NIM : 201190410
KLS : PAI L
Waqaf
Pengertian wakaf:
secara bahasa (lughowi) adalah menahan. Secara istilah, wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan umum tanpa mengurangi nilai harta.
Wakaf bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Berbeda dengan sedekah, pahala wakaf jauh lebih
besar lantaran manfaatnya dirasakan oleh banyak orang dan sifatnya kekal. Pahala wakaf akan terus mengalir
meskipun wakifnya telah meninggal dunia.
Dasar hukum :
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya”.
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, bahwasannya Nabi SAW bersabda : “Apabila anak Adam (manusia)telah
meninggal dunia, maka terputuslah semua amal perbuatannya kecuali tiga perkara, yaitu sadaqah jariah, atau ilmu
yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakan untuknya” ( H.R Muslim).
Tujuan Wakaf adalah memanfaatkan benda wakaf sesuai dengan dengan fungsinya.
Fungsi Wakaf adalah mewujudkan suatu potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan
ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Rukun waqaf
1. Orang yang berwakaf harus memiliki harta tersebut secara penuh di mana mereka merdeka
untuk mewakafkan harta yang ada kepada siapapun yang diinginkan.
2. Harta yang diwakafkan tersebut tidak sah jika dipindahmilikkan, kecuali harta itu memenuhi
beberapa persyaratan yang ditentukan.
3. Orang yang menerima wakaf haruslah dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu
dan tidak boleh diubah.
4. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik kepemilikan harta yang telah diberikan.
1. Berdasarkan Peruntukan
Wakaf ahli
3. Berdasarkan Waktu
Peraturan perundang-undangan tentang wakaf di Indonesia sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Namun,
peraturan-peraturan yang ada waktu itu belum cukup memadai dari sisi kandungan pengaturannya maupun jenis
peraturannya. Maksudnya, pengaturan yang ada pada peraturan-peraturan itu masih sangat sederhana dan tidak
mencakup banyak aspek dari wakaf itu sendiri. Kemudian dari aspek legalitasnya, peraturan tentang wakaf pada
masa lalu belum ada yang setingkat undang-undang.
Setelah era reformasi bergulir, ada banyak peraturan perundang-undangan baru dibuat. Salah satunya Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Kehadiran undang-undang wakaf ini merupakan tonggak sejarah
perwakafan di Indonesia. Inilah untuk kali pertama ada undang-undang yang secara khusus mengatur soal wakaf.
Sebelumnya, sejak Indonesia merdeka, peraturan perwakafan tersebar pada beberapa peraturan lain, seperti
peraturan di bidang pertanahan.
Pada dasarnya peraturan perundangan-undangan wakaf di Indonesia berdasarkan syariah. Hal ini tecermin pada
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang menyatakan, “Wakaf sah apabila
dilaksanakan menurut syariah.”