Anda di halaman 1dari 18

KARYA TULIS

ETIKA DAN AGAMA

Dosen Pengampu: Dr. Drs. I Wayan Surpa, SH., M.Si

Disusun oleh:
Ni Kadek Puspa Adi Swari (1908541023)
Matematika A

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
AKTUALISASI KESETIAAN DALAM KESEHARIAN MENURUT AGAMA
HINDU

PEMAHAMAN

Kesetiaan adalah perbuatan dharma yang paling mulia dan utama. Dengan
kesetiaan ini kita bisa mempertahankan keutamaan menjadi manusia. Banyak hal
yang bisa dilakukan untuk bisa menjalani hidup dengan baik dan memperbaiki
kualitas Sang Diri ini. Tentunya adalah setiap perbuatan harus dilandasi dengan
dharma dan norma yang ada. Tantangan dan godaan hidup membuat manusia berada
dalam lingkaran karma yang harus dilalui. Banyak manusia berhasil melewati godaan
dan tantangan hidup, tetapi banyak pula yang jatuh dalam melewati godaan dan
tantangan hidup ini. Tidak mudah memang bagi manusia selalu berada di jalan
Dharma di tengah godaan dan tatangan hidup yang demikian komplek ini, tetapi
dengan menerapkan ajaran Agama yang ada, menjamin manusia mampu melewati
segala godaan dan tantangan itu.

Menjadi manusia yang setia merupakan suatu penghargaan tertinggi bagi


ikatan karma dan kesempatan hidup  yang dilalui oleh manusia. Begitu pentingnya
kesetiaan bagi kehidupan ini, sehingga perlu digaris bawahi kesetiaan merupakan
suatu landasan untuk mencapai tujuan hidup ini yang harmonis dan sejahtera. 

Nilai kesetiaan itu sangatlah tinggi, seperti yang tertuang dalam kitab
Slokantara. Sehingga sebagai manusia kesetiaan merupakan perbuatan yang mulia
diantara yang paling mulia dan mencerminkan bagaimana tingkat sraddha dan bhakti
seorang tersebut, sehingga cerminan spiritualitas yang dimiliki setiap orang dapat
dilihat dari sejauhmana tingkat kesetiaan orang itu.

ISI

Dalam menjalani kehidupan kesetiaan adalah modal yang sangat menjanjikan.


Kebanyakan orang yang sukses dan bahagia, adalah mereka yang setia. Setia Antara
suami istri dalam berkeluarga, setia dengan pekerjaannya, setia dengan tekad jiwanya,
setia dengan apa yang menjadi cita-citanya. Tanpa kesetiaan, yang terjadi hanyalah
pengkhianatan, kegagalan, dan kehancuran. Karna kesuksesan membutuhkan
pengorbanan yang merupakan buah dari kesetiaan.

Seseorang yang bekerja harus setia. Setia pada pimpinan dengan memegang
teguh komitmen. Mematuhi setiap aturan yang ditetapkan tempat pekerja, tanpa
mengkhianati pimpinannya, yang akhirnya bisa menghilangkan kepercayaan. Begitu
juga dengan keluarga demi kelangsungan bahtera rumah tangga yang dibina, tidak
cukup hanya dengan cinta semata. Tanpa kesetiaan pada pasangan, semua akan sirna.
Karena begitu banyak tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan sebuah
keluarga. Sehingga ada pribahasa "rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput
sendiri". Hal ini menandakan bahwa selalu ada tantangan untuk mempertahankan
cinta, kasih sayang, dan keharmonisan  dalam sebuah keluarga.

Dalam ajaran Ajaran Agama, banyak ajaran yang menuntun dan menekankan
supaya setiap umat selalu bersikap setia. Kesetiaan dalam Hindu merupakan sebuah
ajaran agama yang wajib kita amalkan. Kesetiaan di kelompokkan menjadi lima jenis
yang lebih sering di sebut dengan Panca Satya. Kesetiaan dalam hidup merupakan hal
yang sangat penting karena dengan kesetiaan kita bisa memperoleh sebuah
kepercayaan yang mungkin tidak semua orang memilikinya. Kesetiaan itu muuncul
bukan dari orang lain kesetiaan timbul dari diri kita sendiri jadi bagaimana cara kita
untuk memupuk kesetian itu. Dalam Hindu kesetian di bagi menjadi lima bagian
yaitu:

Satya Wacana, Satya wacana adalah kesetian dalam berkata-kata, apapun yang
diucapkan harus jujur dan benar. Contohnya adalah apapun yang diucapkan memang
benar adanya, tidak dilebih-lebihkan dan tidak dikurang-kurangi.

Satya Hredaya, Satya Hredaya adalah kesetiaan terhadap kebenaran dan kejujuran
kata hati,  apapun yang ada di hati itulah yang harus keluar dari mulut. Contoh: jika
dalam hati menganggap itu benar, maka sepatutnya kita menuruti apa kata hati dan
kebenaran itu.
Satya Laksana, Satya Laksana adalah sikap kesetiaan dan jujur pada perbuatan, apa
yang   diperbuata harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Segala resiko dan
hasil dari perbuatan  itu menjadi tanggung jawab si pelaku. Contoh: menerima dan
bertanggung jawab setiap apa yang diperbuat.

Satya Mitra, Satya Mitra adalah kesetiaan dan jujur kepada teman, bagaimanapun
keadaan teman, baik dalam suka dan duka harus didampingi dan didukung. Contoh:
selalu mensuport dan  membantu teman baik suka maupun duka.

Satya Samaya, Satya Samaya adalah kesetiaan dan jujur terhadap janji. Janji adalah
hutang, perkataan adalah cerminan pribadi orang. Bagaimanapun kehidupan dan
keadaannya, wajib untuk  memenuhi janji dan mempertanggung jawabkan ucapan
yang telah keluar. Contoh: menepati setiap janji dan ucapan.

KESIMPULAN

Jadi kesetiaan sangatlah berarti dalam kehidupan kita karena kesetiaan


merupakan modal paling sulit untuk di dapat. Salah satu implementasi dari kesetiaan
dalam keseharian misalnya seperti hari ini kita telah melakukan sebuah perbuatan
yang mungkin belum selesai, kita harus setia pada apa yang kita lakukan hingga
pekerjaan itu terselesaikan. Adapun perbuatan-perbuatan kita yang lain yang pernah
kita lakukan kita harus setia dan berani untuk mengakuinya serta bertanggungjawab
akan akibat yang di timbulkan.

Mari sebagai manusia harus setia dengan apa yang menjadi kewajiban dan
tanggung jawab. Dengan kesetiaan ini, dapat mebawa diri ini kedalam kehidupan
yang lebih baik. Dan tidak dipungkiri, dengan kesetiaan manusia berada dalam jalan
dharma sehingga dapat menciptakan kehidupan yang harmonis serta  meningkatkan
kualitas Sang Diri. Syukuri dan jaga apa yang telah dimiliki, karena dengan demikian
kehidupan ini menghargai sang Pencipta Tuhan Hyang Maha Esa. Sebagai umat,
merupakan suatu keharusan dan pencapaian yang paling mulia apabila menjadi orang
yang setia atau menjunjung tinggi kesetiaan.
DAFTAR PUSTAKA

Jaya, P.D. 2017. Kesetiaan Adalah Keutamaan Dari Umat Hindu.


https://peresanthidurenjaya.blogspot.com/2017/08/ubin-zv-km.html?m=1. 16
Maret 2020 (15.48).

Helmi. 2019. Aktualisasi Kesetiaan Dalam Keseharian.


https://www.laduni.id/post/read/51858/aktualisasi-kesetiaan-dalam-
keseharian. 16 Maret 2020 (15.48).

Lektur.ID. 2020. Kesetiaan – Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://lektur.id/arti-


kesetiaan/. 16 Maret 2020 (15.48).
GAMBARAN KEJUJURAN SEBAGAI LANDASAN KEUTAMAAN MORAL
MAHASISWA

PEMAHAMAN
Orang yang jujur adalah orang yang memiliki kekuatan hati berjalan pada
aturan dan prinsip hidup yang benar. Gea, Wulandari, & Babari (2002)
menyimpulkan bahwa kalau orang memiliki keutamaan kejujuran, orang itu tidak
akan berbohong atau menipu walau sebenarnya dia memiliki kesempatan untuk
melakukannya. Keluruhuran manusia berakar dalam kenyataan bahwa ia berakalbudi.
Menurut Suseno (1999), akal budi berarti bahwa hati dan wawasan manusia
merentangkan diri mengatasi segala keterbatasan ke arah cakrawala yang tak terbatas.
Karena jangkauannya itu, ia tidak terikat pada satu titik. Oleh karena itu, ia dapat
berhadapan dengan manusia lain dan alam secara sadar, ia terbuka pada seluruh
realitas.

Orang yang jujur adalah orang yang memiliki integritas. Integritas adalah
suatu sifat dasar yang dimiliki seseorang yang utuh dalam arti bahwa kepribadiannya
tidak berkotak-kotak melainkan bahwa ia bersikap dan bertindak sebagai dirinya
sendiri, konsekuen dan sama dari perbagai dimensi kehidupan menurut suatu pola
kepribadian yang tidak memaksa untuk terus menerus menyembunyikan wajahnya
yang sebenarnya. Jadi orang yang memiliki integrasi batinnya kuat, ia akan satu
dalam sikap hati dan tindakan, orang tersebut akan bohong, janjinya akan dapat
dipercaya (Suseno, 1992).

Keutamaan moral adalah suatu kecenderungan tetap dan stabil. Keutamaan


adalah sifat baik yang sudah mendarah daging pada seorang. Keutamaan berkaitan
dengan kehendak, karena berkaitan dengan kehendak maka maksud atau motivasi si
pelaku menjadi sangat penting, jadi perilaku berkeutamaan pasti disertai maksud
baik. Keutamaan diperoleh melalui jalan membiasakan diri dan proses latihan.
Keutamaan membuat manusia menjadi baik secara pribadi (Bertens, 2002).
Keutamaan moral berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang pantas
dikagumi dan disanjung. Tindakan yang mengandung keutamaan pantas dikagumi
karena tindakan tersebut benar-benar hebat, luar biasa dan mengagumkan. Tindakan
seperti itu berada pada tataran yang jauh melampaui tataran tindakan yang vulgar dan
biasa. Karena itu, keutamaan berarti excellence (sesuatu yang unggul dan
mengagumkan) atau suatu kualitas yag luar biasa.

ISI

Kejujuran bukanlah sebuah benda yang biasa yang sering kita lihat dan
sentuh, ia tak yang mudah digenggam erat sepanjang hidup. Karena memang kita
sering mengangapnya sebagai sesuatu dengan penuh risiko. Banyak orang yang
menggunakan berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkannya meski
melepaskan kejujuran dari genggamannya. Kejujuran tetaplah kejujuran yang tak
dapat disejajarkan dengan nilai materi beberapa juga karena memang ia tak mengenal
untung-rugi. Kejujuran adalah dasar dari kepercayaan, dan kepercayaan merupakan
dasar dari suatu hubungan (Schiller & Bryant, 2002).

Kalau kita lihat kondisi negara kita yang sedang terpuruk, tidak selalu
membutuhkan orang-orang pintar, karena mereka yang pintar bisa jadi akan menipu
rakyat dengan kepintarannya. Karena itu diperlukan pemimpin yang berkarakter baik
dan memiliki rasa kemanusiaan yang mencintai rakyat terutama yang miskin (Willis,
2005). Jadi pendidikan di sini masih membutuhkan pendidikan yang mengarahkan
pada pembangunan karakter, agar dapat menciptakan generasi muda yang tidak saja
pintar tetapi juga menjadikannya seseorang berkarakter baik luar dan dalam (secara
fisik atau mental) atau dengan kata lain menjadi Good harus pendidikan itu mengarah
kepada education of heart, tujuannya adalah agar orang bukan hanya dapat tetapi juga
mempunyai keinginan untuk memberi dan menerima kasih.

Namun permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena


dikalangan mahasiswa yaitu, budaya ketidakjujuran mahasiswa. Fakta menunjukkan
bahwa, budaya ketidakjujuran kian menggejala di kalangan mahasiswa. Bahkan akar
dari masalah korupsi, kolusi dan nepotisme di Indonesia adalah murni dari faktor
ketidakjujuran pada waktu menjadi mahasiswa. Saya masih mahasiswa, dan saya
melihat bahkan merasakan itu semua, bagaimana budaya ketidakjujuran mahasiswa
sangat sistemik. Semangat inovasi dan etos kerja para mahasiswa menunjukkan grafik
yang menghawatirkan. Indikatornya sederhana, terdapat beberapa contoh budaya
ketidakjujuran mahasiswa, misalnya mencontek, plagiasi, titip absen, dll.

Perilaku mencontek, plagiasi dan titip absen merupakan manifestasi


ketidakjujuran, yang pada akhirnya memunculkan perilaku korupsi. Kejujuran
merupakan barang langka di Indonesia. Banyak orang pintar yang lulus perguruan
tinggi, tapi sangat langka orang pintar yang jujur, sehingga berakibat sulitnya
mengukur kadar kesuksesan proses belajar-mengajar.

Persoalan ketidakjujuran tersebut merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan


dan perlu perhatian serius. Sebab, bagaimana mungkin institusi pendidikan, justru
menjadi sarang korupsi. Ini jelas berbanding terbalik dengan hakekat pendidikan yang
benar, yakni ingin menciptakan manusia yang berilmu dan bermoral. Dan apabila
budaya ketidakjujuran mahasiswa seperti mencontek, plagiasi, titip absen, dll tidak
segera diberantas, maka perguruan tinggi akan menjadi bagian dari ´pembibitan´
moral yang dekstruktif di Indonesia.

KESIMPULAN

Mengingat pentingnya pendidikan karakter bagi anak bangsa yang kelak


menjadi pemimpin, maka dari itu sangat penting prilaku jujur ini menjadi dasar
karakter yang mesti dibudayakan dan dimiliki bagi setiap generasi baru bangsa
Indonesia. Prilaku jujur menjadi dasar karena tanpa kekujujuran, seseorang tidak
dapat dipercaya melakukan apapun. Orang yang pandai berdusta akan merugikan
banyak orang dan sudah sangat jelas ia akan menyalah gunakan kepercayaan yang
akan diembannya kedepan. Oleh sebab itu kejujuran menjadi salah satu dasar penting
pendidikan karakter bagi calon pemimpin bangsa kedepan.
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, A. 2012. Gambaran Kejujuran Sebagai Landasan Keutamaan Moral


Mahasiswa Yang Sudah Pernah Mengambil Mata Kuliah Character Building.
Jurnal Ilmiah Humaniora 3(2): 566-572.

Lutfi Chakim, M. 2012. Menumbuhkan Budaya Jujur Mahasiswa Sebagai Paradigma


Baru. http://www.lutfichakim.com/2012/05/menumbuhkan-budaya-jujur-
mahasiswa.html. 16 Maret 2020 (11.30).

Lukito, R. 2019. Kejujuran. https://mediaindonesia.com/read/detail/261056-


kejujuran. 16 Maret 2020 (11.45).
PERANAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
BERETIKA

PEMAHAMAN

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang


memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi
sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang yaitu jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal ini berkaitan
dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika,
bermoral, sopan santun, dan berinteraksi dengan masyarakat. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan berinteraksi orang lain (soft skill). Hal ini mengisyaratkan bahwa
mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter


kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi manusia yang utuh. Pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, dan warga negara yang baik.

Dalam mengembangkan pendidikan karakter bangsa Indonesia, nilai-nilai


kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengembangannya. Karena nilai-
nilai kearifan lokal memiliki nilai-nilai kebaikan yang universal. Wagiran (2012)
mengemukakan bahwa pendidikan yang mengaitkan kearifan lokal dapat
meningkatkan karakter luhur peserta didik sesuai budaya Indonesia, yaitu memiliki
budi pekerti, pengendalian diri, dan sopan santun.

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam
bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom”
atau pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local
genious”.

Sartini (2004) mengemukakan pengintegrasian kearifan lokal dalam


pendidikan dapat membangun sikap peduli terhadap pelestarian alam, membangun
etika dan moral peserta didik, membangun etika politik, dan membangun etos untuk
melestarikan budaya warisan leluhur melalui aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari. Berdasarkan atas uraian dari para peneliti terungkap bahwa budaya lokal yang
adiluhung patut dimanfaatkan sebagai pendidikan karakter.

ISI

Membahas tentang karakter merupakan bahasan yang sangat penting dalam


membangun sumber daya manusia. Orang yang berkarakter kuat secara individual
maupun sosial adalah meraka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang
baik. Oleh karena itu, semua orang harus diberikan pendidikan karakter.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia


Kementrian Pendidikan Nasional (2011) mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber
dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2)
jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8)
demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat, (11) cinta tanah air, (12) menghargai
prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16)
peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Nilai-nilai karakter
yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan ini sejalan dengan nilai-nilai kearifan
lokal Bali yang telah lebih dulu dijunjung dan dilaksnakan oleh orang Bali. Oleh
karena itu, dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang
ada di Bali nilai-nilai budaya yang ada di bali dapat diintegrasikan dalam
pembelajarannya.

Inti dari kearifan lokal Bali adalah agama Hindu. Nilai-nilai budaya memiliki
sifat yang tidak kekal, seiring perkembangan jaman suatu dapat berubah-ubah sesuai
dengan pengaruh atau atau kemajuan ilmu dan teknologi. Sebagai contoh kearifan
lokal Bali yang disebut Tri Hita Karana, yaitu tiga hal yang menyebabkan kehidupan
manusia Bali bahagia. Ketiga hal tersebut adalah suatu budaya atau kebiasaan
bagaimana manusia Bali melakukan hubungan dengan Tuhan, melakukan hubungan
dengan sesama manusia, dan bagaimana melakukan hubungan dengan alam
lingkungannya (Geriya, 2007). Kearifan lokal Tri Hita Karana ini digunakan sebagai
pedoman dalam kehidupan di rumah tangga, di desa adat, dan kehidupan di bali
secara umumnya.

Kearifan lokal di atas sangat penting dipelajari dan diterapkan dalam


kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, nilai-nilai luhur yang ada dalam kearifan
lokal tersebut sudah sepatutnya di adaptasi dan diintegrasikan dalam melaksanakan
pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Karena melalui
pembelajaran kontekstual yang berkaitan dengan kearifan lokal dapat membentuk
sikap atau karakter yang religious, jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli,
toleransi, santun, percaya diri, mampu berinteraksi dengan lingkungan social dan
alam.

KESIMPULAN

Berdasarkan atas uraian di atas, simpulan yang dapat diambil adalah kearifan
lokal dapat diintegrasikan dalam pendidikan karakter selain itu menggali dan
melestarikan berbagai unsur kearifan lokal, tradisi dan pranata lokal, termasuk norma
dan adat istiadat yang bermanfaat dan dapat berfungsi efektif dalam pendidikan
karakter, sambil melakukan kajian dan pengayaan dengan kearifan-kearifan baru.
Mengacu pada teori Social Learning, bahwa sesungguhnya kearifan lokal merupakan
pola perilaku yang dipelajari, artinya bahwa masyarakatpun dapat “tidak belajar
untuk keras” alias mempunyai karakter yang baik. Kearifan lokal apabila
diterjemahkan secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di
dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di
suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada
di dalam wilayah tersebut. Kalau mau jujur, sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini
sudah diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-
anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan tepa salira merupakan
contoh kecil dari kearifan lokal. Sudah selayaknya, kita untuk menggali kembali
nilai-nilai kearifan lokal yang ada agar tidak hilang ditelan perkembangan jaman, dan
menjadi karakter bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Arnyana (2014). Peran Budaya Bali Dalam Mengembangkan Pendidika Karakter Di


Sekolah. Seminar Nasional FMIPA Undhiksa IV hal 188-195.

Wagiran (2012). Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Humemayu


Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-nilai Karakter Berbasis Budaya). Jurnal
Pendidikan Karakter. 3(3) hal 329-339.

Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat. 37(2) Agustus hal 111-120.
MAKNA KEMULIAAN SEBAGAI MORALITAS DALAM KEHIDUPAN

PEMAHAMAN

Orang mulia bukanlah orang yang di mana-mana dimuliakan orang, tetapi


adalah orang yang senantiasa berbuat kemuliaan. Kemuliaan berasal dari kata dasar
“mulia” merupakan kata sifat yang berarti kedudukan yang tinggi, pangkat yang
tinggi, martabat yang tinggi; tertinggi; luhur; terhormat. Sedangkan kemuliaan itu
sendiri berarti keluhuran; hal mulia; keagungan; kehormatan.

Kemuliaan adalah derajat atau kedudukan seseorang yang tinggi, pangkat


yang tinggi, martabat yang tinggi dan luhur, baik di hadapan manusia mupun di
hadapan Tuhannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu tingkat kemuliaan itu
seseorang harus meraihnya dengan cara-cara tertentu dan perbuatan serta perilaku
tertentu yang dianggap terpuji. Dimana perilaku atau perbuatan yang terpuji tersebut
sangat erat hubungannya dengan bagaimana moral manusia itu sendiri.

Moral adalah uatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap individu
dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat dan
menghormati antar sesama. Dengan kata lain, istilah moral merujuk pada tindakan,
perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada di suatu
masyarakat.

ISI

Sejatinya manusia, sejak kali pertama dilahirkan, telah dimuliakan dan


dilebihkan Tuhan dari makhluk-makhluk yang lain. Namun dalam proses kehidupan
selanjutnya, tidak semua manusia dapat mempertahankan kemuliaan itu. Hanya
sedikit yang tetap dan dapat melestarikan kemuliaan tersebut. Kebanyakan jatuh ke
lembah kenistaan dan kehinaan. Hal ini terjadi karena mereka tidak mengetahui
apakah sesungguhnya kemuliaan itu.

Perlu kita ketahui bahwa kemuliaan manusia akan tetap melekat pada dirinya
manakala ia mampu menempatkan diri dengan sebaik-baiknya. Berlandaskan agama
dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemuliaan manusia tak akan
berkurang, meskipun di dunia ia tak memiliki apa-apa. Kekayaan, kedudukan, uang,
jabatan ataupun gengsi tak akan mempengaruhi kemuliaan manusia, selama ia tetap
berpegang teguh pada norma-norma agama.

Di antara manusia ada yang merasa bahwa dirinya menjadi mulia, bila
berhasil mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ada yang merasa mulia kalau
berhasil memiliki ilmu yang tinggi. Ada pula yang menganggap dirinya akan menjadi
mulia jika berhasil menduduki jabatan dan meraih kekuasaan yang tinggi. Ada pula
seorang merasa mulia karena dilahirkan dari keturunan kaum bangsawan, anak dari
suku tertentu, atau berasal dari bangsa tertentu, padahal sesungguhnya kemuliaan itu
tidak diukur dari tingkat kekayaan, keilmuan, atau kekuasaan seseorang. Namun
ditentukan oleh bagaimana ketakwaan, etika maupun moral dari manusia itu sendiri.
Karena itulah, agama yang dilandasi dengan keimanan dan takwa akan dapat menjaga
nilai kemanusiaan yang kita miliki. Semakin dekat diri kita dengan Tuhan, maka kita
pun akan semakin punya nilai. Sebaliknya jika kita sudah jauh dari agama dan
melupakan Tuhan, bisa jadi wujud kita adalah manusia namun nilai kita sebagai
manusia sudah semakin menipis, pupus bahkan hilang sama sekali.

KESIMPULAN

Menjadi mulia adalah keinginan setiap manusia, namun tidak setiap manusia
mengetahui tentang hakikat kemuliaan. Berbagai usaha diupayakan manusia untuk
menjadi mulia, padahal sesungguhnya kemuliaan seseorang bukan diukur dari
seberapa banyak gelar akademisnya, seberapa banyak hartanya, dan lain sebagainya.
Tetapi kemuliaan yang hakiki adalah kemuliaan atas ketakwaan seseorang kepada
sang maha pencipta.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, M. 2016. Kemuliaan Manusia.


https://diaryqolbu.wordpress.com/2016/08/10/kemuliaan-manusia/. 16 Mei
2020(19.00).

Lektur.ID. 2020. Kemuliaan – Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://lektur.id/arti-


kemuliaan/. 16 Mei 2020 (18.30).

Wikipedia. 2020. Moral – Wikipedia Bahasa Indonesia.


https://id.wikipedia.org/wiki/Moral. 16 Mei 2020 (18.30).

Anda mungkin juga menyukai