Anda di halaman 1dari 10

Meski umumnya osteoporosis dialami oleh wanita yang telah memasuki

masa menopause, osteoporosis juga dapat terjadi pada pria, wanita yang  berusia lebih
muda, dan anak-anak. Kekurangan kalsium diperkirakan menjadi penyebab kasus-
kasus osteoporosis di Indonesia.

Apa Saja Gejala Osteoporosis?


Umumnya tidak ada tanda-tanda terjadinya osteoporosis di awal masa menurunnya
kepadatan tulang. Namun beberapa kondisi berikut dapat menjadi gejala terjadinya
osteoporosis, antara lain sakit punggung, postur tubuh bungkuk, menurunnya tinggi
badan, lebih sering mengalami cedera/keretakan tulang.
Berkurangnya kepadatan dapat membuat tulang rentan untuk retak. Keretakan
biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, lengan, atau tulang
pangkal paha.

Faktor Risiko Berkembangnya Osteoporosis


Tulang Anda terus beregenerasi dari waktu ke waktu. Ini berarti tulang yang telah rapuh
akan terganti dengan tulang baru. Saat masih kanak-kanak, tulang kita tumbuh dan
mampu memperbarui diri dengan cepat.
Pada rentang usia 16-18 tahun, tulang perlahan-lahan akan berhenti tumbuh,
sementara massa tulang akan terus bertambah hingga usia akhir 20-an. Namun proses
ini melambat seiring dengan pertambahan usia manusia. Secara perlahan, kepadatan
tulang akan makin berkurang dan proses ini dimulai sekitar umur 35 tahun.

Di Indonesia, kurangnya konsumsi makanan yang mengandung kalsium menjadi salah


satu penyebab utama meningkatnya jumlah pengidap osteoporosis di Indonesia.
Selain usia tua, berikut ini adalah beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko
berkembangnya osteoporosis:

 Adanya riwayat penyakit anggota keluarga yang mengidap osteoporosis

 Sering mengonsumsi minuman keras dan merokok

 Penyakit yang menyerang kelenjar penghasil hormon, seperti  kelenjar tiroid


yang terlalu aktif (hipertiroidisme)
 Malabsorpsi (ketidakmampuan usus untuk menyerap nutrisi dari makanan)

 Pemakaian obat-obatan dalam jangka panjang yang memengaruhi kekuatan tulang atau
kadar hormon, seperti konsumsi prednisolon berkepanjangan.
 Kondisi-kondisi yang diakibatkan oleh peradangan pada organ tubuh, seperti rheumatoid
arthritis, penyakit paru obstruktif kronis/COPD (chronic obstructive pulmonary disease), dan
penyakit Crohn.

Memeriksa Kepadatan Tulang Menggunakan DEXA Scan


Untuk mendiagnosis terjadinya osteoporosis, Anda perlu menjalani tes untuk memeriksa
kepadatan tulang. Dual energy X-ray absorptiometry/DEXA scan adalah pemeriksaan paling
umum untuk memperkirakan risiko keretakan tulang. Prosedur ini tidak memerlukan banyak
waktu dan tidak menyebabkan rasa sakit. Selain itu ada pula FRAX, algoritma untuk
memperkirakan risiko patah tulang dalam jangka waktu 10 tahun ke depan.

Mengurangi Risiko Terkena Osteoporosis 


Semua orang dapat menjaga tulang mereka tetap sehat dan mengurangi risiko mengidap
osteoporosis. Anda bisa mulai dengan menerapkan pola makan sehat disertai dengan melakukan
olahraga secara teratur. Perbanyak pilihan makanan yang kaya akan kandungan vitamin D dan
kalsium. Mulailah kurangi merokok hingga benar-benar bisa menghindari sepenuhnya dan
kurangi mengonsumsi minuman keras.

Mencegah Keretakan Tulang


Pengidap osteoporosis umumnya disarankan untuk mengonsumsi obat-obatan demimencegah
keretakan tulang. Pilihan jenis pengobatan osteoporosis yang diberikan tergantung kepada
tingkat risiko keretakan tulang Anda. Hal ini didasarkan pada sejumlah data seperti hasil
pemeriksaan DEXA dan usia Anda.
Bagi Anda yang telah didiagnosis mengidap osteoporosis, penting untuk menjaga diri agar tidak
mengalami cedera atau mengalami keretakan tulang. Pengidap yang telah lanjut usia disarankan
untuk menjalani pemeriksaan penglihatan dan pendengaran secara teratur. Ciptakan rumah dan
lingkungan yang aman dengan memindahkan perabot yang membuat Anda berisiko untuk jatuh,
terantuk, atau terbentur.

Jika Anda telah mengalami keretakan tulang, terdapat beberapa cara yang dapat membantu Anda
untuk pulih. Misalnya perawatan dengan mandi air hangat atau menyiapkan kantong kompres
dingin. Relaksasi juga bisa membantu proses pemulihan.

Tanyakan kepada dokter tentang cara menjalani hidup dengan osteoporosis dalam jangka
panjang. Selain itu, cobalah untuk bertukar pikiran dengan konselor terlatih, psikolog, atau
penderita lain.

Osteoporosis terjadi secara bertahap dalam beberapa tahun tanpa diiringi gejala yang jelas.
Kondisi ini biasanya baru terdeteksi setelah seseorang mengalami keretakan tulang.
Dengan osteoporosis, tulang menjadi keropos dan rentan untuk retak akibat berkurangnya
kepadatan tulang. Jika Anda mengidap penyakit ini, terbentur atau terjatuh dari posisi duduk atau
berdiri, membuat tulang Anda berisiko untuk retak.

Osteoporosis umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali jika terjadi keretakan tulang. Jika
Anda merasakan sakit punggung yang berkelanjutan dalam jangka panjang, ini bisa saja gejala
osteoporosis. Kondisi ini juga dapat berdampak kepada pernapasan Anda akibat terbatasnya
ruang untuk paru-paru mengembang.
Gejala osteoporosis yang dapat terlihat jelas adalah postur punggung bungkuk yang sering
terlihat pada orang lanjut usia. Postur ini terjadi karena pengeroposan pada tulang belakang yang
membuat tulang punggung sulit untuk menahan berat tubuh.

Cedera yang umum terjadi pada penderita osteoporosis adalah keretakan pada tulang punggung,
tulang pangkal paha, dan pergelangan tangan.

Keretakan tulang pada orang lanjut usia bisa menjadi masalah serius, tergantung pada bagian
tubuh manakah keretakan tersebut terjadi. Misalnya dalam kasus keretakan tulang pangkal paha,
kebebasan bergerak bisa terhambat dan bahkan bisa berujung pada kelumpuhan permanen.
Dalam kasus osteoporosis yang parah, batuk atau bersin ringan saja dapat menyebabkan
keretakan pada tulang rusuk atau salah satu bagian dari tulang belakang.

Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kepadatan tulang seiring pertambahan usia.


Osteoporosis terjadi pada semua orang, namun beberapa orang lebih berisiko dan lebih cepat
mengalami kondisi ini dibandingkan yang lain.

Saat muda, tulang manusia beregenerasi dengan cepat serta berada dalam kondisi paling padat
dan kuat. Namun seiring pertambahan usia, tulang lama tidak segera tergantikan dengan tulang
baru dan tidak lagi bertumbuh. Hal ini membuat tulang secara perlahan menjadi lebih rapuh dari
waktu ke waktu. Makin tua, kepadatan tulang Anda menjadi makin berkurang. Tulang menjadi
melemah, keropos, dan lebih rentan retak.

Penyebab Osteoporosis berdasarkan Jenis Kelamin


Perubahan kadar hormon dapat memengaruhi kepadatan tulang. Pada wanita,
hormonestrogen dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang. Namun yang terjadi
setelah menopause adalah penurunan kadar estrogen dalam tubuh yang turut mengakibatkan
penurunan kepadatan tulang secara drastis. Ini mengakibatkan wanita lebih berisiko terkena
osteoporosis dibandingkan pria, terutama jika memiliki kondisi berikut ini:
 Tidak mengalami siklus menstruasi dalam waktu lama (lebih dari enam bulan) akibat
olahraga atau diet yang berlebihan.
 Mengalami menopause dini (sebelum usia 45).

 Menjalani histerektomi (operasi pengangkatan rahim) sebelum usia 45, terutama jika
kedua ovarium juga diangkat.
Pengaruh hormon pada osteoporosis yang diidap pria tidak sesignifikan pada wanita. Meski
demikian, diperkirakan tetap ada hubungan antara osteoporosis dengan hormon testosteron yang
membantu menjaga tulang tetap kuat. Hal ini diindikasikan oleh risiko osteoporosis yang
meningkat pada pria dengan kadar testosteron rendah walaupun pria terus memproduksi hormon
testosteron hingga usia tua.
Dalam setengah kasus penderita pria, penyebab osteoporosis tidak diketahui dengan pasti
sedangkan setengahnya bisa disebabkan oleh:

 Mengonsumsi minuman keras berlebihan.

 Konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid atau obat-obatan steroid selama lebih dari
tiga bulan.

 Kondisi yang menyebabkan kadar testosteron lebih rendah dari kadar normal
(hipogonadisme).

Penyakit Kelenjar yang Dapat Memicu Osteoporosis


Proses regenerasi tulang dipengaruhi oleh banyak hormon, maka jika Anda mengidap gangguan
pada kelenjar penghasil hormon, Anda dapat lebih berisiko mengalami osteoporosis. Berikut
beberapa penyakit kelenjar yang dapat memicu osteoporosis:
 Gangguan kelenjar adrenal, seperti sindrom Cushing.

 Gangguan kelenjar pituitari.

 Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme).


 Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif (hiperparatiroidisme).

 Berkurangnya kadar hormon seks (estrogen dan testosteron).

Faktor Penyebab Meningkatnya Risiko Osteoporosis


Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko berkembangnya osteoporosis
dan keretakan tulang:
 Indeks massa tubuh di bawah atau sama dengan 19.

 Penderita gangguan makanan seperti anoreksia dan bulimia.


 Konsumsi minuman keras secara berlebihan.
 Merokok

 Riwayat orang tua yang pernah mengalami retak tulang pangkal paha atau mengidap
osteoporosis.

 Etnis asia atau kaukasia

 Ukuran tubuh yang lebih kecil menyebabkan berkurangnya kadar massa tulang yang
berdampak kepada kepadatan tulang seiring bertambahnya usia.

 Seorang yang pernah melalui operasi saluran pencernaan yang menyebabkan


berkurangnya ukuran perut begitu juga serapan kalsium.

 Kekurangan konsumsi

 Malabsorpsi yaitu ketidakmampuan usus untuk menyerap nutrisi di dalam makanan,


seperti dalam penyakit Celiac dan penyakit Crohn.
 Obat-obatan yang dikonsumsi, terutama yang berdampak pada kadar hormon
sepertipengobatan kanker prostatdan penggunaan obat kortikosteroid.
 Tidak berolahraga atau tidak aktif bergerak untuk jangka waktu lama.

Penyakit osteoporosis kerap baru terdiagnosis setelah terjadi keretakan tulang. Pemeriksaan
dengan rontgen atau sinar-X berguna untuk mengidentifikasi keretakan tulang, tapi bukanlah
metode yang tepat untuk mengukur kepadatan tulang. Jika Anda berisiko tinggi terkena
osteoporosis, Anda disarankan untuk memeriksa kepadatan tulang dengan pemindaian DEXA
(absorpsiometri sinar X dengan energi ganda).

Pemindaian DEXA: Mengukur Kepadatan Tulang


DEXA mengukur kepadatan mineral tulang (bone mineral density/BMD). Hasil DEXA Anda
akan dibandingkan dengan hasil kepadatan tulang orang yang umumnya sehat, sesuai dengan
usia dan jenis kelamin yang sama dengan Anda. Prosedur ini berdurasi sekitar 15 menit dan tidak
menimbulkan rasa sakit.
Hasil pemindaian DEXA dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

 Di atas Standar Deviasi (SD) (-1) berarti normal Antara SD (-1) dan (-2,5)
diklasifikasikan sebagai osteopenia. Osteopenia adalah  kondisi saat kepadatan tulang lebih
rendah dari rata-rata, tapi belum serendah tulang osteoporosis,
 Di bawah SD (-2,5) dikategorikan sebagai osteoporosis. Pemindaian DEXA dapat
mendiagnosis osteoporosis, tapi hasil BMD bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
risiko keretakan tulang Anda. Dokter juga akan memperhitungkan usia, jenis kelamin, dan
berbagai cedera yang Anda alami sebelumnya untuk menentukan apakah Anda membutuhkan
perawatan untuk osteoporosis.
International Osteoporosis Foundation (IOF) mendeteksi bahwa akses terhadap fasilitas pindai
DEXA scan menjadi persoalan utama di Indonesia. Setengah dari jumlah total mesin DEXA
yang ada hanya berada di Jakarta. Harga pemeriksaan tes DEXA yang berkisar Rp 700.000 juga
relatif sulit terjangkau oleh kebanyakan orang Indonesia.  Hal ini juga membuat angka pasti
jumlah penderita osteoporosis di Indonesia sulit diketahui. Pemeriksaan yang lebih umum
dilakukan adalah dengan ultrasound, tapi standarisasinya masih dipertanyakan.

FRAX: Memprediksi Keretakan Tulang


FRAX adalah program yang dapat memprediksi risiko keretakan tulang. Alat kalkulasi ini
diperuntukkan bagi pasien berusia antara 40-90 tahun. FRAX dapat menghitung risiko keretakan
tulang Anda untuk 10 tahun ke depan. World Health Organization (WHO) telah
mengembangkan alat tersebut berdasarkan kriteria tiap negara termasuk Indonesia.
Anda dapat menggunakan FRAX untuk Indonesia dengan mengunjungi laman FRAX.

Anda Memiliki Kepadatan Tulang Rendah?


Rendahnya kepadatan mineral tulang tidak selalu berarti tulang Anda berisiko tinggi mengalami
keretakan. Konsultasikan semua faktor yang dapat meningkatkan risiko keretakan tulang Anda.
Dokter akan membantu Anda mengambil langkah-langkah positif untuk menjaga kesehatan
tulang Anda.

Penanganan osteoporosis mengutamakan langkah-langkah untuk menghindari penderita jatuh


maupun mengalami keretakan. Berikut ini adalah langkah-langkah awal yang disarankan bagi
penderita osteoporosis, serta orang-orang lanjut usia, atau berisiko terhadap kondisi berikut ini.

 Jaga tubuh Anda tetap bugar dan sehat dengan olahraga dan mengatur pola makan. Tubuh
yang aktif dapat membantu Anda tetap bebas bergerak dan mengurangi risiko terjatuh serta
mengalami keretakan tulang.

 Berkonsultasilah dengan dokter jika Anda mulai sulit berjalan atau sulit berdiri dengan
tegap. Dokter akan mendiskusikan tindakan pencegahan agar Anda tidak cedera saat beraktivitas.
Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan meminimalkan penyebab cedera seperti kualitas
penglihatan, penggunaan obat-obatan, serta kekuatan otot dan keseimbangan.

 Mengalami keretakan tulang karena jatuh adalah risiko yang akan terjadi ketika Anda
menua. Meski demikian, kondisi ini bukan tidak bisa dihindari. Ada hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko retak tulang yang dapat terjadi akibat jatuh.
Mengenal Pengobatan untuk Osteoporosis
Jika tulang Anda mengalami keretakan atau Anda seorang penderita osteoporosis, Anda
memerlukan penanganan yang dapat mengurangi risiko terjadinya keretakan yang lebih parah di
masa mendatang.
Pilihan penanganan osteoporosis yang akan diberikan ditentukan berdasarkan usia, kepadatan
tulang, dan faktor risiko keretakan.

Anda mungkin tidak memerlukan atau menginginkan obat-obatan untuk mengobati osteoporosis,
tapi Anda tetap perlu menjaga tercukupinya kadar kalsium dan vitamin D. Dokter mungkin akan
menyarankan perubahan pola makan dan konsumsi suplemen untuk memenuhi kebutuhan ini.

Pilihan Penanganan Osteoporosis


Pengobatan yang dijalani pasien osteoporosis secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu
pengobatan yang bersifat nonhormon dan hormon.
Obat-obatan yang Bersifat Nonhormon
Pengobatan nonhormon meliputi pemberian kalsium dan suplemen vitamin D, bisphosphomate,
dan strontium ranelate.

Kalsium dan suplemen vitamin D


Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko patah tulang pangkal paha.
Usahakan mengonsumsi kalsium sebagai berikut:

 600 IU atau 15 mikrogram untuk orang dewasa di atas 20 tahun.

 800 IU atau 20 mikrogram untuk manula di atas 70 tahun.

Jika Anda tidak mendapat cukup kalsium dalam pola makan Anda, tanyakan tentang
kemungkinan konsumsi suplemen kalsium. Untuk mencegah keretakan tulang atau pengobatan
osteoporosis, Anda memerlukan dosis kalsium sebanyak 1,2 gram per hari dan vitamin D
sebanyak 20 mikrogram. Dosis ini hanya bisa didapatkan terutama dari obat-obatan yang
diformulasikan dalam resep dokter.

Bisphosphonate
Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan ini biasa diberikan dalam
bentuk tablet atau suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan memperlambat laju sel-sel yang
meluruhkan tulang (osteoclast). Ada beberapa bisphosphonate berbeda seperti alendronate,
etidronate, ibandronate, risedronate, dan asam zolendronic. Selalu ikuti petunjuk penggunaan
obat yang diberikan dokter mengenai dosis dan cara konsumsi yang benar.
Iritasi pada kerongkongan, kesulitan menelan, dan sakit perut bisa menjadi efek samping yang
timbul dari mengonsumsi bisphosphonate meski belum tentu terjadi pada setiap orang. Efek
samping lain yang sangat jarang terjadi adalah nekrosis pada rahang.
Strontium ranelate
Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dilarutkan dalam air. Obat ini bisa
menjadi alternatif jika penggunaan bisphosphonate dirasa tidak cocok. Strontium ranelate
memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang yang baru (osteoblasts) dan menekan kinerja
sel-sel peluruh tulang. Efek samping yang mungkin timbul pada konsumsi strontium ranelate
adalah mual dan diare.
Obat-obatan yang Bersifat Hormon
Pengobatan hormon meliputi pemberian SERMs, terapi penggantian hormon, testosteron,
hormon paratiroid, dan kalsitonin.

Selective estrogen receptor modulators (SERMs)


SERMs adalah obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko retak, terutama pada
tulang punggung. Satu-satunya bentuk SERMs yang tersedia untuk pengobatan osteoporosis
adalah raloxifene, garam hidroklorida. Raloxifenedikonsumsi tiap hari dalam bentuk tablet.
Efek samping penggunaan raloxifene adalah:

 rasa panas/berkeringat di malam hari

 kram kaki

 meningkatkan risiko terjadinya gumpalan darah

Terapi penggantian hormon


Terapi berupa hormon estrogen ini ditujukan bagi wanita pada masa menopauseuntuk menjaga
kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan selama pengobatan. Meski begitu terapi ini
tidak secara spesifik direkomendasikan untuk pengobatan osteoporosis. Bahkan saat ini hampir
tidak lagi digunakan karena berisiko memicu timbulnya beberapa penyakit lain seperti kanker
payudara, kanker endometrium, kanker ovarium dan stroke. Sebaiknya diskusikan lebih lanjut
mengenai pengaruh dari terapi ini bersama dokter Anda.
Pengobatan testosteron
Pengobatan testosteron khususnya diterapkan kepada para pria pengidap Hipogonadisme atau
ketidakmampuan memroduksi hormon seks dengan normal.

Hormon paratiroid (PTH) (Teriparetida)


Sementara obat-obatan lain lebih memperlambat tingkat penipisan tulang, PTH dapat
meningkatkan kepadatan tulang. Namun pengobatan ini hanya digunakan untuk sebagian orang
yang kepadatan tulangnya sangat rendah dan jika pengobatan lain tidak membawa manfaat.
Hormon paratiroid diberikan dalam bentuk suntikan. Efek samping yang biasa terjadi adalah
mual dan muntah.

Kalsitonin
Kalsitonin adalah hormon yang diproduksi secara alami oleh kelenjar tiroid. Hormon ini
memperkuat kepadatan tulang dengan menghambat sel-sel yang meluruhkan tulang.

Kalsitonin atau salcatonin dikonsumsi tiap hari dalam bentuk semprotan yang dihirup atau
suntikan. Efek samping yang umum dari pengobatan ini adalah mual, muntah, dan diare.

Pencegahan
Kekuatan tulang dan tingkat potensi risiko terhadap osteoporosis ditentukan oleh gen Anda.
Namun faktor gaya hidup seperti pola makan dan olahraga juga dapat berdampak kepada
seberapa sehat kualitas tulang Anda. Pencegahan osteoporosis akan memberikan Anda infomasi
tentang olahraga-olahraga sederhana yang dapat Anda lakukan.

Olahraga 2–3 jam tiap pekan
Penderita osteoporosis sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan
sebelum melakukan olahraga untuk memastikan apakah aktivitas tersebut tepat untuk dilakukan.
Setiap pekan, orang dewasa harus melakukan setidaknya sekitar 2- 3 jam olahraga dengan
intensitas menengah, seperti bersepeda atau jalan cepat. Peregangan otot hendaknya dilakukan
paling tidak 2-3 hari dalam seminggu, termasuk pada bahu, lengan, pinggang, tungkai,
punggung, perut, dan dada.

Melatih kaki dan lutut
Latihan menggunakan beban dalam berat yang tidak berlebihan sangat penting untuk
meningkatkan kepadatan tulang dan membantu mencegah osteoporosis. Aktivitas menyangga
beban adalah olahraga yang melatih kaki dan lutut Anda untuk menopang massa tubuh. Olahraga
seperti lari, melompat, menari, dan aerobik bermanfaat menguatkan otot, ligamen, dan sendi.
Orang yang berusia di atas 60 tahun juga dapat memperkuat tulang mereka dengan olahraga,
seperti jalan cepat atau bermain badminton berdurasi pendek. Saat berolahraga, gunakan sepatu
yang mampu meminimalkan risiko cedera pada pergelangan kaki.

Latihan kekuatan tulang
Latihan ketahanan meliputi gerakan-gerakan seperti push-up, angkat berat, atau latihan angkat
beban menggunakan peralatan di pusat kebugaran. Tarikan yang dilakukan otot tendon terhadap
tulang dapat meningkatkan kekuatan tulang. Tanyakan cara penggunaan alat-alat tersebut kepada
instruktur untuk menghindari cedera.

Menerapkan pola makan sehat
Jika gaya hidup atau pola makan membuat Anda kekurangan vitamin D, Anda dapat
mengonsumsi suplemen vitamin D. Vitamin D penting untuk penyerapan kalsium yang
diperlukan untuk memperkuat tulang dan gigi. Vitamin D dapat ditemukan dalam kuning telur,
susu kedelai, dan hati sapi.
Untuk orang dewasa, direkomendasikan untuk mengonsumsi 15 mikrogram vitamin D tiap hari.

Kalsium juga penting untuk menjaga kekuatan tulang. Kadar konsumsi minimal kalsium yang
direkomendasikan tiap hari adalah 1000 miligram. Kalsium juga dapat ditemukan pada beberapa
makanan, seperti tahu, tempe, kacang merah, dan ikan sardin.
Menjaga pola makan yang seimbang dapat menjauhkan Anda, tidak hanya dari risiko
osteoporosis, namun juga penyakit jantung, diabetes, hingga berbagai jenis kanker.

Bersahabat dengan sinar matahari pagi
Paparan sinar matahari yang cukup dapat membantu tubuh memproduksi vitamin D secara alami.
Usahakan agar kulit terkena sinar matahari selama paling tidak 10 menit sebelum menggunakan
tabir surya. Lakukan ini di pagi hari sebelum jam 9. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan
kalsium di dalam tubuh. Proses tersebut membantu memperkuat gigi dan tulang yang pada
akhirnya dapat mencegah osteoporosis.

Menghentikan kebiasaan buruk
Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol juga dapat melindungi Anda
dari osteoporosis. Rekomendasi maksimal mengenai konsumsi alkohol oleh wanita adalah 2
kaleng bir dan oleh pria sebanyak 2,5 kaleng bir dengan kadar alkohol 4,7 persen.

Anda mungkin juga menyukai