Anda di halaman 1dari 49

Manajemen Pendidikan Tinggi

Nizam dan T. Bassaruddin


Direktorat Kelembagaan dan Kerja Sama
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1
Peluang dan Tantangan
Pendidikan Tinggi di Indonesia

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2
Wake up calls
Tantangan Pengembangan Dikti : Universial
Globalisasi &
internasionalisasi,
perdagangan barang
dan jasa lintas negara
persaingan ketat
Lahirnya
knowledge-based
Pembelajaran economy,
sepanjang hayat sumberdaya pengetahuan
iptek baru, mengalahkan
pengetahuan baru sumberdaya alam
Perguruan dan modal
Tinggi

Perubahan Kemajuan IPTEK


lingk kerja & TIK
pendidikan makin Krisis global Moda pembelajaran
dibutuhkan economic crunch, teknologi pembelajaran
perubahan iklim,
kerawanan pangan,
energi, lingkungan,
ketidak adilan,
terorisme 4/41
Tantangan Pengembangan Dikti : Nasional
Menuju Generasi
Emas
Peluang dan tantangan
bonus demografi
Indonesia Reformasi &
Demokrasi
Perluasan Akses dinamika reformasi
dan Kesetaraan dan transformasi menuju
ekspansi sistem masyarakat demokratis,
pendidikan tinggi penegakan
Perguruan hukum
Tinggi
Tuntutan Dinamika
Mutu dan Kinerja
rendahnya output
Sosial Ekonomi
Tridharma, pergeseran masyarakat
kesenjangan Dunia agraris ke industri
mutu kerja urbanisasi
angka pengangguran,
mismatch
5/41
institutions and natural endowments. Its transformation into the world’s most
dynamic economic region has been a defining development of our time.
Over the past 20 years, one-third of the world’s population has re-engaged with the
Asian Century
global economy and more are set to do so (Chart 1.1). Living standards for billions of
people in Asia have improved at a rate not previously experienced in human history.
Chart 1.1: Asia’s rising
Share of world output
Per cent Per cent
100 100

75 75

50 50

25 25

0 0
1950 1970 1990 2010
Asia North America and Europe Rest of the world

Note: GDP is adjusted for purchasing power parity (2011 prices). See glossary for the definition of country
groupings in this chart.
Source: Conference Board (2012).

Between 2000 and 2006, around a million people were lifted out of poverty every
2.1 Introduction
Asia continue to rise
Embracing more than half of the globe’s population, the transformation now
underway in Asia is happening within compressed time frames (Chart 2.1).

Chart 2.1: Asia’s economic resurgence is set to continue


20,000 Income per person US$ Income per person US$ 20,000

2025
15,000 15,000

10,000 10,000
2010

5,000 1990 5,000

1970
1870 1913 1950
1820
0 0
Note: Bubble area reflects the size of GDP. GDP adjusted for purchasing power parity (2011 prices). See
glossary for definition of Asia and description of Treasury projections. See Appendix A for a description of
Asia’s resurgence to date.
Sources: Maddison (2010), Conference Board (2012), IMF (2012c) and Treasury projections.

Average living standards are set to improve dramatically and transform the way
people live and work. Asia’s economies are projected to expand at a strong rate. The
trajectory.
As the large ‘boom’ cohorts reached prime working and saving age (Chart 1.2), the
Demographic dividend
productive capacity of economies such as Japan and South Korea expanded. During
this phase—from 1965 to 1990—East Asia’s working-age population grew nearly four
times faster than its dependent population (Bloom & Williamson 1997).

Chart 1.2: Asia’s demographic dividend


Share of working-age population

80 Per cent Per cent 80 Per cent Per cent


80 80

70 70 70 70

60 60 60 60

50 50 50 50

40 40 40 40
1950 1975 2000 2025 1950 1975 2000 2025
Australia China India Indonesia
Japan Malaysia Philippines South Korea
Thailand
Source: UN (2011b).
Comparison of Demographic Profiles in 2030

USA Japan

Malaysia Indonesia

Diolah dari world demography, 2011


sharply—primary school net enrolment rates are currently nearly 90 per cent in the
Philippines and are close to universal in Cambodia and Indonesia (World Bank 2012d).

Average years of formal schooling


But the most profound changes occurred in secondary and higher education. Average
years of formal education were extended across the region, as more people stayed in
education for longer (Chart 1.3).
Chart 1.3: Average years of formal schooling
Population aged 15 and above
Years Years
15 Years 15 15 Years 15

10 10 10 10

5 5 5 5

0 0 0 0
1950 1970 1990 2010 1950 1970 1990 2010
Australia China India Indonesia
Japan Malaysia Singapore South Korea
Taiwan United States

Source: Barro & Lee (2010).

Between 1970 and 2001, secondary school enrolment rates in some of the region’s
largest developing countries—Indonesia, Malaysia, Thailand and China—more than
Output per person
Chart 2.6: Output per person
Per cent of United States output per person
100 Per cent Per cent 100

80 80

60 60

40 40

20 20

0 0
1950 1965 1980 1995 2010 2025
China India Indonesia Japan South Korea
Note: GDP adjusted for purchasing power parity (2011 prices).
Sources: UN (2011b), Conference Board (2012), IMF (2012c), Maddison (2010) and Treasury projections.

With few exceptions, economies in Asia have been rapidly catching up with the
Kunci kemajuan: SDM dan IPTEK
1
Kondisi Peringkat Produktivitas SDM Indonesia
SEBAGAI INDIVIDU &
SEBAGAI KELOMPOK MASYARAKAT 8: Average working
hours: 2100 hrs/yr 10
(Hasil Survey IMD tahun 2012 dari 59 Negara Terkemuka)

20
20: Acceptance of
foreign ideas

27: Brain drain 27: Values System of


Society 28: Attitudes toward 28: Atracting & retaining
31: Flexibility & 31: Corporate value
30 Globalization talents
adaptability toward employee 32: Workers motivation 32: Employee training
33: Emphasis on cus- 33: Image of Indonesia
tomer’s satisfaction abroad 34: Entrepreneurship 34: Social system
sesponsibility
36: Values System of
Society 40 39: Auditing & accounting
practices implementation
41: Competent 41: Adaptability of com-
Senior Manager panies to market change 44: Ethical practices
45: Quality of skilled
labor 47: Labor relations 47: International 47: Efficiency of large
experiences companies
48: Efficiency of SME’s
50
52: Productivity of 52: Productivity of
agricultures (PPP) Industry (PPP)

57: Productivity of
Services (PPP) 58: Labor productivity 58: Overall productivity
58 Indonesia
PDB Daerah per Kapita 2010 (juta rupiah)
MALUT
5,19
GORONTALO
NAD 14,90 SULUT
17,24 KEPRI 16,22 MALUKU
42,65 5,27
SUMUT SULBAR
21,24 9.48
KALBAR PAPUA BRT
13,76 KALTIM SULTENG 29,62
SUMBAR RIAU 90,37 13,99
18,00 61,88 BABEL SULSEL
21,01 KALTENG 14,67 SULTRA PAPUA
9,68 14,90 31,57
JAMBI KALSEL
BENGKULU 17,40 16,14
10,51 SUMSEL
21,18
LAMPUNG
14,10

DKI JKT BALI


89,74 JATIM 17,14
BANTEN JATENG 20,77 NTB NTT
16,04 13,72 10,91 5,92
D.I.Y.
13,19
JABAR
17,90

Tiga Tertinggi Tiga Terendah


KALTIM Rp 90,37 juta USD 10.095 NTT Rp 5,92 juta
DKI Jakarta Rp 89,74 juta USD 9.996 MALUT Rp 5,19 juta
RIAU Rp 61,88 juta USD 6.913 MALUKU Rp 5,27 juta
6 Koridor dalam tahun 2010
KE KE KE KE KE KE
SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI BALI - NUSA PAPUA-
TENGGARA MALUKU

Sentra Produksi dan Pendorong Industri Pusat Produksi dan Pusat Produksi dan Pintu Gerbang Pusat
Pengolahan Hasil dan Jasa Nasional Pengolahan Hasil Pengolahan Hasil Pariwisata dan Pengembangan
Bumi dan Lumbung Tambang dan Pertanian, Pendukung Pangan Pangan, Perikanan,
Energi Nasional Lumbung Energi Perkebunan, Nasional Energi dan
Nasional Perikanan, Migas Pertambangan
dan Pertambangan NasionaL
Nasional

PDB
2010 3,701
1,217
(RpTriliun) 482 243 143 125
Penduduk
2010 46.27 136.61
(Juta
jiwa) 13.79 17.37 13.07 6.16
PDB/
Kapita 34.96
26.30 27.09
2010 20.28
(RpJuta) 13.99
10.94
Contoh 1 Penggalian Nilai Tambah: KAKAO
Bahan baku utama

Karakter SDM Ke- Iklim dan Infra Keekono Standar Ke- Ke-
lahan & &tradisi cocokan energi struktur mian penyerap cocokan butuhan
iklim berkebun bahan tersedia an rasa
masyara baku
kat

Rp 15.000 –
Budi Rp 25.000/kg EKSPOR EKSPOR
Bibit Panen Trans-
Daya
Sultra portasi
Sultra

Pengo- Trans-
lahan portasi Perda-
Coklat Con- gangan
Kon- sumer
Fermen- Penge- Penyim- sumsi goods
tasi ringan panan
Rp 20.000 –
Rp 30.000/kg Pengolahan Industri Outlet
Cacao Powder Kecil Kreatif
INOVASI NILAI & Butter

TAMBAH
Pertanian Tradisionil Industri Pengolahan
• Keanekaragaman tanah, posisi, hasilkan • Perlu pasokan bahan baku yang seragam
keberagaman buah & biji Gap yang perlu (kering, ukuran, berat, rasa)
• Iklim tropika basah hasilkan panen yang • Perlu pasokan secara rutin dan
tidak seragam sepanjang tahun diatasi melalui berkelanjutan
• Ketergantungan waktu pada alam inovasi teknologi • Perlu ketepatan waktu cukup umur agar
tepat kandungannya
Contoh 2 Penggalian Nilai Tambah:BATUBARA
Kualitas Tinggi

US$ 60-90/ton
+25%

Batubara 262 juta ton di 2010, menjadi


Indonesia >500 juta ton di 2025

Kualitas Medium
& Rendah +75% US$ 30-40/ton Kebutuhan
Internasional
US$ 60-90/ton &
Nasional

Coal Upgrading Meningkatkan kualitas


dengan biaya + US$ 12/ton

Low rank coal (lignite):


ROM Menjadi Ideal Finished Product
AR Calorie 2200 - 3700 kcal/kg AR Calorie >5300 kcal/kg
TM 40-60% INOVASI TM < 15%
Medium rank coal (sub-
NILAI
bituminous) TAMBAH Menjadi Ideal Finished Product
ROM
AR Calorie 4100-5300 kcal/kg AR Calorie >6000 kcal/kg
TM < 30% TM < 10%
SDM Populasi Sarjana Teknik

7,657,000

4,010,000

Populasi ST 593,000 603,000


1,225,000
90,000 265,000

Population,
2008 (mio) 194,2 1.336,3 1.186,2 225,7 48,4 27,0 64,3 88,5

USA:
2025: 1.571.900 ST
7.500? 25,309 (2008)
= 5.174 ST/1
ST
juta penduduk
/1 juta 5,730 3,380 3,333 4,121
penduduk 3,053 2,671

Brazil China India Indonesia Korea Malaysia Thailand Vietnam


Dari berbagai sumber, dari tahun 2004 2007
PERBANDINGAN S3 BEBERAPA NEGARA

JUMLAH S3
S3 POPULASI per1juta
NEGARA Thn 2011 penduduk Dengan
pertambahan 15%,
INDONESIA 23.000 234.000.000 98 tahun 2022
menjadi 500 /1
MALAYSIA 14.000 27.500.000 509 juta penduduk

INDIA 1.690.000 1.198.000.000 1.410


JERMAN 328.000 82.200.000 3.990
Sama dengan
PERANCIS 320.000 62.300.000 5.136 Malaysia sekarang!
JEPANG 819.000 127.200.000 6.438
USA 3.100.000 314.700.000 9.850
S3 TSP Bila Pertambahan 15%/ Tahun
Perbandingan Perbandingan Penambahan
Negara S3 TSP/ S3 TSP/ Pertumbuhan Penambahan
(2008) S3 Total 1 juta pop perbandingan 20 S3 TSP
Australia 39 % 95 S3 TSP / Total: /1 juta pop
USA 36 % 65 25% /tahun
Korea Selatan 33 % 60 di 2024 di 2025
Jepang 40 % 45
China 60 % 28
Indonesia 25 % 2 26
25
24
22 23
20 21 20
18 19
17 18
16 17 16
15 15
14 14
% 8 9
11
12

6 7
4 5 5
3 4

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

3.220 S3-TSP % S3 TSP(15%)/ S3 Total (10%) 22.587 S3-TSP


S3 TSP per 1 juta penduduk
Reformasi Melalui Kepemimpinan
dan Manajemen Pendidikan Tinggi

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

21
SKEMA Pengembangan SDM & IPTEK

Kedaulatan Teknologi • Pengembangan 10-20 PT Riset dan Pusat


melalui Inovasi PT Penelitian secara Nasional
Riset
Kedaulatan Industri dan
PT
Ekonomi Pendidikan • Satu PT & 2 Politeknik Unggul di tiap
dan Provinsi (100 Politeknik baru)
melalui SDM Unggul Politeknik

Akademi
• Satu Akademi Komunitas di tiap
Komunitas
Daya saing Industri utk Tenaga
Kab/Kota (521 Akademi
Komunitas)
dan Ekonomi Terampil Setempat
melalui SDM
Sekolah Menengah • Perbaikan rasio SMK:SMA,
Terampil penguatan mutu dan
Kejuruan relevansi SMK

Kursus/Pendidikan Non • Peningkatan mutu,


penguatan relevansi,
Formal utk Meningkatkan dan sertifikasi
Kompetensi Naker Setempat lembaga kursus 22
SYARAT SUKSES

http://blog.readytomanage.com/wp-content/uploads/2012/07/leadership-management-cartoon.jpg
TATA KELOLA (MANAJEMEN) PT

KOMPLEKSITAS

• Harapan publik dan UUD:


fungsi sosial, rumah para
intelektual, panutan
• Harapan pendiri: misi
Yayasan, sustainabilitas
finansial, “not for profit
institution”

http://www.netage.com/orgscope/layers/
TATA KELOLA (MANAJEMEN) PT
http://www.samatters.com/
KOMPLEKSITAS

• Yang dikelola: pengetahuan,


akademisi, proses
pendidikan, administrasi
• Pengelolaan: multi
kepentingan, multi dimensi
TATA KELOLA (MANAJEMEN) PT

KOMPLEKSITAS

• Prinsip: antara kolegial,


birokratik, korporatik,
entrepreneurial
• Pimpinan PT sebagai
academic leader dan
institutional leader

http://stephenskolas.blogspot.com/p/program.html
Budaya Perguruan Tinggi
Control of policy
loose

Collegial Bureaucratic

Control ofloose
tight
practice
Entrepre-
neurial
Corporate

McNay (1995; 1998) tight


Budaya Collegial

• Kepemimpinan didasarkan pada kepercayaan


masyarakat akademis
• Penekanan pada otonomi institusi dan kebebasan
akademik
• aspek di luar akademis dipandang sebagai faktor
eksternal
• Cocok untuk organisasi kecil
• Budaya “pribadi”
• Contoh: banyak PTN “tua” di Indonesia, Oxbridge
Budaya Birokratis
• Penekanan pada prosedur, peraturan dan kendali
organisasi
• Pengambila keputusan terpusat, lamban, keputusan
didasarkan pada komisi, panitia, pokja, dsb.
• Pengaruh external besar melalui jalur administrasi
(pemerintah, yayasan)
• Berfungsi baik pada kondisi stabil, efisiensi rendah
• Budaya ‘model’
• Banyak PTN dan PTS kita, University of London,
Budaya Entrepreneurial
• Kekuasaan terpusat tapi didelegasikan
• Pimpinan mempunyai kebebasan menjalankan
organisasi tapi kinerjanya dimonitor ketat
• Pengguna/pasar menjadi faktor eksternal yang
dominan
• Budaya “tugas”
• Beberapa BHMN kita (?), University of Phoenix
Budaya Korporasi
• Kekuasaan terpusat, rektor sebagai “chief executive”
• Jejaring kekuasan, pimpinan di”select” bukan
di”elect”, mencari professional
• Input external masuk melalui jalur management
• Resiko lemahnya kendali pada eksekutif
• Budaya “kekuasaan”
• Binus (?) South Bank University?
Rektor sebagai Academic Leader
• Membawa Institusi PT menjadi pilar peradaban bangsa
• Facilitating
• Empowering
• Enabling
• Harmonising/synchronising
Rector sebagai institutional leader
• Budaya mutu
• Good university governance
– Transparency
– Accountability
– Efficient & effectivity
• Mengelola sumber daya (man, money, machine, method)
secara efektif dan efisien
• Menggalang sumber daya dan dukungan
TATA KELOLA (MANAJEMEN) PT

• PT wajib dikelola dengan prinsip good governance


• Management PT menjadi fungsi penting dalam
peningkatan mutu akademik
• Dasar pengelolaan:
Perubahan peraturan dan perundangan (setelah UU
No 12/2012)
– PP No 4 Tahun 2014
– Termasuk penekanan pada penjaminan mutu
internal
• Mengurangi resiko kesalahan pengelolaan
LINGKUP TATA KELOLA PT

Academic
Human Resources
Financial
Planning Rev. gen
Management PLAN DO Asset
By Bureau Procurement
of Planning Security
IT
Managements

ACTION CHECK
Monitoring &
Evaluation
Management
by SPI & SPM
LINGKUP TATA KELOLA PT

• Manajemen area fungsional


– Manajemen program
akademik (tri-dharma)
– Manajemen sumber daya
• Keuangan (SDU)
• Dosen dan Karyawan (SDM)
• Sarana dan prasarana (SDF)
• Manajemen Data/Informasi
– Termasuk Knowledge
Management System
• Manajemen Mutu
– Khususnya Sistem Penjaminan
Mutu Internal http://www.resultsresults.co.uk/
Kaitan dengan Topik GUG
• Tiga level issues
– Governance: menyangkut kebijakan tentang arah dan
pengembangan institusi
– Management: kebijakan detil dan pengendalian atas
pengelolaan institusi  PDCA
– Administration: pelaksanaan kebijakan dan putusan yang telah
ditetapkan
• Pembagian kewenangan antara PT dan Badan
Penyelenggara
– Diatur di statuta
– Prinsip: kejelasan kewenangan (tidak tumpang tindih)
• Peran dan fungsi struktur di setiap lini organisasi PT
• Pro-kon tentang sentralisasi vs desentralisasi
– Tergantung budaya organisasi
OTONOMI DAN AKUNTABILITAS

• Otonomi merupakan kodrat perguruan tinggi;


• Otonomi dilaksanakan berdasarkan prinsip good university governance;
• Akuntabilitas salah satu yang terpenting; tanpa akuntabilitas, otonomi
menjadi anarki.

Direktorat Kelembagaan dan Kerjasama Ditjen Dikti Kemdikbud - Page 38


Manajemen Area Fungsional – Program Akademik

• Manajemen Program Studi, meliputi:


– Kurikulum
• Pengembangan, review
– Siklus proses pendidikan
• Rekruitmen mhs, perencanaan studi, evaluasi
kemajuan, yudisium, kelulusan, wisuda
– Proses PBM
• Kalender akademik, penawaran mata kuliah,
penjadwalan kuliah, evaluasi perkuliahan
• Kegiatan lab/studio/lapangan
– Bimbingan
Manajemen Area Fungsional – Program Akademik

• Kemahasiswaan
– Konseling, Pengembangan diri mahasiswa, Tracer Study,
Beasiswa
• Manajemen program penelitian dan pengabdian
masyarakat
– Pengembangan kapasitas institusi; manajemen HAKI;
Prinsip Triple Helix
• Prinsip
– Merit akademik, transparansi, keadilan (fairness, equity),
akuntabilitas
• Kelembagaan
– Bidang akademik dan kemahasiswaan
Manajemen Sumber Daya
Manajemen Sumber Daya
• Manajemen Keuangan
– Perencanaan dan penganggaran
– Sistem akuntansi, pelaporan dan audit
– Penggalangan & pengelolaan dana
• Unit usaha (komersial, akademik,
pendukung)
• Tatakelola keuangan
– Proses penetapan dan perubahan
anggaran
– Pertanggungjawaban
– Kewenangan (Badan Penyelenggara
dan Eksekutif)
• Prinsip
– Akuntabilitas, efisiensi

http://ks-beskid.at.ua/
Manajemen
Sumber Daya
Manusia

• Dosen dan Karyawan http://www.technologyreview360.com/

– Siklus sistem pengelolaan SDM


• Recruitment, penugasan, promosi/demosi, purnabakti
– Remunerasi, sistem benefits
• SDM adalah asset utama institusi
– Professional development (PD)
• Re-training, mengikuti perkembangan
Manajemen Sumber Daya
• Prinsip
– Berbasis merit dan kinerja;
Profesionalisme
• Kelembagaan
– Direktorat: bukan hanya administrasi

http://www.technologyreview360.com/
Manajemen
Sumber Daya

• Sarana dan Prasarana


– Siklus manajemen
Pengadaan, Pemanfaatan,
Pemeliharaan, Penghapusan
• Prinsip – Sistem inventori
– Efisiensi – Investasi kapital
• Kelembagaan – Sarana khas: Rumah Sakit,
– Direktorat: Asrama; dll
Manajemen
Data/Informasi
• Perencananaan Strategis IT/IS
• Tatakelola IT (IT Governance)
• Sistem aplikasi pendukung
management area fungsional
– SIAK, SIMPEG, SIMKEU, SimPras
– Penyiapan data PDPT
• Knowledge Management System
• Sistem Perpustakaan

http://www.galilcol.ac.il/courses/course/61/ICT.html
Manajemen Mutu
• Kebijakan mutu (quality
policy)
• Kelembagaan SPMI
• Manual mutu
• Standard
• Audit mutu
• Personalia
• Peningkatan mutu
berkelanjutan
Penutup
Mutu manajemen PT sangat penting dalam mendorong
mutu akademik
Dikelola secara dan oleh professional
Perguruan tinggi harus akuntabel pada stakeholders
(internal dan external)
Akuntabilitas publik adalah suatu keharusan
Penegakan prinsip good university governance
Perlu melibatkan professional
Khususnya administrator dan manager
Kemajuan Pendidikan Tinggi
Kunci Kemajuan Bangsa
Kemajuan Pendidikan Tinggi
dimulai dari dalam institusi
Terima Kasih

Nizam@ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai