Anda di halaman 1dari 67

Asuhan Keperawatan pada Tn.

S dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri:
Gastritis di RSUP H. Adam Malik Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
Lusia Yuni L Br T
142500083

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTASKEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERAUTARA
2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah : “ Asuhan Keperawatan


pada Tn. S dengan Prioritas Masalah Gangguan Rasa Nyaman Nyeri:
Gastritis di RSUP Haji Adam Malik Medan “. Dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam menyusunnya khususnya kepada :

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep Pembantu Dekan I, Ibu Cholina T.
Siregar,S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Pembantu Dekan II dan Ibu Dr. Siti
Saidah Nasution, SKp, M.Kep. Sp. Mat selaku Pembantu Dekan III

3. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku ketua Prodi DIII
Keperawatan dan Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kepselaku Sekretaris Program
DIII Keperawatan

4. Ibu Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dan Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku Dosen Penguji.

5. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

6. Teristimewa kepada orang tua tercinta dan adik saya revan situmorang yang
selalu memberikan motivasi kepada saya dalam bentuk nasehat, material,
dorongan dan doa.

7. Untuk teman-teman DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara Stambuk


2014 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada saya dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Universitas Sumatera Utara


Demikian Karya Tulis Ilmiah ini saya perbuat, semoga bermanfaat bagi pembaca
khususnya dalam bidang keperawatan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2017

Penulis

Lusia Yuni L Br T

142500083

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum............................................................................... 5
2. Tujuan Khusus.............................................................................. 5
C. Manfaat..................................................................................................... 5
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri 6
1. Pengkajian...................................................................................... 16
2. Analisa Data................................................................................... 20
3. Rumusan Masalah.......................................................................... 20
4. Perencanaan................................................................................... 20
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian..................................................................................... 21
2. Analisa Data................................................................................. 32
3. Rumusan Masalah......................................................................... 35
4. Perencanaan.................................................................................. 36
5. Implementasi................................................................................ 39
6. Evaluasi........................................................................................ 46
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................................. 47
B. Saran........................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 51
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan masyarakat di indonesia yang sedang kita
hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit,
disatu pihak masih banyak penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak
semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Pengobatan penyakit tidak
menular seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Penyakit
tidak menular dikaitkan dengan berbagai faktor resiko seperti kurang aktivitas
fisik, pola makan yang tidak sehat, gaya hidup yang tidak sehat, gangguan mental
emosional (stres, serta perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera.
Gastritis atau yang lebih dikenal dengan sakit maag merupakan salah satu
penyakit tidak menular yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut dan kronis. Pembagian klinis gastritis secara garis besar
dibagi menjadi dua jenis yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut
merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala
yang khas, biasanya ditemukan inflamasi akut. Gastritis kronik merupakan
gastritis yang penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multifaktor dengan
perjalanan klinik yang bervariasi. Gastritis kronik berkaitan erat dengan infeksi
Helicobacter pylori. (Kurni,2011). Gejala gastritis antara lain adalah rasa terbakar
di perut bagian atas, kembung, bersendawa, mual-mual, muntah.
Badan penelitian kesehatan dunia WHO pada tahun 2012, mengadakan
tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari
angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya: Inggris 22%, china 31%, Jepang
14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%.Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-
2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi
gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar
17,2 % yang secara substantial lebih tinggi dari populasi di barat yang berkisar
4,1% dan bersifat asimptomatik.

Universitas Sumatera Utara


Penyakit gastrititis yang merupakan penyakit pencernaan sehingga
pengaturan zat makanan yang masuk merupakan faktor utama untuk menghindari
gastritis. Penyakit gastritis dapat disebabkan antara lain: Kurang memperhatikan
pola makan, obat-obatan, alkohol, infeksi bakteri, kondisi stres, penyakit, dll.
Selain itu beban kerja yang tinggi ditambah berbagai persoalan hidup yang tak
kunjung selesai membuat orang cenderung dihinggapi penyakit gastritis.
Pencegahan gastritis dilakukan dengan memperhatikan pola makanan dan zat-zat
makanan yang dikonsumsi seperti mengurangi makanan yang merangsang
pengeluaran asam lambung dan kurangi stres.
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO
didapatkan mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun
2010, gastritis merupakan peringkat ke lima dari 10 besar penyakit terbanyak
pasien rawat inap yaitu 24,716 kasus dan peringkat ke enam dari 10 besar
penyakit terbanyak rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia yaitu 88,599.
Kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan hasil
penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dari
angka kejadian gastritis tertinggi mencapai 91,6%, yaitu di kota Medan, lalu di
beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%,
Bandung 32,5%, Palembang 35,35%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%.
Gastritis merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Dampak
gastritis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terjadiya suatu luka
dalam perut yang dapat menimbulkan nyeri ulu hati yanag sangat perih. Luka
pada dinding lambung seringkali karena peningkatan pengeluaran asam lambung
selanjutunya akan meningkatkan motilitas lambung dan jika dibiarkan lebih lanjut
dapat menyebabkan tukak lambung, perdarahan hebat, dan kanker. Pola makan
yang tidak sehat seperti: sering terlambat makan, suka makan-makanan pedas
(cabai, merica), asam, berbumbu dan makanan yang mengandung gas (nangka,
kol). Hal ini dapat merangsang dan meningkatkan asam lambung serta beresiko
meningkatkan gastritis.
Peradangan pada gastritis dapat mengakibatkan pembengkakan pada
mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi

Universitas Sumatera Utara


penyebab terpenting dalam gangguan sistem pencernaan. Helicobacter pylori
merupakan bakteri utama yang paling sering menyebabkan terjadinya gastritis.
Pasien gastritis sering mengeluh rasa sakit di ulu hati, rasa terbakar yang pada
akhirnya menyebabkan produktivitas dan kualitas hidup pasien menurun. Nyeri
merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu
untuk pulih dari suatu penyakit.
Nyeri terjadi pada saat lambung kosong dan stress. Nyeri epigastrik dengan
berbagai macam tipe yaitu seperti di sayat pisau, di remas atau mungkin ada yang
terasa panas seperti terbakar. Skala nyeri tergantung pada luas dalamnya ulkus,
volume asam lambung. Semakin dalam ancaman iritasi dapat mengenai ancaman
persyarafan sehingga memicu sensasi nyeri yang cukup kuat yaitu 6-9. Nyeri
sangat berhubungan erat dengan gastritis Komplikasi gastritis sering terjadi bila
penyakit tidak ditangani secara optimal sehingga dapat menyebabkan gastritis
berkembang menjadi ulkus peptikum yang pada akhirnya mengalami komplikasi
perdarahan, peritonitis bahkan kematian (Nuraeni, 2013).
Beberapa teknik yang digunakan untuk menghilangkan atau menurunkan
skala nyeri dapat menggunakan terapi yaitu farmakologi dan nonfarmakologi.
Tujuan utama dalam pengobatan gastritis ialah menghilangkan inflamasi dan
mencegah terjadinya ulkus peptikum dan komplikasi. (Ariel, dkk., 2013). Salah
satu tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat untuk membantu klien
yaitu dengan menggunakan Manajemen Nyeri untuk menghilangkan atau
mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman.
Menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien yaitu dengan menggunakan tekhnik distraksi (Menggunakan napas dalam)
(Dermawan, 2015). Relaksasi menggunakan Aromaterapi lavender bermanfaat
untuk mengurangi rasa nyeri, mengurangi rasa cemas dan dapat memberikan
relaksasi (Wahyuningsih, 2013). Aroma terapi lavender mempunyai efek
menenangkan, memberikan rasa nyaman. Disamping itu juga dapat mengurangi
rasa tertekan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak seimbang, frustasi dan
kepanikan (Hutasoit, 2002).
Dalam memberikan asuhan keperawatan guna mengatasi nyeri pada pasien,
perawat harus selalu berusaha untuk mengembangkan strategi penatalaksanaan

Universitas Sumatera Utara


nyeri, sehingga lebih dari sekedar pemberian obat-obatan analgetik. Dengan
memahami konsep nyeri secara holistik, diharapkan perawat mampu
mengembangkan strategi-strategi yang dapat mengatasi nyeri yang dirasakan
seorang pasien (Prasetyo, 2010).
Sehingga diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien diberbagai keadaan dan situasi untuk menghilangkan nyeri atau
meningkatkan kenyamanan.

Universitas Sumatera Utara


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi gangguan rasa nyaman nyeri: gastritis yang dialami klien Tn.S
di ruang Rindu A 2 RSUP Haji Adam Malik, Medan.

2.Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan konsep nyeri

2. Menyusun asuhan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa nyamannyeri:


Gastritis

C. Manfaat

1. Instansi Pendidikan
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penulisan
Karya Tulis Ilmiah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa,
khususnya mahasiswa D3 Keperawatan USU.
2. Perawat
Agar perawat lebih bertanggung jawab dalam memberikan kontribusi
penanganan masalah nyeri pada klien.
3. Klien
Mengurangi rasa nyeri pada klien dan meningkatkan kenyamanan pada
klien selama klien di hospitalisasi.
4. Penulis
Dapat menambah pengetahuan bagi penulis tentang intervensi terhadap
gangguan rasa nyaman; nyeri serta meningkatkan keterampilan perawat dalam
memberikan askep pada klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri: gastritis.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep DasarAsuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Nyaman Nyeri: Gastritis

DefenisiNyeri

Nyeri merupakan fenomena yang multidimensi, karena itulah sulit untuk


memberikan batasan yangpasti terhadap nyeri. Sensasi nyeri yang dilaporkan tiap
individu berbeda-beda, hal inilah yang menyebabkan pengertian nyeri dari
masing-masing individu berbeda pula. Individu A yang tertusuk paku akan
melaporkan nyeri yang berbeda dibandingkan individu B yang merasakan nyeri
karena tersanduh batu, bahkan individu A dan B yang sama-sama tertusuk paku
akan menghasilkan respon dan persepsi yang berbeda pula terhadap nyeri
(Prasetyo, 2010). Nyeri adalah sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan
meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Nyeri diartikan berbeda-beda tiap individu, bergantung pada persepsinya,


Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri. Secara
sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan
baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita
yang akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain (Asmadi,
2008).

Secara umum, nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman,


baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992). AHRQ (Agency For Healthcare
Research and Quality) menyatakan bahwa “ keluhan klien adalah satu-satunya
indikator terbaik tentang nyeri.” Defenisi nyeri dalam kamus medis mencakup
“perasaan distress, penderitaan atau kesakitan, yang disebabkan oleh stimulasi
ujung saraf tertentu”.

Universitas Sumatera Utara


Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang
kompleks yang berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional yang
berkaiatan dengan trauma jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal dari
otot atau organ visera.

Nyeri akut berperan sebagai alam protektif terhadap cedera jaringan. Reflek
protektif ( reflek menjauhi sumber stimulus, spasme otot, dan respon autonom )
sering mengikuti nyeri akut. secara patofisiologisnyang mendasari berupa nyeri
nosiseptif ataupun nyeri neuropati. Biasanya nyeri akut berlangsung secara
singkat, misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen. Pasien yang
mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala-gejala antara lain: respirasi
meningkat, percepatan jantung, tekanan darah meningkat.

Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan. seiring dengan


peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik
dengan nyeri merupakan gejala umum. Kemajuan di bidang medis telah
menghasilkan upaya-upaya terapeutik dan diagnostic yang sering kali
menimbulkan ketidaknyamanan.

Perawat setiap hari memberikan asuhan keperawatan pada klien yang


mengalami nyeri. Salah satu ketakutan yang paling dirasakan setiap klien yang
didiagnosis suatu penyakit ialah kekhawatiran nyeri yang akan mereka rasakan
(Potter dan Perry, 2005).

Sifat Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat
bersifat individual. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan
mempengaruhi makna kehidupan (Mahon, 1994). Hanya klien yang mengetahui
apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya


rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor merupakan ujung-
ujung sangat bebas yang memiliki sedikitmielin yang tersebar pada kulit dan
mukosa. Reseptor dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi dan
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik atau mekanis
(Hidayat, 2008).

1. Stimulus

Nyeri selalu di kaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri) dan


reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nociseptor , yaitu ujung-ujung saraf
bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri
dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa
biologis, zat kimia, listrik, serta mekanik (Prasetyo, 2010).

2. Reseptor nyeri

Reseptor merupakan hal-hal khusus yang mendeteksi perubahan-


perubahan partikular disekitarnya, kaitannya dengan proses erjadinya nyeri maka
reseptor-reseptor inilah yang menangkap stimulus-stimulus nyeri.

Klasifikasi nyeri

Nyeri dapat digambarkan dalam hal durasi, lokasi, atau etiologinya. Saat
nyeri hanya berlangsung selama periode pemulihan yang telah diperkirakan.
International AssociationFor the Study of Pain (IASP)telah mengidentifikasi
beberapa kategori nyeri. Di antara kategori ini adalah nyeri akut, nyeri alih, nyeri
kanker, dan nyeri kronis (Bunker,2015).

a. Nyeri akut biasanya nyeri awitan atau gejalanya mendadak dan tiba-tiba,
lambat tanpa memperhatikan intensitasnya, biasanya penyebab serta lokasi nyeri
sudah diketahui, seperti nyeri trauma akibat kecelakaan, infeksi, dan
pembedahan,Istilah lain untuk nyeri akut adalah nyeri nosiseptif (Bunker, 2015).
Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang

Universitas Sumatera Utara


keduanya meningkatkan persepsi nyeri (Iqbal, 2008). Nyeri akut mengindikasikan
bahwa kerusakan atau nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan. Nyeri akut umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya
kurang dari satu bulan. Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat
sembuh secara spontan atau memerlukan pengobatan (Smeltzer, 2001).

b. Nyeri alih adalah nyeri yang berasal dari satu bagian tubuh, tetapi
dipersepsikan di bagian tubuh lain. Nyeri alih paling sering berasal dari dalam
visera (organ Internal) dan dapat dipersepsikan dalam area internal yang lain
(Bunker, 2015).

c. Nyeri kanker adalah hasil dari beerapa jenis keganasan. Sering kali, nyeri
kanker sangat hebat dan dapat dianggap Intractable (tidak dapat diatasi) dan
kronis. Keperawatan hospice sering kali dilibatkan dalam penatalaksanaan nyeri
kanker (Bunker, 2015).

d. Nyeri kronis (juga disebut nyeri neuropatik) didefenisikan sebagai


ketidaknyamanan yang berlangsung dalam periode waktu lama (6 bulan atau
lebih) dan dapat terjadi seumur hidup klien. Penyebab nyeri kronis belum
diketahui. Nyeri kronis dapat terjadi akibat kesalahan sistem saraf dalam
memproses input (asupan) sensori. Nyeri kronis sering kali berlangsung lebih
lama dari perkiraan periode pemulihan normal untuk nyeri akut. Individu yang
mengalami nyeri neuropatik biasanya melaporkan rasa terbakar, sensasi
kesemutan, dan/atau nyeri tertembak yang konstan. Istilah yang digunakan untuk
nyeri kronis yang resistan terhadap intervensi terapeutik adalah intractable pain
(nyeri lasat). Nyeri kronis yang berlanjut dapat menyebabkan seseorang menarik
diri di hubungan sosial dan tidak aktif lagi secara fisik (Bunker, 2015).

Universitas Sumatera Utara


Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi Terhadap Nyeri

Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh


faktor fisiologis, spiritual, psikologis, dan budaya. Setiap individu mempunyai
pengalaman yang berbeda-beda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut:

1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis yang mempengaruhi nyeri terdiri dari umur, jenis kelamin,
kelelahan dan faktor gen.

a. Umur

Umur dan tahap perkembangan seorang klien adalah variabel penting yang
akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Prevalensi nyeri pada
populasi lansia secara umum lebih tinggi akibat kondisi penyakit yang akut dan
kronik.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berespon terhadap nyeri(Gil, 1990).

c. Kelelahan

Kelelahan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan


sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Nyeri
seringkali lebih berkurang apabila individu tidur dengan lelap di bandingkan
dengan tidur individu yang tidak lelap/melelahkan (Potter & Perry, 2005).

d. Gen

Penelitian kesehatan mengungkapkan bahwa informasi genetik yang


diturunkan oleh orang tua kemungkinan dapat meningkatkan atau menurunkan
sensitifitas nyeri. Genetik mempunyai kemungkinan untuk dapat menentukan

Universitas Sumatera Utara


ambang batas nyeri seseorang atau toleransi seseorang terhadap nyeri (Potter &
Perry, 2005).

2. Faktor Sosial

a. Perhatian

Peningkatan perhatian dihubungkan dengan peningkatan nyeri (Carrol,


1998). Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun (Potter & Perry, 2009).

b. Pengalaman yang sebelumnya

Pengalaman nyeri dimasa lalu dapat mengubah sensitivitas klien terhadap


nyeri. Individu yang mengalami nyeri secara pribadi atau yang melihat
penderitaan orang terdekat sering kali lebih terancam oleh kemungkinan nyeri di
bandingkan individu yang tidak pernah memiliki pengalaman nyeri. Misalnya,
seseorang yang telah mencoba beberapa tindakan pereda nyeri namun tidak
berhasil mungkin memiliki sedikit harapan mengenai manfaat intervensi
keperawatan.

3. Faktor Spiritual

Spiritual membuat seseorang mencari tahu makna atau arti dari nyeri yang
dirasakannya, seperti mengapa nyeri ini terjadi pada dirinya, apa yang telah dia
lakukan selama ini, dan lain-lain (Potter & Perry, 2009).

4. Faktor Psikologis

a. Kecemasan

Kecemasan dapat meningkatkan persepsi seseorang terhadap nyeri.


Ketidakmampuan mengontrol nyeri dapat memperberat persepsi nyeri.
sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang
mereka rasakan akan mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan

Universitas Sumatera Utara


menurunkan persepsi nyeri mereka ( Mubarak.dkk., 2007). Ancaman dari sesuatu
yang tidak diketahui dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa yang
menyertai nyeri sering kali memperburuk persepsi nyeri. Klien yang
mampumengekspresikan nyeri kepada seorang pendengar yang perhatian dan
partisipasi dalam membuat keputusan penatalaksanaan nyeri dapat meningkatkan
sensasi kontrol dan menurunkan persepsi.

b. Koping Individu

Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan nyeri,


seseorang yang mengontrol nyeri dengan fokus internal merasa bahwa diri mereka
sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi nyeri. Sebaliknya, seseorang
yang mengontrol nyeri dengan fokus eksternal lebih merasa bahwa faktor-faktor
lain di dalam hidupnya seperti perawat merupakan orang yang bertanggung jawab
terhadap nyeri yang dirasakannya. Oleh karena itu, koping pasien sangat penting
untuk diperhatikan ( Potter & Perry, 2009).

5. Faktor budaya

Faktor budaya yang mempengaruhi nyeri terdiri dari makna nyeri dan
kebudayaan.

a. Makna nyeri

Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan klien lain,
bergantung pada keadaan dan interpretasi klien mengenai makna nyeri tersebut.
Seorang klien yang menghubungkan rasa nyeri dengan hasil akhir yang positif
dapat menahan nyeri dengan sangat baik. Sebaliknya, klien yang nyeri kroniknya
tidak mereda dapat merasa lebih menderita (Iqbal, 2008).

b. Kebudayaan

Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai faktor-
faktor yang memengaruhi reaksi seseorang terhadap nyeri dan ekspresi nyeri.
Latar belakang budaya dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang ingin ditoleransi

Universitas Sumatera Utara


oleh seorang individu. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri
(Calvillo. dkk., 1991).

Siklus Nyeri dan Transmisi Nyeri

a. Penyebab nyeri

Penyebab nyeri beragam, dan kadang kala penyebab pasti nyeri mungkin
sulit atau tidak mungkin ditentukan. Tanpa memperhatikan penyebab, asuhan
keperawatan diarahkan pada upaya meredakan nyeri. Meredakan nyeri dan
memberikan kenyamanan melalui pemberian obat dan berbagi intervensi adalah
tanggung jawab keperawatan yang penting. Saat ketidaknyamanan meningkat,
respon alami tubuh adalah mengencangkan otot lebih lanjut (Bunker, 2015).

b. Transmisi nyeri

Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan transmisi nyeri normal dam


interpretasinya adalah Nosisepsi. Nosisepsi memiliki 4 fase:

Transduksi: Sistem saraf mengubah stimulus nyeri dalam ujung saraf menjadi
impuls
Transmisi: Impuls berjalan dari tempat awalnya ke otak
Persepsi: Otak mengenali, mendefinisikan,, dan berespons terhadap nyeri
Modulasi:Tubuh mengaktivasi respon inhibitor yang diperlukan terhadap efek
nyeri
(Craven, H., et.al. 2007). Jika respon modulasi tubuh ini tidak berhasil, intervensi
eksternal di perlukan untuk menangani nyeri.

Pengukuran Skala Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi


nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan ketenangan pasien digunakan untuk
menilai derajat nyeri.

Joint Commission mengharuskan fasilitas pelayanan kesehatan


menggunakan skala nyeri untuk membantu klien menentukan tingkat

Universitas Sumatera Utara


nyerimereka. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan
beberapa kategori (Bunker, 2015 ).

a. Skala nyeri menurut Hayward

Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang


menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia
rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu.

Gambar 2.1 Skala nyeri menurut Hayward

b. Face Rating Scale (FRS)

Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah, pengukuran
skala nyeri menggunakan Face Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun,
mulai dari wajah yang tersenyum untuk “ tidak ada nyeri “ hingga wajah yang
menangis untuk “ nyeri berat “. Skala wajah nyeri Wong-Baker direkomendasikan
untuk anak-anak berusia 3-7 tahun. Tunjukkan setiap wajah dengan menggunakan
kata-kata untuk mendeskripsikan intensitas nyeri. Minta anak memilih wajah yang
paling mendeskripsikan nyerinya dan catat angka yang sesuai. (Hockleberry,
2005).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 skala nyeri menurut FRS

c. Skala Numerik ( Numerical Rating Scale, NRS )

Skala numerik ( Numerical Rating Scale, NRS ) digunakan sebagai


pengganti alat pendeskripsian kita. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan
skala 0-10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10
mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif
digunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik.

Gambar 2.3 Skala nyeri numerik

d. Skala Nyeri Nonverbal FLACC

Skala ini sesuai untuk klien yang berusia kurang dari 3 tahun dan yang
belum dapat mengungkapkan sesuatu secara verbal. Skala ini juga dapat
digunakan untuk klien yang mengalami gangguan intelektual berat. (Sumber:
UCLA Pain Management Clinical Resource Guide, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4 skala nyeri non verbal FLACC

Proses Keperawatan dan Nyeri

1. Pengkajian Nyeri

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,


verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah
menetapkan dasar data tentang, kebutuhan masalah kesehatan, tujuan, nilai, dan
gaya hidup yang dilakukan klien (Potter& Perry,2005). pengkajian nyeri yang
tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan mengevaluasi
respon klien terhadap terapi.

Saat mengkaji nyeri, perawat harus sensitif terhadap tingkat kenyamanan


klien. Selama episode nyeri akut, tindakan perawat yang utama adalah mengkaji
perasaan klien, menetapkan respon fisiologi klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri,
tingkat keparahan, dan kualitas nyeri. Untuk klien yang mengalami nyeri kronik,
cara pengkajian yang paling baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada
dimensi perilaku, afektif, kognitif, perilaku dari pengalaman nyeri dan pada
riwayat nyeri tersebut atau konteks nyeri tersebut (Kozier. B., et.al. 2010).

Universitas Sumatera Utara


Pengkajian nyeri yang dilakukan meliputi pengkajian data subjektif dan data
objektif.

1. Data Subjektif

a. Intensitas (skala) nyeri

Karakteristik nyeri yang paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan
atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering diminta untuk mendeskripsikan nyeri
sebagai nyeri ringan, sedang, atau parah.

b. karakteristik nyeri

Laporan tunggal klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indikator


tunggal yang dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun
yang berhubungan dengan ketidaknyamanan. Pengkajian nyeri (Metode O, P, Q,
R, S, T, U, V)(Jackson,M.,et.al. 2013):

1. Kapan mulainya (O: Onset) Tentukan kapan rasa tidak nyaman dimulai. Akut
atau bertahap?

2. Faktor pencetus (P: Provocative)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulasi-stimulasi pada klien,


dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang
mengalami cedera. perawat juga dapat menanyakan klien perasaanklien tentang
nyeri tersebut.

3. Kualitas (Q: Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh


klien, sering kali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam,
tumpul, berdenyut, berpindah-pindah seperti tertindih, perih, tertusuk, dan lain-
lain, dimana tiap-tiap klien berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang
dirasakan.

Universitas Sumatera Utara


4. Lokasi (R: Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk


menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk
melacak daerah nyeri dari titik yang paling banyak nyeri, kemungkinan hal ini
akan sulit apabila yang dirasakan bersifat difus ( menyebar ).

5. Keparahan (S: Severity)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling


subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia
rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri berat.

6. Durasi (T: Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan


rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “ Apakah nyeri yang dirasakan?”,
“Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “ Apakah nyeri yang dirasakan terjadi
pada waktu yang sama setiap hari?”, “ Seberapa sering nyeri kambuh?”, atau
dengan kata-kata lain yang semakana.

7. Persepsi nyeri (U: Understanding)

Bagaimana persepsi nyeri klien? Apakah pernah merasakan nyeri


sebelumnya? Jika iya, apa masalahnya?

8.Harapan (V:Values) :

Tujuan dan harapan untuk nyeri yang diderita pasien.

c. Faktor pereda nyeri

d. Efek nyeri terhadap klien

Apabila klien mengalami nyeri maka perawat perlu mengkaji kata-kata yang
diucapkan, respon verbal (meringis, menangis), gerakan wajah dan tubuh.
(meringis sambil mengguling ke kiri, melindungi area nyeri), interaksi sosial

Universitas Sumatera Utara


klien, dan aktivitas klien, Seperti pada kehidupan sehari-hari, misalnya tidur,
nafsu makan, Konsentari, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan
aktivitas-aktivitas santai.

e.Kekhawatiran klien tentang nyeri

2. Data Objektif

Data objektif didapatkan dengan mengobservasi respon pasien terhadap


nyeri. Menurut (Taylor, 1997), respon pasien terhadap nyeri berbeda-berbeda,
dapat dikategorikan sebagai:

a. Respon perilaku

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pertanyaan verbal, perilaku


vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau
perubahan respon terhadap lingkungan. Klien yang mengalami nyeri akan
menangis, merapatkan gigi, mengepalkan tangan, melompat dari satu sisi ke sisi
lain, memegang area nyeri, gerakan terbatas, menyeringai, mengerang, pernyataan
verbal dengan kata-kata. Perilaku ini beragam dari waktu ke waktu (Berger,
1992).

b. Respon fisiologik

Respon fisiologik anatara lain seperti meningkatnya pernafasan dan denyut


nadi, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya ketegangan otot, dilatasi pupil
berkeringat wajah pucat, mual dan muntah (Berger, 1992).

c. Respon Afektif

Respon afektif seperti cemas, marah, tidak nafsu makan, kelelahan, tidak
punya harapan, dan depresi juga terjadi pada klien yang mengalami nyeri. (Taylor,
1997).

Universitas Sumatera Utara


2. Analisa data

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.


Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah
yangdihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai
sejak pasien masuk Rumah Sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta
pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).

3.Rumusan masalah

IASP mengidentifikasi beberapa nyeri. Diantara kategori ini adalah nyeri


akut, nyeri alih, nyeri kanker, dan nyeri kronik.

4.Perencanaan

Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat


mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien. Terapi yang tepat
dipilih berdasarkan pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Terapi yang
tepat dipilih berdasarkan pada faktor-faktor terkait yang menyebabkan nyeri atau
masalah kesehatan klien. Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan
dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter &
Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara


B. Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS

KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN PASIEN

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 26 Tahun

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl. Teratai Padang Sidempuan

Tanggal masuk RS : 04 Mei 2017 Jam 18:45 Wib

No. Register : 707380

Ruang/kamar : Ruang Rindu A2

Golongan darah :O

Tanggal Pengkajian : 05 Mei 2017 Jam 15:15 Wib

Tanggal Operasi :-

Diagnosa Medis : Gastritis

Universitas Sumatera Utara


II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan nyeri di abdomen (Lambung dan di ulu hati) terasa


perih seperti rasa terbakar, disertai mual muntah, pusing dan klien terbaring lemah
diatas tempat tidur serta sulit melakukan aktivitas.Adanyeridi ulu hati, timbul
karena pola makan pasien yang tidak teratur,Klien mengatakan terkadang makan,
terkadang tidak ( hanya makan roti 1 ) jika makan, hanya 1x sehari, diwaktu sore
setelah pulang dari toko baru makan, Klien juga suka mengkosumsi minuman
yang mengandung rasa asam, klien mengatakan nyeri terasa perih,dirasakan
seperti rasa panas dan terbakar dan selalu mual dan muntah, klien terlihat tampak
pucat dan meringis kesakitan sambil memegangi perut nyeri dirasakan di
abdomen sinistra regio 3 ( Hipokondriak kiri) kuadran kiri atas nyeri menyebar
sampai ke ulu hati, keadaan yang dialaminya klien saat ini sangat mengganggu
kebiasaannya sehari-hari dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya secara
mandiri, Klien mengatakan takut banyak untuk bergerak, takut nyerinya kambuh,
wajah klien terlihat pucat, skala nyeri 6, klien mengatakan nyeri datang dengan
tiba-tiba, sekitar 5-10 menit, klien mengatakan harapan bahwa penyakitnya dapat
sembuh dengan cepat dan penyakitnya sekarang jangan kambuh lagi.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A.Onset

1.kapan rasa tidak nyaman/nyeritimbul

Klien mengatakan nyeri timbul jika pasien terlambat makan atau tidak makan

B. Provocative/pallitative

1. Apa penyebabnya

Klien mengatakan memiliki kebiasaan pola makan pasien yang tidak teratur,
Klien mengatakan terkadang makan, terkadang tidak ( hanya makan roti 1 ) jika
makan, hanya 1x sehari, diwaktu sore setelah pulang dari toko baru makan, Klien
juga suka mengkosumsi minuman yang mengandung rasa asam.

Universitas Sumatera Utara


2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Klien mengatakan sakit atau nyeri berkurang jika beristirahat sejenak dan minum
obat antasida namun beberapa menit kemudian sakit atau nyeri akan kembali lagi
dirasakan oleh klien

C. Quantity/ quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan merasakan nyeri pada abdomen sinistra regio 3 (hipokondria


kiri) kuadran kiri atas, terasa perih dan selalu mual dan ingin muntah, nyeri
dirasakan seperti rasa panas dan terbakar

2. Bagaimana dilihat

Klien tampak pucat dan meringis kesakitan sambil memegangi perut

D. Region

1. Dimana lokasinya

Klien mengatakan merasa nyeri abdomen sinistra regio 3 ( Hipokondriakkiri)


kuadran kiri atas

2. Apakah menyebar

Klien mengatakan ada penyebaran rasa nyeri sampai ke ulu hati

E. Severity

Klien mengatakan keadaan yang dialaminya sekarang sangat mengganggu


kebiasaannya sehari-hari dan sulit untuk melakukan aktivitas, skala nyeri 6

F. Time

Klien mengatakan nyeri datang dengan tiba-tiba, sekitar 5-10 menit

G. Understanding

Klien mengatakan nyeri dilambungnya terasa perih seperti rasa panas dan
terbakar, nyeri seperti itu belum pernah dirasakan oleh klien, nyeri yang pernah
dirasakan hanya nyeri biasa dengan durasi sekitar 1 menit saja dan tidak sampai
separah ini, nyeri tersebut timbul jika klien terlambat makan atau tidak makan

Universitas Sumatera Utara


H. Value

Klien mengatakan bahwa penyakitnya dapat sembuh dengan cepat dan


penyakitnya sekarang jangan kambuh lagi

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan pernah memiliki riwayat penyakit maag, tetapi tidak pernah
separah ini

B. Pengobatan /tindakan

Klien mengatakan, belum pernah berobat ke Rumah Sakit dan apabila perut terasa
sakit klien hanya pergi ke warung atau apotek membeli obat

C. Pernah dirawat/dioperasi

Klien mengatakan belum pernah dirawat ataupun di operasi sebelumnya

D. Alergi

Klien mengatakan tidak mengalami riwayat alergi baik makanan maupun obat-
obatan

E. Imunisasi

Dari keterangan keluarga klien mendapatkan imunisasi yang lengkap

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Orang tua klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit

B. Saudara Kandung

Saudara kandung klien belum pernah mengalami penyakit

C. Anggota keluarga meninggal

Tidak ada anggota keluarga yang meninggal

D. Penyebab meninggal

Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien mengatakan bahwa penyakitnya dapat sembuh dengan cepat dan


penyakitnya sekarang jangan kambuh lagi

B. Konsep diri

- Gambaran diri : klien menyukai seluruh bagian tubuhnya

- Ideal diri : klien mengatakan dirinya pasti cepat sembuh

- Harga diri : klien tidak merasa malu dengan kondisinya sekarang

- Peran diri : klien berperan sebagai suami

- Identitas : klien memiliki 1 istri dan 1 anak

C. Keadaan emosional

Klien masih mampu mengontrol emosinya dengan baik.

D. Hubungan sosial

- Orang yang berarti : orang tua dan saudaranya

- Hubungan dengan keluarga : baik, tidak ada masalah

- Hubungan dengan orang lain : baik, tidak ada masalah

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada hambatan

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan : klien berkeyakinan atau beragama islam

- Kegiatan ibadah : klien sering berdoa diatas tempat tidur

VII. STATUS MENTAL

-Tingkat kesadaran : composmentis

- Penampilan : rapi

- Pembicaraan : tidak ada masalah komunikasi interpesonal

-Alam perasaan : lesu

Universitas Sumatera Utara


- Afek : datar

- Interaksi selama wawancara : kooperatif dan kontak mata ada

-Persepsi : tidak ada

- Proses pikir : sesuai pembicaraan

- Isi pikir : fobia/takut

- Waham : tidak ada waham

- Memori :tidak ada gangguan daya ingat jangka


panjang dan jangka pendek

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Klien tampak kesakitan, klien tampak lemah, kesulitan dalam melakukan


aktivitas, meringis ketika nyeri

B. Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh : 36,5 ᵒc

- Tekanan darah : 140/70 mmHg

- Nadi : 88 x/menit

- Pernafasan : 24 kali/menit

- Skala nyeri :6

- TB : 165 cm

- BB : 50 kg

C. Pemeriksaan Head to Toe

Kepala

- Bentuk : bulat simetris, tidak ada benjolan

- Ubun-ubun : simetris, normal

- Kulit kepala : bersih, tidak ada iritasi

Universitas Sumatera Utara


Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan bersih

- Warna kulit : sawo matang

Wajah

- Warna kulit : sawo matang

- Struktur wajah : simetris, normal tidak ada kelainan

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris

- Palpebra : simetris

- konjungtiva dan selera : tidak anemis dan tidak ikterik

- Pupil : reflek terhadap cahaya (+)

- Kornea dan iris :tidakada katarak dan tidak ada


peradangan

- Visus : Klien tidak ada menggunakan alat


bantu penglihatan

Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal dan simetris

- Lubang hidung : bersih, tidak ada polip

- Cuping hidung : pernafasan cuping hidung (-)

Telinga

- Bentuk telinga : simetris kanan/kiri

- Ukuran telinga : simetris kanan/kiri

- Lubang telinga : bersih

- Ketajaman pendengaran : normal

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan integument

- Kebersihan : kulit bersih

- Kehangatan : 36,5 C

- Turgor : < 3 detik

- Kelembaban : keadaan kulit lembab

- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan

Pemeriksaan thoraks/dada

- Infeksi thoraks : bentuk normal

- Pernafasan (frekuensi, irama) : 24 kali/menit, reguller

- Tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan dalam bernafas

Pemeriksaan abdomen

- Infeksi (bentuk, benjolan) : simetris, tidak ada benjolan

- Auskultasi : peristaltik usus 24 kali/menit

- Perkusi : tidak ada suara tambahan

Pemeriksaan neurologi

- Nerfus Olfaktorius/N I:

Kemampuan menghidu klien cukup baikdidukung dengan klien dapat


membedakan bau

- Kemampuan Optikus/N II:

Klien tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan

- Nervus Okulomotorius/N III, Trochlearis/N IV, Abdusen/N VI:

Klien mampu menggerakkan bola mata, reflek pupil normal

- Nervus Trigeminus/N Vl:

Klien mampu membedakan panas dan dingin, tajam dan tumpul, getaran dan
rabaan

Universitas Sumatera Utara


- Nervus Fasialis/N VII:

Klien mampu membedakan rasa dan mampu menggerakkan otot wajah

- Nervus Akustik/N VIII:

Tidak dilakukan pengkajian

- Nervus Glosopharingeus/N IX, Nervus Vagus/N X:

Klien mampu menelan, mengunyah, membuka mulut

- Nervus Aksesorius/N XI:

Tidak ada dilakukan pengkajian

- Nervus Hipoglasus/N XII:

Tidak dilakukan pengkajian

Fungsi motorik: normal dan tidak ada kelainan

Fungsi sensorik: normal dan tidak ada kelainan

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : makan 3 kali/hari

- Nafsu/selera makan : nafsu atau selera makan menurun

- Alergi : tidak ada alergi terhadap makanan

- Mual dan Muntah : ada mual dan muntah

- Waktu pemberian makananan : pagi 08:00 wib, siang 13:00 wib, malam
19:00 wib

- Jumlah dan jenis makanan : satu porsi, nasi, sayur, lauk, dan buah

- Waktu pemberian cairan/minuman : melalui infuse (RL 20 tetes/menit) dan


minum apabila haus

- Masalah makan dan minum : ada masalah makan dan minum

Universitas Sumatera Utara


2. Perawatan diri/Personal hygine

- Kebersihan tubuh :tubuh bersih, klien hanya di lap dengan


waslap 2 kali sehari oleh keluarganya

- Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut cukup bersih

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih, kuku kaki dan tangan akan di
potong ketika panjang

3. Pola kegiatan/akivitas

Tabel 3.1 pola kegiatan/aktivitas

Kegiatan Mandiri Sebahagian

Mandi  `

Makan 

BAB 

BAK 

Ganti Pakaian 

4. Pola eliminasi

BAB

- Pola BAB : normal

- Karakter feses : kuning dan lembek

- Riwayat perdarahan : tidak ada perdarahan

- BAB terakhir : 05 Mei 2014

- Diare : tidak ada diare

- Penggunaan laksatif : tidak ada menggunakan laksatif

Universitas Sumatera Utara


BAK

- Pola BAK : normal

- Karakter urin : warna kuning dan tidak keruh

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada

- Penggunaan diuretik : tidak menggunakan diuretik

- Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah

Universitas Sumatera Utara


2. ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah


Keperawatan

1. Ds: Pola makan tidak Gangguan rasa


teratur selama 6 bulan nyaman nyeri
- Klien mengatakan 6 bulan
belakangan ini pola Penghancuran epitel
makannya tidak teratur.
Asam kembali
- Klien mengatakanterkadang berdifusi ke mukosa
makan, terkadang tidak ( lambung
hanya makan roti 1 ) jika
makan, hanya 1x sehari, Penghancuran sel
diwaktu sore setelah pulang mukosa
dari toko saja.
Asam lambung
- Klien mengatakan suka meningkat
mengkosumsi minuman yang
Iritasi mukosa
mengandung rasa asam
lambung
Do:
Injuri mukosa
- Klien terlihat gelisah dan lambung
meringis kesakitan menahan
Pelepasan mediator
nyeri dan wajah tampak
kimia oleh sel radang:
pucat
Bradkinin
- Klien tampak memegangi
bagian bawah perutnya Merangsang
nociseptor
- Klien tampak gelisah
Medula spinalis
TTV:
TD : 140/70 mmHg Korteks serebri
T : 36,5°c Nyeri
HR: 88 x/menit
RR: 24 x/menit
Skala nyeri:6

Universitas Sumatera Utara


2. DS: Pola makan tidak Nutrisi kurang
teratur selama 6 bulan dari kebutuhan
- Klien mengatakan 6 bulan tubuh
belakangan ini pola Penghancuran epitel
makannya tidak teratur.
Asam kembali
- Klien mengatakan suka berdifusi ke mukosa
mengkosumsi minuman yang lambung
mengandung rasa asam
Penghancuran sel
- Klienmengatakan tidak mukosa
nafsu makan karena mual dan
Asam lambung
muntah
meningkat
Do:
Perangsang kolinergik
- KU : lemah
Stimulasi nervus
- Mukosa bibir kering
vagus pada
- Klien hanya menghabiskan hipotalamus
5-6 sendok makan dari yang
disediakan Mual muntah

TD: 140/70 mmHg Anoreksia


T : 36,5°c
Intake yang tidak
N : 88 x/menit adekuat
RR : 24 x/menit
Penurunan berat
TB : 165 cm badan
BB : 50 kg
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Universitas Sumatera Utara


3. Ds: Pola makan tidak Hambatan
teratur selama 6 bulan mobilitas fisik
- Klien mengatakan
badannya terasa lemah Penghancuran epitel

- Klien tidak mampu Asam kembali


memenuhi kebutuhannya berdifusi ke mukosa
secara mandiri lambung

- Klien mengatakan takut Penghancuran sel


untuk bergerak, takut mukosa
nyerinya kambuh
Asam lambung
- Klien mengatakan 6 bulan meningkat
belakangan ini pola
makannya tidak teratur. Pepsinogen

- Klien mengatakan suka Fungsi sel menurun


mengkosumsi minuman yang
Penghancuran kapiler
mengandung rasa asam
Perdarahan
Do:
- KU: Lemah Anemia
Klien hanya berbaring saja Sirkulasi O2 ke sel
ditempat tidur berkurang
-Wajah klien terlihat pucat
Metabolisme sel
TTV: menurun
TD : 120/70 mmHg
Kelemahan otot/fisik
T : 36,5°c
N : 80 x/menit Hambatan mobilitas
fisik
RR: 24 x/menit

Universitas Sumatera Utara


3. RUMUSAN MASALAH

A. Masalah Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri

2. Gangguan nutrisi

3. Hambatan mobilitas fisik

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d inflamasi mukosa lambung d/d klien tampak
gelisah dan meringis kesakitan.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake y`ang tidak adekuat d/d klien
tidak nafsu makan karena mual.

3. Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan fisik d/d klien badannya terasa lemah
dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

Universitas Sumatera Utara


4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/ No. Dx Perencanaan Keperawatan Rasional


Tanggal

Jumat, 1. Tujuan: a. Berguna dalam


05 Mei pengawasan
- Setelah dilakukan tindakan
2017 keefektifan obat,
keperawatan dalam 3x24 diharapkan
dan kemajuan
nyeri klien teratasi/terkontrol
penyembuhan.

Kriteria hasil:
b. Mengetahui
- Pasien melaporkan nyeri berkurang keadaan umum
- Skala nyeri menurun 0-3 klien melalui
tanda-tanda vital.
- Pasien tampak tenang

- Tanda-tanda vital normal c. Memberikan


kenyamanan pada
- Ekspresi wajah klien rileks
klien untuk
Rencana Tindakan: mengurangi nyeri
yang dirasakan
a. Kaji keluhan nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, d. Membantu
karakteristik, durasi, skala nyeri mengurangi
ketegangan akibat
b. Kaji tanda-tanda vital klien.
nyeri

c. beri posisi nyaman pada klien


e. Membantu

d. Ajarkan tekhnik relakasasi (nafas menurunkan stress

dalam/mandi air hangat dan aroma klien dalam

terapi lavender) keadaan sakit.

e. Berikan kesempatan klien untuk


menceritakan keluhannya
f. Menurunkan
stress klien dan

Universitas Sumatera Utara


f. Anjurkan keluarga untuk membantu klien
berbincang dengan klien pada saat mengalihkan
tidak nyeri perhatian dari rasa
nyeri
g. Beri analgesik (ranitidin dan
keterolac) sesuai program g. Untuk
menghilangkan
atau mengurangi
nyeri

Tujuan: a. Agar
Jumat, 2.
mengetahui
05 Mei
- Setelah dilakukan tindakan jumlah makanan
2017
keperawatan diharapkan klien mampu yang masuk
nafsu makan klien membaik/adekuat
b. Memenuhi
Kriteria hasil: kebutuhan energi
- BB klien menunjukkan peningkatan
c. Dapat
Rencana Tindakan: menambah nafsu
a. Monitor intake nutrisi makan

b. Anjurkan makan sedikit tetapi d. Diet yang


sering sesuai dapat
c. Beri makan selagi hangat mempercepat
penyembuhan
d. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet e. Asupan nutrisi
yang masuk tidak
e. Monitor mual dan muntah
terbuang

f. Kolaborasi dengan dokter tentang


f. Membantu

Universitas Sumatera Utara


terapi IV line mmberikan energi
bagi tubuh klien

Tujuan: a. Observasi
Jumat, 3.
sejauh mana klien
05 Mei -Setelah dilakukan tindakan
dapat beraktivitas
2017 keperawatan diharapkan klien mampu
b. Menjelaskan
Kriteria hasil:
pada klien bahwa

- Klien dapat beraktivitas tanpa aktivitas itu

bantuan penting

Rencana Tindakan: c. Memberikan


lingkungan yang
a. Observasi sejauh mana klien dapat tenang
beraktivitas
d. Berikan bantuan
b. Menjelaskan pada klien bahwa dalam aktivitas
aktivitas itu penting
e. Supaya
c. Memberikan lingkungan yang mengetahui
tenang perkembangan
mobilisasi klien
d. Berikan bantuan dalam aktivitas

f. Agar aktivitas
e. Awasi seluruh upaya mobilitas dan
berjalan dengan
bantu pasien, jika perlu
baik
f. Ajarkan pasien menggunakan
postur tubuh yang benar pada saat
melakukan aktiivitas

Universitas Sumatera Utara


5. IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal No. Implementasi keperawatan Evaluasi (SOAP)


Dx

Jumat, 05 Mei 1. - Mengkaji nyeri, lokasi S: Klien mengatakan


2017
nyeri, karakteristik nyeri, nyerinya sudah
dan skala nyeri berkurang, meskipun
sesekali nyerinya masih
- Mengkaji TTV pasien
muncul
- Mengajarkan tekhnik
O:Klien terlihat sedikit
relaksasi nafas dalam
lebih tenang, sambil
- Mendengarkan keluhan tidur memegangi perut
klien sebelah kirinya

- KU lemah
- Menganjurkan pasien
untuk beristirahat dan - TTV
dimodivikasi dengan TD : 140/70 mmHg
pemberian aromaterapi
N : 88 x/menit
lavender.
RR: 24x/menit
- Memberikan analgesik
T : 36,5 °c
(ranitidin dan keterolac)
sesuai program A: Masalah teratasi
sebagian, nyeri dalam
skala 4

P:Intervensi dilanjutkan,
observasi skala nyeri dan
pemberian analgesik:

- Infuse RL 0,5%/28 tpm

Universitas Sumatera Utara


- Injeksi keterolac: 30
mg/8 jam

- Injeksi ranitidin 50
mg/12 jam

Jumat, 05 Mei 2. - Monitor intake nutrisi S:Klien mengatakan


2017
tidak nafsu makan
- Anjurkan makan sedikit
karena mual
tetapi sering
O: - KU: Lemah
- Menganjurkan pasien agar
menjaga pola makan - Mukosa bibir kering

- Klien hanya
- Beri makan selagi hangat
menghabiskan 5-6
- Kolaborasi dengan ahli sendok dari porsi yang
gizi dalam pemberian diet diberikan

- Monitor mual dan muntah A: Masalah belum


teratasi
- Kolaborasi dengan dokter
tentang terapi IV line P:Intervensi dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


Jumat, 05 Mei 3. - Mengobservasi sejauh S: Klien mengatakan

2017 mana klien dapat badannya terasa lemah


beraktivitas
O: -KU lemah
-Menjelaskan pada klien
- Klien istirahat total
bahwa aktivitas itu penting
ditempat tidur
- Memberikan lingkungan
A: Masalah belum
yang tenang
teratasi
- Memberikan bantuan
P: Intervensi dilanjutkan
dalam aktivitas

- Mengawasi seluruh upaya


mobilitas dan bantu pasien,
jika perlu

- Mengajarkan pasien
menggunakan postur tubuh
yang benar pada saat
melakukan aktiivitas

Sabtu, 06Mei 1. - Mengkaji TTV klien S: Klien melaporkan


2017
nyerinya sudah mulai
- Mengkaji nyeri, lokasi
berkurang
nyeri, karakteristik nyeri,
skala nyeri O:

TTV:
- Menganjurkan keluarga
dan orang terdekat klien TD: 120/70mmHg
untuk berbincang dengan

Universitas Sumatera Utara


klien HR: 82x/menit

RR: 24x/menit
- Mengajarkan tekhnik
relaksasi nafas dalam dan T: 36,5 °c
menggunakan aromaterapi Skala nyeri 4, Klien
lavender tampak sedikit lebih
tenang
- Kolaborasi memberikan
analgesik (ranitidin dan A: Masalah teratasi
keterolac) sesuai program. sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Sabtu, 06 Mei 2. - Memonitor intake nutrisi S: Klien mengatakan


2017
tidak nafsu makan
-Anjurkan makan sedikit
karena mual
tetapi sering
O: - KU: Lemah
-Beri makan selagi hangat
- Mukosa bibir kering
- Menganjurkan pasien agar
- Klien hanya
menjaga pola makan
menghabiskan 5-6

- Kolaborasi dengan ahli sendok dari porsi yang


gizi dalam pemberian diet diberikan

- Monitor mual dan muntah A: Masalah teratasi


sebagian
- Kolaborasi dengan dokter
tentang terapi IV line P: Intervensi dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


Sabtu, 06 Mei 3. - Mengobservasi sejauh S: Klien mengatakan
2017
mana klien dapat sudah lebih baik namun
beraktivitas masih sedikit lemah

-Menjelaskan pada klien O: - KU masih lemah


bahwa aktivitas itu penting - Dapat beraktivitas
sedikit walaupun masih
-Memberikan lingkungan
dibantu
yang tenang

A:Masalah teratasi
- Memberikan bantuan
sebagian
dalam aktivitas

P: Intervensi dilanjutkan
- Mengawasi seluruh upaya
mobilitas dan bantu pasien,
jika perlu

- Mengajarkan pasien
menggunakan postur tubuh
yang benar pada saat
melakukan aktiivitas

Minggu, 07Mei 1. - Mengkaji TTV pasien S: Klien mengatakan


2017
nyerinya berkurang
- Mengkaji nyeri, lokasi
nyeri, karakteristik nyeri O: Skala nyeri 2 Klien
dan skala nyeri tampak tenang, tidak
gelisah
- Memberikan klien posisi
yang nyaman A: Masalah teratasi,
karena skala nyerinya
sudah berkurang

Universitas Sumatera Utara


- Memberikan kesempatan P: Intervensi dihentikan
klien untuk menceritakan
keluhannya pada perawat

- Mengajarkan tekhnik
relaksasi nafas dalam

- Mengajarkan
keluarga/pasien dalam
menggunakan aromaterapi
lavender dirumah, untuk
meminimalkan rasa nyeri
apabila nyeri timbul

Minggu, 07 Mei 2. - Memonitor intake nutrisi S: - Klien mengatakan


2017
mualnya sudah hilang
-Menganjurkan makan
dan nafsu makannya
sedikit tetapi sering
sudah ada, sudah
- Kolaborasi dengan ahli menghabiskan ½ porsi
gizi dalam pemberian diet yang diberikan

- Memonitor mual dan - Klien mengatakan rasa


muntah mual sesekali masih ada

- Kolaborasi dengan dokter O: - KU: sudah membaik


tentang terapi IV line dan mukosa bibirnya
sudah lembab
- Mengajarkan
pasien/keluarga tentang A: Masalah teratasi

makanan yang bergizi sebagian

- Menganjurkan pasien agar P: Intervensi dilanjutkan

menjaga pola makan yang


lebih baik lagi dari sekarang

Universitas Sumatera Utara


Minggu, 07 Mei 3. a. Mengobservasi sejauh S: Klien mengatakan
2017
mana klien dapat keadaannya sudah
beraktivitas membaik, sudah dapat
beraktivitas sendiri,
b. Menjelaskan pada klien
seperti jalan kekamar
bahwa beraktivitas itu
mandi sendiri
penting
O: - KU: klien baik
c. Memberikan bantuan
dalam aktivitas - Klien sudah dapat
beraktivitas sendiri
d. Mengawasi seluruh upaya
A: Masalah teratasi
mobilitas pasien

P: Intervensi dihentikan ,

Universitas Sumatera Utara


6. EVALUASI

Setelah penulis membahas asuhan keperawatan pada pasien gastritis akut


dengan prioritas masalah kebutuhan daar nyaman nyeri, penulis akan
membandingkan dengan konsep keperawatan nyaman nyeri dan masalah-masalah
yang penulis temukan pada saat pengkajian maupun intervensi yang perawat
berikan, serta evaluasi akhirnya.

Pada saat melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan


dalam pengambilan data, karena data yang tersedia lengkap dan keluarga pasien
dapat diajak kerjasama dalam pengumpulan data yang diperlukan. Pada
pengkajian penulis menemukan kesamaan dari data yang ada pada konsep dan
data yang diperoleh langsung dari pasien.

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada kasus,


maka dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien, pada diagnosa
pertama penulis mengobservasi skala nyeri dengan Skala Numerik, (mengajarkan
tekhnik relakasasi nafas dalam, mandi air hangat dan menggunakan aroma terapi
lavender),membantu pasien saat minum obat pereda rasa sakit yang optimal
dengan analgesic, menganjurkan pasien istirahat yang cukup. Setelah diberikan
intervensi pasien tampak tidak gelisah dan meringis lagi. Pada diagnosa kedua
penulis melakukan intervensi seperti: menganjurkan istirahat sebelum makan,
menganjurkan makan sedikit tetapi sering, menganjurkan pada keluarga
pasien/pasien untuk memberi makan selagi hangat, Pada diagnosa yang ketiga
penulis melakukan intervensi seperti: mengobservasi sejauh mana klien dapat
beraktivitas, menjelaskan pada klien bahwa aktivitas itu penting, memberikan
bantuan padapasien dalam beraktivitas.

Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, nyeri yang dirasakan pasien


berkurang secara bertahap. Namun pada hari ketiga klien akan pulang, sehingga
saya mengajarkan penggunaan aromaterapi lavender untuk meminimalkan rasa
nyeri apabila nyeri tersebut kambuh, mengajarkan pasien atau keluarga tentang
makanan yang bergizi, terlebih utama menjaga pola makan yang lebih baik lagi.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan Pengkajian, Analisa Data, Penentuan Diagnosa,


Rumusan Masalah, Perencanaan, Implementasi, daan evaluasi tentang Asuhan
Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. S dengan Gastritis di RSUP Haji Adam Malik
Medan, maka dapat di simpulkan:

a. Pengkajian

Terhadap masalah nyeri akut pada Tn.S telah dilakukan secara


komprehensif dan diperoleh hasil: Klien mengatakan nyeri timbul jika pasien
terlambat makan atau tidak makanpenyebabnya,Klien mengatakan memiliki
kebiasaan pola makan pasien yang tidak teratur, Klien mengatakan terkadang
makan, terkadang tidak ( hanya makan roti 1 ) jika makan, hanya 1x sehari,
diwaktu sore setelah pulang dari toko baru makan, Klien juga suka mengkosumsi
minuman yang mengandung rasa asam. Hal-hal yang memperbaiki keadaan Klien
mengatakan sakit atau nyeri berkurang jika beristirahat sejenak dan minum obat
antasida namun beberapa menit kemudian sakit atau nyeri akan kembali lagi
dirasakan oleh klien. Bagaimana dirasakan,Klien mengatakan merasakan nyeri
pada abdomen sinistra regio 3 (hipokondria kiri) kuadran kiri atas, terasa perih
dan selalu mual dan ingin muntah, nyeri dirasakan seperti rasa panas dan terbakar.
Bagaimana dilihat, Klien tampak pucat dan meringis kesakitan sambil memegangi
perut. Dimana lokasinya, Klien mengatakan merasa nyeri abdomen sinistra regio
3 ( Hipokondriak kiri) kuadran kiri atas. Apakah menyebar, Klien mengatakan
ada penyebaran rasa nyeri sampai ke ulu hati, Klien mengatakan keadaan yang
dialaminya sekarang sangat mengganggu kebiasaannya sehari-hari dan sulit untuk
melakukan aktivitas, skala nyeri 6. Klien mengatakan nyeri datang dengan tiba-
tiba, sekitar 5-10 menit

Klien mengatakan nyeri dilambungnya terasa perih seperti rasa panas dan
terbakar, nyeri seperti itu belum pernah dirasakan oleh klien, nyeri yang pernah

Universitas Sumatera Utara


dirasakan hanya nyeri biasa dengan durasi sekitar 1 menit saja dan tidak sampai
separah ini, nyeri tersebut timbul jika klien terlambat makan atau tidak makan.
Klien mengatakan bahwa penyakitnya dapat sembuh dengan cepat dan
penyakitnya sekarang jangan kambuh lagi

Hasil dari pemeriksaan abdomen dengan cara inspeksi meliputi: warna kulit
sawo matang, perut datar/tidak ada ascites, tidak ada benjolan, tidak terdapat luka
jahitan. Auskultasi meliputi peristaltik usus 24x/menit. Suara perut saat di perkusi
terdengar tympani. Pada saat palpasi terdapat nyeri tekan pada kuadran dua/ kiri
atas. (V) Klien mengatakan bahwa penyakitnya dapat sembuh dengan cepat dan
penyakitnya sekarang jangan kambuh lagi

b. Diagnosa prioritas yang muncul pada kasus Tn. S adalah nyeri akut
berhubungan Inflamasi mukosa lambung.

c. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan yang disusun yaitu; Kaji observasi keadaan umum


dan tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri (OPQRSTUV), ajarkan tekhnik
relaksasi nafas dalam (dengan menggunakan lavender), manajemen pemberian
diet dan menghindarkan agen iritan mukosa lambung, kolaborasi dengan dokter
untuk memberikan analgetik sesuai program.

e. Evaluasi keperawatan

Dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan secara komprehensif dengan


acuan rencana asuhan keperawatan, serta telah berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya di dapatkan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil:
sudah tercapai dan intervensi di hentikan.

f. Hasil analisa

kondisi nyeri akut pada Tn. S dirasakan dibagianlambung, dimana nyeri


akut diakibatkan oleh peningkatan produksi asam lambung. Dalam
menurunkannyeri akut pada Tn.S, Penulis melakukan tindakan keperawatan
mandiri dan tindakan kolaborasi yaitu pemberian terapi farmakologi selama tiga

Universitas Sumatera Utara


hari dan masalah nyeri akut pada Tn.S teratasi dengan penurunan skala nyeri
menjadi 2.

SARAN

Setelah penulis melakukan keperawatan pada pasien dengan nyeri akut,


penulis memberikan usul dan masukan positif khususnya di bidang kesehatan
antara lain:

a. Bagi institusi pelayanan kesehatan Rumah Sakit)

Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan


dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan ataupun
klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan optimal
pada umumnya dan pada pasien gastritis khususnya dan diharapkan rumah sakit
mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang dapat mendukung
kesembuhan pasien.

b. Bagi tenaga kesehatan khusunya perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam


memberika asuhan keperawatana pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada
klien dengan gastritis. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan
profesional dan komprehensif.

c. Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas


dan priofesional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif
dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh
berdasarkan kode etik keperawatan.

d. Bagi para penderita gastritis

Gastritis dapat mengakibatkan Ulkus Peptikum, Perdarahan saluran cerna


bagian atas bahkan kematian, untuk itu diusahakan untuk mengatur pola makan,

Universitas Sumatera Utara


tidak melakukan aktifitas berlebih dan menghindari makanan-makanan yang
pedas ataupun asam dan menggunakan obat anti steroid yang berlebihan karena
dapat meningkatkan asam lambung.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan perawatan gangguan rasa nyaman nyeripada pasien ggastritis


dengan menggunakan terapi non farmakoloogis dengan aroma terapi lavender
dapat menbantu mengurangi rasa nyeri.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. A., dkk. (2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Judha. M., dkk (2012). Teori pengukuran nyeri. Yogyakarta: Nuha Medika

Mubarak. W., dkk. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia ( Teori dan
aplikasi dalam praktek). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muttaqin. A., dkk. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Rosdahl, et.al. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Penerbit Buku


Kedokteran Jakarta: EGC.

Judith M. W. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hudak, C., et.al. (1996). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Vol. 2.


Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Kozier. B., et.al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Vol. 2
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Prasetyo. S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi 1. Surakarta:


Graha Ilmu

Jackson, M., et.al. (2013). Keperawatan klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga

Carpenito. L. J. (2012). Diagnosis Keperawatan . Jakarta: EGC.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. DX Hari/Tanggal Pukul Tindakan Evaluasi


Keperawatan

1. Jumat, 05-05- 15:15 - Mengkaji nyeri, S: Klien


2017 lokasi nyeri, melaporkan
karakteristik nyeri, nyerinya pada
skala nyeri daerah perutnya

15:25 - Memberikan klien O: Skala nyeri 6


posisi yang nyaman pasien tampak
meringis, pasien
-Memberikan
gelisah
15:30 kesempatan klien
untuk menceritakan A: Masalah
keluhannya pada belum teratasi,
perawat karena pasien
masih merasakan
15:45 - Kolaborasi
nyeri
memberikan terapi
nonfarmakologi P: Intervensi
tekhnik relaksasi dilanjutkan
(tarik nafas dalam)
dan kolaborasi
memberikan terapi
analgesik (ranitidin
dan keterolac) sesuai
program.

Universitas Sumatera Utara


2. Jumat, 05-05- 15:50 - Monitor intake S: Klien
2017 nutrisi mengatakan tidak
nafsu makan
- Anjurkan makan
15:55 karena mual
sedikit tetapi sering
16:05 O: - KU: Lemah
- Menganjurkan
- Mukosa bibir
pasien agar menjaga
pola makan kering
16:15 - Klien hanya
- Beri makan selagi
menghabiskan 5-
hangat
6 sendok dari
16:20 - Kolaborasi dengan porsi yang

ahli gizi dalam diberikan


pemberian diet
A: Masalah
16:25
- Monitor mual dan belum teratasi
muntah
P: Intervensi
16:30 - Kolaborasi dengan dilanjutkan

dokter tentang terapi


IV line

Universitas Sumatera Utara


3. Jumat, 05-05- 16:35 - Mengobservasi S: Klien
2017 sejauh mana klien mengatakan
dapat beraktivitas badannya terasa
lemah
- Menjelaskan pada
16:40 klien bahwa aktivitas O: - KU lemah
itu penting
- Klien istirahat

- Memberikan total
16:50 lingkungan yang ditempat tidur
tenang
16:55 A: Masalah
- Memberikan belum teratasi
17:00
bantuan dalam
P: Intervensi
aktivitas
dilanjutkan
17:05 - Mengawasi seluruh
upaya mobilitas dan
17:10
bantu pasien, jika
perlu

- Mengajarkan pasien
menggunakan postur
tubuh yang benar
pada saat melakukan
aktiivitas

1. Sabtu, 06-05- 14:20 - Mengkaji TTV S: Klien


2017 klien melaporkan
14:25
nyerinya sudah
- Mengkaji nyeri,

Universitas Sumatera Utara


lokasi nyeri, mulai berkurang
karakteristik nyeri,
14:30 O: Tanda-tanda
skala nyeri
vital:
- Menganjurkan
TD:
keluarga dan orang
120/70mmHg
terdekat klien untuk
berbincang dengan HR: 80x/menit
klien
14:35
RR: 24x/menit
- Mengajarkan
tekhnik relaksasi T: 36,5 °c

nafas dalam dan


Skala nyeri 4,
menggunakan
14:40 Klien tampak
aromaterapi lavender
sedikit lebih

- Kolaborasi tenang

memberikan
A: Masalah
analgesik (ranitidin
teratasi sebagian
dan keterolac) sesuai
program. P: Intervensi
dilanjutkan

2. Sabtu, 06-05- 14:45 - Memonitor intake S: Klien


2017 nutrisi mengatakan
mualnya sudah
- Anjurkan makan
14:50 berkurang dan
sedikit tetapi sering
nafsu makannya
14:55 sudah ada
- Beri makan selagi
hangat
O: - KU: Lemah

- Menganjurkan

Universitas Sumatera Utara


15:00 pasien agar menjaga - Mukosa bibir
pola makan lembab

- Kolaborasi dengan - Klien sudah


15:05
ahli gizi dalam menghabiskan ½
pemberian diet dari porsi yang
diberikan
- Monitor mual dan
muntah A: Masalah
15:10 teratasi sebagian
- Kolaborasi dengan
dokter tentang terapi P: Intervensi
IV line dilanjutkan

3. Sabtu, 06-05- 15:30 - Mengobservasi S: Klien


2017 sejauh mana klien mengatakan
dapat beraktivitas masih sedikit

15:35 terasa lemah dan


- Menjelaskan pada
sudah lebih baik
klien bahwa aktivitas
dari
itu penting
sebelumnyamandi

- Memberikan sendiri
15:40 lingkungan yang
O: - KU masih
tenang
lemah

Universitas Sumatera Utara


15:50 - Memberikan - Dapat
bantuan dalam beraktivitas
aktivitas sedikit walaupun
masih dibantu
- Mengawasi seluruh

15:55 upaya mobilitas dan A: Masalah


bantu pasien, jika teratasi sebagian
perlu
P: Intervensi
- Mengajarkan pasien dilanjutkan
menggunakan postur
16:00
tubuh yang benar
pada saat melakukan
aktiivitas

Universitas Sumatera Utara


1. Minggu, 07- 14:30 - Mengkaji TTV S: Klien
05-2017 pasien mengatakan
nyerinya
- Mengkaji nyeri,
14:35 berkurang
lokasi nyeri,
karakteristik nyeri O: Skala nyeri 2
dan skala nyeri Klien tampak
tenang, tidak
- Memberikan klien
gelisah
14:45 posisi yang nyaman
A: Masalah
14:50 - Memberikan
teratasi, karena
kesempatan klien
skala nyerinya
untuk menceritakan
sudah berkurang
keluhannya pada
perawat P: Intervensi
dihentikan
- Mengajarkan
14:55
tekhnik relaksasi
nafas dalam

15:05 - Mengajarkan
keluarga/pasien
dalam menggunakan
aromaterapi lavender
dirumah, untuk
meminimalkan rasa
nyeri apabila nyeri
timbul

2. Minggu, 07- 15:10 - Memonitor intake S: - Klien


05-2017 nutrisi mengatakan
mualnya sudah
- Menganjurkan

Universitas Sumatera Utara


15:20 makan sedikit tetapi hilang dan nafsu
sering makannya sudah
ada, sudah
- Kolaborasi dengan
15:25 menghabiskan ½
ahli gizi dalam
porsi yang
pemberian diet
diberikan

15:30 - Memonitor mual


- Klien
dan muntah
mengatakan rasa

- Kolaborasi dengan mual sesekali


15:35 dokter tentang terapi masih ada

IV line
O: - KU: sudah

- Mengajarkan membaik dan


15:40
pasien/keluarga mukosa bibirnya

tentang makanan sudah lembab

yang bergizi
A: Masalah

- Menganjurkan teratasi sebagian


15:45
pasien agar menjaga
P: Intervensi
pola makan yang
dilanjutkan
lebih baik lagi dari
sekarang

3. Minggu, 07- 15:50 a. Mengobservasi S: Klien


05-2017 sejauh mana klien mengatakan
dapat beraktivitas keadaannya

15:40 sudah membaik,


- Menjelaskan pada
sudah dapat
klien bahwa
beraktivitas
beraktivitas itu
sendiri, seperti
15:50 penting
jalan kekamar

- Memberikan

Universitas Sumatera Utara


bantuan dalam mandi sendiri
aktivitas
O: - KU: klien
- Mengawasi seluruh baik
15:55
upaya mobilitas - Klien sudah
pasien dapat beraktivitas
sendiri

A: Masalah
teratasi

P: Intervensi
dihentikan

Universitas Sumatera Utara


s

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai