Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN BATU GINJAL

SUZANNI SITOHANG

NIM : B19024
 Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal

Definisi:

Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal)
padaureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran
perkemihan.

 Etiologi.

 Peningkatan PH Urine: ion karbonat mengikat kalsium, terbentuk batu kalsium


bikarbonat
 Penurunan PH Urine: prekusor pengendapan asam tubuh, misal: asam urat.
 matrix batu tinggi: sedimentasi.
 Kebiasaan makan (life style): tinggi purin, kolesterol, kalsium, sari makanan diserap
di villli mukosa intestinal, bersirkulasi melewati ginjal.
 Obat2an: mempengruhi asam basa, prekusor batu.
 Penyakit: ISK, hiperkalsemia, asam urat.
 Obesitas.

Faktor yang mempermudah terjadinya batu:.


Intrinsik:
 Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
 Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
 Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Ektrinsik.
 Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
 Iklim dan temperatur.
 Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
 Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Teori terbentuknya batu:


 Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh (kepekatan
tinggi) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti
bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
 Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu. Memacu
penempalan partikel lain pada matrix tsbt.
 Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk
kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika
kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu
dalam saluran kemih.

Telaah:
 Kristalisasi batu dipengaruhi oleh kepekatan urine.
 Urine yg pekat: memiliki mobilisasi rendah.
 Partikel di dalam bersifat statis, berkumpul pada suatu titik dan membentuk batu.

Manifestasi klinik.
 Kolik ureter (nyeri pinggang).
 Hambatan miksi.
 Distensi vesica urinaria.
 Hematuria.
 Mual-muntah.
.
 Kolik ureter:
 Stagnasi batu pada saluran kemih,resisten dan iritabilitas jaringan sekitar: nyeri.
 Proses inflamasi: memparah kondisi nyeri.
 Nyeri mengikuti perhentian batu.
 Nyeri menjalar paha, testis, labia mayora.
 Nyeri ketok CVA (+) ciri khusus.

 Hambatan miksi.
 Urine flow mengalami penurunan akibat obstruksi.
 Hambatan pada saluran urine, menyebabkan stagnasi, sulit sekali miksi spontan.

 Distensi vesica urinaria.


 Akumulasi cairan yang tinggi, melebihi kemampuan vesika urinaria. O Teraba
bendungan (distensi) pada saat palpasi

 Hematuria.
 Tidak selalu terjadi.
 Lesi pada saluran kemih, hematuria masive.
 Vaskuler pada ginjal, terkena batu yg tajam pada sisinya
.
Mual-muntah .
 Efek samping dari ketidaknyamanan.
 Nyeri hebat.
 Stress tinggi: memacu pengeluaran sekresi HCL pada gaster

Patofisiologi
 Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih.
 Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau
keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis.
 Batu yang dibiarkan di dalam saluran .kemih dapat menimbulkan infeksi, abses
ginjal,. pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

Pemeriksaan Penunjang
 Urineanalisis.
 Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
 Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
 Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang urite.
 IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
 Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu
atau efek ebstruksi.
 USG Ginjal untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

 Penatalaksanaan:
 Menghilangkan Obstruksi: pembedahan, ESWL (extracorporeal Shock Wave
Litotripsy)
 Mengobati Infeksi.
 Menghilangkan rasa nyeri.
 Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi

 Batu Ureter (Ureterolithiasis)


 Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter
 Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter
 Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih.
 Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi
batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil
menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin
asimtomatik.

 Manifestasi klinik:
 Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan
kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini dapat
menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan
sampai ke kemaluan.
 Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada
saat kencing atau sering kencing.
 Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan
yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan
(periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis.

 Vesikolithiasis (batu pada vesika urinaria)


 Uretrolithiasis (batu pada uretra)

 Pendekatan Proses Keperawatan


 Dilakukan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik
 Biodata pasien dan penanggung jawab.
 Riwayat keperawatan : 1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya
3. Riwayat penyakit keluarga.

PENGKAJIAN
Aktifitas-istirahat
 Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk Riwayat
bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
 Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler,
tirah baring lama) sirkulasi
Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
 Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
 Eliminasi: riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
 Penrunan volume urine •Rasa terbakar, dorongan berkemih
 Diare
 Oliguria, hematuria, piouria •Perubahan pola berkemih

 Makanan-cairan
 Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
 Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
 Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
 Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
 Muntah

Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan), perilaku berhati-hati, perilaku distraksi nyeri tekan
pada area ginjal yang sakit

 Pengkajian Psikososio spiritual 1. Integritas ego


2. Interaksi sosial
3. Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan
Penatalaksanaannya

. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN


 Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut (00132)
 Gangguan eliminasi urine (00016)
 Retensio Urine (00023)

 . Nyeri akut
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: Pasien mengeluh nyeri Objektif:
-Tampak meringis
-Gelisah
-Frekuensi nadi meningkat
-Bersikap protektif mis:waspada posisi
Menghindari nyeri
-Susah tidur
Tujuan : Nyeri menurun dengan kriteria hasil sesuai dengan L.08066

Tindakan :
Observasi
Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri nonverbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasipengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik

Teraupetik
Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri( TENS,hipnosis,akupresur,terapi musik,terapi pijat,aromaterapi,tehnik imajinasi
terbimbing,kompres hangat/dingin,terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri(mis: suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam strategi meredakan nyeri

Edukasi
Jelaskan penyebab,periode dan penyebab nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

 Gangguan eliminasi urine


Gejala dan tanda mayor
Subjektif: -Desakan berkemih Objektif:
-Urine menetes -Distensi kandung kemih
-Berkemih tidak tuntas
-Volume residu urine meningkat
Tujuan: Eliminasi urine membaik dengan kriteria hasil L.04034

Tindakan
Observasi
Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensinurine
Monitor eliminasi urine(mis: frekuensi, konsistensi, aroma,volume dan warna)

Teraupeti
Catat waktu dan haluaran berkemih
Batasi asupan cairan,jika perlu
Ambil sampel urine tengah(midstream) atau kultur

Edukasi
Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Ajarkan mebgukur asupan cairan dan haluaran urine
Ajarkan mengambil spesimen urine midstream
Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemihan
Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat suppusitoria uretra, jika perlu

 Retensi Urine
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: Sensasi penuh pada kandung kemih Objektif:
Dribbling -Inkontinensia berlebih
-Residu urine 150 ml atau
Lebih

Tujuan: Elininasi urine membaik dengan kriteria hasil sesuai L.04034

Tindakan
Observasi
Identifikasi penyebab retensi urine ( mis. Menningkatkan tekanan uretra,kerusakan arkus
refleksi,disfungsi neurologis,efek agen dan farmakologis )
Monitor efek farmakologis ( mis.atropine,belladonna psikotik,antihistamin,opiet,
calsiumcanel bloker )
Monitor intake dan output cairan
Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi/perkusi

Terapeutik
Sediakan privacy untuk berkemih
Berikan rangsangan berkemih ( mis. Mengalirkan air kran,membilas toilet,kompres dingin
pada abdomen )
Lakukan manuver crede, jika perlu
Pasang kateter urine , jika perlu
Fasilitas berkemih dengan interval yang teratur

Edukasi
Jelaskan penyebab retensi urine
Anjurkan pasien/keluarga mencatat output urine
Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih

Health edukasi:
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
 Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3
liter perhari
 Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
 Aktivitas harian yang cukup
 Medikamentosa
 Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
 Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam
 Rendah oksalat
 Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
 Rendah purin
 Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

Anda mungkin juga menyukai