajak

5.3.3 Pengaruh persepsi yang baik atas efektifitas sistem

perpajakan terhadap kemauan membayar pajak

Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses

pengorganisasian, penginteprestasian, terhadap stimulus oleh

organisasi atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti

dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu.

Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran

yang menyatakan seberapa jauh target ( kualitas, kuantitas, dan

waktu ) telah tercapai.

Hal-hal yang mengindikasikan efektivitas sistem perpajakan

yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain pertama,

adanya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-Filling. Wajib pajak

dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat. Kedua,

pembayaran melalui e-Banking yang memudahkan wajib pajak

dapat melakukan pembayaran dimana saja dan kapan saja. Ketiga,

penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di

berbagai tempat, tidak harus di KPP tempat wajib pajak terdaftar.

Keempat ialah bahwa peraturan pajak dapat diakses lebih cepat


melalui internet, tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari

KPP tempat wajib pajak terdaftar. Dan yang kelima adalah

pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui

e-register dari website pajak. Hal ini akan memudahkan wajib

pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih cepat (Widayati dan

Nurlis, 2010;7). Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang

dapat dirumuskan adalah:

H3 = Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan

berpengaruh positif terhadap Kemauan membayar

pajak wajib pajak

5.3.4 Pengaruh pelayanan fiskus yang berkualitas dengan wajib

pajak terhadap kemauan membayar pajak

Pelayanan yang berkualitas terhadap wajib pajak adalah

usaha yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak untuk melayani

wajib pajak secara maksimal agar wajib pajak tidak mengalami

kebingungan saat membayar pajak. Menurut Anchok (1994;21),

aparat pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil,

dan tegas setiap saat kepada wajib pajak serta dapat memupuk

kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab membayar pajak.

Wajib pajak dapat mengenal pajak dari pelayanan yang diberikan

oleh aparat pajak. Untuk itu aparat pajak harus memiliki

keterampilan untuk dapat memuaskan wajib pajak. Keterampilan

yang harus dimiliki aparat pajak adalah kemampuan dalam


berhubungan dengan orang lain dengan cara-cara yang baik

(Boediono, 2000). Kepuasan wajib pajak dalam mendapatkan

pelayanan fiskus diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak di dalam membayar pajak. Suryadi (2006) menekankan pada

pentingnya kualitas aparat pajak dalam memberikan pelayan kepada

wajib pajak.

Ada beberapa indikator bahwa pelayanan fiskus yang

berkualitas dapat mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak.

Pertama, fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti

memiliki keahlian, pengetahuan dan pengalaman dalam hal

perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan.

Kedua, fiskus harus memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan

publik. Ketiga, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diharapkan perluasan

tempat pelayanan terpadu (TPT). TPT dapat memudahkan

pengawasan terhadap proses proses pelayanan yang diberikan

kepada wajib pajak (Widayanti dan Nurlis;2010;4 ). Berdasarkan hal

tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

H4= Pelayanan fiskus yang berkualitas berpengaruh positif

terhadap Kemauan membayar pajak wajib pajak

5.3.5 Pengaruh sanksi pajak terhadap kemauan membayar pajak

Menurut Jatmaiko ( 2006 : 19 ) sanksi adalah hukuman

negatif kepada orang yang melanggar peraturan, dan denda

adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar


peraturan dan hukum yang berlaku. Menurut S.R, Soemarso

( 2007:147 ) sanksi denda juga dapat muncul oleh karena

tindakan Wajib Pajak sendiri atau dimunculkan oleh pihak pajak.

Sanksi Denda pada umumnya, disebabkan oleh kesalahan atau

tidak dipenuhinya kewajiban perpajakan tertentu. sehingga dapat

dikatakan bahwa sanksi denda adalah hukuman negatif kepada

orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang.

Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan

adalah:

H5= Sanksi Pajak berpengaruh positif terhadap Kemauan

membayar pajak wajib pajak

VII. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini berisi objek penelitian, populasi dan sampel, teknik

pengambilan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

identifikasi dan operasional variabel dan analisis data

VII.1 OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang melakukan

pekerjaan bebas yang terdaftar di KPP Pratama Tampan Pekanbaru.

VII.2 POPULASI DAN SAMPEL

VII.2.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2007), adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian


ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan

benda- benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang

ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti itu

(Sugiyono, 2007;80).

Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang

melakukan pekerjaan bebas terdaftar di KPP Pratama Tampan Pekanbaru .

Wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas adalah

pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan dan notaris. Jumlah Populasi

WPOP yang melakukan pekerjaan bebas terdaftar di KPP Pratama

Pekanbaru Tampan sampai dengan Desember 2012 adalah 12.101 wajib

pajak.

VII.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu (Sugiyono,2007;81). Jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden dari jumlah populasi

wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas terdaftar pada

KPP Pratama Pekanbaru Tampan.

Jumlah minimal sampel ditentukan dengan menggunakan rumus slovin

yaitu sebagai berikut :


N
n=
1+ N e2 Dimana : n = Jumlah Sampel
12.101 N = Jumlah Populasi
n= 2
1+ 12.101(0.1 )
e = Eror Tolerance
n = 99,18

VII.3 TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Convenience

Sampling . Metode ini memilih/mengambil sampel yang sesuai dengan

ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling

mudah dijangkau, atau didapatkan, misalnya yang terdekat dengan tempat

peneliti berdomisili (Uma Sekaran, 2006;136 ).

VII.4 JENIS DAN SUMBER DATA

VII.4.1 JENIS DATA

Jenis data yang digunakan mengacu kepada data kuntitatif.

Metode kuantitatif adalah metode ilmiah/scientific karena telah

memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif,

terukur, rasional, dan sistematis ( Sugiyono;2007;7 ).

VII.4.2 SUMBER DATA

VII.4.2.1 Data Primer


Data Primer Merupakan data yang diperoleh dari pengumpulan

langsung dari lapangan (tidak melalui perantara), berupa opini

subjek (orang) secara individual atau kelompok hasil observasi

terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil

pengujian. Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu kuesioner. Kuesioner merupakan penelitian dengan cara

mengajukan daftar pertanyaan langsung kepada responden, yaitu

wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas, dalam

hal ini wajib Pajak yang melakukan pekerjaan bebas yang

menggunakan sistem pencatatan norma dan masih aktif melakukan

kewajiban perpajakan yang terdaftar di KPP Pratama Tampan

Pekanbaru. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data

dengan memberikan tanggung jawab kepada responden untuk

membaca dan menjawab pertanyaan. Metode kuesioner atau angket

yang digunakan peneliti, yakni menggunakan instrument cheklist

(daftar cocok), untuk melihat kecenderungan responden. Dimana

pada jawaban dari setiap pertanyaan yang peneliti berikan telah

tersedia pilihan jawabannya. Sehingga responden hanya

memberikan tanda cheklist pada kotak jawaban yang ada. Dalam

penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah skala likert

yang menggunakan ukuran interval sebagai nilai skalanya.

7.4.2. Data Sekunder


Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat

oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)

yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan

Supomo, 2008). Sedangkan menurut Supriyanto (2009) adalah data

yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yaitu: diolah dan disajikan

oleh pihak lain. Dalam hal ini peneliti mendapatkan data yang sudah

ada yang dikumpulkan oleh pihak lain, dan juga dari berbagai sumber

baik dari buku-buku, jurnal, media internet, maupun studi pustaka

lainnya.

VII.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode survei langsung dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar

isian yang harus diisi oleh responden ( Sugiyono;2007;142 ). Sejumlah

pertanyaan diajukan dalam bentuk kuesioner dan kemudian responden

diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Untuk mengukur

pendapat responden digunakan skala lima angka yaitu angka 5 untuk

pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS).

Perinciannya adalah sebagai berikut : Angka 1 = Sangat Tidak setuju

(STS) Angka 2 = Tidak Setuju (TS)Angka 3 = Ragu-Ragu (RR)Angka 4 =

Setuju (S)Angka 5 = Sangat Setuju (SS).


VII.6 IDENTIFIKASI OPERASIONAL VARIABEL

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini tediri atas variabel

independen dan variabel dependen, yaitu:

1. Variabel Independen (X)

a. Kesadaran membayar Pajak ( X1 )

Kesadaran identik dengan kemauan yaitu suatu dorongan dari

alam sadar berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan serta

seluruh pribadi yang menimbulkan kegiatan yang terarah tercapainya

tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya. Sehingga

kesadaran perpajakan adalah kesadaran mengetahui atau mengerti

perihal pajak (Atiqah dan Fitria, 2010;16). Dalam penelitian ini

kesadaran membayar pajak diukur dengan menggunakan indikator

yang diperkenalkan oleh Widayati dan Nurlis (2010;9), yaitu:

1. Pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang

pembangunan negara

2. Penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak

sangat merugikan negara

3. Pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan

4. Membayar pajak tidak sesuai dengan yang seharusnya dibayar

akan merugikan negara.

5. Membayar pajak akan terbentuk rencana untuk kemajuan

kesejahteraan rakyat.
b. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan

( X2 )

Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah

proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan

mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. Sebagian

besar wajib pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak,

selain itu juga ada yang diperoleh dari radio, televisi, majalah pajak,

surat kabar, internet, buku perpajakan, konsultan pajak, seminar pajak,

dan adapula yang diperoleh dari penelitian pajak. Namun frekuensi

pelaksanaan kegiatan tersebut tidak sering dilakukan. Bahkan,

pengetahuan tentang pajak belum secara komprehensif menyentuh

dunia pendidikan (Supriyati dan Hidayati, 2008). Dalam penelitian ini

pengetahuan wajib pajak diukur dengan indikator yang diperkenalkan

oleh Eka Setiawati (2011;80) yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang

2. Pajak berguna bagi masyarakat

3. Tidak dapat imbalan langsung

4. Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP,PKP dan tarif

pajak

5. Kepemilikan NPWP

c. Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan ( X3 )


Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu

sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas

integrated dalam diri individu. Sedangkan efektifitas memiliki

pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai (Widayati dan Nurlis,

2010). Dalam penelitian ini persepsi yang baik atas efektifitas sistem

perpajakan diukur dengan indikator yang diperkenalkan olehWidayati

dan Nurlis (2010), yaitu :

1. Pembayaran pajak melalui e-Banking.

2. Pembayaran SPT melalui e-SPT dan e-Filling.

3. Penyampaian SPT melalui drop box.

d. Pelayanan fiskus yang berkualitas ( X4 )

Pelayanan yang berkualitas terhadap wajib pajak adalah usaha

yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak untuk melayani wajib

pajak secara maksimal agar wajib pajak tidak mengalami kebingungan

saat membayar pajak. Dalam penelitian ini pelayanan fiskus yang

berkualitas diukur dengan indikator yang diperkenalkan oleh Nugroho

(2011;78), yaitu :

1. Fiskus telah memberikan pelayanan pajak dengan baik

2. Dalam menentukan pajak, ketetapan tarifnya telah adil


3. Fiskus senantiasa memperhatikan keberatan wajib pajak atas

pajak yang dikenakan

4. Cara membayar dan melunasi pajak mudah / efisien

e. Sanksi Pajak ( X5 )

Menurut S.R, Soemarso ( 2007:147 ) sanksi denda juga dapat

muncul oleh karena tindakan Wajib Pajak sendiri atau dimunculkan

oleh pihak pajak. Sanksi Denda pada umumnya, disebabkan oleh

kesalahan atau tidak dipenuhinya kewajiban perpajakan tertentu.

sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi denda adalah hukuman negatif

kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang.

Dalam penelitian ini sanksi pajak diukur dengan indikator yang

diperkenalkan oleh Jatmiko (2006;19 ), yaitu :

1. Lalai membayar dan melaporkan pajak akan dikenakan sanksi

perdata ataupun pidana.

2. Bekerja sama dengan oknum pajak dalam memanipulasi tarif

pajak akan dikenakan sanksi pajak sesuai peraturan pajak.

2. Variabel Dependen ( Y )

Kemauan membayar pajak dapat diartikan sebagi suatu nilai

yang rela dikontribusikan oleh seseorang ( yang ditetapkan dengan

peraturan ) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum

Negara dengan tidak mendapat jasa timbal ( kontraprestasi ) secara

langsung ( Vanesa dan Hari;2009;40 ). Kemauan membayar pajak


dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi sistem administrasi

perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan

hukum perpajakan, dan tarif pajak ( Devano dan Rahayu;2006;35 ).

Dalam penelitian ini diukur dengan indikator yang digunakan oleh

Widayati dan Nurlis ( 2010;11 ) yaitu :

1. Konsultasi sebelum melakukan pembayaran pajak

2. Dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak

3. Informasi mengenai cara dan tempat pembayaran pajak

4. Informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak

5. Membuat alokasi dana untuk membayar pajak

VII.7 ANALISIS DATA

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah :

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan

data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan ( Sugiyono;2007;147 ).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis

regresi berganda dengan menggunakan Software Statistical Program For

Social Science ( SPSS ) 17.0. SPSS adalah salah satu software untuk

menganalisa data statistik.


DAFTAR PUSTAKA

Arum, Harjanti Puspa, 2012, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus,

dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang

Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas, Diponegoro Journal of

Accounting, Vol. 1, No. 1 Januari, hal 112-135

Atiqah dan Verisca Dena Fitria,2010, Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kualitas

Pelayanan, Pemeriksaan dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak dalam Menyampaikan SPT, Jurnal Riset Akuntabilitas, Vol. 3 No.

1, Juli,hal. 10-18

Boediono, Drs, 1999, Pelayanan prima perpajakan, Kawulamuda, Jakarta

Departemen Keuangan RI.2012. Data Pokok APBN 2006 – 2012.

http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/download/datapokok-ind2013.pdf.

Hardiningsih, Pancawati dan Nila Yulianawati,2011, Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak, Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia,, Vol. 3 No.1 Nopember, hal. 126-142

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Resmi, Siti, 2009, Perpajakan: Teori dan Kasus,Yogjakarta, Salemba empat

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung, CV.Alfabeta

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: Metodologi Penelitian untuk

Bisnis. Buku 1 dan Buku 2, edisi 14. Jakarta: Salemba Empat.

Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, 2004, Psikologi Suatu Pengantar

Dalam Perspektif Islam,Jakarta, Kencana


Supriyati dan Nur Hidayati, 2008, Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib

Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal Riset Akuntansi dan

Teknologi Informasi, Vol.7 No.1

Tatiana, Vanessa dan Priyo Hari,2009, Dampak Program Sunset Policy terhadap

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak, Makalah

Simposium Nasional Perpajakan II

Undang-Undang No.28 tahun 2007, Tentang Perubahan Ketentuan dan Tata Cara

Umum Perpajakan

Waluyo, 2008, Perpajakan Indonesia, Edisi 8, Jakarta, Salemba Empat

Widayati dan Nurlis,2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Untuk

Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan

Bebas, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, hal.1-23


RENCANA DAFTAR ISI

ABSTRAK

PERNYATAAN

3. KATA PENGANTAR

4. DAFTAR ISI

5. DAFTAR TABEL

6. DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.2. PERUMUSAN MASALAH

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1. TUJUAN PENELITIAN

1.3.2. MANFAAT PENELITIAN

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II TELAAH PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1. TELAAH PUSTAKA

2.2. KERANGKA PEMIKIRAN

2.3. HIPOTESIS

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. OBJEK PENELITIAN


3.2. POPULASI DAN SAMPEL

3.3. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

3.4. JENIS DAN SUMBER DATA

3.4.1. JENIS DATA

3.4.2. SUMBER DATA

3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.6. IDENTIFIKASI DAN OPERASIONALISASI VARIABEL

3.7. ANALISIS DATA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

5.2 PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

6.2. SARAN – SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI PENULIS

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai