Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ira Yusma

NPM : 2020070004
Mata Kuliah : Kajian Kur.dan Per Pendidikan Matematika
Dosen Pengasuh : Dr.Marah Doly Nasution,S.Pd.,M.Si

1. Aspek perkembangan kurikulum matematika tingkat SD,SMP,SMA


1. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang diajarkan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran,
melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia. Seperti setiap pelajaran
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas seorang
guru mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum ini menekankan pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur
Pembinaan TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena
pengaruh konsep di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), dikenal dengan istilah
satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 disempurnakan”.
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan kurikulum
kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, perpaduan antara tujuan dan
proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa
dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain.
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan
kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran.
9. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru
dituntut mampu mengembangkan sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya.
Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat dinamakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan
aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di
materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi
Matematika.

2. Aspek konten materi matematika sekolah sesuai levelnya


Konten materi di sekolah dari tahun ke tahun juga akan bertambah seiring perkembangan ilmu dan
kemajuan teknologi, siswa di paksa mengejar ilmu yang dibutuhkan dimasa sekarang seperti halnya
Kurikulum 2013 yang sekarang dengan kemajuan yang sangat pesat, kalau kita dahulu di tingkat TK
tidak dikenalkan dengan perkalian,namun kini di tingkat Tk sudah di kenalkan perkalian.
3. Aspek Metode, model, pendekatan pembelajaran matematika

Model Model Pembelajaran Matematika


1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah.  Model pembelajaran langsung
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan
dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model
pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.  siswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan.
Tujuan pembelajaran kelompok adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota
kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada pesrta
didik, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dengan interaksi
yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang
relatif sejajar.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif.
Kekhasan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pada pembagian kelompok.
Pembagian kelompok dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang pertama membagai
kelompok  secara heterogen yang dikenal dengan kelompok asal, dan pembagian kelompok tahap
kedua adalah pembagian kelompok keahian (expertise) yang berasal dari kelompok asal. Kelompok
keahlian ini merupakan peminatan dari masing-masing individu di kelompok asal. 
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions )
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen tanpa harus mengikuti aturan tertentu
(tidak seperti model Jigsaw). Anggota kelompok yang memahami tugas-tugas atau dapat
menyelesaikan tugas diberi tugas untuk menjelaskan pada anggota lain dalam  kelompoknya.
5. Model Pembelajaran Cooperative Script
Ciri Pembelajaran Cooperative Script adalah masing-masing siswa berpasangan, dimana salah satu
menjadi pembicara dan yang satunya menjadi pendengar.
6. Model pembelajaran Make - A Match
Model pembelajaran Make - A Match merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif dimana
setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya
(kartu soal jawaban). Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
untuk penghargaan/penilaian.
7. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC
Cooperative Integrated Reading and Composition disingkat CIRC. CIRC merupakan salah satu tipe
model pembelajaran Cooperative Learning. Model CIRC banyak digunakan dalam pembelajaran
bahasa, tetapi model ini juga dapat diterapkan dapam pembelajaran matematika khususnya terkait
dengan soal cerita (word problem) atau soal pemecaham masalah.
8. Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE
Model pembelajaran INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE atau diterjemahkan sebagai model pembelajaran
Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar adalah model pembelajaran koopertaif  dimana dua siswa yang
berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan
oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
9. Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS
Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS juga merupakan salah satu tipe dari belajar
kelompok. Model pembelajaran SNOWBALL THROWINGS dilakukan dengan cara membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan
tentang materi yang dipelajari. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok.  Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang
lain untuk dijawab.
10. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun
yang lainnya  setelah guru menyampikan materi pembelajaran. Setelah siswa  menyampaikan materi
pembelajaran pada peserta lainnya guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa tersebut yang berupa
konfirmasi.

Metode Pembelajaran Matematika


1. Metode Ceramah Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi denagn lisan dari
seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan
komunikasi yang terjadi searah dari pembicara kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh
kegiatan sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.
2. Metode Ekspositori Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya
kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori
dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus-menerus berbicara.ia berbicara pada awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja.
3. Metode Demonstrasi Melalui metode demonstrasi, guru dapat memperlihatkan suatu proses,
peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Demonstrasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dari yang sekadar memberikan pengetahuan yang sudah diterimabegitu saja oleh
peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah.
4. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk
pertanyaanpertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Umumnya pada tiap
kegiatan belajar mengajar selalu ada tanya jawab.
5. Metode Penugasan Metode ini biasa disebut dengan metode tugas. Pada metode ini guru
memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun
secara kelompok. Tugas yang paling sering diberikan dalam pengajaran matematika adalah pekerjaan
rumah yang diartikan sebagai latihan menyelesaikan soal-soal. Kecuali ini, dapat pula menyuruh
murid mempelajari lebih dulu topik yang akan dibahas.
6. Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan
peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan, dan peralatan laboratorium, baik secara
perorangan maupun kelompok. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang di dalamnya
berlangsung pengujian suatu hipotesis, dan terdapat variabel-variabel yang dikontrol secara ketat. Hal
yang diteliti dalam suatu eksperimen adalah pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain.
7. Metode Drill dan Metode Latihan Banyak alat yang dapat membantu orang untuk dapat berhitung
cepat dan cermat. Daftar kuadrat, daftar akar, dekak-dekak, dan kalkulator misalnya. Tetapi berhitung
cepat dan cermat tanpa alat di sekolah tetap diperlukan. Karena itu dalam kegiatan belajar ini akan
dibicarakan pula metode drill dan metode latihan. Dalam banyak hal kata “drill” dan “latihan”
merupakan sinonim. Namun di sini kedua kata itu akan dibedakan artinya.
8. Metode Penemuan Penemuan (discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada
pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada
hasil belajar. Dalam metode ini tidak berarti sesuatu yang ditemukan oleh peserta didik (siswa) benar-
benar baru sebab sudah diketahui oleh orang yang lain.
9. Metode Inquiri Inquiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti
penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of invstigating
a problem. Adapun Piaget, mengemukakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar
melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan
apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
10. Metode Pemecahan Masalah Menurut Gagne (1985), kalau seorang peserta didik dihadapkan pada
suatu masalah, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar
sesuatu yang baru. Pemecahan masalah memegang peranan penting dalam pemb

Pendekatan Pembelajaran Matematika


a) Pendekatan Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah teori belajar dimana teori ini berpusat pada siswa. Dalam penerapan
teori ini, siswa adalah objek utama pada proses pembelajaran. Konstruktivisme menempatkan siswa
sebagai pusat pembelajaran (student center). Guru hanya menolong siswa untuk
membangun/mengembangkan pengetahuan mereka untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. 
b) Pendekatan Saintific
Pendekatan saintific adalah Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, ketrampilan, dan lainnya melalui tahapan mengamati ,
menanya, menalar, mencoba, dan menbentuk jejaring untuk semua mapel.
c) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia
nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
d) Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk
menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.
Dalam sistem deduktif yang kompleks,peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode
deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
kesesuatuyangkhusus.
e) Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)
RME atau pendekatan Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari-
hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep
tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau
real bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.
f) Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar
dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi
perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang
diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.

4. Aspek desain materi dan pengembangan aplikasi pembelajaran matematika


Desain materi dan pengembangan aplikasi pembelajaran dalam pembelajaran matematika adalah
rancangan pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Rancangan tersebut meliputi rancangan tujuan pembelajaran,
strategi pembelajaran, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Adapun hal yang dapat dilakukan oleh guru dengan mengembangkan bahan ajar seperti modul
pembelajaran matematika berbasis etnomatematika, lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis
discovery learning, problem based learning ataupun berbasis model learning cycle 7E berbantuan
mind mapping. Selain menggunakan bahan ajar berbasis cetak, guru juga dapat menggunakan aplikasi
pembelajaran matematika seperti geogebra, autograph, matlab, adobe flash, dsb

Anda mungkin juga menyukai