Anda di halaman 1dari 16

Tugas Makalah

Mata Kuliah Pancasila


Makna Sila Kedua

Disusun oleh: Riska Oktavia Nugraheni


(1614190070)
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala Rahmat-Nya lah akhirnya kami dapat menyusun makalah dengan judul
Tentang Pancasila tentang Sila Kedua

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nrusina, SH MM, selaku dosen
mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami
mendapatkan banyak tambahan pengetahuan, khususnya dalam Pancasila pada Sila Kedua.
Kami selaku oenyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan
manfaat serta menambah pengetahuan .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyakj kekurangan yang menumbuhkan
perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari para pembaca.
Pendahuluan

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia yang merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengertian
Pancasila diawali dalam proses perumusan dasar negara dalam sidang BPUPKI. Pada rapat
pertama, Radjiman Widyoningrat, mengajukan suatu masalah, yang secara khusus akan
dibahas pada sidang tersebut, yaitu mengenai calon rumusan dasar Negara Indonesia yang
akan dibentuk. Kemudian tampillah tiga orang pembicara yaitu Muhammad Yamin, Soepomo,
dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato secara lisan (tanpa teks)
mengenai calon rumusan dasar Negara Indonesia. Sebagaimana masukan dari salah satu
teman Ir. Soekarno yang merupakan ahli bahasa, maka Beliau menamainya dengan
“Pancasila” yang artinya 5 dasar.
Istilah Pancasila  terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu panca yang berarti lima dan sila  yang
berarti prinsip atau asas. Sesuai namanya, pancasila memiliki lima sendi utama atau sila
yang menyusunnya, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila kedua pancasila yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung pengertian
bahwa seluruh manusia merupakan mahkluk yang beradab dan memiliki keadilan yang setara
di mata Tuhan. Dengan kata lain, seluruh manusia sama derajatnya baik perempuan atau laki-
laki, miskin maupun kaya, berpangkat maupun yang tidak. Di negara kita ini sejatinya tidak
diperbolehkan adanya diskriminasi terhadap suku, agama, ras, antargolongan, maupun
politik.
Pembahasan

Pengertian sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Menurut Nurdiaman dan Setijo, Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian


bahwa bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya
selaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, sama hak dan
kewajibannya, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, dan keturunan. NKRI merupakan
negara yang menjungjung tinggi hak asasi manusia (HAM), negara yang memiliki hukum
yang adil dan negara berbudaya yang beradab. Negara ingin menerapkan hukum secara adl
berdasarkan supremasi hukum serta ingin mengusahakan pemerintah yang bersih dan
berwibawa, di samping mengembangkan budaya IPTEK berdasarkan adab cipta, karsa, dan
rasa serta karya yang berguna bagi nusa dan bangsa, tanpa melahirkan primordial dalam
budaya.

Pancasila yang kedua yaitu berbunyi ''Kemanusiaan yang Adil dan Beradab'' Yang
memiliki arti dan pengertian Bahwa Bangsa indonesia sebagaimana yang memeluk Ciptaan
Tuhan Yang maha Esa dan Yang harus di junjung Tinggi Harkat Serta Martabanya tanpa
membeda -- bedakan Agama, Suku dan Budaya keturunan. Dengan berlandaskan Nilai
Tersebut dan di kembangkan dengan sikap saling mencintai antar sesama manusia,
Mempunyai sikap tegang rasa dan sikap tidak semaunya terhadap orang lain apa lagi terhadap
sesama manusia yang memeluk agama Islam. Manusia yang mempunyai sikap adil dan
beradap berarti mereka menjujung tinggi Nilai -- Nilai Yang kemanusiaan dan mengajarkan
untuk saling menhormati harkat dan martabat manusia, Dan menjamin Hak -- Hak asasi
Manusia.

Maka Nilai kemanusiaan yang Adil Dan beradab, sangat banyak membawa implikasi bahwa
Negara memperlakukan setiap masyarakat dan Warga Negaraharus memiliki dasar
pengakuan bahkan harkat serta martabat manusia di nilai dari kemanusiaan yang mengalir
kepada martabatnya. 

Kata Kemanusiaan yang di landas Dasarkan dari kata MANUSIA, Yang artinya Mahluk
berbudi yang mempunyai potensi Pikir, Rasa, Karsa Seta Cipta, Kata Kemanusiaan yang di
utamakan berarti Sifat Manusia yang sangat merupakan esensi dan identitas Manusia adalah
Martabat Ke Manusiaanya. Adapun kata Beradab yang berasal dari kata "ADAB" yang
berarti Budaya, jadi setiap manusia yang mepunyai Adab berarti dia Berbudaya. Arti ini
sangat mengandung bahwa sikap yang Hidup, keputusan, dan tindakan yang selalu
berdasarkan Nilai -- Nilai dan Budaya. 

Pancasila Sila Kedua ini Merupakan pandangan hidup bagi bangsa Indonesia sehingga
bisa di jadikan pedoman hidup bangsa Indonesia Untuk mencapai kesejahteraan lahir maupun
batin Dalam Bermasyarakat Atau Beraneka Ragam. 
Kemudian pancasila menjadi jiwa dan keperibadian bangsa negara Indonesia sangat banyak
sekali Nilai -- Nilai yang terkandung dalam Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Diantaranya

Mengapa keberadaan sila  Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab menjadi penting


Keanekaragaman masyarakat Indonesia selain dapat menjadi kebanggaan namun dapat pula
menjadi suatu ancaman serius bagi bangsa Indonesia. Adanya keanekaragaman
memungkinkan suatu komunitas masyarakat dapat memilih untuk hidup berkelompok dengan
orang lain yang mungkin saja berbeda dengan ras, suku, budaya atau bahasa yang dimiliki.
Namun adanya keberagaman ini kondusif pula menjadikan kelompok-kelompok tersebut
saling membeci berdasarkan perbedaan yang ada di antara mereka.

Menghadapi tantangan ke depan, bangsa Indonesia harus waspada dan siap dalam
menghadapi era globalisasi seperti di bidang ekonomi, kemudian ancaman bahaya laten
terorisme, komunisme dan fundamentalisme. Hal-hal tersebut menjadi suatu tantangan
tersendiri bagi bangsa Indonesia, yang bilamana  kita sebagai suatu bangsa tidak bisa bersatu
alias dalam kondisi terpecah belah, maka besar kemungkinan bangsa kita akan gagal dalam
menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

Sila kedua yakni “kemanusiaan yang adil dan beradab” sangatlah penting pada situasi
seperti ini. Bila masyarakat Indonesia menerapkan sila kedua secara baik, maka Indonesia
mempunyai kemungkinan yang kokoh dalam menghadapi tantangan-tantangan dunia pada
saat ini. Jadi sila kedua dapat dikatakan sebagai salah satu jaring pengaman atas
permasalahan yang ditimbulkan arus globalisasi.

Keadaan aktual penerapan sila kedua dari Pancasila di Indonesia


Pada saat ini masih penerapan sila kedua dari Pancasila di negara kita masih sangat kurang
Hal tersebut tercermin dari masih banyaknya kejahatan di bidang hak azasi manusia (HAM)
dan suasana yang berbau SARA, seperti kampanye dari kubu-kubu tertentu yang
menggunakan isu-isu SARA.
Kasus pelanggaran HAM merupakan hal yang sangat erat dengan penyelewengan sila kedua
dari Pancasila. Kalau kita simak, kasus pelanggaran HAM berdasarkan sifatnya sebenarnya
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kasus pelanggaran HAM berat seperti  genosida,
pembunuhan sewenang-wenang, penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, dan
perbudakan, sementara kasus pelanggaran HAM biasa antara lain berupa pemukulan,
penganiayaan, pencemaran nama baik, menghalangi orang dalam mengekspresikan
pendapatnya, dan menghilangkan nyawa orang lain.

Beberapa contoh kasus-kasus besar pelanggaran HAM dan isu SARA, antara lain
kasus peristiwa G30S/PKI tahun 1965, tragedi 1998, bom Bali, kasus Salim Kancil, dan
kerusuhan di kota Tanjungbalai, serta masih banyak lagi kasus-kasus pelanggaran HAM
lainnya yang sampai saat ini masih marak terjadi. Istilah itu diambil dari bahasa Belanda
yang memiliki arti dasar filsafat negara. Yap, pancasila memang ditetapkan menjadi dasar
negara Indonesia.
Hal ini tertulis dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 di alinea keempat.Karena berfungsi sebagai dasar negara, tentunya kita juga sebagai
anggota masyarakat harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Namun, sebelum bisa
menerapkannya kita harus memahami terlebih dahulu arti dari masing-masing sila pancasila.

Arti Sila Kedua Pancasila

"Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" adalah bunyi sila kedua pancasila. Makna dari sila
kedua ini adalah kita sebagai bangsa Indonesia harus saling menghargai satu sama lain.
Manusia yang adil dan beradab maksudnya adalah kita sebagai manusia merupakan makhluk
ciptaan Tuhan yang memiliki derajat paling tinggi.n Karena itu, kita harus mewujudkannya
melalui sikap yang adil dan beradab. Seperti, menghargai, menghormati, dan mencintai satu
sama lain. Ada kata "adil" dalam sila kedua pancasila ini, yang dimaksud dengan adil adalah
kita harus melakukan sesuatu tanpa melihat latar belakang seseorang.Seperti yang teman-
teman ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku,
budaya, dan agama. Karena itu, kita harus saling menghargai tanpa melihat latar belakang
seperti, suku, budaya, agama, atau status dalam masyarakat. Adil juga berlaku dalam nilai-
nilai dan hukum yang berlaku. Tidak ada perbedaan perlakuan, semua masyarakat Indonesia
adalah sama dan setara.

Berdasarkan Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab salah satu mewujudkan
bahwa manusia mengakui dan di perlakukan sesuai dengan harkat dan mertabannya sebagai
mahluk yang paling sempurna di bandingakn makluk – mahluk lainnya yang telah di ciptakan
Tuhan yang Maha Esa.

Dengan berlandaskan Nilai Tersebut dan di kembangkan dengan sikap saling


mencintai antar sesama manusia, Mempunyai sikap tegang rasa dan sikap tidak semaunya
terhadap orang lain apa lagi terhadap sesama manusia yang memeluk agama Islam. Manusia
yang mempunyai sikap adil dan beradap berarti mereka menjujung tinggi Nilai – Nilai Yang
kemanusiaan dan mengajarkan untuk saling menhormati harkat dan martabat manusia, Dan
menjamin Hak – Hak asasi Manusia.

Pentingnya Sila KeDua


Pancasila Sila Kedua ini Merupakan pandangan hidup bagi bangsa Indonesia sehingga bisa di
jadikan pedoman hidup bangsa Indonesia Untuk mencapai kesejahteraan lahir maupun batin
Dalam Bermasyarakat Atau Beraneka Ragam. Kemudian pancasila menjadi jiwa dan
keperibadian bangsa negara Indonesia sangat banyak sekali Nilai – Nilai yang terkandung
dalam Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Diantaranya :

 Mampu mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


martabatnya
 Mampu Mengakui persamaan derajat antar sesama mahluk
 Mampu mengembang sikap saling mencintai sesama manusia
 Mampu mengembang sikap tegang rasa
 mampu mengembangkan sikap tidak semena – mena terhadap orang lain
 Mampu menjujung tinggi Nilai kemanusiaan
 Harus berani membela kebeneran
Pokok Pikiran Dari Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Adapun pokok pikiran dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sebagai berikut:

1. Menempatkan manusia sesuai dengan tempatnya sebagai mahluk Tuhan, maksudnya


itu mempunyai sifat universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. ini juga universal,bila di
terapkan di indonesia barang tentu bangsa indonesia menghargai dari setiap warga
negara dalam masyarakat indonesia. sila ini mengandung prinsip menolak atau
menjauhi suatu yang bersumber pada ras dan mengusahakan kebahagiaan lahir dan
batin.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah yang dituju bangsa indonesia
adalah keadilan dan peradapan yang tidak pasif, yaitu perlu pelurusan dan penegakan
(hukum) yang kuat jika terjadi penyimpangan. Keadilan harus direalisasikan dalam
kehidupan masyarakat.Manusia di tempatkan sesuai dengan harkatnya manusia
mempunyai derajat yang sama dengan hukum. Hak kebebasan dan kemerdekaan
dijunjung tinggi dengan adanya prinsip ini jika dalam masyarakat ada kelompok ras,
kita tidak boleh bersifat ekslusif menyendiri satu sama lain. Di indonesia dasar hidup
masyarakat persatuan dan kesatuan yang jika di hubungkan dengan prinsip
kemanusiaan itu, maka rasionalisme harus tidak ada, oleh karena itu di indonesia
diharapkan selalu tumbuh dan berkembang kebahagiaan lahir dan batin.

Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah berarti diusahakan


perwujudannya secara positif. jika ada hal yang menyimpang dari norma-norma dan nilai-
nilai yang berlaku, harus dilakukan tindakan yang setimpal. Prinsip manusia adalah nilai-nilai
yang sudah terpelihara dalam masyarakat indonesia sejak dahulu. Nilai-nilai itu di perkuat
dengan datangnya agama besar di indonesia dan di anut bangsa indonesia. suasana demikian
itu menumbuhkan suasana keakraban, walaupun pada masa dahulu semangat ini mulai
kendor, karena fenomena disintregasi yang menampilkan konflik yang disertai dengan
tindakan anarkis kekerasaan dan tindakan yang merendahkan martabat manusia. Landasan
kehidupan masyarakat indonesia beranjak dari senasib dan sepenanggungan dan kemanusiaan
dalam arti luas persaudaraan dalam arti luas dan meneruskan kebiasaan setia secara mufakat.

Unsur – Unsur Hakikat Manusia

Inti pokok sila kedua adalah manusia, yaitu dari kata kemanusiaan, kata “manusia”
merupakan akar kata, jadi manusia merupakan subjek dalam sila kedua jadi merupakan inti
sila tersebut. Manusia adalah sebagai pendukung pokok negara, oleh karena itu manusia
jugalah yang menjadi subjek atau pendukung sila – sila pancasila. Pancasila menjadi dasar
filsafat dan asas kerokhanian bangsa dan Negara Indonesia, karena bangsa sebgai rakyat yaitu
terdiri atas manusia – manusia. Unsur – unsur hakikat manusia adalah sebagai berikut antara
lain :
1. Susunan kodrat

Pada hakikatnya susunan kodrat manusia terdiri atas susunan unsur :

a. Raga yaitu badan atau tubuh manusia yang bersifat kebendaan, dapat diraba,
bersifat real. Raga terdiri atas unsur :

Benda mati, yaitu unsur manusia yang besifat fisis atau unsur yang terdapat
pada benda mati yaitu gejala-gejala fisis dan kimiawi.

· Unsur tumbuhan, unsur-unsur yang ada pada manusia yang mempunyai sifat-
sifat dan gejala-gejala seperti terdapat pada tumbuh-tumbuhan.

· Unsur binatang, yaitu unsur-unsure ada pada cirri manusia mempunyai sifat-
sifat dan gejala-gejala sebagaimana terdapat pada binatang. Sifat-sifat yang tedapat dan
berkeinginan, berinsting, dapat menyesuaikan diri dengan tempat dan lingkungan fisis,
bernafsu yaitu tertarik pada sesuatu yang nikmat, enak yang berkaitan dengan nafsu biologis,
makan minum serta naluri seksual.

b. Jiwa yaitu unsur-unsur hakikat manusia yang bersifat kerokhanian, tidak


berwujud, tidak dapat diraba, dan tidak dapat oleh indera manusia. Unsur jiwa
terdiri atas :

· Akal, yaitu berkaitan dengan kemampuan manusia untuk mendapatkan


pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

· Rasa, yaitu unsur kejiwaan manusia yang berkaitan dengan hasrat dan
kemampuan manusia di bidang keindahan atau ekstetika.Kehendak, yaitu unsur kejiwaan
manusia yang berhubungan dengan hasrat tingkah laku oleh karena itu kehendak berkaitan
dengan hasrat dan kemampuan manusia untuk merealisasikan dan memperoleh kebaikan,
kesusilaan.

2. Sifat kodrat manusia

Pada hakikatnya sifat kodrat manusia terdiri atas :

a. Makhluk individu

Makhluk individu yaitu manusia sebagai perseorangan memiliki sifat – sifat sendiri sebagai
individu. Manusia adalah bersifat nyata, sebagai pribadi yang berupaya merealisasikan
potensi pribadinya.

b. Makhluk sosial

Makhluk sosial yaitu manusia selain sebagai individu perseorangan juga sebagai
warga masyarakat (makhluk sosial). Manusia sebelum dilahirkanl, pada waktu dilahirkan
senantiasa hidup di dalam masyarakat ( sebagai warga masyarakat ). Manusia tidak dapat
merealisasikan potensinya hanya dengan dirinya sendiri. Manusia senantiasa membutuhkan
manusia lainnya dalam bermasyarakat. Menurut C.H.Cooley bahwa individu dan masyarakat
bukan dua realitas yang terpisahkan, melainkan dua sisi dari realitas yang satu, ibarat dua sisi
dari sekeping mata uang. Jadi manusia sebagai warga masyarakat adalah sekaligus sebagai
individu, perseorangan.

1. Kedudukan kodrat manusia

Pada hakikatnya kedudukan manusia adalah sebagai berikut :

a. Makhluk berdiri sendiri

Makhluk berdiri sendiri yaitu manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah
otonom, mempunyai eksistensi sendiri, memiliki pribadi sendiri.

b. Makhluk Tuhan

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Jadi
manusia adalah berasal dari Tuhan, diatas manusia masih terdapat Dzat yang Maha Esa dan
Maha Kuasa. Jadi Tuhan adalah sebagai sebab pertama. Unsur-unsur hakikat manusia
tersebut, masing-masing merupakan kedua-tunggalan ( monodualis ), yaitu susunan kodrat
manusia yang terdiri atas dua unsur yang merupakan suatu kesatuan yaitu raga jiwa, sifat
kodrat manusia yang terdiri ats dua unsur yang merupakan suatu kesatuan yaitu makhluk
individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk berdiri sendiri
dan makhluk Tuhan yang Maha Esa. Keseluruhan unsur-unsur hakikat manusia pada
hakikatnya mewujudkan suatu keutuhan ( ketunggalan ) jadi bersifat ‘ majemuk tunggal ’
atau monopluralis.

Kepribadian Manusia Yang Terkandung Dalam Pancasila

Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri, merupakan
hasil antara proses sejarah di masa lampau, tenteng perjuangan dan cita-cita hidup di masa
mendatang yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya sendiri. Jadi bangsa
Indonesia lahir dengan sejumlah cirri khas, sifat-sifat serta nilai-nilai yang dimilikinya sejak
zaman dahulu kala sehingga membedakan bangsa Indonesia dengan lainnya.

Jadi yang dimaksud kepribadian bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas jumlah
sifat-sifat yang tetap terlekat pada bangsa Indonesia, yang terdiri atas:

1. Hakikat abstrak manusia ‘ monopluralisme ’

Hakikat yang bersifat tetap dan terlekat pada semua orang dan sifatnya umum universal.
Sifat-sifat tersebut adalah : unsur tubuh (raga), jiwa, akal, rasa, kehendak ; makhluk individu
dan makhluk sosial ; makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk tuhan yang dalam hal ini
tersimpul dalam kata pokok sila kedua yaitu kemanusiaan. Hal ini berarti bahwa setiap orang
memiliki sifat-sifat abstrak tersebut yang sifatnya umum universal. Konsekuensinya bahwa
dalam pengertian kepribadian Indonesia juga tersimpul nilai – nilai kemanusiaan yang
sifatnya universal. Maka kepribadian Indonesia juga tersimpul di dalamnya kepribadian
kemanusiaan, yang berarti memiliki sifat – sifat dan ciri – ciri kemanusiaan yang bersifat
universal.

2. Hakikat pribadi Indonesia

Hakikat yang secara keseluruhan sifat-sifat dan ciri-ciri khususnya bersifat tetap, yang
terlekat pada diri pribadi pada bangsa Indonesia sehingga menyebabkan bangsa Indonesia
berbeda dengan bangsa lain. Ciri khas kepribadian Indonesia itu terkandung dalam seluruh isi
sila kedua yaitu ‘ Kemanusiaan yang adil dan beradab ’dalam hubungan kesatuannya dengan
sila-sila yang lain. Hal ini berarti bahwa kepribadian Indonesia terdiri atas kepribadian ‘
Kemanusiaan yang adil dan beradab ’ yang berketuhanan yang Maha Esa berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Maka secara keseluruhan kepribadian Indonesia adalah kepribadian pancasila.

Hakikat Manusia Sebagai Dasar Ontologis Hak Asasi Manusia

Sesuai dengan fungsi dan makna hak asasi, maka hak asasi manusia tersebut tidak dapat
dipisahkan dengan hakikat manusia. Dengan kata lain hakikat manusia, pada prinsipnya
merupakan dasar otologis segala hak asasi. Berdasarkan sejarah terbentuknya Negara, tatkala
manusia masih hidupdalam kebebasan alamiah, dalam dirinya melekat hak sekaligus
kewajiban yang merupakan suatu karunia dari tuhan yang maha esa. Oleh karena itu dapat
pula dikatakan bahwa, hak asasi itu ada sebelum manusia bernegara. Dengan demikian hak
asasi sangat ditentukan oleh hakikat nilai yang melekat pada manusia, atau dapat pula
dikatakan bahwa hak asasi manusia sangat ditentukan oleh filsafat manusia.

Secara filosofis hal ini bertentangan dengan hakikat manusia sebagai makhluk tuhan yang
maha esa, karena hak asasi adalah hak yang melekat pada kodrat manusia, sebagai karunia
dari tuhan yang maha esa. Oleh karena itu tidak logis jikalau, ada kebebasan asasi yang
menyangkut ketidak percayaan manusia terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Implementasi Sila Kedua Dalam Kehidupan Masyarakat

Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, sila
perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan
manusia. Sila ini dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain itu
peri kemanusiaan adalah naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya dengan
naluri manusia yang lain, seperti naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan lain-lain.
Oleh karena peri kemanusiaan merupakan naluri, maka tidak mungkin manusia
menghapuskannya. Dengan perasaan peri kemanusiaan itulah manusia dapat membentuk
masyarakat yang penuh kasih sayang serta saling menghormati diantara anggota-anggotanya.
Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam
falsafah Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak
bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling mencintai,
bergotong royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut
maka pengamalannya adalah sebagai berikut :

1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara


sesama manusia.
Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga tidak boleh
melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup secara layak,
serta menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang lain.
2) Saling mencintai sesama manusia.
Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan yang sangat besar untuk memperoleh
sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu pengorbanan untuk mempertahankannya.
Dengan perasaan cinta pula manusia dapat mempergiat hubungan social seperti kerjasama,
gotong royong, dan solidaritas. Dengan rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas,
saling membesarkan hati, saling berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat
satu sama lain.
3) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Sikap ini menghendaki adanya usaha dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk
menghargai dan menghormati perasaan orang lain. Harusnya dalam bertingkah laku baik
lisan maupun perbuatan kepada orang lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri;
bilamana kita tidak senang disakiti hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap
tenggang rasa juga dapat kita wujudkan dalam toleransi dalam beragama.
4) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
Semena-mena berarti sewenang-wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu
butir ini menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang,
harus menjunjung tinggi hak dan kewajiban.
5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Setiap warga Negara harus menjunjung tinggi dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan
dengan baik, seperti :

a. Mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk

b. Melakukan musyawarah dengan dasar kesadaran dan kedewasaan untuk menerima


kompromi

c. Melakukan sesuatu dengan pertimbangan moral dan ketentuan agama

d. Melakukan sesuatu dengan jujur dan kompetisi yang sehat

e. Memerhatikan kehidupan yang layak antar sesama

f. Melakukan kerja sama dengan iktikad baik dan tidak curang


Etika Global: Sebuah Nilai Dasar Kehidupan Bersama

Konteks saat ini, sebenarnya menunjukkan bahwa kita sedang berada pada sebuah
keprihatinan dunia yang semakin tidak menentu arahnya. Dunia yang semakin tidak
bersahabat, tidak damai, dan seolah-olah tidak menghargai kemanusiaan, dunia yang
diwarnai dengan pergolakan, konflik dan pertumpahan darah. Anehnya agama kemudian
dijadikan alat, ditunggangi atau bahkan ikut melegitimasi kekacauan, konflik dan perang.
Agama, dalam konteks ini digunakan sebagai alasan pembenaran bagi tindakan melawan
kemanusiaan.

Kalau dicermati secara saksama, fenomena keagamaan yang kita alami banyak memberikan
kesan paradoksal, tidak saja di Indonesia tapi juga pada skala makro. Setiap agama besar
dunia, terutama aspek esoteriknya menawarkan jalan moral-spiritual yang sangat sejuk,
indah, hidup damai dan intim dengan Dia Yang Maha Abadi yang selalu didambakan oleh
orang beriman. Namun, ketika agama menjelma menjadi sebuah institusi sosial (secara
historis memang tidak bisa dihindari), maka masuklah berbagai muatan kepentingan dan
media penyaluran keluh-kesah pemeluknya yang merasa kalah dan terancam dalam
persaingan hidup. Agama yang awalnya diyakini sebagai wahyu Tuhan yang transhistoris,
kemudian berkembang menjadi sebuah realitas sosial-historis sebagai sebuah ideologi.
Namun perlu dicatat bahwa watak ideologi cenderung berfikir hitam-putih, komunalistik,
emosional dan selalu mengasumsikan adanya musuh bersama yang datang dari luar. Tanpa
musuh bersama, ideologi akan melemah.

Di sinilah permasalahannya, bahwa ketika agama telah menjadi sebuah ideologi maka akan
selalu terlibat dalam persaingan perebutan kekuasaan dan ekonomi, bersaing dengan ideologi
lain. Akibatnya, wajah agama-agama yang semula dipandang ramah dan sejuk bisa berubah
menjadi galak, menakutkan dan penuh retorika yang mengandung intrik serta ancaman bagi
kelomok yang lain. Karena sikap keberagamaan yang selalu mendua ini, maka logis jika
muncul penilaian bahwa setiap agama sejak kemunculannya telah membawa potensi cacat
bawaan. Dengan wajah seperti ini, maka agama sering ditunggangi, dan dijadikan alasan
pembenaran tindakan melawan kemanusiaan. Dalam situasi dunia yang mengalami krisis
fundamental, krisis ekonomi, ekologi dan politik yang terjadi secara global seperti inilah,
“Etika Global” itu dirumuskan, oleh parlemen agama-agama sedunia.

Etika global kemudian dirujuk sebagai dasar bersama agama-agama dalam menyatukan
paradigma, komitmen, rencana dan aksi sebagai langkah awal penyelesaian pergolakan dunia.
Sebagai dasar bersama, maka etika global merupakan akumulasi dari nilai-nilai, kriteria
utama dan sifat-sifat dasar yang ada pada semua agama. Karena itu, etika global bukan
merupakan sebuah kekhususan dari satu agama tertentu. Dia adalah nilai bersama, yang
bertujuan untuk kemanusiaan. Menurut Hans Kung, formula dari etika global adalah
kemanusiaan sejati. Dalam hal ini, ada penghargaan yang sama kepada dua jenis makhluk
yang dilabelkan sebagai perempuan dan laki-laki itu. Keduanya harus mempunyai
kesempatan yang sama dalam segala bidang. Sebuah budaya tanpa kekerasan, dengan
komitmen solidaritas dan toleransi yang tinggi.

Sebagai sebuah nilai, yang dirumuskan dari setiap agama untuk menanggulangi permasalahan
global, tentunya nilai ini cukup memadai. Permasalahannya, adalah bagaimana kita mampu
mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut dalam komunitas yang lokal. Komunitas lokal
tentunya masih mempunyai perspektif tentang wujud dan pengalaman keagamaan yang pada
dasarnya bersifat metafisis dan individual serat sulit diukur secara kuantitatif. Agama
sanggup melahirkan kohesi sosial dan gerakan politik yang bisa membangkitkan kekuatan
revolusioner dengan pada pendukungnya yang sangat militan. Sementara itu retorika agama
yang selalu mengajarkan kedamaian tetap bergaung, mungkin dalam wujud etika global,
namun pada level praksis juga muncul banyak peperangan yang terjadi karena motif
keagamaan, terutama ketika sentimen agama bergandengan dengan sentimen kelas maupun
kelompok sosial.

Dalam konteks seperti ini, etika global harus terus di dialogkan, sebab nilai
kemanusiaan, sifat pemaaf, toleran dan kasih sayang dengan sesama manusia yang
ditawarkan, sebenarnya mampu mendorong sebuah dinamika perubahan sosial, termasuk
perubahan paradigma agama-agama. Etika global hadir dalam rangka memperjuangkan
martabat manusia, yang selama ini martabat manusia itu dikorbankan untuk institusi agama.
Permasalahannya, gerakan ideologi cenderung memunculkan sikap militan yang ada kalanya
destruktif dan menggeser akal sehat ketika menghadapi kelompok yang berbeda, bahkan
gerakan keagamaan dalam realitasn ya sering menafikan nilai-nilai etika global. Karena itu,
dialog antar dan antara agama harus tetap ada dalam proses yang menjadi.

Penerapan Sila Kedua Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Menghormati Hak Orang Lain

Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Kita tidak boleh hanya
memikirkan pencapaian hak sendiri tanpa memikirkan orang lain. Misalnya, kita mempunyai
hak untuk mendapatkan hiburan, salah satunya dengan menonton acara televisi. Namun, jika
kakak atau adikmu sedang butuh waktu untuk berkonsentrasi, kita harus menghormatinya
dengan mengecilkan volume suaranya.

2. Bertindak Adil

Bersikap adil adalah hal yang paling utama dalam penerapan sila kedua pancasila. Adil yang
dimaksud di sini adalah adil dalam tindakan moral. Misalnya, saat meyelesaikan suatu
masalah kita harus melihat pada kebenaran, bukan melihat latar belakang seperti suku, ras,
agama, dan lain-lain.
3. Selalu Bersikap Sopan dan Santun

Sikap sopan santun tak hanya ditujukan untuk orang yang lebih tua dari kita, tapi ditujukan
untuk semua orang. Bahkan untuk orang yang tidak kita kenal sekali pun kita tetap harus
bersikap sopan dan santun. Nah, pada orang yang tidak dikenal saja harus menjaga sopan
santun, apalagi dengan keluarga dan orang-orang yang kita kenal.

4. Saling Menghargai Pendapat

Terkadang kita selalu ingin dihargai oleh orang lain. Jika kita ingin dihargai, maka kita juga
harus menghargai orang lain. Hal ini juga berlaku saat kita saling bertukar pendapat.
Memaksakan keinginan kita pada orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan adalah
sesuatu yang tidak baik. Jadi, kita juga harus mendengarkan usulan atau pendapat dari orang
lain, baru kemudian kita diskusikan bersama.
Penutup

Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” mengandung
pengertian bahwa manusia Indonesia seharusnya diakui dan diperlakukan sesuai dengan
harkat dan martabatnya selaku mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memliki derajat
yang sama, mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tanpa membeda-bedakan agama,
suku, ras, dan keturunan.

Sila kedua dibutuhkan guna menangkal berbagai ancaman kemanusiaan serta untuk
menegakkan nilai-nilai universal kemanusiaan di negara ini. Selain itu sila ini juga harus
mampu menjamin hukum yang adil bagi masyarakat secara keseluruhan, utamanya demi
penegakan HAM yang bermartabat
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/masnanang4738/5e021f7bd541df21ce4e8f93/makna-arti-sila-
ke-2

https://binus.ac.id/character-building/pancasila/memaknai-nilai-kemanusiaan-dalam-sila-
kedua/#:~:text=Sila%20kedua%20yang%20berbunyi%20%E2%80%9CKemanusiaan,sama
%2C%20tanpa%20membeda%2Dbedakan%20agama

https://rumus.co.id/makna-sila-ke-2/

Anda mungkin juga menyukai