B. PENYAJIAN DATA
Setelah tahap pengumpulan data bisa diselesaikan, maka data yang terkumpul
perlu disajikan dalam bentuk yang mudah dibaca dan dipahami oleh pihak-pihak
yang berkepentingan. Bila jumlah data yang dikumpulkan sedikit, memang tak
banyak kendala yang dihadapi dalam membaca dan memahami data tersebut. Namun
bila data yang terkumpul banyak, maka seringkali dijumpai kesulitan dalam
memahaminya. Untuk mempermudah pemahaman data, maka sebaiknya data yang
diperoleh disusun secara sistematis.
Pada umumnya penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel-tabel
atau grafik.
1. Tabel
Tabel merupakan kumpulan angka-angka yang disusun sedemikian rupa
menurut kategori tertentu, sehingga memudahkan dalam melakukan pembahasan dan
analisis data. Dalam membuat suatu tabel perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a. Suatu tabel hendaknya mempunyai judul untuk mempermudah dalam
membedakan tabel yang satu dengan tabel yang lain.
b. Unit pengukuran dari angka-angka yang terdapat dalam baris dan kolom tabel
harus dijelaskan secara eksplisit.
c. Kategori kelas dalam tabel harus tegas, jangan sampai tumpang tindih antara
kelas yang satu dengan kelas yang lain.
d. Sumber data dan keterangan perlu dicantumkan guna mempermudah pengecekan
kembali pada sumbernya bila pada data dijumpai keraguan.
e. Keterangan yang diberikan pada tabel harus jelas agar tidak membingungkan
pembaca.
K = 1 + 3,322 log n
Dari nilai statistik 40 orang mahasiswa tersebut dapat kita buat distribusi
frekuensi dengan kelas sebanyak :
K = 1 + 3,322 log n
= 1 + 3,322 log 40
= 1 + 3,322 (1,6)
= 1 + 5,3
NILAI JUMLAH
1,00 – 1,50 3
1,51 – 2,00 1
2,01 – 2,50 8
2,51 – 3,00 2
3,01 – 3,50 19
3,51 – 4,00 7
JUMLAH 40
NILAI JUMLAH
A ( 3,51 - 4,00 ) 7
B ( 2,76 - 3,50 ) 20
C ( 2,00 - 2,75 ) 9
D ( 1,00 - 1,99 ) 4
E ( < 1,00 ) 0 dihapus
JUMLAH 40
Untuk kelas yang kosong biasanya tidak dicantumkan, sebagaimana kita lihat
pada tabel di atas kelas E = 0 (nol), sehingga bila kita hilangkan kelas tersebut, maka
jumlah kelas hanya ada 4 yaitu kelas A, B, C dan D.
25
20
Jumlah
15
10
5
0
A B C D E
Nilai
D
C
A
4.00 1 0557
10.00 2 1122445568
25.00 3 1112222223333445555666778
Data dalam Tabel 4 bila kita jadikan diagram kotak garis, maka dapat kita
peroleh :
1) Nilai minimum = 1,00
2) Nilai maksimum = 4,00
3) Nilai seperempat pertama atau ke-10 = 2,40
4) Nilai seperempat kedua atau ke-20 = 3,20
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
.5
N= 40
nilai statistik
Pada gambar di atas nampak nilai ekstrim, baik atas maupun bawah tidak bisa
muncul dalam gambar. Dari penghitungan diketahui bahwa nilai ekstrim bawah =
0,75 sedangkan nilai minimum adalah 1,10. Begitu pula dengan nilai ekstrim atas
adalah 5,15 sedangkan nilai maksimum adalah 4,00. Dengan demikian dapat kita
katakan bahwa pada nilai ujian tersebut tidak memiliki nilai ekstrim, baik atas
maupun bawah.
MEAN SAMPEL
n Jumlah seluruh nilai data sampel
x i
x i 1
n
Banyaknya data
x i
=
110 113 115 114 112
=
564
= 112,8
i 1
5 5
N
x i
=
6,7 4,9 4,0 5,2 2,2
= 4,6
x i 1
5
n
Apabila pengambilan sampel kelima orang siswa tersebut dapat dikatakan telah
mewakili siswa kelas 3 SMP di mana mereka bersekolah, maka dapat dikatakan rata-
rata nilai matematika untuk kelas 3 di sana adalah 4,6.
0 - 7 3,5 2 7,0
8 - 15 11,5 6 69,0
16 - 23 19,5 3 58,5
24 - 31 27,5 5 137,5
32 - 39 35,5 2 71,0
40 - 47 43,5 2 87,0
JUMLAH 20 430,0
*) Nilai tengah diperoleh dari jumlah nilai terendah dan tertinggi dalam kelas dibagi 2
f .x i i
=
430,0
= 21,5 ( dalam ratusan ribu rupiah ) atau dapat dikatakan
X i 1
20
n
bahwa rata-rata penghasilan karyawan PT. Bayudewa adalah sebesar Rp 2.150.000,-
b. Median
Median adalah nilai yang terletak di tengah bila nilai-nilai pengamatan
disusun secara teratur menurut besarnya dari kecil ke besar. Median merupakan
ukuran nilai pusat yang dapat digunakan, baik untuk data yang dikelompokkan
maupun untuk data yang tidak dikelompokkan. Nilai median sangat dipengaruhi oleh
letak urutan dari nilai kumpulan data sehingga median sering disebut sebagai rata-rata
letak (positional average). Median membagi nilai-nilai pengamatan yang ada pada
gugus data, sehingga 50% berada di bawah median dan 50% berada di atas median.
Sebagai salah satu ukuran nilai pusat, kelebihan median adalah tidak
dipengaruhi oleh adanya niali ekstrim. Median dapat dipergunakan untuk data dengan
skala ukuran minimal ordinal.
Median
(n 1) (7 1)
Posisi median = = = 4
2 2
Jadi sebagai median adalah data yang terletak pada urutan ke empat, yaitu = 4,8
11 30 31 35 43 49 52 86
Median
(n 1) (8 1)
Posisi median = = = 4,5
2 2
Jadi sebagai median terletak pada data antara urutan ke empat dan ke lima, yaitu =
(35 43)
= 39
2
b. Data dikelompokkan
Untuk penentuan median pada data yang telah dikelompokkan, maka
dilakukan langkah-langkah berikut :
(n 1)
1) Menentukan letak median pada suatu kelas dengan rumus : k =
2
2) Menentukan nilai median melalui pendekatan :
(n / 2 cfb)
Md = B1 + fm
i
di mana : Md = Median
B1 = Batas bawah nyata dari kelas yang mengandung median
n = Banyaknya data observasi
cfb = Frekuensi kumulatif di bawah kelas yang berisi median
fm = Frekuensi dari kelas yang mengandung median
60 - 62 1 1
63 - 65 2 3 kelas yang
66 - 68 13 16 mengandung
69 - 71 20 36 median
72 - 74 11 47
75 - 77 3 50
68,3
68,7
(50 1)
Letak median pada posisi : k = = 25,5
2
Selanjutnya untuk menentukan nilai median kita lakukan penghitungan :
(n / 2 cfb) ( 25 16)
Md = B1 + fm
i = 68,5 + x 2 = 69,4
20
c. Modus
Modus adalah nilai data yang mempunyai frekuensi terbesar dalam suatu
kumpulan data. Meski Modus (Mode) bukan merupakan nilai pusat yang digunakan
secara luas seperti halnya Mean, namun sangat berguna untuk mengetahui tingkat
keseringan terjadinya suatu peristiwa.
1) Modus data yang tidak dikelompokkan
Data yang masing-masing hanya memiliki frekuensi satu tidak memiliki
modus. Pada data yang muncul dengan frekuensi lebih dari data yang lain, maka nilai
tersebutlah yang muncul sebagai modus. Munculnya suatu modus pada suatu gugus
data bisa satu (Mono modus), atau dua modus (Bimodus), atau banyak modus
(unimodus).
Contoh data yang tidak memiliki modus :
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 5 6 7
Contoh Bi Modus :
1 1 2 3 4 5 6 6 7
di mana :
Mo = Modus
B1 = batas bawah nyata*) dari kelas yang mengandung modus
i = interval dari batas nyata
d1 = selisih frekuensi antara kelas yang mengandung modus dengan
frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi antara kelas yang mengandung modus dengan
frekuensi kelas sesudahnya
*) Batas bawah nyata = tepi bawah kelas dikurangi setengah nilai pengamatan
Batas atas nyata = tepi atas kelas ditambah setengah nilai pengamatan
Contoh :
Kelas f
60 - 62 1
63 – 65 2
66 – 68 13 Kelas yang
69 – 71 20 mengandung modus
72 – 74 11
75 – 77 3
Posisi modus pada kelas 69 – 71 yang memiliki frekuensi tertinggi, yaitu 20. Dan
nilai modusnya adalah :
d1 7
Mo = B1 + ( d1 d 2) x i = 68,5 + (7 9) x 2 = 69,3
DAFTAR PUSTAKA