Anda di halaman 1dari 21

ZAKAT DAN LUQATHAH

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih MI/SD

Dosen Pengampu: Faizah, M.Pd

Disusun Oleh:

Muhamad Faisol
Firdaus

( 2219019 )

PROGAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIAH

JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

NAHDATUL ULAMA TEMANGGUNG

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang menguasai alam
semesta ini dan mengaruniakannya pada setiap makhluk yang Ia
kehendaki, shalawat dan salam mari kita panjatkan kehadirat Nabi
Agung Muhammad SAW juga kepada keluarga dan para sahabat serta
umat beliau hingga akhir zaman. Aamiin.
Dengan pertolongan Allah swt serta usaha sungguh-sungguh
penulis penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ZAKAT
DAN LUQATHAH”. Secara khusus, penulis megucapkanterimakasih
kepada teman-teman yang selalu mendorong untuk menyelesaikan
makalah ini, ditengah kesibukan penulis dalam melaksanakan berbagai
tugas yang di amanahkan selama ini. Tak lupa penyusun mengucapkan
terimakasih kepada ibu Faizah, M.Pd.selaku dosen mata kuliah Fikih
MI.
Akhirnya meskipun makalah ini telah selesai disusun, tetapi jauh
dari kesempurnaan. Karenanya kritik dan saran dari semua pihak
senantiasa penulis harapkan. Kepada Allah, penulis lantunkan do’a dan
harapan mudah-mudahan makalah ini akan menjadi imu yang
bermanfaat sehingga akan menambah timbaan amal kebaikan kelak
kemudian hari ketika menghadap Allah swt. Aamiin.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Temanggung, 20 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................
1

A. Latar Belakang......................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................
3

A. Hakikat, Sejarah Dan Dasar Hukum Zakat............................................................................


3
B. Tata Cara Pelaksanaan Zakat.................................................................................................
5
C. Macam-Macam Zakat............................................................................................................
7
D. Hakikat Luqathah...................................................................................................................
11
E. Macam-Macam Dan Hukum Luqathah..................................................................................
12
F. Hikmah Zakat Dan Luqathah.................................................................................................
14

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................


16

iii
A. Kesimpulan............................................................................................................................
16
B. Saran......................................................................................................................................
16

DAFTAR PUSTAKA 1

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai rahmatan lil aalamiin telah banyak memberikan penjelasan mengenai
ketentuan-ketentuan dalam menjalani kehidupan. Segala konsekuensi telah Allah sampaikan
dalam hukum-hukum syariat Islam. Para ulama dengan menggunakan Alquran, hadis nabi,
ijma, serta qiyas sebagai dasar penetapan suatu hukum, telah memberikan gambaran jelas
mengenai hal-hal yang sebelumnya dirasa kurang dapat diketahui oleh umat Islam. Hukum-
hukum tersebut disempurnakan dan menjadi bidang studi ynag dinamakan fikih.
Namun sayangnya, dewasa ini banyak sekali dijumpai orrang-orang yang dalam
melakukan kehidupannya tidak berlandaskan pada aturan yang tertulis dalam fikih. Banyak
orang mengabaikan kaidah-kaidah yang seharusnya mereka jadikan sebagai pedoman.
Sebagai contoh, sering kali terjadi seseorang yang menemukan benda atau barang di suatu
tempat tetapi mereka langsung mengambil dan memanfaatkannya tanpa memikirkan terlebih
dahulu apa yang kewajiban mereka terhadap barang temuan tersebut. Padahal dalam fikih hal
tersebut bukan perkara yang remeh temeh. Ada aturan-aturan yang sudah sangat jelas telah
dikemukakan oleh ulama fikih zaman dahulu tentang barang temuan.
Sehingga penulis beranggapan bahwa edukasi mengenai zakat dan barang temuan atau
dalam fikih dikenal dengan luqathah ini sangat perlu untuk disampaikan kepada masyarakat
luas. Agar mereka senantiasa menjadikan fikih sebagai pedoman dalam menerapkan hukum-
hukum syariat Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat, sejarah dan dasar hukum zakat?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan zakat?
3. Ada berapa macam-macam pembagian zakat?
4. Bagaimana hakikat luqatah?
5. Apa saja macam-macam dan hokum luqathah?
6. Apa hikmah zakat dan luqathah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat, sejarah dan dasar hukum zakat.

1
2. Untuk mengetahui tata cara pelaksananaa zakat.
3. Untuk mengetahui macam-macam pembagian zakat.
4. Untuk mengetahu hakikat luqathah.
5. Untuk mengetahui macam-macam dan hukum luqathah.
6. Untuk mengetahui hikmah zakat dan luqathah.

2
7.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat, Sejarah Dan Dasar Hukum Zakat


1. Hakikat Zakat
Secara bahasa kata zakat memliki beberapa arti, di antaranya; an namaa
(pertumbuhan dan perkembangan), at taharatu (kesucian), al barakah (keberkahan),
katsrah al khair (banyaknya kebaikan), dan ash shalahu (keberesan).1
Menurut istilah, zakat bermakna mengeluarkan sebagian harta (tertentu) yang
telah diwajibkan Allah Swt untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya, dengan kadar, haul tertentu dan memenuhi syarat dan rukunnva. Zakat
merupakan ibadah yang memiliki nilai ganda, hablum minallah (vertikal) dan hablum
minannas (horizontal), dimensi ritual dan sosial, Artinya, orang yang selalu menunaikan
zakat akan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt dan menumbuhkan
rasa kepedulian sosial, serta membangun hubungan sosial kemasyarakatan.2
2. Sejarah Dan Dasar Hukum Zakat
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kapan zakat diwajibkan. Di
dalam kitab Hasyiyah al-Jamal dijelaskan bahwa zakat mal mulai diwajibkan di bulan
Sya’ban tahun kedua hijriah bersamaan dengan zakat fitri. Ada yang berpendapat bahwa
zakat diwajibkan sebelum baginda Nabi hijrah ke Madinah.    Namun, menurut pendapat
yang masyhur di kalangan para pakar hadits, zakat mal diwajibkan pada bulan Syawal
tahun kedua hijriah sedangkan zakat fitri diwajibkan dua hari sebelum hari raya Idul Fitri
setelah diwajibkannya puasa Ramadhan.3
Pada masa nabi, zakat fitrah tidak serta merta diwajibkan di bulan Ramadan.
Selama 13 tahun hidup di Mekah sebelum hijrah, Nabi Muhammad telah 13 kali
mengalami Ramadan, yaitu dimulai dari Ramadan tahun ke-41 kelahiran Nabi yang
bertepatan bulan Agustus 610 M, hingga Ramadan tahun ke-53 dari kelahirannya yang
bertepatan dengan bulan April tahun 622 M. Namun, selama waktu itu belum disyariatkan
kewajiban mengeluarkan zakat fitrah bagi kaum muslimin. Demikian juga dengan Idul
Fitri.

1
Tim BAZNAS, Fikih Zakat Kontekstual Indonesia, (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional, 2018), hlm. 1
2
Kemenag RI, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013), hlm. 12
3
Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal ala al-Minhaj, (Beirut: Dar al-Fikr, cetakan kedua, 2003), jilid dua, hlm. 96

3
Perintah zakat sendiri memang ada, namun belum ada ketentuan spesifik terkait dengan
waktu dan waktu kadarnya. Penjelasan ini bisa dilihat pada tafsir Ibnu Katsir pada ayat 20
surah Al-Muzzammil.
‫خَي ٍر ت َِجد ُۡوهُ ِع ۡن َد هّٰللا ِ ه َُو‬
ۡ ‫َواَقِ ۡي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ ۡق ِرضُوا هّٰللا َ قَ ۡرضًا َح َسنًاؕ َو َما تُقَ ِّد ُم ۡوا اِل َ ۡنفُ ِس ُكمۡ ِّم ۡن‬
‫است َۡغفِرُوا هّٰللا َ ؕ اِ َّن هّٰللا َ َغفُ ۡو ٌر َّر ِح ۡي ٌم‬
ۡ ‫خ َۡيرًا َّواَ ۡعظَ َم اَ ۡجرًا ؕ َو‬

Artinya: “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada
Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling
besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.”
Dalam ayat ini terkandung dalil bagi orang yang mengatakan bahwa perintah wajib zakat
diturunkan di Mekah, tetapi kadar-kadar nisab yang harus dikeluarkan masih belum
dijelaskan dengan rinci kecuali hanya di Madinah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.”
(Tafsir Ibnu Katsir)
Perintah zakat mulai diberlakukan setelah Nabi hijrah ke Madinah, dan menetap selama
17 bulan. Di sana turunlah ayat 183 surat Al-Baqarah, tepatnya pada bulan Syakban tahun ke-
2 H.
َ‫ب َعلَى الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ۙن‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
Atinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah: 183)
Ayat inilah yang menjadi dasar disyariatkannya puasa bulan Ramadan. Tak lama setelah
itu, dalam bulan Ramadan tahun itu pula mulai diwajibkan zakat kepada kaum muslimin.
Zakat inilah yang kemudian populer dengan sebutan zakat fitrah. Hal ini berdasarkan pada
hadits rasulullah :
‫فرض رسول هللا صلعم زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا من شعير على كل حر او عبد ذكر او‬
‫أنثيمن المسلمين‬
Artinya: “Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah
pada bulan Ramadhan atas orang-orang sebesar 1 sha’ kurma, atau 1 sha’ gandum, wajib
atas orang merdeka, hamba sahaya, laki-laki dan perempuan, dari kaum muslimin.” (HR.
Muslim)

4
Selanjutnya, ditetapkan pula perintah zakat harta (zakat mal) sebagai penambah zakat
fitrah yang telah diperintahkan sebelumnya. Sebagian ulama berpendapat bahwa perintah ini
juga turun pada tahun kedua hijriah. Ibnu Katsir menjelaskan hal ini pada tafsir surah Al-
An’am ayat 141.
ٍ ‫ت َّو َغ ْي َر َم ْعرُوْ ٰش‬
َ‫ت َّوالنَّ ْخ َل َوال َّزرْ َع ُم ْختَلِفًا اُ ُكلُهٗ َوال َّز ْيتُوْ نَ َوالرُّ َّمان‬ ٍ ‫ت َّم ْعرُوْ ٰش‬ ٍ ّ‫ي اَ ْن َشا َ َج ٰن‬ ْٓ ‫َوهُ َو الَّ ِذ‬
َ‫ْرفِ ْي ۙن‬
ِ ‫ْرفُوْ ا ۗاِنَّهٗ اَل ي ُِحبُّ ْال ُمس‬
ِ ‫صا ِد ٖ ۖه َواَل تُس‬ َ ‫ُمتَ َشابِهًا َّو َغ ْي َر ُمتَ َشابِ ۗ ٍه ُكلُوْ ا ِم ْن ثَ َم ِر ٖ ٓه اِ َذٓا اَ ْث َم َر َو ٰاتُوْ ا َحقَّهٗ يَوْ َم َح‬
Artiya: “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak
merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia
berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”
Kata , haknya (haqqahu), sebagian besar ulama tafsir adalah zakat wajib. Demikian pula,
hal ini bisa dilihat pada tafsir Al-Qurthubi tentang ayat 141 dari surah Al-An’am.” (Tafsir
Ibnu Katsir). Kemudian dari ayat-ayat ini terbentuklah ijma’ ulama’ terkait hukum wajib
zakat.4
B. Tata Cara Pelaksanaan Zakat
1. Rukun Zakat
Rukun zakat yaitu unsur-unsur yang harus terpenuhi ketika mengerjakan zakat.
Rukun zakat meliputi orang yang berzakat, harta yang dizakatkan, dan orang yang berhak
menerima zakat.5
Adapun rukun zakat itu ada dua, yaitu:
a. Niat
Para fuqoha’ sepakat bahwasanya disyaratkan berniat untuk mengeluarkan
zakat, yaitu niat harus ditunjukan kepada Allah SWT. Dengan berpegang teguh bahwa
zakat itu merupakan kewajiban yang telah ditetapkan Allah dan senantiasa mengharap
ridhanya.
b. Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada yang berhak menerimanya).
2. Syarat-syarat zakat
Zakat hukumnya adalah wajib pada setiap harta yang telah memenuhi kriteria syarat
dan sebab zakat, baik pemilik tersebut sudah mukallaf atau belum. Karena pada dasarnya
walaupun zakat merupakan jenis ibadah pokok dan termasuk pilar agama, akan tetapi zakat
merupakan beban tanggung jawab masalah harta seseorang. Karena di dalam harta yang
4
Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Syarh Ibnu Qasim al-‘Ubadi, (Beirut, Dar al-Fikr, cetakan kedua, 2002, jilid
II), hlm. 270 - 271
5
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 40

5
dimiliki orang yang kaya masih ada hak orang fakir dan miskin yang harus ditunaikan
zakatnya.6
Menurut jumhur ulama’, syarat wajib untuk mengeluarkan zakat adalah sebagai
berikut :
a. Beragama Islam
Hendaknya harta yang ingin dikeluarkan zakatnya berasal dari harta orang muslim, dan
diberikan kepada orang muslim yang fakir atau miskin. Para ulama mengatakan bahwa
zakat tidak wajib bagi orang non muslim, karena zakat adalah merupakan salah satu
rukun Islam.
b. Berakal Sehat dan Dewasa
Zakat diwajibakan kepada orang yang berakal sehat dan orang yang dewasa, sebab anak
yang belum dewasa dan orang yang tidak berakal tidak mempunyai tanggung jawab
hukum.
c. Merdeka
Para ulama sepakat bahwa zakat hanya diwajibkan kepada seorang muslim yang
merdeka dan memilik harta yang jumlahnya melebihi nishab. Seorang hamba sahaya
tidak mempunyai kepemilikan terhadap harta, karena yang memiliki hartanya adalah
tuanya.
d. Milik Sempurna
Milik sempurna adalah kemampuan pemilik harta untuk mengontrol dan menguasai
barang miliknya tanpa tercampur hak orang lain pada waktu datangnya kewajiban
membayar zakat.
e. Sampai Nisab
Nisab adalah sejumlah harta yang mencapai jumlah tertentu yang ditentukan secara
hukum, yang mana harta tidak wajib dizakati jika kurang dari ukuran tersebut.7
Nishab yang dimaksud melebihi kebutuhan primer yang diperlukan (pakaian, rumah,
alat rumah tangga, mobil, dan lain-lain yang digunakan sendiri).
f. Cukup Haul
Harta kekayaan harus sudah ada atau dimiliki selama satu tahun dalam penanggalan
Islam.8
C. Macam-macam Zakat
Zakat secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
6
Masturi Ilham dan Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2008), hlm. 255
7
Masturi Ilham dan Nurhadi, Ibid, hlm. 257
8
Yasin Ibrahim al-Syaikh, Kitab Zakat Hukum Tata Cara dan Sejarah, (Bandung: Penerbit Marja, 2008), hlm. 55

6
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang diperintahkan nabi Muhammad kepada umat
Islam pada tahun diwajibkan puasa Ramadhan sampai hari terakhir bulan ramadhan
sebelum sholat idhul fitri.
2. Zakat Mal (Harta)
Zakat mal yaitu zakat yang berkaitan dengan kepemilikan harta tertentu dan
memenuhi syarat tertentu. Zakat ini meliputi zakat tumbuh-tumbuhan, zakat binatang
ternak, zakat perniagaan, zakat barang tambang, dan zakat emas dan perak.
Kemudian zakat mal terbagi menjadi beberapa macam:
a. Zakat Emas dan Perak
Islam mewajibkan membayar zakat emas dan perak apabila sudah mencapai
syarat-syarat yang berlaku pada keduanya, baik berupa logam, cair maupun gumpalan.
Syarat yang berlaku bagi keduanya adalah apabila telah mencapai haul dan nishab
yang telah ditentukan.
Adapun nishab untuk emas adalah 20 mistqal atau 20 dinar. Sedangkan nishab
untuk perak adalah 200 dirham. Menurut sebagian peneliti bahwa 1 dinar setara 4,25
gram emas, sedangkan 1 dirham setara 2,975 gram. Maka nishab emas yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah 4,25 x 20 = 85 gram, sedangkan nishab perak yang wajib
dikeluarkan zaktanya adalah 2,975 x 200 = 595 gram. Jadi zakat yang harus
dikeluarkan pada emas dan perak adalah 1/40 atau 2,5 % nya.9
b. Zakat Binatang Ternak
Binatang ternak adalah binatang yang dengan sengaja dipelihara dan
dikembang biakan agar menjadi bertambah banyak dan mendapat keuntungan lebih.
Menurut jumhur ulama’ diantara hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah unta, sapi/kerbau dan kambing, karena jenis hewan ini diternakkan untuk
tujuan pengembangan (namma') melalui susu dan anaknya, sehingga sudah
sepantasnya dikenakan beban tanggungan.
Adapun nishab dan zakat yang harus dikeluarkan dari masing-masing hewan
ternak adalah sebagai berikut :
1) Unta
5 ekor unta zakatnya 1 kambing .
10 ekor unta zakatnya 2 ekor kambing.
15 ekor unta zakatnya 3 ekor kambing.

9
M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2010), hlm. 282-283

7
20 ekor unta zaktnya 4 ekor kambing.
2) Sapi
30-39 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor sapi jantan/betina tabi’
40-59 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor sapi betina musinah
60-69 ekor sapi zakatnya adalah 2 ekor sapi tabi’
70-79 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor musinah dan 1ekor tabi’
80-89 ekor sapi zakatnya adalah 2 ekor musinah
Sapi tabi’ adalah sapi berumur 1 tahun, masuk umur 2 tahun. Sedangkan sapi
musinah adalah sapi umur 2 tahun, masuk umur 3 tahun.
3) Kambing
40-120 ekor kambing zakatnya adalah 1 ekor kambing.
121-200 ekor kambing zakatnya adalah 2 ekor kambing.
201-300 ekor kambing zakatnya adalah 3 ekor kambing.
Selanjutnya jika setiap jumlah bertambah 100 ekor, maka zakatnya bertambah 1
ekor.
c. Zakat Hasil Pertanian (tanaman dan buah-buahan)
Tanaman, tumbuhan, buah-buahan dan hasil pertanian lainya wajib
dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi persyaratan. Adapun syarat utama dari
zakat pertanian adalah mencapai nishab yaitu 5 ausaq, 1 ausaq sama dengan 60
gantang, yang jumlanya kira-kira 910 gram. Mayoritas ulama’ bersepakat bahwa kadar
zakat yang wajib dikeluarkan terhadap zakat hasil pertanian adalah 1/10 atau 10%
pada tanaman yang disiram dengan tanpa biaya, akan tetapi jika tanaman disiram
dengan mengunakan biaya maka kadar zakatnya 1/20 atau 5%.
Menurut imam Abu Hanifah segala sesuatu yang tumbuh di bumi wajib
dikeluarkan zakatnya, tidak ada perbedaan antara jenis tanaman satu dengan tanaman
yang lainya. Akan tetapi beliau mengecualikan terhadap tanaman sepertin kayu bakar,
rumput yang memang tidak berbuah. Sedangkan menurut Imam Syafi’i mewajibkan
zakat atas seluruh hasil bumi dengan syarat tanaman tersebut dari jenis makanan,
dapat ditimbun dan disimpan, serta sengaja ditanam oleh manusia.
d. Zakat Profesi
Zakat profesi adalah segala jenis pekerjaan yang dijadikan sebagai mata
pencaharian baik bekerja untuk pemerintah maupun swasta. Kadar zakat yang harus

8
dikeluarkan adalah 2,5 % , sedangkan nishabnya diqiyaskan dengan emas yaitu 85
gram atau 200 dirham perak.10
e. Zakat Perniagaan
Zakat perniagaan adalah harta yang dimiliki yang disiapkan untuk diperjual
belikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan harta yang dimiliki harus
merupakan hasil usaha sendiri.11
Ada syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan yaitu :
1) Niat berdagang
Niat berdagang atau niat memperjual belikan komoditas tertentu.
2) Mencapai nishab
Nishab kadar zakat harta perdagangan adalah sama`dengan nishab zakat emas
yaitu 85 gram emas.
3) Telah berlaku satu tahun
Apabila perdagangan itu telah berlangsung satu tahun maka barang-barang
ituwajib diperhitungkan nilai harganya. Apabila pada akhir haul itu nilainya,
ditambah dengan uang yang ada (laba) mencapai nishab maka wajib dikeluarkan
zakatnya
f. Zakat Rikaz
Zakat rikaz adalah harta terpendam pada zaman jahiliyah, yakni harta orang
kafir yang diambil pada zaman islam, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak.
Adapun zakat yang wajib dikeluarkan sebesar 20% sedangkan sisanya diberikan bagi
penemunya, dengan catatan daerah penemuanya adalah daerah mubah yang tidak ada
pemiliknya.12
g. Zakat Barang Tambang/Ma’din
Ma’din berasal dari kata ya’danu ‘ad-nan artinya menetap pada suatu tempat.
Sebagian ulama berselisih pendapat mengenai ma’din atau barang tambang yang
wajib dikeluarkan zakatnya. Madzhab Ahmad berpendapat bahwa segala hasil bumi
yang berharga dan tercipta didalamnya seperti : emas, perak, besi, tembaga, timah,
aspal dan lainya. Sedangkan menurut Abu hanifah zakatnya itu wajib pada semua
barang yang lebur dan dapat dicetak seperti : emas, perak, besi, tembaga dan lainya.

10
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan,
(Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 75
11
Masturi Ilham dan Nurhadi, loc.cit., hlm. 285
12
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 34

9
Adapun nishab zakat barang tambang adalah sama dengan nishab emas dan
perak yaitu 20 mistqal atau setara 85 gram emas. Sedangkan besarnya zakat yang
wajib di keluarkan adalah 1/40 pada hasil tambang tersebut.

Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat ada 8 golongan. Allah telah
memberikan jaminan untuk menjelaskan data orang-orang yang berhak menerima zakat. Hal
ini sesuai firman Allah pada surat At-Taubah ayat 60

‫ْن َو ْال َع ِملِي َْن َع َل ْي َه َاو ْالم َُؤلَّ َف ِة قُلُ ْو ُب ُه ْم َوفِي‬


ِ ‫ت ل ِْلفُ َق َرآ ِءوال َم َس ِكي‬
ُ ‫ِا َّن َماالصَّدَ َق‬
‫ْض ًة م َِن هَّللا ِ وهَّللا ُ َعلِ ْي ٌم‬ َ ‫ْن الس َِّبي ِْل َف ِري‬ ِ ‫ب َو ْال َغ ِر ِمي َْن َوفِي َس ِبي ِْل هَّللا ِ َوب‬ ِ ‫الرِّ َقا‬
‫َح ِك ْي ٌم‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Diantara orang yang berhak menerima zakat itu adalah:
1. Orang Fakir, yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, mereka tidak mempunyai harta
dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupannya sendiri serta keluarganya seperti
makan, minum, sandang dan perumahan.
2. Orang miskin, yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan
kekurangan. Walaupun dalam kondisi kekurangan mereka tidak mengemis dan tidak
pula meminta belas kasihan orang lain.
3. Amil zakat, adalah orang-orang yang ditunjuk oleh negara untuk mengurusi masalah
zakat, termasuk para pengumpul, para penyimpan, para penjaga keamanan, para
penulis, serta para penghitung yang bertugas untuk menghitung berapa kadar zakat
yang harus dibayarkan dan kepada siapa saja akan dibagikan.
4. Muallaf, adalah orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk
Islam yang imannya masih lemah namun mempunyai pendirian kuat ditengah
keluarganya yang masih kafir.
5. Riqab/memerdekakan budak yaitu mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang
ditawan oleh orang-orang kafir.

10
6. Gharim, adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat
dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara
persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu
membayarnya.
7. Fii sabilillah, yaitu seorang yang berjuang untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum
muslimin. Di antara ulama’ ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga
kepentingan-kepentingan umum yang tujuan untuk berbuat kebajikan seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Ibnu sabil, adalah orang yang sedang dalam perjalanan keluar dari daerahnya yang
bukan tujuan maksiat mengalami kesengsaraan dan kehabisan bekal dalam
perjalanannya.
D. Hakikat Luqathah
Secara etimologis, Luqathah berarti barang temuan, mendengar kata barang temuan,
maka pemikiran kita tentu tertuju kepada suatu tindakan mendapatkan sesuatu milik orang
lain secara tidak sengaja dan benda yang ditemukan itu diketahui atau tidak diketahui siapa
pemiliknya. Ini berarti bahwa benda yang ditemukan itu bukanlah kepunyaan si penemu
sendiri, dan bila diketahui siapa pemiliknya maka orang yang menemukannya berkewajiban
memulangkan kepada pemiliknya.13
Makna Luqathah menurut Jumhur Ulama fikih menemukan sesuatu yang hilang, baik
itu berbentuk benda, manusia ataupun hewan. Barang temuan (Luqathah) akan berada di
tangan penemunya, dan penemu tidak berkewajiban menjaminnya jika rusak, kecuali bila
kerusakkan tersebut disebabkan oleh kecerobohan atau tindakan yang berlebihan. Ia wajib
mengumumkan barang itu di tengah-tengah masyarakat, dengan segala cara dan di semua
tempat yang kemungkinan pemiliknya berada. Jika pemiliknya datang dan menyebutkan
tanda-tanda khusus yang menjadi ciri utama barangnya, penemu wajib menyerahkan barang
temuan itu kepadanya.
Jika pemiliknya tidak muncul penemu harus mengumumkannya selama satu tahun.
Jika setelah lewat setahun pemiliknya tidak juga muncul dan datang, penemu boleh
menggunakannya, baik dengan dipindah tangankan maupun dimanfaatkan kegunaannya.
Sebagaimana hadis nabi yang artinya:

13
Try Anggun Sari, “HUKUM MENGEMBALIKAN LUQATHAH YANG TELAH DIMANFAATKAN SETELAH
MENGUMUMKANNYA MENURUT IMAM SYAFI’I (STUDI KASUS DI DESA KWALA MUSAM
KECAMATAN BATANG SERANGAN KABUPATEN LANGKAT)”, dalam Skripsi S1 Jurusan Hukum Ekonomi
Syari’ah (Mu’amalah) Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017, hlm. 24

11
“Dan telah menceritakan kepadaku [Abu At Thahir Ahmad bin 'Amru bin Sarh] telah
mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Wahb] telah menceritakan kepadaku [Adl Dlahak
bin Utsman] dari [Abu An Nadlr] dari [Busr bin Sa'id] dari [Zaid bin Khalid Al Juhani] dia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya mengenai barang temuan,
maka beliau menjawab: "Umumkanlah sampai setahun lamanya, jika ada orang yang
mengenalinya, maka kenalilah tali dan wadahnya kemudian makanlah, jika pemiliknya
datang maka kembalikanlah ia kepadanya." Dan telah menceritakan kepadaku [Ishaq bin
Manshur] telah mengabarkan kepada kami [Abu Bakar Al Hanafi] telah menceritakan
kepada kami [Ad Dlahak bin Utsman] dengan isnad ini, dan dia menyebutkan dalam
hadisnya, "Jika pemiliknya mengenailnya, maka kembalikanlah ia kepadanya, jika tidak
(dapat mengenalinya) maka kenalilah tali, wadah dan jumlahnya."
Wajib bagi orang yang menemukan sesuatu dan mengambilnya untuk mengamati
tanda-tanda membedakannya dengan benda-benda lainnya, baik berbentuk tempatnya atau
ikatanya, baik di timbang, ditakar, maupun diukur.
E. Macam-macam Dan Hukum Memungut Luqathah
1. Macam-macam Luqathah
a. Benda Tahan Lama
Yaitu benda-benda yang dapat disimpan dalam waktu yag lama, misalnya emas, perak,
pisau, gergaji, meja dan yang lainnya.
b. Benda Tidak Tahan Lama
Yakni benda-benda yang tidak dapat disimpan pada waktu yang lama, misalnya
makanan, tepung, buah-buahan, dan sebagainya. Benda-benda seperti ini boleh
dimakan atau dijual supaya tidak tersia-siakan. Bila kemudian baru datang
pemiliknya, maka penemu wajib mengembalikannya atau uang seharga benda-benda
yang dijual atau dimakan.
c. Benda-benda yang membutuhkan perawatan
Seperti padi harus dikeringkan atau kulit hewan perlu disamak.
d. Barang-barang yang memerlukan perbelanjaan
Seperti binatang ternak unta, sapi, kuda, kambing dan ayam. Pada hakikatnya
binatang-binatang itu tidak dinamakan al- luqathah, tetapi disebut al-dhalalah, yakni
binatang-binatang yang tersesat atau kesasar.
2. Hukum Memungut Luqathah
Terdapat perbedaan pendapat ulama fiqh tentang hukum memungut barang temuan
di jalanan. Pendapat pertama dikemukakan ulama Malikiyah dan Hanabilah. Menurut

12
mereka, apabila seseorang menemukan barang di tengah jalan, maka makruh hukumnya
memungut barang itu, karena perbuatan itu boleh menjerumuskannya untuk
memanfaatkan atau memakan barang yang haram. Di samping itu, apabila orang
bersangkutan mengambil barang itu berniat untuk mengumumkannya dan
mengembalikannya kepada pemiliknya apabila telah diketahui, menurut mereka, mungkin
saja ia lalai mengumumkanya. Oleh sebab itu, memungut barang itu lebih banyak
bahayanya dibanding membiarkannya saja.
Pendapat kedua, dikemukakan oleh ulama Hanafiyah dan Syafi‟iyah. Menurut
mereka, jika seseorang menemukan barang atau harta di suatu tempat sedang pemiliknya
tidak diketahui, barang itu lebih baik dipungut atau diambil, apabila orang yang
menemukan khawatir barang itu akan hilang atau ditemukan oleh orang- orang yang tidak
bertanggung jawab. Apabila kekhawatiran ini tidak ada, maka hukum memungutnya
menurut mereka boleh saja.14
Hukum pengambilan barang temuan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi
dan tempat dan kemampuan penemunya. Hukum pengambilan barang temuan antara lain
sebagai berikut:
a. Wajib
Wajib mengambil barang temuan bagi penemunya apabila orang tersebut percaya
kepada dirinya bahwa ia mampu mengurus bendabenda temuan itu sebagaimana
mestinya dan terdapat sangkaan berat bila benda-benda itu tidak diambil akan hilang
sia-sia atau diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
b. Sunnah
Sunnah mengambil benda-benda temuan bagi penemunya, apabila penemu percaya
pada dirinya bahwa ia akan mampu memelihara bendabenda temuan itu dengan
sebagaimana mestinya, tetapi bila tidak diambilpun barang- barang tersebut tidak
dikhawatirkan akan hilang sia-sia atau tidak akan diambil oleh orang-orang yang
tidak dapat dipercaya.
c. Makruh
Bagi seseorang yang menemukan harta, kemudian masih raguragu apakah dia akan
mampu memelihara benda- benda tersebut atau tidak dan bila tidak diambil benda
tersebut tidak dikhawatirkan akan terbengkalai, maka bagi orang tersebut makruh
untuk mengambil benda-benda tersebut.

14
Herawati, “LUQATHAH DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA”, dalam Skripsi S1 Program
Studi Hukum Ekonomi Syari'ah (Muamalah) UIN Raden Intan Lampung, 2020, hlm. 16-17

13
d. Haram
Bagi orang yang menemukan suatu benda, kemudian dia mengetahui bahwa dirinya
sering terkena penyakit tamak dan yakin betul bahwa dirinya tidak akan mampu
memelihara harta tersebut sebagaimana mestinya, maka dia haram untuk mengambil
benda-benda tersebut.15

F. Hikmah Zakat Dan Luqathah


1. Hikmah Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung beberapa hikmah yang
sangat besar dan mulia, baik hikamh itu berkaitan dengan orang yang berzakat, orang-
orang yang menerima zakat, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat
secara keseluruhan.
Adapun hikmah yang terkandung dalam melaksanakan zakat antara lain sebagai
berikut :
a. Sebagai bentuk keimanan kepada Allah SWT mensyukuri nikmatnya, menumbuhkan
aklak mulia dengan rasa kemanusian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan
materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan
mengembangkan harta yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam
surat Ibrahim ayat 7 :
‫َوإِ ْذتَا َ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َو لَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم اِ َّن َع َذابِي لَ َش ِد ْي ٌد‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
b. Zakat merupakan hak bagi mustahik, maka zakat berfungsi sebagai penolong ,
membantu, dan membina mereka, terutama bagi fakir dan miskin akan membawa ke
arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada` Allah SWT sehingga
terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad
yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika mereka melihat orang kaya yang
memiliki harta yang cukup banyak.
c. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang harus
dimiliki umat islam, seperti, sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi,
dan sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
15
Ibid, hlm. 18-19

14
d. Zakat sebagai pembangunan kesejahteraan umat, karena zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat dikelola dengan baik, dimungkinkan
membangun pertumbuhan ekonomi dan sekaligus pemerataan pendapatan.
e. Zakat dapat mendekatkan hubungan kasih sayang dan saling mencintai antara si miskin
dan si kaya, rapatnya hubungan tersebut akan membuahkan beberapa kebaikan dan
kemajuan serta berfaedah bagi kedua golongan dan masyarakat umum.
2. Hikmah Luqathah
Luqathah atau barang temuan, mendatangkan berbagai hikmah diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Bagi pemilik barang
1) Lebih berhati-hati dalam memelihara barang milik pribadi.
2) Menjaga barang dengan baik sebagai bentuk amanah dari Allah SWT.
b. Bagi penemu
1) Mendapatkan pahala yang besar karena menjaga barang milik muslim lainnya
merupakan kewajiban bagi sesama umat muslim.
2) Mengingatkan seseorang untuk bersyukur atas perbuatan baik dan memegang
teguh amanah sampai batas waktu tertentu yang ditentukan oleh syara’.
3.

15
4.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat bermakna mengeluarkan sebagian harta (tertentu) yang telah diwajibkan Allah
Swt untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, dengan kadar, haul
tertentu dan memenuhi syarat dan rukunnya. Rukun zakat meliputi orang yang berzakat, harta
yang dizakatkan, dan orang yang berhak menerima zakat. Syarat wajib mengeluarkan zakat di
antarnya: Islam, berakal, merdeka, milik sempurna, sampai nisab, dan cukup haul. Syarat sah
zakat: niat dan tamlik. Macam-macam zakat: zakat fitrah dan zakat maal. Jenis harta yang
wajib dizakati: emas/perak, binatang ternak, hasilpertanian, dan lain-lain. Sedangkan orang-
orang yang berhak menerima zakat ada 8 yang telah dijelaskan dalam QS. At Taubah: 60.
Luqathah adalah menemukan sesuatu yang hilang, baik itu berbentuk benda, manusia
ataupun hewan. Hukum luqathah bisa jadi wajib, Sunnah, makruh, dan haram. Adapaun
macam-macam luqathah yaitu: benda tahan lama, benda tidak tahan lama, benda yang
membutuhkan perawatan, dan benda yang memerlukan perbelanjaan. Sedangkan orang yang
menemukan luqathah dianjurkan untuk menyiarkannya selama satu tahun.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap pembaca, khusunya mahasiswa program
studi PGMI bisa lebih paham dengan kajian tentang zakat dan luqathah serta dapat
mengamalkannya dalam kehidupan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Syaikh, Yasin Ibrahim. 2008. Kitab Zakat Hukum Tata Cara dan Sejarah. (Bandung: Penerbit
Marja)
Ghofar,M. Abdul. 2010. Fiqih Wanita. (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar)
Hafhiduddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. (Jakarta: Gema Insani Press)
Herawati. 2020. “LUQATHAH DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA”, dalam
Skripsi S1 Program Studi Hukum Ekonomi Syari'ah (Muamalah) UIN Raden Intan
Lampung
Ilham, Masturi dan Nurhadi.2008. Fikih Sunnah Wanita. (Jakarta: Pustaka Al-kautsar)
Kemenag RI. 2013. Panduan Zakat Praktis. (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat)
Mufraini, M. Arif. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan
Membangun Jaringan. (Jakarta: Kencana)
Sari, Try Anggun. 2017. “HUKUM MENGEMBALIKAN LUQATHAH YANG TELAH
DIMANFAATKAN SETELAH MENGUMUMKANNYA MENURUT IMAM SYAFI’I
(STUDI KASUS DI DESA KWALA MUSAM KECAMATAN BATANG SERANGAN
KABUPATEN LANGKAT)”, dalam Skripsi S1 Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
(Mu’amalah) Fakultas Syari’ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqh. (Jakarta: Prenada Media)
Tim BAZNAS. 2018. Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional)

17

Anda mungkin juga menyukai