UAS ETIKA DAN AGAMA Dek Upa
UAS ETIKA DAN AGAMA Dek Upa
Disusun oleh:
Ni Kadek Puspa Adi Swari (1908541023)
Matematika A
PEMAHAMAN
Kesetiaan adalah perbuatan dharma yang paling mulia dan utama. Dengan
kesetiaan ini kita bisa mempertahankan keutamaan menjadi manusia. Banyak hal
yang bisa dilakukan untuk bisa menjalani hidup dengan baik dan memperbaiki
kualitas Sang Diri ini. Tentunya adalah setiap perbuatan harus dilandasi dengan
dharma dan norma yang ada. Tantangan dan godaan hidup membuat manusia berada
dalam lingkaran karma yang harus dilalui. Banyak manusia berhasil melewati godaan
dan tantangan hidup, tetapi banyak pula yang jatuh dalam melewati godaan dan
tantangan hidup ini. Tidak mudah memang bagi manusia selalu berada di jalan
Dharma di tengah godaan dan tatangan hidup yang demikian komplek ini, tetapi
dengan menerapkan ajaran Agama yang ada, menjamin manusia mampu melewati
segala godaan dan tantangan itu.
Nilai kesetiaan itu sangatlah tinggi, seperti yang tertuang dalam kitab
Slokantara. Sehingga sebagai manusia kesetiaan merupakan perbuatan yang mulia
diantara yang paling mulia dan mencerminkan bagaimana tingkat sraddha dan bhakti
seorang tersebut, sehingga cerminan spiritualitas yang dimiliki setiap orang dapat
dilihat dari sejauhmana tingkat kesetiaan orang itu.
ISI
Seseorang yang bekerja harus setia. Setia pada pimpinan dengan memegang
teguh komitmen. Mematuhi setiap aturan yang ditetapkan tempat pekerja, tanpa
mengkhianati pimpinannya, yang akhirnya bisa menghilangkan kepercayaan. Begitu
juga dengan keluarga demi kelangsungan bahtera rumah tangga yang dibina, tidak
cukup hanya dengan cinta semata. Tanpa kesetiaan pada pasangan, semua akan sirna.
Karena begitu banyak tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan sebuah
keluarga. Sehingga ada pribahasa "rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput
sendiri". Hal ini menandakan bahwa selalu ada tantangan untuk mempertahankan
cinta, kasih sayang, dan keharmonisan dalam sebuah keluarga.
Dalam ajaran Ajaran Agama, banyak ajaran yang menuntun dan menekankan
supaya setiap umat selalu bersikap setia. Kesetiaan dalam Hindu merupakan sebuah
ajaran agama yang wajib kita amalkan. Kesetiaan di kelompokkan menjadi lima jenis
yang lebih sering di sebut dengan Panca Satya. Kesetiaan dalam hidup merupakan hal
yang sangat penting karena dengan kesetiaan kita bisa memperoleh sebuah
kepercayaan yang mungkin tidak semua orang memilikinya. Kesetiaan itu muuncul
bukan dari orang lain kesetiaan timbul dari diri kita sendiri jadi bagaimana cara kita
untuk memupuk kesetian itu. Dalam Hindu kesetian di bagi menjadi lima bagian
yaitu:
Satya Wacana, Satya wacana adalah kesetian dalam berkata-kata, apapun yang
diucapkan harus jujur dan benar. Contohnya adalah apapun yang diucapkan memang
benar adanya, tidak dilebih-lebihkan dan tidak dikurang-kurangi.
Satya Hredaya, Satya Hredaya adalah kesetiaan terhadap kebenaran dan kejujuran
kata hati, apapun yang ada di hati itulah yang harus keluar dari mulut. Contoh: jika
dalam hati menganggap itu benar, maka sepatutnya kita menuruti apa kata hati dan
kebenaran itu.
Satya Laksana, Satya Laksana adalah sikap kesetiaan dan jujur pada perbuatan, apa
yang diperbuata harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Segala resiko dan
hasil dari perbuatan itu menjadi tanggung jawab si pelaku. Contoh: menerima dan
bertanggung jawab setiap apa yang diperbuat.
Satya Mitra, Satya Mitra adalah kesetiaan dan jujur kepada teman, bagaimanapun
keadaan teman, baik dalam suka dan duka harus didampingi dan didukung. Contoh:
selalu mensuport dan membantu teman baik suka maupun duka.
Satya Samaya, Satya Samaya adalah kesetiaan dan jujur terhadap janji. Janji adalah
hutang, perkataan adalah cerminan pribadi orang. Bagaimanapun kehidupan dan
keadaannya, wajib untuk memenuhi janji dan mempertanggung jawabkan ucapan
yang telah keluar. Contoh: menepati setiap janji dan ucapan.
KESIMPULAN
Mari sebagai manusia harus setia dengan apa yang menjadi kewajiban dan
tanggung jawab. Dengan kesetiaan ini, dapat mebawa diri ini kedalam kehidupan
yang lebih baik. Dan tidak dipungkiri, dengan kesetiaan manusia berada dalam jalan
dharma sehingga dapat menciptakan kehidupan yang harmonis serta meningkatkan
kualitas Sang Diri. Syukuri dan jaga apa yang telah dimiliki, karena dengan demikian
kehidupan ini menghargai sang Pencipta Tuhan Hyang Maha Esa. Sebagai umat,
merupakan suatu keharusan dan pencapaian yang paling mulia apabila menjadi orang
yang setia atau menjunjung tinggi kesetiaan.
DAFTAR PUSTAKA
PEMAHAMAN
Orang yang jujur adalah orang yang memiliki kekuatan hati berjalan pada
aturan dan prinsip hidup yang benar. Gea, Wulandari, & Babari (2002)
menyimpulkan bahwa kalau orang memiliki keutamaan kejujuran, orang itu tidak
akan berbohong atau menipu walau sebenarnya dia memiliki kesempatan untuk
melakukannya. Keluruhuran manusia berakar dalam kenyataan bahwa ia berakalbudi.
Menurut Suseno (1999), akal budi berarti bahwa hati dan wawasan manusia
merentangkan diri mengatasi segala keterbatasan ke arah cakrawala yang tak terbatas.
Karena jangkauannya itu, ia tidak terikat pada satu titik. Oleh karena itu, ia dapat
berhadapan dengan manusia lain dan alam secara sadar, ia terbuka pada seluruh
realitas.
Orang yang jujur adalah orang yang memiliki integritas. Integritas adalah
suatu sifat dasar yang dimiliki seseorang yang utuh dalam arti bahwa kepribadiannya
tidak berkotak-kotak melainkan bahwa ia bersikap dan bertindak sebagai dirinya
sendiri, konsekuen dan sama dari perbagai dimensi kehidupan menurut suatu pola
kepribadian yang tidak memaksa untuk terus menerus menyembunyikan wajahnya
yang sebenarnya. Jadi orang yang memiliki integrasi batinnya kuat, ia akan satu
dalam sikap hati dan tindakan, orang tersebut akan bohong, janjinya akan dapat
dipercaya (Suseno, 1992).
ISI
Kejujuran bukanlah sebuah benda yang biasa yang sering kita lihat dan
sentuh, ia tak yang mudah digenggam erat sepanjang hidup. Karena memang kita
sering mengangapnya sebagai sesuatu dengan penuh risiko. Banyak orang yang
menggunakan berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkannya meski
melepaskan kejujuran dari genggamannya. Kejujuran tetaplah kejujuran yang tak
dapat disejajarkan dengan nilai materi beberapa juga karena memang ia tak mengenal
untung-rugi. Kejujuran adalah dasar dari kepercayaan, dan kepercayaan merupakan
dasar dari suatu hubungan (Schiller & Bryant, 2002).
Kalau kita lihat kondisi negara kita yang sedang terpuruk, tidak selalu
membutuhkan orang-orang pintar, karena mereka yang pintar bisa jadi akan menipu
rakyat dengan kepintarannya. Karena itu diperlukan pemimpin yang berkarakter baik
dan memiliki rasa kemanusiaan yang mencintai rakyat terutama yang miskin (Willis,
2005). Jadi pendidikan di sini masih membutuhkan pendidikan yang mengarahkan
pada pembangunan karakter, agar dapat menciptakan generasi muda yang tidak saja
pintar tetapi juga menjadikannya seseorang berkarakter baik luar dan dalam (secara
fisik atau mental) atau dengan kata lain menjadi Good harus pendidikan itu mengarah
kepada education of heart, tujuannya adalah agar orang bukan hanya dapat tetapi juga
mempunyai keinginan untuk memberi dan menerima kasih.
KESIMPULAN
PEMAHAMAN
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam
bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom”
atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local
genious”.
ISI
Inti dari kearifan lokal Bali adalah agama Hindu. Nilai-nilai budaya memiliki
sifat yang tidak kekal, seiring perkembangan jaman suatu dapat berubah-ubah sesuai
dengan pengaruh atau atau kemajuan ilmu dan teknologi. Sebagai contoh kearifan
lokal Bali yang disebut Tri Hita Karana, yaitu tiga hal yang menyebabkan kehidupan
manusia Bali bahagia. Ketiga hal tersebut adalah suatu budaya atau kebiasaan
bagaimana manusia Bali melakukan hubungan dengan Tuhan, melakukan hubungan
dengan sesama manusia, dan bagaimana melakukan hubungan dengan alam
lingkungannya (Geriya, 2007). Kearifan lokal Tri Hita Karana ini digunakan sebagai
pedoman dalam kehidupan di rumah tangga, di desa adat, dan kehidupan di bali
secara umumnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan atas uraian di atas, simpulan yang dapat diambil adalah kearifan
lokal dapat diintegrasikan dalam pendidikan karakter selain itu menggali dan
melestarikan berbagai unsur kearifan lokal, tradisi dan pranata lokal, termasuk norma
dan adat istiadat yang bermanfaat dan dapat berfungsi efektif dalam pendidikan
karakter, sambil melakukan kajian dan pengayaan dengan kearifan-kearifan baru.
Mengacu pada teori Social Learning, bahwa sesungguhnya kearifan lokal merupakan
pola perilaku yang dipelajari, artinya bahwa masyarakatpun dapat “tidak belajar
untuk keras” alias mempunyai karakter yang baik. Kearifan lokal apabila
diterjemahkan secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di
dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di
suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada
di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini
sudah diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-
anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira merupakan
contoh kecil dari kearifan lokal. Sudah selayaknya, kita untuk menggali kembali
nilai-nilai kearifan lokal yang ada agar tidak hilang ditelan perkembangan jaman, dan
menjadi karakter bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat. 37(2) Agustus hal 111-120.
MAKNA KEMULIAAN SEBAGAI MORALITAS DALAM KEHIDUPAN
PEMAHAMAN
Moral adalah uatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap individu
dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat dan
menghormati antar sesama. Dengan kata lain, istilah moral merujuk pada tindakan,
perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada di suatu
masyarakat.
ISI
Perlu kita ketahui bahwa kemuliaan manusia akan tetap melekat pada dirinya
manakala ia mampu menempatkan diri dengan sebaik-baiknya. Berlandaskan agama
dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemuliaan manusia tak akan
berkurang, meskipun di dunia ia tak memiliki apa-apa. Kekayaan, kedudukan, uang,
jabatan ataupun gengsi tak akan mempengaruhi kemuliaan manusia, selama ia tetap
berpegang teguh pada norma-norma agama.
Di antara manusia ada yang merasa bahwa dirinya menjadi mulia, bila
berhasil mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ada yang merasa mulia kalau
berhasil memiliki ilmu yang tinggi. Ada pula yang menganggap dirinya akan menjadi
mulia jika berhasil menduduki jabatan dan meraih kekuasaan yang tinggi. Ada pula
seorang merasa mulia karena dilahirkan dari keturunan kaum bangsawan, anak dari
suku tertentu, atau berasal dari bangsa tertentu, padahal sesungguhnya kemuliaan itu
tidak diukur dari tingkat kekayaan, keilmuan, atau kekuasaan seseorang. Namun
ditentukan oleh bagaimana ketakwaan, etika maupun moral dari manusia itu sendiri.
Karena itulah, agama yang dilandasi dengan keimanan dan takwa akan dapat menjaga
nilai kemanusiaan yang kita miliki. Semakin dekat diri kita dengan Tuhan, maka kita
pun akan semakin punya nilai. Sebaliknya jika kita sudah jauh dari agama dan
melupakan Tuhan, bisa jadi wujud kita adalah manusia namun nilai kita sebagai
manusia sudah semakin menipis, pupus bahkan hilang sama sekali.
KESIMPULAN
Menjadi mulia adalah keinginan setiap manusia, namun tidak setiap manusia
mengetahui tentang hakikat kemuliaan. Berbagai usaha diupayakan manusia untuk
menjadi mulia, padahal sesungguhnya kemuliaan seseorang bukan diukur dari
seberapa banyak gelar akademisnya, seberapa banyak hartanya, dan lain sebagainya.
Tetapi kemuliaan yang hakiki adalah kemuliaan atas ketakwaan seseorang kepada
sang maha pencipta.
DAFTAR PUSTAKA