Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Susu merupakan cairan yang berasal dari ambing ternak perah sehat dan
bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku (Meutia et al., 2016). Kandungan alaminya tidak ditambah
atau dikurangi sesuatupun dan belum mendapat perlakuan apapun, kecuali proses
pendinginan. Menurut Hidayat (2010) susu harus memenuhi syarat ASUH yaitu
aman, sehat, utuh dan halal. Susu dipandang dari segi peternakan adalah suatu
sekresi kelenjar-kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi atau ternak yang
sedang laktasi dan dilakukan pemerahan yang sempurna. Susu menjadi salah satu
sumber energi yang dibutuhkan tubuh serta merupakan bahan makanan yang
bergizi tinggi, mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti
protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
manusia.
Kualitas susu yang kurang baik jika dikonsumsi oleh masyarakat dapat
mengakibatkan terganggunya kesehatan. Maka diperlukannya susu dengan
kualitas yang baik agar didapatkan susu yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Keamanan pangan merupakan salah satu ruang lingkup dari Kesehatan
Masyarakat Veteriner (Kesmavet). Jaminan terhadap mutu pangan merupakan
tanggung jawab dari Kesmavet sebagai penghubung antara bidang
pertanian/peternakan dan kesehatan. Ruang lingkup tugas dan fungsi Kesmavet
adalah administrasi dan konsultasi, pencegahan penyakit zoonosis, higiene
makanan, riset dan penyidikan penyakit hewan dan zoonosis, serta pendidikan
Kesmavet. Pemeriksaan terhadap kualitas susu dalam rangka sebagai salah satu
langkah dalam menjaga keamanan pangan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni
melalui pemeriksaan terhadap keadaan susu dan susunan susu yang
mempengaruhi kualitas susu. Menurut Ressang dan Nasution (1982), penelitian
terhadap kualitas susu dapat dilakukan berdasarkan keadaan dan susunan susu.
Pemeriksaan susu untuk melihat keadaannya dapat dilakukan dengan uji didih, uji
alkohol, dan uji derajat asam. Tujuan dari uji tersebut untuk memeriksa derajat
keasaman susu secara tetrimetri dan untuk mengetahui kualitas susu. Pada saat
susu masih dalam kondisi tidak pecah dan tidak menggumpal setelah melewati uji
didih dan uji alkohol, maka susu dapat dikatakan sehat dan layak untuk
dikonsumsi. Sebaliknya bila susu pecah atau menggumpal, maka susu tersebut
tidak layak konsumsi atau susu dengan kualitas yang buruk.
Beradasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penjaminan terhadap
kualitas susu sebagai salah satu bahan pangan asal hewan merupakan hal yang
penting. Sehingga pada kesempatan kali ini kami mahasiswa PPDH Gelombang
17 Kelompok D melakukan penilaian terhadap kualitas pada susu melalui uji
keadaan susu dan uji susunan susu. Penilaian kualitas susu merupakan salah satu
aspek yang perlu dikuasai oleh seorang dokter hewan. Kompetensi ini sangat
penting untuk mewujudkan aspek keamanan pangan khususnya untuk memastikan
bahwa produk hasil hewan yang beredar di masyarakat merupakan bahan pangan
yang aman dan sehat untuk dikonsumsi.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan koasistensi di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara pengujian kualitas susu
2. Untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan tentang pemeriksaan
kualitas daging susu
Ph - 6,3 - 6,8
Uji organoleptik merupakan salah satu cara mendasar dan pertama kali
dilakukan untuk mengetahui kualitas dari susu tersebut. Uji organoleptik
merupakan pengujian yang subyektif, akan tetapi pengujian ini memiliki peran
yang penting. Pengujian ini terdiri dari rasa, aroma dan warna. Rasa dan aroma
dapat bersinergi membentuk citarasa. Citarasa susu sapi dipengaruhi beberapa
faktor. Berdasarkan hasil pengujian, sampel susu selama penelitian dalam kondisi
aman dan layak untuk dikonsumsi. Hasil uji organoleptik yaitu untuk warna susu
putih, memiliki aroma khas susu dan rasa susu normal yaitu gurih dan manis khas
susu, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa susu tidak mengalami perubahan.
Hasil pengujian tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai susu layak konsumsi
sesuai SNI 01-3141.1-2011.
Ciri khas susu yang baik dan normal adalah susu tersebut terdiri dari
konversi warna kolostrum yang berwarna kuning dengan warna air susu yaitu
putih, jadi susu normal itu berwarna putih kekuning-kuningan. Kriteria lainnya
adalah jika berwarna biru maka susu telah tercampur air, jika berwarna kuning
maka susu mengandung karoten, dan jika berwarna merah maka susu tercampur
dengan darah (Yusuf 2010). Warna ini tergantung pada pakan yang diberikan,
lemak dalam susu, dan juga bahan padat. Apabila diberikan pakan hijauan segar
yang lebih banyak, maka lemak dalam susu menjadi tinggi karena kandungan
karoten lebih banyak sehingga warna susu akan lebih kuning, namun bila lemak
dari susu diambil maka susu akan berwana biru. Susu yang berwarna kemerahan
tidak normal, kemungkinan berasal dari sapi yang sakit (Suardana dan Swacita,
2009).
Susu segar memiliki rasa sedikit manis dan aroma khas. Rasa manis dalam
susu dikarenakan adanya gula laktosa didalam susu, meskipun sering dirasakan
adanya sedikit rasa asin yang disebabkan oleh klorida. Bau khas susu disebabkan
oleh beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dan sebagian bersifat
volatile. Oleh sebab itu, beberapa jam setelah pemerahan atau sebelum
penyimpanan, aroma khas susu banyak berkurang. Bau dan rasa mudah
dipengaruhi oleh sapi itu sendiri, pakan, bau sekelilingnya, dekomposisi
kandungan susu, material asing, dan perubahan reaksi kimia (Suardana dan
Swacita, 2009)
B. Uji Kebersihan
Pada uji Kebersihan susu dapat diamati dengan subjektif, mikroskop, atau
menggunakan kaca pembesar. Pengamatan dengan subjektif untuk mengetahui
adanya kotoran atau benda asing terutama benda mengambang seperti insekta,
rumput, dan lain sebagainya. Kotoran yang sering ada pada susu biasanya berupa
dedak, ampas kelapa, kotoran kandang, bulu, pasir, dan lain sebagainya. Susu
yang baik harus tidak mengandung benda asing baik yang mengambang,
melayang, maupun mengendap. Penentuan kebersihan atau derajat kebersihan
dilihat sebagai: bersih sekali, bersih, sedang, kotor, dan kotor sekali (Suardana
dan Swacita, 2009).
2.3.2 Pemeriksaan Susu Secara Objektif
A. Uji Didih
Prinsip pada uji didih mengetahui “heat stability” susu untuk mengetahui
baik/tidaknya susu untuk dapat diproses menjadi produk lain atau dipasarkan
dalam bentuk susu segar. Susu yang tidak baik/mulai rusak akan pecah atau
menggumpal bila dipanaskan sampai didih. Mantel air yang mengelilingi casein
pada susu yang tidak baik dalam keadaan tidak stabil yang mengakibatkan casein
akan menggumpal oleh panas atau asam (Aritonang, 2017).
B. Uji Alkohol
Prinsip dasar pada uji alkohol adalah protein susu diselubungi oleh mantel
air. Susu yang rusak akan bercampur dengan alcohol yang berdaya dehidrasi
sehingga protein akan berkoagulasi. Semakin tinggi derajat asam susu semakin
sedikit jumlah alcohol dengan kepekaan yang dibutuhkan untuk memecahkan
susu yang sama banyaknya (Aritonang, 2017).
Praktikum yg dilakukan juga menghasilkan hasil yang sesuai dengan teori
tersebut. Susu segar dengan hasil positif diperoleh dari uji alcohol dengan
kepekatan yang lebih tinggi (96%). Susu yang telah basi juga menghasilkan hasil
positif bahkan pada uji alcohol dengan kepekatan 70%. Hal ini dikarenakan nilai
asam yang lebih tinggi dibandingkan susu segar dan susu di freezer. Tingkat
keasaman dapat terlihat dari nilai pH susu. Uji alkohol dinyatakan positip jika
susu yang ditambahkan alkohol tampak menggumpal, pecah atau bila digoyang-
goyang pada dinding tabung tampak butir- butiran/lender (Aritonang, 2017).
C. Uji Berat Jenis (BJ)
Berat jenis susu ditentukan oleh banyaknya padatan terlarut di dalam susu.
Semakin besar berat jenis susu, maka semakin besar pula konsentrasi padatan
terlarut dalam susu. Berat jenis susu diukur menggunakan laktometer. Muchtadi,
et al (2010) menjelaskan bahwa laktometer adalah hidrometer yang skalanya telah
disesuaikan dengan berat jenis susu. Prinsip dari alat ini adalah bekerja mengikuti
hukum Archimedes dimana jika laktometer dicelupkan ke dalam susu, maka
laktometer tersebut akan mendapat tekanan ke atas sesuai dengan berat volume
cairan yang dipindahkan. Jadi, jika laktometer dicelupkan ke dalam susu yang
memiliki berat jenis yang rendah, maka laktometer akan tenggelam lebih dalam
dibandingkan jika dicelupkan ke dalam susu yang berat jenisnya lebih tinggi.
Berat jenis susu merupakan salah satu parameter awal apakah susu
memenuhi standar atau tidak. Menurut SNI 3141.1:2011 tentang susu segar,
o
syarat berat jenis minimum susu segar pada suhu 27,5 C adalah 1,0270 g/ml.
Berat jenis susu juga berbeda-beda tergantung dari jenis dan spesies hewannya,
iklim tempat hewan pada saat diperah, pakan hewan, kondisi hewan, dll.
Muchtadi, et al. (2010) menyatakan bahwa berat jenis rata-rata susu adalah 1,032.
D. Uji Penetapan Tingkat Keasaman (pH)
F. Uji Reduktase
Tabel 2.2 Kualitas Susu Berdasarkan Waktu Reduktase dan Jumlah Bakteri
Kualitas Susu Waktu Reduktase Perkiraan Bakteri (per ml susu)
Sangat Baik > 5 jam 500.000
Baik > 2 - 5 jam 500.000 - 4 juta
Sedang 20 menit - 2 jam 4 - 20 juta
Jelek > 20 menit > 20 juta
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 3141.1:2011 Tentang Syarat Mutu Susu
Segar. Jakarta.
Sanam AB, Swacita IBN, Agustina KK. 2014. Ketahanan Susu Kambing
Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau
dari Uji Didih dan Alkohol. Jurnal Veteriner 3(1): 1-8
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2011. Metoda Pengujian Susu Segar-SNI 01-
2782- 1998/Rev.1992. Badan Standarisasi Nasional-BSN. Jakarta.
Yudonegoro RJ, Nurwantoro, Harjanti DW. 2014. Kajian Kualitas Susu Segar
dari Tingkat Peternak Sapi Perah, Tempat Pengumpulan Susu dan
Koperasi 25 Unit Desa Jatinom di Kabupaten Klaten. Jurnal Animal
Agriculture 3(2): 323-333