Anda di halaman 1dari 6

Desain Lingkungan Binaan

Rumah Kampung Nelayan Bulak Surabaya


Rayi Legitasari, Ramadhani R. Isnanda, Haidar R. Darmawan, Athallah O.L. Zirhansa, Susy B. Astuti
e-mail: rayilegitasari@yahoo.com
Abstrak—Surabaya merupakan wilayah pesisir yang ikan asin). Menjadi bagian dari salah satu kota terbesar di
berkembang dan terdapat wilayah pesisir kampung nelayan Indonesia, permasalahan yang dihadapi masyarakat di
yaitu Kampung Nelayan Bulak. Permasalahan yang dihadapi Kecamatan Bulak juga tidak jauh berbeda. Salah satunya
masyarakat pesisir di Kecamatan Bulak juga tidak jauh
adalah luas lahan yang terbatas.
berbeda dengan daerah kumuh di kota besar lainnya. Salah
satunya adalah luas lahan yang terbatas dengan segala
Gaya hidup masyarakat di Kecamatan Bulak berbeda
kebutuhan yang diperlukan. dengan gaya hidup masyarakat perkotaan pada umumnya,
Penelitian dilakukan dengan metode observasi yaitu survey kebutuhan yang dimiliki masyarakat di sana juga berbeda.
lapangan secara langsung untuk mendapatkan data aktivitas, Observasi dilakukan terkait keadaan terkini masyarakat
data eksisting, dan budaya para penduduk di Permukiman di wilayah tersebut guna mendapatkan bagaimana
Nelayan Bulak. karakteristik bangunan yang mampu memenuhi kebutuhan
Perancangan sebuah modul rumah nelayan yang mampu masyarakat Kampung Nelayan Bulak ditinjau dari aktivitas
memenuhi setiap kebutuhan pengguna dengan space yang dan perekonomian mereka serta bagaimana karakteristik
terbatas. Perancangan ini dimaksudkan membawa perubahan bangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
dari segi kelayakan huni untuk para penduduk. Diawali
dengan desain rumah nelayan yang layak huni akan
memberikan perubahan pada lingkungan dan membentuk II.TINJUAUAN PUSTAKA
sebuah lingkungan binaan. A. Lingkungan Binaan
Kata Kunci—masyarakat pesisir, permukiman nelayan, Desain berkelanjutan (sustainable design) yang merupakan
permukiman layak huni. salah satu penjabaran dari konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang lebih besar
menitik beratkan pada konsep filosofi perancangan obyek
Abstract— Surabaya is a developing littoral territory that fisik, lingkungan binaan, dan layanan untuk mematuhi
has littoral territory namely bulak fishermen's village. The prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan ekologi yang
problems faced by kecamatan bulak littoral people aren’t berkelanjutan. Dengan demikian maka desain berkelanjutan
much different with another slum area in big cities. One of (sustainable design) adalah desain untuk mengatasi kondisi-
them is limited land area with all the necessary needs. kondisi yang terjadi dewasa ini terkait dengan krisis
The research was conducted using the observation method lingkungan global, pertumbuhan pesat kegiatan ekonomi
with direct field survey to get activity data, exsisting data, and dan populasi manusia, depresi sumber daya alam, kerusakan
the culture of the residents in kecamatan bulak.
ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati manusia.
The design is intended to bring changes in term of livability for
Desain berkelanjutan (sustainable design) berusaha
residents. Starting with the design of livable fishing house will
change the environment and form a bulit environment. mengurangi dampak negatif pada lingkungan, kesehatan dan
Keywords—coastal region’s habitant, fishermen’s village, a kenyamanan penghuni bangunan, sehingga meningkatkan
worth-living settlement. kinerja bangunan.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) :
1. Keberlanjutan Ekonomi
I. PENDAHULUAN 2. Keberlanjutan Sosial
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia 3. Keberlanjutan Ekologi
dengan luas wilayah 1.904.569 km2 yang di dalamnya
terdapat berbagai macam jenis lingkungan dimulai dari B. Permukiman
lingkungan dataran tinggi hingga lingkungan pantai dan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar
pesisir. Pulau Jawa adalah salah satu pulau besar yang kawasan lindung baik yang berupa kawasan perkotaan
memiliki daerah pantai yang berkembang, salah satu maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
contohnya adalah Surabaya. Surabaya merupakan wilayah tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan mendukung
pesisir yang berkembang dan memiliki pelabuhan besar prikehidupan dan penghidupan. Perumahan dan
yaitu Pelabuhan Tanjung Perak yang menandakan daerah permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan
pesisir Surabaya sudah berkembang. Berkembangnya daerah dan berkaitan erat dengan aktifitas ekonomi, industrialisasi
pesisir tentu memiliki hubungan sebab akibat dengan dan pembangunan daerah. ( UU no.1 Tahun 2011 tentang
kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Perumahan dan Kawasan Permukiman.)
Kecamatan Bulak merupakan salah satu wilayah pesisir Menurut ahli, permukiman adalah perumahan dengan
di Surabaya. Selayaknya pemukiman pesisir pada umumnya, segala isi dan kegiatan yang ada di dalamnya. Berarti
masyarakat di kecamatan ini sebagian besar permukiman memiliki arti lebih luas daripada perumahan
menggantungkan hidup pada hasil laut baik secara langsung yang hanya merupakan wadah fisiknya saja, sedangkan
(ikan, udang, kepiting, dll.) maupun olahan (kerupuk, terasi, permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam,
lindungan, dan jaringan) dan isinya (manusia yang hidup rendah, prasarana lingkungan kurang memadai yang
bermasyarakat dan berbudaya di dalamnya). (Kuswartojo, membahayakan penghuninya (Budiharjo,1997).
1997 : 21) Pada dasarnya suatu permukiman kumuh terdiri dari
beberapa aspek penting, yaitu tanah/lahan,
C.Wilayah Pesisir Pantai
rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana dasar,
Pada umumnya wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang terajut dalam suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan
peralihan antara daratan dan lautan. Berdasarkan keputusan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan permukiman
menteri kelautan dan pariwisata Nomor: KEP.10/MEN/2002 kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. Oleh karena itu
tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir permukiman kumuh harus senantiasa dipandang secara utuh
terpadu, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dan intégral dalam dimensi yang lebih luas (Suparno, 2006).
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling Berikut merupakan kriteria perumahan dan permukiman
berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai menurut PP 14/2016 Pasal 108:
untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu 1. Ditinjau dari Bangunan/Gedung
(kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan kearah 2. Ditinjau dari Jalan Lingkungan
darat batas administrasi kabupaten/kota. 3. Ditinjau dari Drainase Lingkungan
Pesisir adalah suatu wilayah yang lebih luas dari pada 4. Ditinjau dari Pengelolaan Sampah
pantai. Wilayah pesisir mencakup wilayah daratan sejauh 5. Ditinjau dari Pengelolaan Air Limbah
masih mendapat pengaruh laut (pasang surut dan 6. Ditinjau dari Sistem Penyediaan Air Minum
perembasan air laut pada daratan) dan wilayah laut sejauh 7. Ditinjau dari Proteksi Kebakaran
masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air sungai dan
sedimen dari darat). Jika dari kejauhan masih terdengar
deburan ombak dan merasakan hembusan angin laut, daerah III. METODELOGI DESAIN
tersebut masih disebut pesisir. Menurut badan koordinasi
survey dan pemetaan nasional (BAKOSURTANAL) batas A. Metode Penelitian
wilayah pesisir ialah daerah yang masih ada pengaruh Metode penelitian yang digunakan penulis adalah
kegiatan bahari dan sejauh konsentrasi (desa) nelayan. metode survey lapangan secara langsung. Survey
Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang lapangan dilakukan sebagai langkah awal untuk
memiliki potensi sumber daya yang sangat besar. Wilayah mengetahui kondisi aspek-aspek penting dalam
tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan mengevaluasi kampung nelayan Bulak. Dengan survey
sumbangan yang berarti bagi peningkatan taraf hidup lapangan, diperoleh foto-foto yang merupakan gambaran
masyarakat di kawasan pesisir dan juga sebagai penghasil kondisi eksisting dari kampung nelayan Bulak meliputi
pendapatan daerah yang sangat penting. perumahan warga, kondisi jalan perkampungan, dan
akses daratan menuju laut para nelayan. Data yang
D.Permukiman Layak Huni dihimpun meliputi data primer dan data sekunder
Menurut PERMENPERA (2008), pemukiman layak huni
adalah lingkungan hidup di luar kawasan lindung, yang 1) Data Primer
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat Sumber data primer diperoleh dari observasi,
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan pengambilan gambar dan dokumentasi saat peninjauan
yang sehat dan aman yang didukung dengan prasarana, secara langsung ke lokasi.
sarana dan utilitas umum (PSU) dengan penataan sesuai
dengan standar dan tata ruang yang berlaku serta menjamin 2) Data Sekunder
kesehatan masyarakat. Hal ini didukung oleh pendapat Sumber data sekunder diperoleh dari katalog resmi
Kurniasih (2007), pemukiman dapat terhindar dari kondisi dari BPS Surabaya, “Kecamatan Bulak Dalam Angka
kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan 2018”
dan permukiman sesuai dengan standar yang
berlaku,sehingga dapat disimpulkan bahwa permukiman B. Pengolahan Data
dikatakan layak apabila kondisi elemen fisik Data yang berhasil dihimpun kemudian dianalisis
permukimannya memenuhi standar yang berlaku. Secara untuk mencari kesimpulan berupa kondisi masyarakat di
khusus tujuan penelitian ini ingin menjawab tentang kampung nelayan Bulak yang ditinjau dari keadaan
ketercapaian perwujudan permukiman layak huni dalam bangunan tinggal, kondisi ekonomi, sosial budaya, dan
rangka program PLPBK ini, dinilai tidak hanya berdasarkan aktivitas masyarakat di daerah kampong nelayan Bulak.
tingkat kesesuian kondisi fisik lingkungan permukiman Hasil analisis yang didapat kemudian diolah untuk
dengan kriteria permukiman layak huni namun juga mencari alternatif solusi yang bisa diberikan sesuai
bagaimana peningkatan kondisi fisik lingkungan keilmuan desain interior.
permukiman sebelum dan sesudah pelaksanaan program
PLPBK di lokasi penelitian. IV. HASIL PENELITIAN
E. Permukiman Kumuh
A. Hasil Observasi Objek
Permukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang
kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain; 1) Letak
berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan tata Terletak di Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan
ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luas lahan Bulak, Kota Surabaya. Sekitar 7 km dari ITS.
yang terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit Kelurahan Kedung Cowek memiliki luas 1,13km 2
lingkungan serta adanya kualitas bangunan yang sangat dengan batas wilayah bagian Utara adalah Kecamatan
Kenjeran, Timur Selat Madura, Selatan Kecamatan
Mulyorejo, dan sebelah Barat adalah Kecamatan
Tambaksari, Masyarakat sekitar sebagian besar
memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan melaut dan
mengolah hasil tangkapan untuk dikonsumsi ataupun
dijual Kembali.
Gambar 1. Keadaan bangunan di Permukiman Nelayan Bulak
Perkampungan dengan kepadatan penduduk 520
jiwa/km2 ini terdiri dari deretan rumah-rumah yang b) Ditinjau dari Jalan Lingkungan
berjajar sempit (tembok bertemu tembok) dengan luas jaringan jalan tidak melayani seluruh lingkungan
bangunan yang juga sempit sekitar 2,5-3m x 6-7m. perumahan/permukiman. Kualitas permukaan jalan
lingkungan buruk dan banyak benda yang
menghalangi sirkulasi.
2) Keadaan Lingkungan

a) Sosial
Masyarakat sekitar memiliki hubungan yang kuat
satu sama lain. Masih adanya keterbukaan antar
masyarakat, dapat dilihat dari seringnya ibu-ibu
berkumpul dan komunikasi pada saat mengolah hasil
laut.
Sarana Pendidikan dan kesehatan di Kampung
Nelayan Bulak kurang memadai, hanya terdapat satu
sekolah yang menggabungkan siswa TK hingga SD
dan tidak ada puskesmas ataupun fasilitas kesehatanGambar 2. Keadaan jalan di Permukiman Nelayan Bulak
standar lainnya. Keadaan lingkungan disana juga
tidak tertata dengan baik dan terkesan kumuh. c) Ditinjau dari Drainase Lingkungan
tidak tersedia daerah resapan air seperti tahan dan
b) Ekonomi tumbuhan di sekitar permukiman. Sehingga tidak
Keadaan ekonomi masyarakat disana tergolong mampu mengalirkan limpasan air hujan karena tidak
menengah kebawah, dimana sebagian besar terdapatnya selokan air untuk jalur air hujan.
masyarakat bergantung pada sector kelautan seperti
nelayan, pengrajin kerang dan sumberdaya laut, serta d) Ditinjau dari Pengolahan Sampah
produsen dan supplier ikan asin. prasarana dan sistem pengelolaan persampahan
tidak sesuai persyaratan teknis dikarenakan
c) Budaya kurangnya tempat sampah.
Adanya sense of belonging yang tinggi. Diketahui
dari kebutuhan sehari-hari yang ditemukan dengan
adanya toko-toko kelontong yang terdapat di daerah
tersebut. Karena mereka menolak adanya
supermarket bahkan minimarket seperti Indomaret,
Alfamart, dll.

3) Permasalahan
Berikut merupakan analisis Daerah Kampung
Nelayan Bulak dengan tinjauan kriteria perumahan Gambar 3. Pesisir pantai yang penuh
dan permukiman menurut PP 14/2016 Pasal 108: dengan sampah penduduk

a) Ditinjau dari Bangunan/Gedung


Bangunan tidak teratur dengan posisi rumah yang
maju dan mundur sehingga terlihat kurang rapi.
Tingkat kepadatan tinggi menyebabkan posisi rumah
yang sangat berhimpitan satu sama lain tanpa adanya
celah. Kualitas bangunan tidak memenuhi syarat.
4) Objek Kajian Nama Ruang Dimensi Aktifitas Keterangan
Untuk studi hunian kampung nelayan yang layak
huni, berikut adalah gambaran studi aktivitas : Teras 4m x 0.7m -berkumpul dengan
tetangga

a) Studi Aktivitas -mempersiapkan


peralatan melaut
-mengolah hasil
tangkapan

Ruang Serbaguna 3.5m x 2m -berkumpul


keluarga
-menonton tv
-makan

Kamar Tidur 2m x 1.75m -istirahat


-belajar

Dapur 3m x 2m -memasak Beberapa rumah


-mengolah hasil memiliki bagian
laut outdoor di area
belakang untuk
menjemur pakaian

Halaman Depan 0.8m x 4m -berkumpul dengan Beberapaa rumah


tetangga tidak memiliki
-mengolah hasil halaman depan,
tangkapan ikan digabungkan
menjadi teras

\ Tabel 2. Studi Ruang

Tabel 1. Studi Aktivitas

Aktivitas masyarakat di kampung nelayan ini


sebagian besar dilakukan di area bersama seperti
teras, ruang tengah, dan ruang produksi hasil laut
Gambar 4. Layout Eksisting
sehingga dapat disimpulkan area tersebut merupakan Masalah utama pada tata ruang rumah nelayan ini
area yang harus ada dan diperhatikan dalam adalah tidak adanya pembagian area antara ruang
bangunan rumah masyarakat Kampung Nelayan untuk beraktifitas sehari-hari dengan ruang untuk
Bulak. Dengan aktivitas penghuni pria yang sebagian melakukan pekerjaan melaut, sehingga privasi
besar melaut di malam hari dan istirahat di siang hari, kurang terjaga. Pada eksisting juga tidak terdapat
penghuni wanita merasa perlu untuk bersosialisasi ruang dan alur khusus untuk pengolahan ikan,
satu dengan lainnya sehingga teras menjadi sehingga kegiatan ini sering mengganggu aktivitas
komponen penting untuk ibu-ibu di wilayah teersebut lainnya. Dibutuhkan ruang tambahan serta alur
bersosialisasi dengan tetangganya. khusus untuk pengolahan ikan.
b) Studi Ruang B. Hasil Desain
Rata-rata luas rumah di Kampung Nelayan Bulak Mengidentifikasi dan menganalisis dari
adalah 28m2 dengan pembagian ruang meliputi teras, permasalahan-permasalahan yang tertera diatas,
ruang serbaguna, kamar tidur, dapur, dan halaman dirumuskan sebuah solusi perancangan untuk rumah
depan. Berikut adalah studi dan denah ruang nelayan. Pertama, dimulai dari rancangan setiap unit
rumah yang mampu mendukung setiap kebutuhan para
nelayan dan keluarganya. Kedua, dirancang tata letak
permukiman yang disesuaikan dengan keadaan yang
berada di pesisir pantai. Berikut merupakan solusi
perancangan bangunan tersebut:
Gambar 6. Rancangan Rumah Nelayan

Pada rancangan rumah nelayan ini, terdapat


ruang-ruang khusus untuk kegiatan mengolah hasil
laut sehingga dapat terfasilitasi dengan baik dan
tidak mengganggu lingkungan dan kegiatan lainnya.

Gambar 5. Zoning dan Layouting

Tata letak ruangan dibagi dengan menyesuaikan


dengan aktivitas dan kebutuhan masyarakat. Terdapat
area khusus untuk kegiatan diluar (outdoor) seperti
menjemur pakaian dan menjemur ikan. Pada rancangan Gambar 7. Tempat Menjemur Ikan
ini juga terdapat area khusus untuk persiapan dan
selesai melaut, sehingga tidak mengganggu kegiatan
yang sedang berlangsung di ruang tengah maupun area Pada lantai dua, terdapat Tempat khusus untuk
privat lainnya. melakukan penjemuran ikan. Pekerjaan masyarakat
dimudahkan dengan adanya space untuk menjemur.
Pembuatan ikan asin menjadi lebih mudah dan
dirumah sendiri, sehingga tidak mengganggu jalan.
Gambar 8. Area Lantai Satu

Pada lantai satu, terdapat area terbuka dibagian


muka bangunan yang dapat digunakan sebagai
kegiatan mengolah hasil laut. Area teras juga dapat
memfasilitasi kegiatan dan kebiasaan masyarakat
untuk berkumpul dan saling interaksi.

V. KESIMPULAN

Desain modul rumah tinggal nelayan ini bertujuan


untuk membentuk sebuah lingkungan binaan di
sebuah Permukiman Nelayan. Desain ini dibuat
berdasarkan analisis aktivitas dan disesuaikan dengan
kebutuhan dari masyarakat permukiman nelayan.
Desain modul dimaksudkan membawa perubahan
dari segi kelayakan huni dibandingkan dengan desain
rumah permukiman nelayan yang lama. Diawali
dengan desain rumah nelayan yang layak huni akan
memberikan perubahan pada lingkungan dan
membentuk sebuah lingkungan binaan.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Pangestu, Ghea Ossiana dan Dewi Septanti.


2017. “Desain Kampung Nelayan dengan
Pendekatan Perilaku”. 6(2). Halaman 2.
(2) Perumnas, “Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang
Perumahan dan Permukiman,” 1992.
(3) Budiharjo, E 1997, Arsitektur pembangunan
dan konservasi, Djambatan, Jakarta.
(4) Suparno, SM 2006, Perencanaan dan
Pengembangan Perumahan, Andi, Yogyakarta.
(5) Noris, Dodi, Sugianto, dan Irin Caisarina. 2017.
“Kajian Perubahan Tingkat Kekumuhan Pasca
Penanganan Kawasan Kumuh Cot Bak U, Kota
Sabang Provinsi Aceh”. 1(2). 361-363.
(6) Wijayanti, Diana Putri, Murtanti Jani Rahayu,
dan Rizon Pamardhi Utomo. 2015.
“Ketercapaian Perwujudan Lingkungan
Permukiman Layak Huni Dalam Rangka
Program Penataan Lingkungan Permukiman
Berbasis Komunitas (PLPBK) di Kabupaten
Karanganyar”. 13(2).

Anda mungkin juga menyukai