Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan subtropika

Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke

Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian

sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam

gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negara-

negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang Spanyol dan Portugis

(Sulandari, 2001).

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki

nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru

dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara

Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat

warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu,

juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat

aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin

terlalu banyak akan mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata.

Selain kapsaisin, cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar


2

sekresi asam lambung dan mencegah infeksi system pencernaan. Unsur lain di dalam

cabai adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi,

sesak nafas, dan gatal-gatal (Setiadi, 2002).

Di Indonesia cabai merah merupakan bahan sebuah masakan sehingga cabai

merah sangat diperlukan oleh sebagian besar ibu ramah tangga sebagai pelengkap

bumbu dapur. Di samping untuk memenuhi keperluan konsumsi di dalam negeri,

cabai merah juga diekspor meskipun jumlahnya masih relatif kecil. Untuk itu,

diperlukan adanya penerapan tehnik budidaya yang tepat sehingga produksi yang

dihasilkan tinggi dan berkualitas (Prajnanta, 2008).

Salah satu tehnologi untuk meningkatkan keberhasilan produksi cabai  dengan

penggunaan penambahan pupuk Urea dan pupuk daun Bayfolan. karena pupuk Urea

dan pupuk daun Bayfolan memang dapat menyediakan unsur hara tanaman dan

mempunyai pengaruh yang positif terhadap sifat fisik dan kimia tanah serta

mendorong jasad renik (Lingga, 2007).

Pemberian pupuk akan sangat mempengaruhi dari pertumbuhan tanaman

tersebut selain faktor-faktor yang lain, hal ini dikarenakan pupuk sebagai salah satu

pemberian unsur-unsur nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Penggunaan pupuk

pada penelitian ini adalah pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan. Pupuk Urea

merupakan pupuk N yang terbuat dari gas amoniak dan gas asam

arang.Persenyawaan kedua zat ini mengandung N 46%. Urea termasuk pupuk yang
3

higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73% ia sudah menarik uap

air dari udara (Mulyani, 2010).

Pemberian pupuk Urea dalam tanah, dengan bantuan enzim urea akan segera

dihidrolisis menjadi ammonia dan karbondioksida. Amonia dan karbondioksida,

keduanya berbentuk gas dan mudah hilang dari tanah. Namun demikian amonia

mudah bereaksi dengan air membentuk hidroksi ammonium, sehingga untuk

sementara tidak akan hilang dari tanah (Mulyani, 2010).

Sedangkan Pupuk daun bayfolan merupakan pupuk daun lengkap berbentuk

cair, produksi Bayer, kandungan kadarnya N 11 %, P 2O5 10 %, K2O 6 % dan

mengandung unsur-unsur mikro lainnya yaitu Fe, Mn, Cu, Zn, Co, No, Gelatin dan

zat penyangga, warna cairannya hijau kehitam-hitaman (Mulyani, 2010)

Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian “Pengaruh

Pemberian Pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan Terhadap Pertumbuhan Dan

Produksi Tanaman Cabai Keriting (Capsicum Annuum L) Varietas Laris”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun indentifikasi masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pemberian pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman cabai merah keriting (Capsicum Annuum L)?


4

2. Apakah ada Pengaruh Pemberian pupuk Daun Bayfolan terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah keriting

(Capsicum Annuum L)?

3. Apakah ada interaksi atas pengaruh pemberian pupuk Urea dan pupuk

Daun Bayfolan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah

keriting (Capsicum Annuum L)?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pupuk Urea terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah keriting

(Capsicum Annuum L).

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pupuk Daun

Bayfolan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah

keriting (Capsicum Annuum L).

3. Untuk mengetahui interaksi antara pengaruh pemberian pupuk Urea dan

pupuk Daun Bayfolan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai

merah keriting (Capsicum Annuum L).


5

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan penelitian ilmiah dalam penyusunan skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

(STIPER) Labuhanbatu, Yayasan Universitas Labuhanbatu.

2. Sebagai bahan informasi tambahan pada semua pihak yang

membutuhkannya, terutama bagi saya sendiri dan yang bergerak dibidang

budidaya Cabai keriting (Capsicum Annuum L).

1.5. Kerangka Pemikiran

Proses budidaya tanaman cabai merah keriting harus ditunjang dengan adanya

teknologi sarana produksi yang maju sehingga akan didapatkan pertumbuhan dan

hasil tanaman yang optimal. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh

tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi

suatu tanaman, oleh karena itu macam dan jumlah unsur hara yang tersedia disertai

dengan tata air dan udara yang baik di dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman harus

berada dalam keadaan yang cukup dan seimbang.

Pelepasan unsur hara secara bertahap ke dalam tanah dari pupuk Urea,

terutama unsur nitrogen sangat menunjang pertumbuhan tanaman. Karena akan

memenuhi kebutuhan seluruh tahapan pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman dapat


6

tumbuh dengan baik. Kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat dilakukan melalui

pemberian pupuk organik karena di samping dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan juga

dapat memperbaiki kerusakan akibat fisik, kimia dan biologi tanah.

Sedangkan Pupuk daun bayfolan merupakan pupuk daun lengkap berbentuk

cair, produksi Bayer, kandungan kadarnya N 11 %, P 2O5 10 %, K2O 6 % dan

mengandung unsur-unsur mikro lainnya yaitu Fe, Mn, Cu, Zn, Co, No, Gelatin dan

zat penyangga.

Karena budidaya tanaman cabai merah keriting merupakan salah satu kunci

keberhasilan didalam kerangka pemikiran ini mengemukakan tentang variabel yang

di teliti yaitu Pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan merupakan variabel bebas, serta

pertumbuhan dan produksi tanaman Cabai Keriting merupakan variabel terikat,

secara sederhana kerangka pemikiran didalam penelitian ini dapat dilihat dalam

gambar berikut:
7

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Pupuk Urea

Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai

Pupuk Daun Bayfolan


Pelaksanaan Penelitian

Parameter yang diamati yaitu : - Tinggi Tanaman (cm)


Diameter Batang (mm)
Berat Buah Pertanaman Sampel (gr)
Berat Buah perplot (gr)

Metode Penelitian
Rancangan Acak Kelompok

Metode Analisa
Sidik Ragam Linier
8

1.6. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pemberian pupuk Urea terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman cabai merah keriting (Capsicum Annuum L).

2. Ada pengaruh pemberian pupuk Daun Bayfolan terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman cabai merah keriting (Capsicum Annuum L).

3. Ada interaksi pengaruh pemberian pupuk Urea dan pupuk Daun Bayfolan

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah keriting

(Capsicum Annuum L).

1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilaksanakan di Jln. Nusantara Desa Aek Nabara, Kecamatan

Bilah Hulu, Kabupaten Labuhanbatu dengan tofografi datar dan jenis tanah top soil

yang berada pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Maret 2015 sampai dengan selesai.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika

Sistematika tanaman cabai keriting menurut klasifikasi botani sebagai berikut:

Kingdom : Plantarum

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Metachlamidae

Ordo : Tubiflorae (Solanales)

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annuum L (Setiadi, 2002)

2.2. Syarat Tumbuh

Untuk budidaya tanaman cabai keriting perlu pemilihan lokasi pertanaman

yang tepat agar hasil usaha tersebut mendatangkan hasil yang diinginkan. Tanaman

cabai memerlukan persyaratan tumbuh yang sesuai dengan hidupnya, walaupun

tanaman ini memiliki daya penyesuaian yang cukup baik.


10

Tanaman cabai keriting dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat,

mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, bergantung pada varietasnya.

Sebagian besar sentra produsen cabai berada didataran tinggi dengan ketinggian

antara 1.000 – 1.250 meter dari permukaan laut (dpl).

Tanaman cabai keriting tidak tahan hujan. Terhadap sinar matahari yang terik

pun tidak tahan. Inilah sebabnya, cabai lebih memuaskan ditanam di daerah yang

kering dan sejuk dari pegunungan, dari pada dataran rendah. Walaupun di dataran

rendah yang panas kadang-kadang dapat juga diperoleh hasil yang memuaskan,

namun di daerah pegunungan buahnya dapat lebih besar. Rata-rata suhu yang baik

adalah 210 – 280C. Suhu udara yang terlalu tinggi menyebabkan buahnya sedikit.

Suhu panas terutama diperlukan pada waktu berbunga. (Prajnanta, 2008).

2.2.1. Tanah

Tanah yang dikehendaki adalah berlapis dalam, jelas lapisan padas lebih dari

1 m, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah,

dapat tumbuh pada hingga 8,0.(Sulandari, 2001)

Tanaman cabai keriting dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada

tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut.

Tanah-tanah vukanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama

dari segi struktur, tekstur, solom, kedalaman air tanah, aerase, dan drainasenya .
11

Tanaman cabai keriting dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah

berpasir hingga laterit merah dan podzolit kuning, tanah abu gunung, tanah berliat.

Tampaknya tanaman cabai keriting tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus

ataupun topografi tertentu.

Syarat tanah ideal untuk tanaman cabai adalah subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata udara dalam

tanah berjalan dengan baik dan pH antara 6-7. cabai keriting dapat ditanam pada

berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah

lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu

pengelolahan secara sempurna antara lain pengelolahan tanah yang cukup.

(Foth, 2001)

Tanah yang paling baik untuk tanaman cabai keriting sudah tentu tanah yang

subur. yang dimaksud dengan tanah subur adalah tanah yang akan kaya zat hara yang

sangat dibutuhkan oleh tanaman. Tapi kesuburan tanah juga belum cukup menjamin

berhasilnya tanaman. selain menghendaki tanah yang subur, tanaman cabai keriting

juga membutuhkan air yang cukup dan kepadatan tanah yang memadai pula

(Prajnanta, 2008).

Tanah merupakan tempat bertumpunya tanaman agar dapat tumbuh dengan

tegak. Hal ini berhubungan dengan kinerja akar dalam tanah. Oleh sebab itu, tanah

harus menyediakan ruang yang cukup bagi perakaran tanaman. Pada teknik
12

penanaman cabai keriting di dalam polibag perlu diperhatikan ukuran wadah yang

tidak terlalu sempit sehingga tidak mengganggu perakaran.

Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang

tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Normal tidaknya kelembaban tanah dan

gembur tidaknya tanah dapat diamati dengan menguji daya serap tanah terhadap air.

Caranya adalah tanah disiram air, lalu perhatikan lamanya air tersebut terserap ke

dalam tanah. Apabila kedalaman penyerapan antara 0,2 – 20 cm berlangsung paling

lama satu jam, maka tanah masih bisa dikatakan cukup mampu menjaga kelembaban.

Apabila lebih dari itu berarti tanahnya tergolong liat dan bisa membuat tanah becek

(Setiadi, 2002).

Faktor tanah yang perlu diperhatikan dalam budidaya cabai yaitu jenis tanah

dan derajat keasaman (pH) tanah. Mulai dari tanah andosol yang berwarna gelap

(menunjukkan kaya bahan organik) sampai tanah latosol, regosol, ultisol hingga

grumosol dapat ditanami cabai. Namun bagaimanapun juga tanah yang paling sesuai

untuk cabai keriting adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat

dan tidak terlalu porus, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah

mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia (Foth, 2001).
13

Jenis-jenis tanah yang ada di alam ini sangat beranekaragam sehingga

tumbuhan yang tumbuh juga sangat beragam. Beberapa jenis tanah yang ada di

Indonesia antara lain:

1. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang

pohon dihutan tropis yang lebat.

2. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian karena terbentuk

dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Alluvial/Tanah Endapan

Tanah alluvial adalah tanah yang dibentuk dari Lumpur sungai yang mengendap di

dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan

pertanian.

4. Tanah Podzolit

Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan

curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah/tinggi


14

5. Tanah Vulkanik/Tanah Gunung Berapi

Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung

berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat

dijumpai disekitar lereng gunung berapi.

6. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,

namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.

Contoh tanah ini yaitu di Kalimantan Barat dan Lampunmg.

7. Tanah Mediteran/Tanah Kapur

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan

batuan kapur. Contoh tanah ini yaitu di Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan

Jawa Timur.

8. Tanah Gambut/Tanah Organosol

Tanah gambut adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang

merupakan hasil bentukan pelapukan rawa. Contoh tanah ini yaitu di Kalimantan,

Papua, dan Sumatera.

Tanah yang terlalu liat kurang baik untuk ditanami cabai keriting karena sulit

diolah dan drainasenya jelek sehingga pernapasan akar tanaman dapat terganggu.

Tanah yang liat dan padat juga menyulitkan akar dalam mencari makanan. Tanah
15

yang biasa selalu banyak pasir kurang baik untuk cabai keriting karena mempunyai

daya memegang air (water holding capacity) yang rendah, akibatnya tanah cepat

kering meskipun sering diairi dan bila dipupuk maka akan mudah tercuci atau hilang.

Penambahan pupuk kandang 18-27 ton/ha akan memperbaiki struktur tanah yang

remah sehingga sesuai untuk pertumbuhan dan produksi tanaman cabai keriting

(Foth, 2001).

Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman cabai

keriting berkisar antara 5,5 - 6,8 dengan pH optimum 6,0 - 6,5 pada umumnya tanah

di Indonesia ber-pH optimum 6,0 - 6,5 Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH

rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5 sehingga tanah ber-pH 6,0 – 6,5 sering kali

dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak asam.

Derajat keasaman tanah merupakan faktor penting yang harus dipahami

sebelum dilakukan teknis budidaya:

1. Mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman amat

dipengaruhi Ph.

2. Kemungkinan adanya unsur beracun dapat diketahui melalui ph.

3. Perkembangan mikro organisme dipengaruhi Ph.

Mayoritas tanah di Indonesia tergolong asam. Untuk meningkatkan pH tanah

dapat ditambahkan kapur pertanian. Adapun tanah yang terlalu basa (alkalis) dapat

diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang (S) (Foth, 2001).


16

2.2.2. Air

Air merupakan unsur vital bagi keberhasilan bertanam cabai keriting. Air

berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang terdapat didalam tanah, sebagai media

pengangkut unsur hara tersebut ke organ tanaman, serta pengisi cairan tubuh

tanaman. Peranannya pun cukup penting dalam proses fotosintensis

(pemasakan makanan) dan proses pernafasan (respirasi) (Marsono dan Sigit 2001).

Pada prinsipnya semua jenis tanaman memerlukan air untuk kelangsungan

hidupnya mulai dari perkecambahan sampai panen. Dalam jaringan tanaman secara

fungsional air berperan sebagai pelarut dalam proses fisiologis dan merupakan alat

yang dapat membawa zat hara serta gas dari luar ke dalam jaringan tanaman

(Setiadi, 2002).

Air adalah suatu unsur yang menentukan mati/hidupnya tanaman. Telah

ditentukan secara umum, bahwa tanaman hanya dapat mengisap garam-garam

mineral dari larutan didalam tanah melalui air. Di sinilah peranan air bagi kehidupan

tumbuh-tumbuhan.

Seperti lazimnya tanaman lain, tanaman cabai juga sangat membutuhkan air.

Air berfungsi sebagai media pengangkutan unsur – unsur hara yang ada di dalam

tanah, pelarut sel tanaman, dan bahan pembentuk senyawa baru.


17

Air yang digunakan sebaiknya tidak mengandung kadar garam terlalu tinggi.

Sel – sel tanaman cabai sangat rentan terhadap pengaruh kadar garam. Tanaman cabai

pada larutan dengan kadar garam tinggi dapat terhambat pertumbuhannya, bahkan

mati. Selain itu, air yang digunakan sebaiknya bebas dari polutan dan logam berat.

2.2.3. Iklim

Faktor-faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai keriting adalah

angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu dan kelembaban.

1. Angin

Angin yang bertiup sepoi-sepoi akan membawa uap air dan melindungi

tanaman dari terik matahari, sehingga penguapan yang berlebihan akan berkurang

pada saat mendung dan diselingi hujan, biasanya lebah penyerbuk jarang muncul

dipertanaman, dalam keadaan ini angin berperan penting sebagai perantara

penyerbukan, meskipun peranannya tidak besar bila dibandingkan lebah. Angin yang

kencang akan merugikan karena dapat merusak tanaman

Namun angin yang kencang justru akan merugikan karena dapat merusak

pertanaman. Cabang atau dahan akan mudah patah. Bunga yang saatnya diserbuki

menjadi tak tersebuki sehingga banyak yang rontok. Untuk itulah diperlukan

antisipasi pengaturan mikroklimat dengan pemberian penopang tanaman berupa air


18

maupun gelagar, baik yang terbuat dari bilahan bambu dengan tali.

(Marsono dan Sigit, 2001).

2. Curah Hujan

Pada umumnya dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman temperatur dan

kelembapan lingkungan merupakan faktor penting. Tanaman cabai keriting tidak

menyukai curah hujan yang lebat

Cabai keriting memerlukan curah hujan sebanyak 1.500 – 2.500 mm/tahun.

Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga cabai rontok dan bunga tidak

terserbuki oleh lebah. Air hujan yang menggenang di parit akan menyulitkan

pernafasan tanaman. Selain itu, hujan yang terus menerus akan mengakibatkan

kelembaban disekitar pertanaman.

Pengaturan iklim mikro untuk menekan resiko kegagalan karena hujan

dilakukan dengan:

1. Membuat parit/got pembuangan air yang lebih lebar dan dalam.

2. Membuat bedengan yang lebih tinggi.

3. Pengaturan jarak tanam yang lebih lebar.

3. Cahaya Matahari
19

Cahaya matahari penting bagi tanaman untuk fotosintesis, pembentukan

bunga, serta pembentukan dan pemasakan bunga cabai keriting yang penting dari

matahari adalah intensitas cahaya. Untuk pembungaan yang normal, cabai keriting

memerlukan intensitas cahaya yang cukup banyak. Apabila ternaungi pertumbuhan

tanaman akan terhambat dengan ciri-ciri : pertumbuhan meninggi, daun lemas, batang

sekulen (berair), bunga yang dihasilkan sedikit, umur panen lebih lama, dan kualitas

maupun kuantitas produksi sangat kurang.

Lama penyinaran (fotoperodisitas) yang dibutuhkan tanaman cabai keriting

antara 10 - 12 jam penyinaran sehari. Di Indonesia hal ini akan terpenuhi karena

lama penyinaran di daerah ekuator sekitar 11 jam 53 menit dan sampai 12 jam 7

menit, sedangkan pada lintang 10 0, lama penyinaran antara 11 jam 17 menit sampai

11 jam 33 menit. Cabai keriting ini termasuk tanaman berhari netral, artinya dapat

berbunga sepanjang tahun baik pada hari-hari pendek maupun hari-hari panjang.

(Marsono dan Sigit, 2001).

4. Suhu dan Kelembaban

Tanaman cabai keriting menghendaki suhu dan kelembaban yang tertentu.

Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara 25 0 – 300 C. Pada suhu < 15 0 C

dan > 32 0 C. Buah yang dihasilkan kurang baik. Sebaiknya lokasi penanaman cabai

dibawah ketinggian 1.400 m dpl. Cabai keriting memerlukan kelembaban relatif 80%

dan sirkulasi udara yang lancar untuk pertumbuhannya. Adanya curah hujan yang
20

tinggi akan meningkatkan kelembaban dari sekitar pertanaman. Suhu dan kelembaban

yang tinggi akan meningkatkan intensitas serangan bakteri. Pseudomonas

solanacearum penyebab layu akar serta merangsang perkembangbiakan cendawan

dan bakteri.

2.3. Morfologi Tanaman Cabai

Tanaman cabai keriting merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sudah

sangat dikenal oleh masyarakat. Rasa buahnya memberikan kesegaran pada tubuh

dengan cita rasa pedas. Cabai keriting merupakan tanaman tahunan yang berumur

pendek, tetapi umumnya tumbuh setahun berbentuk perdu.

Tanaman cabai keriting terdiri atas bagian akar, batang, daun, bunga, dan

buah sebagai bagian terpenting dari hasil utama produk. Bagian-bagian tubuh

tumbuhan tersebut berperan dalam aktivitas hidup tumbuhan, seperti penyerapan air,

pernapasan, fotosintesis, pengangkutan zat makanan, dan perkembangbiakan.

(Prajnanta, 2008).

2.3.1. Akar

Perakaran tanaman cabai keriting merupakan akar tunggang yang terdiri atas

akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-
21

serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35-50 cm. Akar lateral

menyebar 35-45 cm. (Setiadi, 2002).

Akar merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai berikut:

- Untuk menyerap air dan garam-garam mineral (zat-zat

hara) dari dalam tanah.

- Untuk menunjang dan memperkokoh berdirinya

tumbuhan di tempat hidupnya.

- Pada beberapa jenis tumbuhan akar berfungsi sebagai alat

bernapas, misalnya pada tumbuhan bakau. (Prajnanta, 2008).

2.3.2. Batang

Tanaman cabai keriting merupakan tanaman perdu dengan batang tidak

berkayu. Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian

membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang

biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai keriting, panjang batang

(ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih.

Batang tanaman cabai keriting berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda.

Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul

warna coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan

jaringan parenkim.
22

Secara umum batang pada tanaman cabai keriting memiliki fungsi sebagai

berikut:

- Batang merupakan organ lintasan air dan mineral dari

akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh

bagian tumbuhan.

- Batang merupakan organ pembentuk dan penyangga

daun.

2.3.3. Daun

Daun tanaman cabai keriting bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada

daun yang berbentuk oval, lonjong . Warna permukaan daun bagian atas biasanya

hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada

bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan

daun cabai keriting ada yang halus ada pula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang

daun cabai keriting antara 3 – 11 cm, dengan lebar antara 1 - 5 cm.

Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat

fotosintesis, transpirasi dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula

(glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis
23

dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen dikeluarkan melalui stomata

daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel daun.

Daun juga berperan penting dalam transpirasi. Transpirasi adalah peristiwa

penguapan pada tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi umumnya

berlangsung melalui daun. Melalui Transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk uap

air akan dikeluarkan melalui stomata ke udara. Adanya transpirasi menyebabkan

aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi secara terus

menerus. (Prajnanta, 2008).

2.3.4. Bunga

Bunga tanaman cabai keriting juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang

sama, yaitu bentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai keriting termasuk dalam

sub kelas Ateridae ( berbunga bintang ). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun,

dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya

terdapat 2 - 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai keriting warnanya

bermacam-macam ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara

5 - 20 mm.

Bunga tanaman cabai keriting merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu

tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga
24

betina dalam waktu yang sama ( atau hampir sama ) sehingga tanaman dapat

melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih

baik, penyerbukan silang lebih di utamakan. Karena itu, tanaman cabai keriting yang

di tanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan

tanaman cabai keriting yang ditanam sendirian.

Penyerbukan tanaman cabai keriting biasanya dibantu angin atau lebah.

Kecepatan angin yang di butuhkan untuk penyerbukan antara 10-20 km/jam

(angin sepoi-sepoi). Angin yang terlalu kencang justru akan merusak tanaman.

Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik

mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di

dalamnya.

2.3.5. Buah dan biji

Buah cabai keriting merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak

dikenal dan memiliki banyak variasi. Menurut Andoko (2002) buah cabai keriting

terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, Anaheim

chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bel. Namun menurut

Andoko (2002), hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, dimana tipe elongate bell dan

blocky beel dianggap sama.


25

Bentuk buah cabai keriting, lurus dan berwarna merah cerah sehingga selalu

kelihatan segar, ukuran buah 14,5 cm, panjang dan diameter 0,9 cm. Daya simpan

tahan lebih lama dan tahan terhadap transportasi jauh. (Andoko, 2002).

2.4. Peranan Pupuk Urea Pada Tanaman Cabai Merah Keriting

Lingga (2007), pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen

(N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan

tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus

kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya

sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat

kering dan tertutup rapat. Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan

pengertian setiap 100 kg Urea mengandung 46 kg Nitrogen.

Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman ialah untuk merangsang

pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu

nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna

dalam pembentukan Fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak dan

berbagai persenyawaan organik lainya. Pupuk nitrogen atau pupuk buatan adalah

jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia

sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara

yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal
26

dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya

satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya

mengandung unsur nitrogen.

Pupuk nitrogen dalam bentuk urea sudah menjadi kebutuhan bagi tanaman.

Untuk mengetahui kebutuhan hara pada tanaman cabai merah keriting perlu

dilakukan pemupupukan. Karena pupuk merupakan salah satu unsur hara yang di

butuhkan tanaman terutama unsur N.

Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman cabai merah keriting di perlukan

pemupukkan yang tepat sesuai anjuran. Strategi pemberian unsur hara N yang

optimal bertujuan agar pemupupukan dilakukan sesuai kebutuhan tanaman sehingga

dapat mengurangi kehilangan N dan meningkatkan serapan N oleh tanaman. Untuk

mencukupi hara tanaman, maka peningkatan kesuburan tanah secara alami melalui

daur ulang nutrisi tanaman, harus di optimalkan mengandalkan perbaikan aktivitas

biologis, serta fisik dan kimia tanah.

Nitrogen berasal dari organik (sisa-sisa tanaman / sampah tanaman) yang

melapuk, yang ternyata dapat menyuburkan tanah sehingga tanah tersebut mampu

untuk pertumbuhan tanaman dan memberikan hasil bagi pertumbuhan terung.

Pelapukan-pelapukan yang telah melangsung membentuk pupuk organik, sedangkan

N yang berasal dari pupuk buatan, misalnya Urea.


27

Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar

kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain

membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun

(chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses

fotosintesa,mempercepat pertumbuhan tanaman atau tinggi, jumlah anakan, cabang

dan lain-lain, menambah kandungan protein tanaman, dapat dipakai untuk semua

jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha

peternakan dan usaha perikanan.

Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen yaitu daun tanaman berwarna pucat

kekuning-kunigan, daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pada tanaman padi

warna ini dimulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun, dalam keadaan

kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari daun bagian bawah terus ke

bagian atas, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, perkembangan buah tidak

sempurna atau tidak baik, sering kali masak sebelum waktunya.

Menurut Sarif (2006), Nitrogen dalam tanah mudah hilang dan kurang efektif

karena mudah diserap tumbuhan lain yang tidak diinginkan, mudah hanyut dari tanah

akibat erosi dan pencucian, mudah terbakar oleh sinar matahari, sedangkan akar

tanaman belum sempat menyerapnya, mudah hancur karena dipergunakan oleh

mikroorganisme dalam tanah.


28

Menurut (Sunarjono, 2011). Tanaman cabai merah keriting diberi pupuk,

terutama pupuk untuk memacu pertumbuhan vegetatif, yaitu nitrogen. Pemberian

pupuk nitrogen umumnya menggunakan Urea. Pemupukan dilakukan pada saat

tanaman berumur 4 minggu setelah tanam dengan dosis 10 gr per tanaman . Pupuk

diberikan dengan cara ditebar ke dalam sebuah lingkaran yang dibuat 5 cm dari

batang tanaman, lalu ditutup dengan tanah dan disiram air.

2.5. Peranan Pupuk Daun Bayfolan Pada Tanaman Cabai Merah Keriting

Bayfolan merupakan pupuk daun lengkap berbentuk cair, produksi Bayer,

kandungan kadar N 11%, P2O5 10 %, K2O 6% dan unsur-unsur hara mikro lainya

yang melengkapi yaitu : Fe, Mn, Cu, Co, No, Gelatin serta zat penyangga. Warna

cairannya hijau agak kehitaman-hitaman. Untuk pemberian pada tanaman cabai

merah keriting dianjurkan sebagai konsentrasi 0,2% atau 2 ml Bayfolan dilarutkan

dalam air/ pelarut sebanyak 1 liter air (Mulyani, 2010).

Keuntungan pemakaian pupuk daun bayfolan yaitu :

- Mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman.

- Bebas dicampur dengan pestisida dan fungisida kecuali campuran alkalis seperti

belerang dan kapur.

- Tidak mengganggu transpirasi

- Dapat digunakan dengan alat penyemprot dan dapat dilarutkan langsung ke air
29

- Mampu ditoleril dengan baik oleh tanaman

- Tidak memperlihatkan endapan sehingga tidak menyumbat alat penyemprot.

Pupuk daun akan menjadikan tanaman lebih baik dan sehat. Pemberian pupuk

daun diberikan melalui pencampuran pupuk dengan tanah agar diserap melalui akar.

Banyak petani menanam tanaman yang lebih sehat dengan pemakaian pupuk. Pupuk

memberi makan pada tanaman dalam bentuk hara untuk membuat tanaman lebih

kuat. Biasanya pupuk dicampur dengan tanah dan di serap tanaman melalui

perakaran. Pupuk daun masuk ke dalam tanaman melalui lubang-lubang kecil pada

daun yang disebut mulut daun (stomata). Lubang-lubang ini membuka dan menutup

dan begitu kecil, sehingga kita tidak dapat melihatnya (Mulyani, 2010).

Tanaman bernapas melalui lubang-lubang kecil tersebut. Lubang-lubang kecil

tersebut juga digunakan tanaman untuk mengambil unsur hara dari udara. Mulut daun

ini biasanya terbuka sepanjang malam sampai pagi hari, dan tertutup  pada tengah

hari untuk menjaga kelembaban. Mungkin kita sering menggunakan pupuk daun

sebagai penambah unsur hara bagi tanaman agar tumbuh lebih sehat dan kuat dan

tumbuh lebih cepat sehingga mampu melawan hama dan penyakit

(Mulyani, 2010).

Pemupukan melalui tanah kadang-kadang kurang bermanfaat karena beberapa

unsur hara telah larut terlebih dahulu atau mengalami fiksasi dalam tanah sehingga

tidak dapat lagi di serap tanaman.(Lingga, 2007).


30

Jika penyerapan unsur hara dari pupuk yang diberikan melalui tanah

mengalami kesulitan, pemupukan melalui daun merupakn cara efektif dalam

penempatan pupuk.

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Ridho Adi Kamaluddin (2014), dengan judul “ Respon

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Keriting (Capsicum Annuum L)

Terhadap Pemberian Pupuk NPK 16-16-16 Dan Pupuk Kandang Lembu” dari hasil

penelitian menunjukkan hasil terbaik pada tanaman cabai keriting terlihat dari tinggi

tanaman, berat buah pertanaman sampel dan berat buah perplot.

Sedangkan Berdasarkan penelitian Midun Antasari (2014), dengan judul

“Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Atonik Dan Pupuk NPK Sarang Tawon

Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Merah Keriting

(Capsicum Annuum L) Varietas Laris”. dari hasil penelitian menunjukkan hasil

terbaik pada tanaman cabai keriting terlihat dari tinggi tanaman dan berat buah

pertanaman sampel.

2.7. Pengendalian OPT Pada Tanaman Cabai

Pada umumnya OPT yang menyerang tanaman cabai adalah dari golongan

serangga, tungau dan cendawan. Dengan demikian, pestisida yang digunakan adalah

insektisida, akarisida dan fungisida. Insektisida dan akarisida selektif yang digunakan

hendaknya memiliki sifat selektivitas fisiologi. Sampai saat ini belum banyak
31

diketahui fungisida yang memiliki sifat selektivitas fisiologi. Oleh karena itu

penggunaannya dapat dilakukan dengan cara yang bersifat selektivitas ekologi.

2.7.1. Hama-hama Utama pada Tanaman Cabai Keriting

Adapun hama-hama utama pada tanaman cabai keriting adalah sebagai

berikut:

1. Kutu daun pesik (Myzus persicae Sulz.)

Kutu daun persik menyebabkan kerugian secara langsung, yaitu mengisap cairan

tanaman. Akibatnya daun yang terserang keriput, berwarna kekuningan, terputir

dan pertumbuhan tanaman terhambat. Serangan berat dapat mengakibatkan

tanaman menjadi layu. Selain itu kutudaun persik dapat menyebabkan kerugian

secara tidak langsung, karena peranannya sebagai vektor virus.

Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan pestisida selektif, yaitu

apabila populasi kutudaun persik telah mencapai ≥ 7 ekor/10 daun. Insektisida

yang dianjurkan antara lain dari golongan I.G.R., yiatu Fipronil (Regent 50 EC ®,

2 ml/l) dan Diafentiuron (Pegasus 500 EC ®, 2 ml/l) (Setiadi, 2002), Profenofos

(Curacron ® 500 EC, 2 ml/l). Insektisida tersebut digunakan secara bergantian.

2. Thrips (Thrips parvispinus Karny)


32

Daun yang terserang thrips memperlihatkan gejala noda keperakan yang tidak

beraturan, akibat adanya luka dari cara makan serangga tersebut. Setelah beberapa

waktu noda keperakan tersebut berubah menjadi coklat tembaga. Daun-daun

mengeriting ke atas.

Pestisida selektif digunakan apabila kerusakan tanaman cabai telah mencapai ≥

15%. Insektisida yang dianjurkan antara lain dari golongan I.G.R., yaitu Fipronil

(Regent 50 EC®, 2 ml/l), dan Diafentiuron (Pegasus 500 EC®, 2 ml/l) (Moekasan

dkk. 1995), serta dari golongan mikroba, yiatu Spinosat (Success 25 EC ®, 1,5

ml/l), Abamektin (Agrimec® 18 EC, 0,5 ml/l) (Setiadi, 2002). Insektisida tersebut

digunakan secara bergantian.

3. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Ulat grayak merusak daun dan buah cabai. Daun yang terserang oleh ulat grayak

(instar I dan II) memperlihatkan gejala bercak-bercak putih yang menerawang,

karena epidermis bagian atas ditinggalkan. Serangan oleh ulat grayak instar lanjut

menyebabkan daun-daun berlubang dan pada akhirnya tanaman gundul. Pestisida

selektif digunakan apabila kerusakan tanaman cabai telah mencapai ≥ 12.5%.


33

Insektisida yang dianjurkan antara lain dari golongan I.G.R., yaitu Flufenoksuron

(Cascade 50 EC®, 2 ml/l). Lufenuron (Match 50 EC®, 2 ml/l). dan Diafentiuron

(Pegasus 500 EC®, 2 ml/l) (Moekasan dkk. 1995), serta dari golongan mikroba,

yiatu SLNPV (Spodoptera litura-Nuclear Polyhedrosis Virus) (Setiadi, 2002).

Insektisida tersebut digunakan secara bergantian.

4. Tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks)

Tungau teh kuning menyerang daun-daun muda. Permukaan bawah daun yang

terserang menjadi coklat berkilau. Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah.

Pestisida selektif digunakan apabila kerusakan tanaman cabai telah mencapai ≥

15%. Akarisida yang dianjurkan antara lain adalah Diafentiuron (Pegasus 500

EC®, 2 ml/l). Profenofos (Curacron 500 EC, 1 ml/l) (Moekasan dkk., 1995), Etion

(Merothion 500 EC®, 2 ml/l). Oksitiokuinoks (Morestan 25 WP®, 2 g/l) dan

Profenofos (Curacron® 500 EC, 2 ml/l) (Setiadi, 2002). Insektisida tersebut

digunakan secara bergantian.

2.7.2. Penyakit Utama pada Tanaman Cabai

Adapun penyakit utama pada tanaman cabai keriting adalah sebagai berikut :

1. Penyakit busuk daun


34

Penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora capsici. Penyakit ini

disebut pula lodoh, hawar daun, atau lompong (Setiadi, 2002). Penyakit ini dapat

menyerang seluruh bagian tanaman, dari batang, daun hingga buah cabai. Gejala

serangan berupa bercak tidak beraturan dan kebasah-basahan. Serangan yang

berat menyebabkan seluruh tanaman menjadi busuk.

Untuk pengendaliannya digunakan fungisida sistemik Metalaksil-M 4% +

Mancozeb 64% (Ridomil Gold MZ ®4/64 WP) dengan konsentrasi 3 g/l air,

bergantian dengan fungisida kontak seperti Klorotalonil (Daconil ® 500 F, 2 g/l)

(Setiadi, 2002). Kedua fungisida tersebut digunakan secara bergantian. Fungisida

sistemik digunakan maksimal empat kali per musim.

2. Penyakit bercak daun

Penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora capsici. Penyakit ini disebut

pula penyakit mata katak atau totol. Pada daun terdapat bercak-bercak kecil

berbentuk bulat. Bercak ini dapat meluas hingga mencapai garis tengah lebih dari

0,5 cm. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih, dengan tepi berwarna lebih

tua. Pada serangan berat, daun-daun menjadi gugur. Selain menyerang daun,

bercak juga sering ditemukan pada batang, juga tangkai buah. Serangan pada

tangkai buah dapat meluas ke bagian buah dan menyebabkan gugur buah.
35

Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida Difenoconazole (Score

® 250 EC dengan konsentrasi 0,5 ml/l). Interval penyemprotan 7 hari 

3. Penyakit busuk buah antraknose

Penyebab penyakit ini adalah cendawan Colletotrichum capsici atau

Colletotrichum gloeoporioides. Gejala awal berupa bercak coklat kehitaman pad

apermukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak

terdapat kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok spora. Serangan yang

berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna kulit buah seperti

jerami padi. Cuaca panas dan basah mempercepat perkembangannya.

Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan fungisida Klorotalonil (Daconil ®

500 F, 2 g/l) atau Profineb (Antracol 70® WP, 2 g/l). Kedua fungisida tersebut

digunakan secara bergantian.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah Benih Cabai

Keriting varietas LARIS, Tanah topsoil, Pupuk Urea, Pupuk Daun Bayfolan,
36

Insektisida (Perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Thiodan 35 EC dan Decis 2,5

EC), Fungisida (Derasol 60 Wp dan Dithane M-45), Baktersida Agrimycin/Agrept,

dan Air. Sedangkan alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah Cangkul, Parang,

Parang babat, Gembor, Schliper, Alat ukur, Hand sprayer, Timbangan, Gergaji, dan

Alat tulis.

3.2. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan untuk mengolah data dalam percobaan ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

1 Faktor pemberian pupuk Urea dengan 4 taraf yaitu :

- U0 : Tanpa Perlakuan

- U1 : Pemberian Pupuk Urea 9 gr/ tanaman

- U2 : Pemberian Pupuk Urea 10 gr/ tanaman (Sunarjono, 2011)

- U3 : Pemberian Pupuk Urea 12 gr/ tanaman

2. Faktor pemberian pupuk daun bayfolan dengan 3 taraf yaitu :

- B0 : Pemberian Pupuk Daun Bayfolan 1 ml/liter air

- B1 : Pemberian Pupuk Daun Bayfolan 2 ml/liter air (Mulyani, 2010)

- B2 : Pemberian Pupuk Daun Bayfolan 3 ml/liter air

3.3. Analisa Data


37

Data hasil pengamatan analisis dengan menggunakan sidik ragam linear

sebagai berikut :

Yijk : μ + pi + aj + βk + (aβ) jk + ∑ijk

Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, diperlukan pupuk Urea pada taraf

ke-j dan pengaruh perlakuan pupuk Daun Bayfolan taraf ke-k

μ : Efek dari nilai tengah

pi : Efek dari ulangan ke-i

aj : Efek dari pupuk Urea pada taraf ke-j

βk : Efek dari pupuk Daun Bayfolan pada taraf ke-k

(aβ) jk : Efek dari interaksi pupuk Urea pada taraf ke-j dan pengaruh pupuk Daun

Bayfolan pada taraf ke-k

∑ijk : Efek error pada ulangan ke-I, perlakuan pupuk Urea pada taraf ke-j dan

pupuk Daun Bayfolan pada taraf ke-k (Hanafiah, 2010)

Menurut Hanafiah (2010), untuk memudahkan pengujian, maka analisa sidik

ragam (uji F) ini dilakukan dalam suatu daftar analisa sidik ragam seperti berikut :

Tabel 3.1. Daftar Analisa Sidik Ragam Menurut Rancangan Acak Kelompok

F tabel
Sumber Derajat bebas Jumlah Kuadrat F hitung
Keragaman kuadrat tengah 5% 1%
Ulangan r-1 = 2 JKR KTR KTR/KTG * 3,44 5,72
Perlakuan t-1 = 11 JKT KTT KTT/KTG ** 2,26 3,18
38

Galat (r-1)(t-1) = 22 JKG KTG


Total 35 JKT
Keterangan * = nyata (F hitung > F 5 %)

** = sangat nyata (F hitung > F 1 %)

Hasil uji F ini menunjukkan derajat pengaruh perlakuan terhadap data hasil

percobaan sebagai berikut : (1) Perlakuan berpengaruh nyata jika H 1 (biasanya =

hipotesis penelitian diterima pada taraf uji 5%. (2) Perlakuan berpengaruh sangat

nyata jika H1 diterima pada taraf uji 1%, dan (3) Perlakuan berpengaruh tidak nyata

jika H0 diterima pada taraf uji 5 % (Hanafiah, 2010).

Sehubungan dengan uji F ini, berdasarkan pengalamannya Gomez dan Gomez

(2007) mengemukakan bahwa hasil uji F ini akan dapat diandalkan kebenarannya jika

dilakukan terhadap percobaan-percobaan yang mempunyai derajat bebas galat

minimal = 6, untuk itu sebaiknyauji F hanya dilakukan jika derajat bebas galat ≥ 6.

Kombinasi perlakuan yang diperlukan adalah 4 x 3 = 12 perlakuan yaitu :


1. U0B0 3. U1B0 7. U2B0 10. U3B0
2. U0B1 4. U1B1 8. U2B1 11. U3B1
3. U0B2 5. U1B2 9. U2B2 12. U3B2
Jumlah ulangan (n) adalah :

(t-1) (n-1) ≥ 15

(12-1) (n-1) ≥ 15

11 (n-1) ≥ 15
39

11- n (11) ≥ 15

11- n ≥ 15 + 11

n ≥ 26/11

n = 2,36

n = 3 ulangan

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Jumlah tanaman perplot : 12 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 432 tanaman

Jumlah tanaman sampel perplot : 3 tanaman

Jumlah tanaman sampel keseluruhan : 108 tanaman

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm


Jarak tanam : 30 cm x 40 cm

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

4.1. Persiapan Lapangan

4.1.1. Pembersihan lahan

Pembersihan lahan pada intinya membersihkan lahan dari segala macam

gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan


40

pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan

menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin masih ada.

Lahan persemaian dan pembibitan (tempat bibit di polibag) di bersihkan dari

gulma atau semak-semak lainnya, batu/kerikil disingkirkan dari areal dan

pembersihan bekas sisa-sisa kayu atau kotoran lainnya.

4.1.2 Pembuatan plot

Bedengan atau guludan untuk penanaman pada musim hujan harus lebih

tinggi dan jarak antar bedengan sebaiknya sedikit lebih lebar dibandingkan bertanam

pada musim kemarau. Hal itu untuk menghindari terjadinya kelembapan permukaan

tanah yang tinggi yang dapat memacu perkembangan penyakit. Setelah media lahan

disiapkan lalu pembuatan bedengan sederhana untuk bedengan polibag dengan

ukuran 200 cm dan lebar 120 cm dengan ketinggian 15 cm.

4.1.3. Drainase

Pada bedengan deretan di beri pagar kayu atau papan penahan erosi apabila

hujan tiba dan gangguan lainnya. Pembuatan parit drainase sebagai jalur aliran air

hujan begitu juga dengan media polibag di beri parit drainase.

4.2. Persiapan Bahan Tanaman


41

Benih yang akan dijadikan bibit adalah benih varietas cabai keriting Laris.

Bersertifikat cap panah merah dari PT. East Seed Indonesia dengan Kepmentan No. :

872/Kpts/ TP.240/7/1999. Daya tumbuh 85 % kemurnian genetik 98 %. Cabai

keriting Laris merupakan varietas cabai keriting bersari bebas. Varietas ini bisa

ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi.

Karakteristik tanaman :

● Tinggi tanaman : 100 cm

● Sosok tanaman : Tegak

● Panen pertama : 105 HST

● Ukuran Buah : 14 cm x 0,9 cm

● Warna buah : Hijau gelap – merah cerah

● Produksi : 0,6 – 0,8 kg/tanaman

Keunggulan tanaman :

● Produksi relatif tinggi di kelasnya.

● Buah cabai tahan terhadap transportasi jarak jauh.

● Tahan layu bakteri dan terhadap serangan hama penyakit

● Daerah adaptasi tanaman luas.

● Daya simpan buah 3 - 4 hari (Prajnanta, 2008).


42

4.3. Pengecambahan Biji

Untuk memudahkan perkecambahan biji dan mematikan bibit penyakit yang

terbawa benih ada 3 macam perlakuan benih yang biasa dilakukan yaitu:

1. Perendaman dengan air hangat yang bertujuan untuk mempermudah

perkecambahan benih. Benih direndam dalam air hangat kuku selama 4 – 5 jam.

Setelah itu benih dibungkus dengan handuk basah atau kertas Koran yang

dibasahi, kemudian diperam dalam kaleng, handuk atau Koran tersebut dijaga

kelembapannya. Setelah 3-4 hari benih telah berkecambah sepanjang 0,5-1 mm

dan siap di semaikan.

2. Perendaman dengan larutan fungisida Derasol 60 WP atau Dithene M 45 dan

bakterisida Agrimycin/ Agrept yang dicampur air. Perendaman dilakukan selama

4-6 jam, kemudian pemeraman sama dengan perendaman dengan air hangat.

3. Pengadukan benih dengan fungisida dan bakterisida yaitu benih yang masih

dalam kantong kemasan dibuka/digunting salah satu ujungnya, kemudian

dimasukkan sepucuk sendok teh fungisida Derasol dan sepucuk sendok teh

bakterisida Agrimicin. Bungkus kemasan dilipat, kemudian di kocok-kocok sampai

seluruh benih terselimuti fungisida dan bakterisida tadi. Setelah itu benih siap

ditanam di polibag. (Karta, 2003)


43

4.4. Pengisian Tanah Kedalam Polibag

Tanah untuk mengisi polibag adalah tanah Top Soil yang terlebih dahulu

dibersihkan dari kotoran – kotoran seperti gulma, akar, dan batu-batuan. Kemudian

tanah tersebut diisikan kedalam polibag lalu diberi sampai ketinggian 2 cm dibawah

permukaan bagian atas polibag. Polibag yang akan digunakan berwarna hitam dengan

ukuran 40 x 50 cm.

4.5. Pemindahan Kecambah Kedalam Polibag

Setelah benih dibibitkan, pada umur sekitar 15-24 hari bibit dipindahkan ke

polibag. Bibit dipindahkan dengan cara mencabut dan menyertakan tanah sekitar akar

agar akar tidak rusak, lalu bibit dimasukkan kedalam polibag yang sudah disiapkan

lubang tanamnya dengan cara manual yang disesuaikan dengan panjang akar dan

tinggi bibit, kemudian tanah disekelilingnya dipadatkan dengan jari tangan agar tidak

berongga udara disekitar akar.

4.6. Pemberian Pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan

Pupuk Urea diberikan dengan cara ditanam ditanah dengan jarak 5 cm dari

batang atau dilubangi dengan kedalaman 5 cm. Setelah pupuk dimasukkan, lubang

ditutup kembali dan pupuk urea diberikan setiap 2 kali yaitu saat tanaman berumur 4

minggu dan 8 minggu setelah tanam dengan dosis sebagai berikut :


44

- U0 : Tanpa Perlakuan

- U1 : Pemberian Pupuk Urea 9 gr/ tanaman

- U2 : Pemberian Pupuk Urea 10 gr/ tanaman (Sunarjono, 2011)

- U3 : Pemberian Pupuk Urea 12 gr/ tanaman

Sedangkan Pupuk Daun Bayfolan dilakukan setelah tanaman berumur 4

minggu setelah tanam dan diberikan 2 minggu sekali dengan cara disemprotkan ke

bibit kacang tanah dengan dosis sebagai berikut:

- B0 : Pemberian Pupuk Daun Bayfolan 1 ml/liter air

- B1 : Pemberian Pupuk Daun Bayfolan 2 ml/liter air (Mulyani, 2010)

- B2 : Pemberian Pupuk Daun Bayfolan 3 ml/liter air

4.7. Pemeliharaan Tanaman.

4.7.1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari dan pada sore hari, banyak

air yang diberikan pada tiap tanaman dalam polibag harus sama. Jika hujan turun

cukup lebat atau tanah dalam polibag masih cukup lembap maka tidak perlu

dilakukan penyiraman.

4.7.2. Penyisipan
45

Penyisipan adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak, atau

yang pertumbuhannya tidak normal. Penyisipan biasanya dilakukan 1 minggu setelah

tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang

pertumbuhannya tidak normal. Pertumbuhan yang tidak normal itu dapat terjadi

disebabkan oleh kesalahan pada saat penanaman.

Bibit yang digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sengaja disisakan

atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang

digunakan untuk penyisipan adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang

tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.

4.7.3. Penyiangan

Penyiangan cukup dilakukan dengan tangan atau dikorek dengan garpu pada

saat bersamaan lingkungan media pun harus di gemburkan agar tetap porus

Penyiangan dilakukan pada polibag maupun pada areal tanaman percobaan dengan

interval penyiangan 2 minggu sekali atau tergantung pada pertumbuhan gulma diareal

tanaman percobaan.

4.7.4. Pengendalian hama dan penyakit

Untuk mengendalikan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan

insektisida perfekthion 400 EC, Hostathion 40 EC, Desis 2,5 EC dan fungisida

Derasol 60 WP dan Dhithane M-45, masing-masing dengan konsentrasi 0,2%.


46

Penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali, dalam hal ini lebih diutamakan pencegahan

dari pada menunggu adanya serangan hama dan penyakit.

4.8. Penetapan Tanaman Sampel

Tanaman sampel dalam setiap plot diambil secara acak sebanyak 3 tanaman.

4.9. Pengamatan Parameter

4.9.1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman di ukur dari permukaan tanah sampai ujung daun yang paling

tinggi dengan menggunakan Rol (cm) dan untuk mempermudah pengukuran dipasang

patok pada tanaman sample untuk menentukan titik nol dari permukaan tanah.

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu setelah

tanaman ditanam dilapangan, dengan interval 2 minggu sekali yaitu pada minggu ke

4, 6, 8, 10, dan 12.

4.9.2. Diameter batang (mm)

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong (schliper) yaitu

mengukur batang tanaman pada ketinggian 2 cm dari permukaan tanah, pengukuran

dilakukan sebanyak 2 kali dengan arah yang berlawanan kemudian dijumlahkan dan

dibagi dua atau dirata-ratakaan. Pengukuran dilakukan mulai tanaman berumur 4


47

minggu setelah tanam dilapangan penelitian, dengan interval waktu 2 minggu

sekali, yaitu pada minggu ke 4, 6, 8, 1, dan 12

4.9.3. Berat buah pertanaman sampel (gr)

Berat buah pertanaman sampel yang dihitung yaitu berat buah yang paling

besar ditimbang dari setiap pertanaman sampel setelah itu dijumlahkan dan dirata-

ratakaan, penghitungan berat buah pertanaman sampel dilakukan pada saat panen atau

diakhir penelitian.

4.9.4. Berat buah perplot (gr)

Berat buah perplot dihitung yaitu dengan cara dimana semua buah yang ada

dimasing-masing plot ditimbang setelah itu dijumlahkan dan dirata-ratakan.

Penghitungan berat buah perplot dilakukan pada saat panen atau diakhir penelitian.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


48

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari data rataan pengaruh

pemberian Pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan serta interaksi keduanya pada

parameter yang diamati seperti tinggi tanaman, diameter batang, berat buah

pertanaman sample dan berat buah perplot dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai

dangan Lampiran 15.

5.1.1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 4 sampai 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 9. Untuk perlakuan Pupuk

Urea pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan Pupuk Daun

Bayfolan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata,

sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari tinggi tanaman cabai pada perlakuan

Pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai terendah

pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3B2 sebesar 54.38

cm dan nilai terendah pada U0B0 sebesar 42.78 cm. Dari hasil rataan pada tinggi

tanaman cabai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. : Rataan Tinggi Tanaman (cm) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan B0 B1 B2 Rataan
44.20
U0 42.78 42.83 46.99
47.69
U1 52.83 46.28 43.95
49.80
U2 53.81 45.94 49.67
49

51.80
U3 53.91 47.09 54.38
Rataan 50.83 45.54 48.75 48,37

5.1.2. Diameter batang (mm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang umur 4 sampai 12

minggu dapat dilihat pada lampiran 9 sampai lampiran 13. Untuk perlakuan Pupuk

Urea dan Pupuk Daun Bayfolan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh tidak

nyata sedangkan interaksinya juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari diameter batang cabai pada

perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai

terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3B2

sebesar 4,90 mm dan nilai terendah pada U0B0 sebesar 3,87 mm. Dari hasil rataan

pada diameter batang cabai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rataan Diameter Batang (mm) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan B0 B1 B2 Rataan
U0 3.87 4.30 4.23 4.13
U1 4.30 4.33 4.53 4.70
U2 4.57 4.57 4.77 4.48
U3 4.77 4.80 4.90 4.67
Rataan 4.50 4.57 4.42 4.49
50

5.1.3. Berat buah pertanaman sampel (gr)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah pertanaman sampel

umur 12 minggu dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk perlakuan Pupuk Urea pada

umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan Pupuk Daun

Bayfolan pada umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan

interaksinya menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah pertanaman sampel cabai

pada perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi

dan nilai terendah pada tanaman cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada

U3B2 sebesar 26,60 gr dan nilai terendah pada U0B0 sebesar 21,27 gr. Dari hasil

rataan pada berat buah pertanaman sampel cabai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Rataan Berat Buah Pertanaman Sampel (gr) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan B0 B1 B2 Rataan

U0 21.27 22.33 23.00 22.20

U1 23.53 24.00 24.07 23.87

U2 24.80 24.87 26.07 25.24

U3 26.07 26.13 26.60 26.27

Rataan 23.92 24.22 24.93 24.39


51

5.1.4. Berat buah perplot (gr)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah perplot umur 12

minggu dapat dilihat pada Lampiran 15. Untuk perlakuan Pupuk Urea pada umur 12

minggu menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan Pupuk Daun Bayfolan pada

umur 12 minggu menunjukkan pengaruh yang nyata, sedangkan interaksinya

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Dengan adanya hasil uji beda rataan dari berat buah perplot cabai pada

perlakuan Pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan dapat dilihat nilai tertinggi dan nilai

terendah pada cabai berumur 12 minggu yaitu nilai tertinggi pada U3B2 sebesar

36.53 gr dan nilai terendah pada U0B0 sebesar 31.20 gr. Dari hasil rataan pada berat

buah perplot cabai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Rataan Berat Buah Perplot (gr) Cabai Umur 12 MST.

Perlakuan B0 B1 B2 Rataan

U0 31.20 32.27 32.87 32.11

U1 33.47 33.97 34.00 33.81

U2 34.63 34.77 35.97 35.31

U3 36.00 36.03 36.53 36.00

Rataan 33.96 34.12 34.85 34.31


52

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengaruh pupuk Urea terhadap tertumbuhan dan produksi tanaman cabai

Dari hasil pengamatan pada penelitian pengaruh pupuk Urea terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa

perlakuan pupuk Urea berpengaruh sangat nyata terhadap parameter berat buah

pertanaman sampel dan berat buah perplot, sedangkan terhadap parameter tinggi

tanaman dan diameter batang tidak menunjukkan hasil yang nyata pada umur 12

minggu,

Pupuk Urea menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap berat buah

pertanaman sampel. Hal ini di akibatkan pemberian pupuk Urea yang mengandung

banyak Nitrogen dapat mengakibatkan proses fotositensis, dengan adanya Nitrogen

maka lebih banyak hasil fotosintesis di alirkan ke buah untuk pembesarannya.

Sehingga fotosintesis yang berupa karbohidrat, protein, lemak vitamin dan zat lainnya

akan disimpan dalam pembentukan buah. Karena pupuk Urea juga berpengaruh

sangat nyata terhadap berat buah perplot yang merupakan komponen dari berat buah

pertanaman sampel. Atau dengan kata lain berat buah pertanaman sampel merupakan

konversi dari berat buah perplot.

Pengaruh pemberian pupuk Urea sangat nyata terhadap berat buah pertanaman

sampel merupakan komponen dari berat buah perplot. Apabila berat buah perplot

semakin tinggi maka akan mengakibatkan berat buah pertanaman sampel akan
53

semakin tinggi juga. Dalam hal ini berat buah perplot sangat nyata akibat pemberian

pupuk Urea, dengan demikian dapat dimengerti bahwa berat buah pertanaman sampel

sangat nyata.

Dari seluruh parameter yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata seperti

tinggi tanaman dan diameter batang di akibatkan karena dipengaruhi oleh factor

genetik dan faktor lingkungan (Mulyani, 2010). Hal ini dapat dimengerti bahwa

tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari satu varietas, sehingga

potensi genetiknya sama.

5.2.2. Pengaruh pupuk Daun Bayfolan terhadap pertumbuhan dan produksi cabai.

Dari hasil analisa statistik menunjukakan bahwa pupuk Daun Bayfolan

memberikan pengaruh yang sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman, serta

berpengaruh nyata terhadap berat buah pertanaman sampel dan berat buah perplot.

Namun demikian diameter batang pengaruhnya tidak nyata.

Pupuk Daun Bayfolan berpengaruh sangat nyata pada umur 4-12 MST

terhadap tinggi tanaman. Hal in disebabkan oleh jumlah populasi tanaman per satu

satuan luas, dimana semakin banyak populasi tanaman per satu satuan luas akan

mengakibatkan timbulnya persaingan ketat diantara tanaman dalam memperoleh

unsur hara, air dan cahaya matahari. Dengan cahaya yang kurang maka auksin

tanaman aktif sehingga pertumbuhan tanaman (tinggi) meningkat. Terlihat bahwa

tanaman tertinggi adalah pada perlakuan B2 (3 ml/liter air). Hal ini menunjukkan
54

bahwa semakin padat populasi tanaman per satu satuan luas tanaman akan semakin

tinggi sebagai berusaha untuk mendapatkan cahaya matahari dengan memberikan

respon tanaman tumbuh lebih tinggi.

Perlakuan pupuk Daun Bayfolan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap

berat buah pertanaman sampel. Hal ini karena pupuk Daun Bayfolan yang semakin

banyak, dimana tanaman dapat memanfaatkan energi hasil tersebut digunakan untuk

meningkatkan berat buah perplot.

Pupuk Daun Bayfolan yang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter

batang. Hal ini di sebabkan karena diameter batang dikendalikan oleh faktor genetik,

faktor lingkungan dan tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga

(2007), yang menyatakan genotif dapat dapat mempengaruhi pertumbuhan kecambah

dan menentukan potensial untuk jumlah bunga , jumlah asimilasi yang diproduksi dan

pembagian fotosintesis.

5.2.3. Interaksi pemberian pupuk Urea dengan pupuk Daun Bayfolan terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.

Dari hasil analisis sidik ragam interaksi Pupuk Urea dan Pupuk Daun

Bayfolanmenunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yang

diamati. Menurut Mulyani (2010) menyatakan bahwa dibandingkan faktor lain,

sehingga faktor yang lain tersebut tertutup dan masing-masing faktor bekerja sendiri-
55

sendiri. Atau dengan kata lain masing masing perlakuan baik Pupuk Urea tidak

dipengaruhi oleh Pupuk Daun Bayfolan demikian sebaliknya.

Menurut Lingga (2007), bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kesuburan tanaman, yaitu :

- Struktur tanah

- Derajat keasaman tanah (pH), dan

- Apakah tanah itu lengkap mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh

tanaman.

Menurut Mulyani (2010), bahwa pada Pupuk Daun Bayfolan terdapat unsur

Natrium yang ikut dalam proses fisiologi dengan kalium yaitu menghalangi atau

mencegah pengisapan kalium (K) yang berlebihan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Perlakuan pemberian pupuk Urea berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter berat buah pertanaman sampel dan berat buah perplot,


56

sedangkan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman

dan diameter batang.

2. Perlakuan pemberian pupuk Daun Bayfolan menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman, namun ada juga pengaruh

yang nyata terhadap parameter berat buah pertanaman sampel dan berat

buah perplot, Sedangkan yang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap parameter diameter batang.

3. Interaksi pupuk Urea dan Pupuk Daun Bayfolan tidak berpengaruh nyata

terhadap semua parameter yang diamati.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan :

1. Untuk pemberian Pupuk Urea dianjurkan dengan dosis 12 gr/tanaman

(U3).

2. Untuk pemberian Pupuk Daun Bayfolan lebih baik dengan dengan dosis 3

ml/liter air (B2).


57

3. Sebaiknya untuk penelitian lebih lanjut dianjurkan memberi pupuk Urea

dengan dosis 12 gr/tanaman dan untuk penggunaan pupuk Daun Bayfolan

dengan dosis 3 ml/liter air.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko. 2002. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Foth. 2001. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Diterjamahkan Purbayanti, E.D, Lukiwati,
D.R, dan Trimulatsih, R. Gaja Mada University Press, Yogyakarta.
58

Gomez, Kwanchai A. Dan Arturo A. Gomez. 2007. Prosedur Statistik Untuk


Penelitian Pertanian; Penerjemah Endang Sjamsuddin, Justika S. Baharsjah.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI – Press).

Hanafiah. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo
persada, Jakarta.

Karta. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta.

Lingga. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Mulyani, 2010, Pupuk Dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta

Midun Antasari, 2014. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Atonik Dan
Pupuk NPK Sarang Tawon Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Cabai Merah Keriting (Capsicum Annuum L) Varietas Laris. Sekolah Tinggi
Ilmu Pertanian Labuhanbatu.

Prajnanta. 2008. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Ridho Adi Kamaluddin, 2014. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai
Keriting (Capsicum Annuum L) Terhadap Pemberian Pupuk NPK 16-16-16
Dan Pupuk Kandang Lembu. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian.

Sarif. S. 2006. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.


Bandung

Setiadi. 2002. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sulandari. 2001. Deteksi Virus Gemini pada Cabai di Daerah Istimewa Jogjakarta.
Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah PFI 22- 24 Agustus
2001. Bogor.

Sunarjono, 2011. Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta. Penebar Swadaya


59

Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cabai. CV. Yrama Widya,
Bandung.

Wijaya. 2011. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya


Gunung Jati. Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai