Anda di halaman 1dari 9

7 Tarian Adat Daerah Sulawesi Tengah,

Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi yang memiliki ragam tarian daerah yang khas. Ibu
kotanya adalah kota Palu dengan luas wilayahnya 61.841,29 km², dan jumlah penduduknya
3.222.241 jiwa. Selain dikenal dengan lagu daerahnya yang berjudul Tananggu Kaili, Sulawesi
Tengah juga siap mengenalkan nama – nama tarian daerahnya, mulai dari tarian adat yang
sering dilakukan, sampai dengan yang jarang dilakukan.

Tarian adat daerah Sulawesi Tengah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tarian
nusantara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dengan adanya tarian adat ini, maka
secara langsung membuktikan bahwa Indonesia memang kaya akan khazanah budaya dan tidak
bisa dinila dengan materi semata. Budaya seni tari sebagai warisan dari para lelhur dahulu
harus dijasa sampai kapan pun juga. Kita tidak mau budaya asing menggempurnya. Harus ada
proteksi untuk menghalau budaya asing.

Banyak pesan moral yang disampaikan dari pertunjukan sebuah tari. Begitu pula dengan tarian
adat Sulawesi Tengah ini. Ada banyak cerita dibaliknya, apakah cerita tentang kehidupan sosial,
kisah asmara di zaman dahulu, atau cerita dan kisah perang yang heroik dengan properti
senjata tradisional turut ditampilkan.

1. Tari Adat Doplak

Tari adat Doplak ini ditarikan sebanyak 7 orang penari wanita yang terdiri dari seorang yang
berperan sebagai palima yaitu kepala penari. Sedang keenam penari lainnya disebut dayang-
dayang.

Sekilas, pesan yang disampaikan pada tari Dopalak yaitu menggambarkan bagaimana ketujuh
orang tersebut datang membawa dulang, usai itu palima maju terlebih dahulu untuk
menyelidiki tempat yang mengandung emas, kemudian diikuti oleh penari lainnya.

Kemudian, mereka semua mulai mengambil pasir yang bercampur emas, lalu pekerjaan
mendulang dimulai dengan memakai selendang sebagai penyaring. Hasil saringan berupa emas
dimasukkan ke dalam dulang untuk dibawa pulang.
2. Tari Adat Peule Cinde

Tari Adat Peule Cinde (Silontong)

Tari adat Peule Cinde ada beberapa versi sejarah pada masanya sendiri. Sebenarnya, Tari adat
ini persis dengan tarian yang lainnya, ada kemungkinan besar bila Tari Peule Cinde bisa
berkembang di setiap era, karena penggunannya yang khusus untu penyambutan tamu
(terutama tamu tamu yang dianggap agung). Puncak pementasan Tari Peule Cinde adalah
dengan menaburkan bunga bunga kepada para tetamunya.

Untuk era kekinian, tari Paule Cinde dapat difungsikan untuk menyambut tamu seperti bupati,
walikota atau gubernur dari daerah lain yang ada di pulau Sulawesi atau luar Sulawesi.

3. Tari Adat Lumense

Tari Adat Lumense (Blogger)

Tari adat Lumense merupakan sebuah tarian yang asalnya dari daerah Tokotu’a. Lumense
memiliki arti sebagai terbang tinggi. Kabarnya, tari Lumense sudah ada pada jaman pra sejarah.
Tetapi gerakan tari Lumense jaman sekarang, sudah tidak sama dengan Tari Lumense jaman
dahulu, karena pada setiap era pasti ada perubahan, baik pada gerakan atau pada kustom yang
dikenakan.

Pada umumnya, Tari Lumense dilaksakan atau digelar untuk menyambut tamu pada pesta
pesta rakyat. Jumlah penari yang berperan biasanya penari perempuan yang berjumlah 12
orang, 6 orang berperan sebagai laki-laki dan 6 lainnya berperan sebagai perempuan. Meski
semua penari adalah kaum hawa, namun Tari Lumense merupakan tarian yang melambangkan
pasangan antara pria dan wanita.

4. Tari Adat Baliore


Tarian adat Baliore menceritakan tentang kelincahan gadis – gadis Sulawesi Tengah yang
bergembira saat pesta panen tiba. Dalam pertunjukkannya, mereka menari-nari dengan
lincahnya. Hentakan ritmis tetabuhan, terutama gendang semakin menambah dinamisnya
tarian ini.

Tari ini merupakan tari kreasi yang diangkat dari Dingkula. Selain gerakannya, tarian ini
mempunyai keunikan pada pakaian dan aksesorisnya.

Pada pakaian penari Baliore terdiri atas blus lengan pendek berwarna hijau modifikasi baju
poko’ yang dihiasi dengan benang kuning. Pada bagian bawah memakai celana yang
panjangnya 3/4 yang dalam bahasa Kaili disebut Puruka Pajana, berwarna hitam dihiasi
benang emas. Sebagai pelapis pinggul digunakan rok pendek yang dalam bahasa Kaili disebut
Ro’mbuku, warnanya merah dan kuning serta memakai ban pinggang yang dalam bahasa Kaili
disebut Pende, berwarna hitam yang bersulamkan benang emas.

5. Tari Adat Raego

Tari Adat Raego (Sportourism)

Kesenia tari Raego merupakan sejenis tarian untuk menyambut kepulangan para pahlawan dari
medan perang. Para pahlawan yang pulang sudah dipastikan membawa kemenangan atas
musuhnya. Beberapa syarat dalam melakukan tarian ini, yaitu para penari diantaranya meminta
restu kepada pemangku adat, setelah itu mencari wanita pasangan menari yang belum
menikah.

6. Tari Adat Dopalak

Tari Adat Dopalak diperankan sebanyak 7 orang penari wanita, seorang diantaranya berperan
sebagai palima yaitu kepala penari. Keenam penari lainnya disebut dayang-dayang. Iringan
musik tari Dopalak adalah seperangkat kakula, durasi waktu pertunjukkan ini biasanya kurang
lebih 7 (tujuh) menit.
7. Tari Adat Moraego

Tari adat Moraego yang berasal dari Sulawesi Tengah ini merupakan tarian yang masih udentik
dengan peperangan. Penari tampil dengan tema yang mirip dengan suasan perang. Suasana
heroik dipertontonkan oleh mereka kepada para penonton yang hadir.

Tidak tahu apakah sekarang tarian ini masih dipertunjukkan lagi. Karena sekarang sudah tidak
ada perang seperti zaman dahulu kala. Para pasukan angkatan bersenjata kita hari ini lebih
kepada menjaga kedaulatan negara di daerah tertentu. Haruskah jenis tarian ini dilakukan
modifikasi?

8. Tari Adat Balia

Tari adat Balia (etnis)

Tari adat Balia merupakan sejenis tarian yang erat dengan kepercayaan animism, yakni
pemujaan terhadap benda keramat, khususnya yang berhubungan dengan pengobatan
tradisional terhadap seseorang yang terkena pengaruh roh jahat dari alam gaib.

Arti dari Balia ialah tantang dia (Bali = tantang, ia = dia), yang artinya melawan setan yang telah
membawa penyakit dalam tubuh manusia. Balia sendiri dinilai sebagai prajurit kesehatan yang
mampu untuk memberantas atau menyembuhkan penyakit.

Masuk atau tidaknya makhluk-makhluk tersebut ditentukan oleh irama pukulan alat musik
tradisional Gimba (gendang), Lalove (seruling) yang mengiringi jalannya upacara adat ini.

9. Tari Adat Torompio

Tari Adat Torompio (deskgram)


Tari adat Torompio mempunyai arti adalah “angin berputar”. Tari ini menggambarkan seorang
yang sedang jatuh cinta. Ini terlihat dengan gerakan tarian yang dinamis dengan gerakan
berputar-putar. Ini juga kenapa tarian ini disebut juga Torompio.

Cinta yang dimaksdukan ialah gelora cinta kasih untuk semua kehidupan, seperti: cinta tanah
air, cinta sesama umat, cinta kepada tamu-tamu (menghargai tamu-tamu) dan lain sebagainya.
Hanya saja, yang lebih menonjol ialah cinta kasih antar sesama remaja atau muda-mudi,
sehingga tarian ini lebih dikenal sebagai tarian muda-mudi.

Pada pertunjukkannya, tarian Torompio sangat ditentukan oleh syair lagu pengiring yang
dinyanyikan oleh penari dan pengiring tari.

Pada zaman dahulu kala, gerakan tarian ini secara spontan oleh para remaja dengan jumlah
yang tidak terbatas. Tempat yang dipakai ialah halaman terbuka, seperti halaman rumah atau
tempat tertentu yang agak luas. Dan undangan yang hadir, para penontonnya muda-mudi yang
berdiri dan membentuk lingkaran, karena tari ini didominasi oleh komposisi lingkaran dan
berbaris.

10. Tari Adat Pajoge

Tari Adat Pajoge (Blogger)

Tari adat Pajoge adalah tarian tradisional yang berasal dari lingkungan istana kerajaan dimasa
lalu. Tari ini ditarikan ketika hendak pelantikan sang raja. Para penari terdiri atas tujuh orang
penari wanita dan penari pria. Bisa disimpulkan, bahwa fungsi tari adat Pajoge adalah:

10.1. Sebagai Sarana Hiburan


Hiburan adalah hak rakyat dan sebagai raja yang berkuasa di suatu wailyah sudah sewajarnya
menyajikan hiburan kepada rakyatnya. Tari adat Pajoge adalah salah satu hiburan yang dibuat
oleh raja di masa lagu

10.2. Sarana Penghubung Antara Raja & Rakyat

Dalam kehidupan biasa, mungkin ada sarana lain yang dapat menghubungkan raja dengan
rakyat. Hanya saja dalam jumlah yang massal, sarana tari inilah yang bisa dipakai. Karena
digelar diruang yang luas sehingga dapat menampung banyak undangan dari berbagai lapisan
masyarakat.

10.3. Sarana Dekatkan Diri Raja Kepada Rakyat

Suasana hiburan tidalah bersifat formal karena lebih nyantai. Dalam suasana santai ini, sangat
efektif dipakai untuk membangun kedekatan hubungan sang raja dengan rakyat secara
emosional.

11. Tari Adat Pamonte

Tari Adat Pamonte (Antaranews)

Pamonte memiliki arti menuai padi. Tari adat Pamonte khas khas daerah Sulawesi Tengah ini
menggambarkan kegiatan para petani pada saat musim panen padi tiba. Tampak mereka
memetik dan menuai padi secara bergotong-royong. Pesta panen ini dikenal dengan adat vunja
yakni tradisi masyarakat setempat dalam mensyukuri keberhasilan panen yang diraih bersama.

Pada tarian ini tampak jelas proses pengolahan padi menjadi beras yang siap untuk dimasak.
Mulai dari padi dipetik, menumbuk sampai menapis. Gerakan tari Pamonte sendiri mengikuti
syair lagu yang dinyanyikan oleh seorang yang ditugaskan. Persis seorang petani, para penari
memakai topi caping dalam tarian. Pakaian tari Pamonte pada umumnya terdiri dari kebaya
berwarna Merah dan dihiasi dengan benang emas, serta dilengkapi dengan kerudung warna
merah.
12. Tari Adat Jepeng

Tari adat Jepeng adalah tarian yang unik dari tarian yang lain. Karena tarian ini bernafaskan
Islam. Zaman dulu tari Jepeng cuma ditarikan oleh kaum dewasa secara berpasangan, pada
acara pesta perkawinan, khitanan, syukuran dan sebagainya. Tetapi seiring perkembangan
zaman, tari ini mulai dikreasikan, sehingga dapat diterapkan oleh perempuan dan pria secara
berpasangan. Apakah nafas Islamnya sudah tiada lagi?

Pada pagelarannya, tarian adat ini diiringi kesenian marawasi, bersama-sama dengan alat musik
tradisional Indonesia lainnya seperti gambus, dan biola (viol)

13. Tari Adat Pontanu

Tari Adat Pontanu (nosararasulteng)

Tari adat Pontanu ini menceritakan tentang cara menenun yang dilakukan oleh gadis-gadis Kaili.
Bahan yang ditenun adalah kain sarung Donggala atau yang lebih dikenal dengan Buye Sabe.
Dunia mengakuinya, bahwa sarung Donggala mempunyai motif warna yang indah diperkaya
dengan sulaman benang emas membuat sarung Donggala dikenal dimana-mana sebagai
tenunan khas Sulawesi Tengah. Keindahan itu tidak lengkap jika hanya dilihat saja, maka pada
zaman dulu dibuatlah tarian yang bernama tarian Pontanu guna mengabadikannya..

14. Tari Adat Posisani

Tari Adat Posisiani (Youtube)

Tari adat Posisani memiliki pengertian yaitu perkenalan. Tari adat ini menggambarkan realitas
kegembiraan kaum muda-mudi pada acara pesta. Semuanya mengekspresikan gembiranya
bersama sambil menari dan menyanyi. Sebagian wanita menari dengan memainkan kerincing.
Pada momen inilah mereka berkenalan antara satu dengan yang lainnya, kemudian mereka
menemukan pasangan hidup. .
15. Tari Adat Anitu

Tari adat Anitu dikenal di daerah Kulawi dan Palu Kabupaten Donggala. Jumlah penarinya
mencapai 6 orang wanita.

Hal yang penting diperhatikan pada formasi tarian Adat Anitu, yaitu:

15.1. Membentuk dua deretan ke belakang

Keenam penari membuat formasi 2 (dua) barisan dari depan kebelakang. Siapa yang
menempati posisi depan dan belakang sudah disiapkan pada mereka latihan. Sehingga sudah
mahir saat pertunjukkan dan tidak terjadi kesalahan.

15.2. Tangan penari diletakkan disebelah penari lainnya

Posisi tangan harus serentak pada bahu penari yang berada disebelahnya. Kemudian gerakan
membuka dan menutup telapak tangan juga dilakukan secara berulang – ulang. Aksi ini akan
terlihat sering dilakukan pada tari ini.

Selain itu, ada pula gerakan tangan seperti menumbuk dan mengayunkan kedua tangan sambil
memegang ujung selendang.

16. Tari Adat Dero

Nama lain tari adat Dero adalah Modero. Tari tradisional ini dikenal sebagai tari persahabatan
yang biasa dilakukan banyak orang dengan formasi melingkar. Selain itu, tari ini juga dikenal
sebagai tari perdamaian yang ada di Sulawesi Tengah. Hal ini terlihat jelas pada gerakan tarinya,
yakni, para peserta tari saling berpegangan tangan yang menandakan rasa persatuan dan
persahabatan, meskipun sebelumnya belum saling mengenal. Pada umumnya, tarian ini diiringi
organ tunggal dengan dua orang penyanyi.
Tari Dero bukan warisan leluhur. Seni tari ini ada ketika zaman Jepang di perang dunia ke II.
Saat ini tari Dero telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih popular bagi para pemuda
sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian.

17. Tari Adat Pepoinaya

Tari adat Pepoinaya adalah tari pengucapan syukur atas segala berkah dan karunia yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ada yang bilang bahwa tari ini merupakan
pengembangan dari upacara adat Wurake dari Kabupaten Poso. Tari Pepoinaya memakai
busana daerah Kecamatan Lore Selatan Kabupaten Poso yang disebut Baju Bada.

Pakaian ini terdiri dari blus lengan pendek sebatas siku (bahasa Bada : Kaeva) berwama merah
muda yang diaplikasi dengan pita warna-warni. Pada bagian bawah, menggunakan rok
bersusun dua (bahasa Bada : Wini) berwarna biru, yang diaplikasi dengan Pita wama merah dan
merah muda.

Anda mungkin juga menyukai