Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Produktivitas Bongkar Muat
Banyak Negara mengakui bahwa produktivitas adalah kunci
menuju kemakmuran karena makin tinggi produktivitas, makin banyak
barang dan jasa yang akan dihasilkan. Produktivitas mampu bersaing di
pasar internasional, karena produktivitas menjadikan proses produksi
makin ekonomis dan biaya persatuan lebih murah. Produktivitas
memiliki beberapa aspek seperti: produktivitas tenaga kerja,
produktivitas bahan baku dan produktivitas sumber daya. Dengan
produktivitas perusahaan dapat memaksimalkan keuntungannya
sehingga dapat mempertahankan keberadaan perusahaan. Produktivitas
dapat ditingkatkan jika tersedianya data informasi serta teknologi yang
memadai.
Dengan pengertian yang sederhana produktivitas diartikan
sebagai hubungan antara output yang dihasilkan dari sistem dengan
input yang digunakan untuk menghasilkan output. Pada hakekatnya
filosofis produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental
yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Konsep
produktivitas dapat diukur melalui beberapa hal antara lain tenaga kerja
dan kemampuan manajerial. Produktivitas dapat tercapai dengan upaya
penerapan cara kerja yang lebih baik terorganisir, efektif, efisien,
sehingga menciptakan sesuatu hal menjadi lebih baik.
Pengukuran produktivitas dapat di lakukan secara langsung
misalnya dengan jam atau orang tiap tonnya dan biasanya
menggunakan rasio: Produktivitas sama dengan satuan yang
diproduksikan masukan yang dimanfaatkan sama dengan satuan yang

7
8

dihasilkan jam atau orang yang dimanfaatkan pengukuran produktivitas


merupakan langkah pertama dalam peningkatan produktivitas.
Langkah kedua adalah pemahaman terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dan memilih faktor-faktor peningkatan
yang sesuai dengan situasi tertentu.
1. Pengertian Pengangkutan
Pengertian pengangkut laut secara umum dapat ditelaah dari
kata dasarnya, yaitu “angkut“ yang berarti angkat dan bawa, muat
dan bawa atau kirimkan, sehingga mengangkut berarti mengangkat
dan membawa, memuat dan membawa atau mengirimkan.
Sedangkan pengangkutan berarti pengangkatan dan pembawaan
barang atau orang atau pemuatan dan pengiriman barang atau orang.
Dengan demikian, pengangkutan mengandung suatu kegiatan
memuat barang atau penumpang ke tempat lain, dan menurunkan
barang atau penumpang tersebut.
2. Pengertian Pengangkutan Melalui Laut
Pengangkutan melalui laut merupakan usaha pelayaran niaga
yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa angkutan muatan laut
dimana kegiatan usahanya sangat luas bidangnya serta memegang
peranan penting untuk memajukan perdagangan dalam dan luar
negeri termasuk di dalam usahanya memperlancar arus barang dari
daerah produksi ke daerah konsumen. Dalam pengertian
perdagangan pengangkutan laut dapat dianggap sebagai suatu
kegiatan dari kesibukan yang tujuan mempertinggi arti dan kegunaan
suatu barang dengan jalan memindahkan barang tersebut dari suatu
pulau (Negara) ke pulau (Negara) lain.
3. Tentang Pengangkutan Barang
a. Pengertian barang KUHD tidak memberi penjelasan mengenai
definisi atau pengertian barang. Sedangkan The Hague Rules
1924 pasal 1 memberi definisi atau pengertian barang sebagai
berikut : “Segala macam barang dan barang-barang dagangan,
9

terkecuali hewan hidup serta muatan menurut perjanjian


pengangkutan harus diangkut di dek dan memang dimuat di
dek“. Selanjutnya The Hamburg Rules 1978 pasal 1 ayat (5)
member pengertian barang (goods) dengan tambahan yang lebih
terperinci, yaitu: “termasuk binatang hidup, barang-barang yang
dimasukkan dalam tempat barang (container) atau pembungkus
(packed), barang-barang yang dimasukkan dalam tempat
pengangkutan atau pembungkusan penambahan oleh pengirim
barang“.
b. Keadaan barang yang diangkut tidaklah mudah menetapkan
bagaimana keadaan barang-barang pada waktu sampai di
pelabuhan tujuan, yaitu apakah barang-barang itu rusak atau
tidak, dan kalau rusak sampai dimana timbul adanya kerugian.
4. Penyelenggaraan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan
Kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan dari dan ke
kapal pada dasarnya bongkar muat barang dari dan ke kapal itu
sendiri dirumuskan sebagai berikut : “Pekerjaan membongkar
barang dari atas dek/palka kapal dan menempatkannya di atas
dermaga atau ke dalam tongkang atau sebaliknya memuat dari atas
dermaga atau dari dalam tongkang dan menempatkannya ke atas
dek atau ke dalam palka kapal yang menggunakan derek kapal”.
Dari pengertian kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan
di atas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya bongkar muat barang
tersebut merupakan kegiatan pemindahan barang angkutan, baik
dari kapal pengangkut ke dermaga atau ke tongkang maupun
sebaliknya dari dermaga atau tongkang ke atas dek kapal
pengangkut.
5. Pengertian Perusahaan Bongkar Muat (PBM)
Adalah satu–satunya perusahaan yang diberi wewenang oleh
pemerintah untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang di
pelabuhan. Sejalan dengan semakin meningkatnya perkembangan
10

ekonomi dewasa ini di Indonesia, terutama mengenai kegiatan


perdagangan internasional, sehingga menghasilkan frekuensi arus
barang dan jasa melalui pelabuhan-pelabuhan di Indonesia semakin
meningkat pula. Untuk itu, perkembangan perusahaan jasa
pengangkutan melalui laut berikut perusahaan-perusahaan yang erat
kaitannya dengan kegiatan pengangkutan tersebut, seperti
perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) maupun
Perusahaan Bongkar Muat (PBM) juga semakin banyak
bermunculan.Guna mengatur pertumbuhan perusahaan-perusahaan
tersebut, maka Pemerintah telah menerbitkan Intruksi Presiden
(Inpres) No. 3 Tahun 1991 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus
Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi.
6. Fungsi Perusahaan Bongkar Muat (PBM) di Pelabuhan
Penyelenggaraan kegiatan usaha bongkar muat barang dari
dan ke kapal di pelabuhan, secara khusus diatur dalam Keputusan
Menteri Perhubungan No.PM.60 Tahun 2014 tentang Perusahaan
Bongkar Muat Barang dari dan ke kapal. Dalam hal mana Pasal 2
dan pasal 4 Keputusan tersebut menetapkan:
a. Usaha bongkar muat barang adalah kegiatan usaha yang bergerak
dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di
pelabuhan yang meliputi kegiatan stevdoring,cargodoring, dan
recieving/delivery.
b. Perusahaan angkutan laut atau wakil pemilik barang menunjuk
perusahaan bongkar muat di pelabuhan setempat untuk
melakukan pelaksanaan kegiatan bongkar muatdari dan ke kapal
di pelabuhan.
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat diketahui bahwa
perusahaan pelayaran (pengangkut) yang menyelenggarakan
pengangkutan barang melalui laut dari satu pelabuhan ke pelabuhan
lainnya tidak dibolehkan melakukan kegiatan bongkar muat barang
angkutannya sendiri, akan tetapi kegiatan harus diserahkan
11

pelaksanaannya kepada pihak lain atau perusahaan lain yang


bergerak di bidang bongkar muat barang di pelabuhan yaitu PBM.
Dengan demikian pada prinsipnya kedudukan PBM terpisah dengan
perusahaan pelayaran (pengangkut), sehingga fungsinyapun berbeda
dengan pengangkut. Perusahaan pelayaran dalam kedudukannya
sebagai pengangkut dalam menyelenggarakan pengangkutan barang
melalui laut berfungsi untuk meningkatkan kegunaan dan nilai
barang yang diangkut, dalam arti bahwa adanya kegiatan
pengangkutan barang tersebut dituntut untuk mampu meningkatkan
kegunaan dan nilai barang pada saat sebelum dan sesudah
dilakukannya pengangkutan barang yang bersangkutan.
7. Kewajiban PBM serta Tugas dan Tanggung Jawabnya
A. Kewajiban PBM
Selama melakukan usahanya PBM memiliki kewajiban yang
harus dipenuhi. Kewajiban tersebut sebagai berikut.
a. Melaksanakan ketentuan-ketentuan yang di tetapkan dalam
izin usaha dalam keputusan ini, dan kebijaksanaan umum
pemerintah di bidang penyelenggaraan kegiatan bongkar muat
dari dan ke kapal.
b. Memenuhi batas minimal kecepatan bongkar muat yang telah
ditetapkan pada setiap pelabuhan.
c. Mengenakan/memberlakukan tarif yang berlaku sesuai
peraturan.
d. Meningkatkan keterampilan kerja.
e. Bertanggung jawab terhadap barang selama berada di bawah
pengawasannya.
f. Bertanggung jawab kepada kerusakan alat bongkar muat
barang (gear) kapal yang disebabkan oleh kesalahan, kelalaian
orang-orang yang bekerja di bawah pengawasannya
g. Menyampaikan laporan kegiatan usahanya secara berkala
kepada:
12

1. Adpel setempat berupa laporan harian, bulanan, dan


tahunan.
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut, dalam hal ini adalah
Kepala Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut dan
Kakanwilhubla setempat berupa laporan bulanan dan
tahunan.
B. Tugas dan Tanggung Jawab PBM
Untuk mengurangi resiko tanggung jawab serta
menjamin pihak-pihak yang di rugikan ,perusahaan bongkar
muat wajib mengasuransikan tanggung jawabnya dan
menggunakan anggota Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)
dari koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang sudah
diregistrasi oleh penyelenggara pelabuhan setempat dan
memiliki jaminan social.

2.1.2 Peralatan Penanganan Bongkar Muat


Menurut Triatmodjo (2009), proses penanganan petikemas
dimulai sejak petikemas ada di dalam kapal sampai ke tempat
penampungan petikemas (Container Yard) atau sampai keluar dari
terminal. Proses penanganan petikemas di luar perairan dapat
menggunakan lebih dari satu jenis alat penanganan. Alat-alat
penanganan petikemas yaitu antara lain :
a) Gantry Crane/ Quay Container Crane
Gantry Crane/Quay Container Crane adalah jenis crane
portal tinggi berkaki tegak yang mengangkat benda dengan hoist
yang dipasang di sebuah troli hoist dan dapat bergerak secara
hoizontal pada sepasang rel yang dipasang di bawah balok atau lantai
kerja. Gantry crane digunakan untuk mengangkat dan memindahkan
muatan berat dan banyak digunakan di pelabuhan untuk proses
loading-unloadingcontainer.).Cara kerja Container Crane adalah
pada saat crane tidak beroperasi, bagian portal yang menghadap laut
13

diangkat agar tidak menghalangi manuver kapal merapat ke Dermaga


atau keluar dari Dermaga, jika hendak beroperasi, bagian tersebut
diturunkan menjadi horizontal.
b) Rubber Tyred Gantry
Rubber Tyred Gantry merupakan alat pengatur tumpukan
Petikemas yang juga dapat digunakan untuk memindahkan tempat
tumpukan Petikemas dalam jurusan lurus ke arah depan dan ke
belakang. Pelayanan yang dapat dikerjakan menggunakan alat ini
antara lain adalah mengambil tumpukan paling bawah dengan cara
terlebih dahulu memindahkan Petikemas yang menindihnya,
memindahkan (shifting) Petikemas dari satu tumpukan ke tumpukan
lainnya.
c) Trailer Truck
Trailer Truck disebut juga truk kontainer adalah kendaraan
pengangkut petikemas terdiri dari kendaraan penarik (Tractor
Head) dan kereta tempelan dimana petikemas ditempatkan.
Petikemas yang dapat diangkut dengan truk petikemas adalah
petikemas 20 kaki dengan konfigurasi sumbu trailer/kereta tempelan
1-2.2-2.2 dengan total 5 sumbu dan petikemas 40 kaki dengan
konfigurasi sumbu 1-2.2-3.2 dengan total 6 sumbu.
d) Straddle carrier
Straddle Carrieradalah sebuah alat berat yang digunakan
untuk memindahkan Petikemas ke tempat lain, berbentuk portal,
untuk mengambil Petikemas dari tumpukannya guna dipindahkan
ke tempat lain, straddle carrier melangkahi Petikemas (diantara
keempat kakinya) dan setelah Petikemas dapat digantung pada
spreader yang terpasang pada straddle carrier tersebut dan di-hibob
pada ketinggian yang cukup, selanjutnya straddle carrier berjalan
menuju lokasi yang ditentukan. Triatmodjo (2009) dalam
Perencanaan Pelabuhan menjelaskan bahwa Straddle carrier dapat
14

menyusun petikemas maksimal hingga 4 (empat) tumpukan dengan


kecepatan maksimal 30 Km/jam
e) Side Loader
Side Loader adalah salah satu jenis alat angkut yang prinsip
kerjanya menurunkan dan menaikan beban (petikemas) dari dan ke
atas trailer atau chasis di mana untuk keperluan tersebut trailer atau
chasis dibawa ke samping loader. Kegiatan memuat dan
membongkar Petikemas menggunakan Side Loader memakan waktu
agak lama karena sebelum mengangkat Petikemas, kaki penopang
side loader (jack) harus dipasang dahulu supaya loader tidak
terguling ketika mengangkat Petikemas. Beban maksimum (gross)
yang dapat diangkut oleh side loader ± 10 ton.
f) Top Loader / Container Forklift
Truck garpu angkat yang khusus digunakan untuk
mengangkat Petikemas ini (bukan mengangkat muatan dalam
rangka stuffing) bentuknya tidak berbeda dari Forklift Truck
lainnya tetapi daya angkatnya jauh lebih besar, lebih dari 20 ton
dengan jangkauan lebih tinggi supaya dapat mengambil Petikemas
dari (atau meletakkan pada) susunan 3 (tiga) atau 4 (empat) tier
bahkan sampai 5 (lima) tier. Penggunaan forklift Petikemas cukup
fleksibel karena dapat bergerak bebas ke mana saja sehingga dapat
digunakan untuk memuat Petikemas ke atas trailer, menyediakan
Petikemas untuk diangkat oleh Gantry, memadat Petikemas pada
ruang yang sempit di Container Yard dan lainnya.
g) Forklift Reach Stacker
Forklift Reach Stacker merupakan peralatan kombinasi
antara Forklift dengan Mobile Crane yang dilengkapi dengan
Spreader (pengangkat petikemas), system pengangkat adalah
gabungan dari 2 (dua) batang rail vertical sebagai penuntun disebut
mast atau garpu. Forklift menggunakan mesin 4-tak serta mampu
mengangkat petikemas dengan beban makasimal 45 ton dan
15

mempunyai jangkauan pengangkatan yang fleksibel (lengan dapat


memendek dan memanjang), maksimal tinggi pengangkatan 15
meter.
Peralatan bongkar muat adalah alat-alat pokok penunjang pekerjaan
bongkar muat yang meliputi :
1. Stevedoring
a. Jala-jala lambung kapal (Ship side net)
b. Tali Baja (Wire sling)
c. Tali rami manila (Rope sling)
d. Jala-jala baja (Wire net)
e. Jala-jala tali manila( Rope net)
2. Cargodoring
a. Gerobak dorong
b. Palet
c. Forklift
3. Receiving/delivery
a. Gerobak dorong
b. Palet
c. Forklift
Adapun jumlah peralatan yang di miliki PT. PERSERO BATAM
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 jumlah peralatan milik PT. PERSERO
NAMA KENDARAAN JUMLAH
TRUCK 11
TRUCK CRANE 4
HEAD TRUCK 32
FORKLIFT 15
TOP LOADER 2
WHEEL LOADER 1
MOBILE CRANE 13
16

GANDENGAN “20” FT 108


GANDENGAN “40” FT 72
GANDENGAN “45” FT 1
Sumber: PT.Persero Batam

2.1.3 Waktu Bongkar Muat


lampiran Inpres No. 3 Tahun 1991 tentang Kebijaksanaan
Kelancaran Arus Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi, telah
mengatur jadwal kegiatan bongkar muat barang sebagai berikut :
A ) Giliran Kerja I : pukul 08.00-16.00
B ) Giliran Kerja II : pukul 16.00-24.00
C ) Gilian Kerja III : pukul 24.00-08.00
Dengan adanya pembagian giliran kerja (shift) dalam kegiatan
bongkar muat barang di pelabuhan tersebut, menunjukkan adanya upaya
pemerintah (Depertemen Perhubungan) dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan bongkar muat barang di
pelabuhan, di samping untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada para
pemakai jasa bongkar muat barang.
Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh pekerja
normal untuk menyelesaikan pekerjaannya secara wajar dengan sistem
kerja terbaik. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengukuran
kerja,antara lain : Pengukuran Waktu Kerja dengan Metode Pengukuran
Langsung.
Yang dimaksud dengan metode pengukuran langsung yaitu
dengan mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh
operator dan mencatat waktu yang diperlukan oleh operator dalam
melakukan pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja
ke dalam elemen-elemen kerja yang sedetail mungkin dengan syarat
masih bisa diamati dan diukur. Kemudian dari hasil pengamatan dan
pengukuran tersebut akan didapatkan waktu baku ataupun distribusi
17

waktu operator untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Ada dua metode


yang digunakan pada pengukuran langsung. (Purnomo. H, 2004)
1. Metode Stop Watch
2. Metode Sampling kerja
Didalam pengolahan data untuk pengukuran waktu kerja secara
langsung diawali dengan uji keseragaman data, kemudian dilanjutkan
dengan uji kecukupan data, setelah ditentukan faktor penyesuaian
berdasarkan metode Westinghouse maka dapat ditentukan waktu
normalnya. Kemudian ditentukan lagi faktor penyesuaian (allowance)
baru didapat waktu baku (waktu standar).
Untuk menentukan service time masing-masing alat diperlukan
waktu operasi dari masing-masing alat penanganan peti kemas yang
digunakan. Pertama-tama, untuk menurunkan peti kemas dari kapal ke
dermaga untuk kemudian ditumpuk di lapangan penumpukan peti
kemas, digunakan Container-Crane. Dari data spesifikasi Container-
Crane yang digunakan, dapat ditentukan waktu pelayanan maksimum
Container-Crane untuk mengangkat peti kemas dari kapal dan
menurunkannya ke atas Tractor-Trailer (TT) adalah ± 3 menit/ peti
kemas.
Dengan rincian waktu pelayanan sebagai berikut:
a. Mengunci peti kemas di kapal 10detik
b. Mengangkat peti kemas dari kapal 25detik
c. Menggeser peti kemas dari posisi kapal 30detik
ke posisi Tractor-Trailer.
d. Menurunkan peti kemas ke atas Tractor-Trailer 10detik
e. Melepaskan kunci di atas Tractor-Trailer 10detik
Sub Total 85 detik 
Mengembalikan posisi spreader ke atas peti kemas
di dalam kapal 60detik 
Total 145 detik
18

2.1.4 Tenaga Kerja Bongkar muat


Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 60
Tahun 2014 yang dimaksud dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM)
adalah Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk
menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang
dari dan ke kapal. Adapun Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah
semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang
melakukan pekerjaan bongkar muat di pelabuhan. Penyedia jasa
bongkar muat adalah perusahaan yang melakukan kegiatan bongkar
muat (stevedoring, cargodoring, dan receiving/delivery) dengan
menggunakan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) dan peralatan
bongkar muat.
Benny 2011 (jurnal pengoptimalisasikan kegiatan bongkar muat)
Tenaga Supervisi bongkar muat adalah tenaga pengawas bongkar muat
yang disediakan oleh perusahaan bongkar muat (PBM) yang terdiri
dari:
1. Stevedoring
a. Stevedore adalah pelaksana penyusun rencana dan pengendalian
kegiatan bongkar muat di atas kapal.
b. Chief tally clerk adalah penyusun rencana pelaksana dan
pengendali perhitungan fisik, pencatatan dan survei kondisi
barang pada setiap pergerakan bongkar muat dan dokumentasi
serta membuat laporan secara periodik.
c. Foremen adalah pelaksana dan pengendali kegiatan operasional
bongkar muat barang dari dan ke kapal sampai ke tempat
penumpukan barang dan sebaliknya serta membuat laporan
periodik hasil kegiatan bongkar muat.
d. Tally clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan
perhitungan pencatatan jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan
barang berdasarkan dokumen serta membuat laporan.
19

e. Mistry adalah pelaksana perbaikan kemasan barang dalam


kegiatan stevedoring, cargodoring, receiving/delivery.
f. Wachman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan
stevedoring, cargodoring, receiving/delivery.
2. Cargo doring
a. Quay supervisior adalah petugas pengendali kegiatan operasional
bongkar muat barang di dermaga dan mengawasi kondisi barang
sampai ke tempat penimbunan atau sebaliknya.
b. Tally Clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan
perhitungan pencatatan jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan
barang berdasarkan dokumen serta membuat laporan.
c. Wachman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan
stevedoring, cargodoring, receiving/delivery.
3. Receiving/Delivery
a. Tally clerk adalah pelaksana yang melakukan kegiatan
perhitungan pencatatan jumlah, merek, dan kondisi setiap gerakan
barang berdasarkan dokumen serta membuat laporan.
b. Mistry adalah pelaksana perbaikan kemasan barang dalam
kegiatan stevedoring, cargodoring, receiving/delivery.
c. Wachman adalah pelaksana keamanan barang pada kegiatan
stevedoring, cargodoring, receiving/delivery

2.2 Penelitian Terdahulu


Pada tabel 2.1 dijelaskan tentang penelitian terdahulu, variable
penelitian, teknik analisa serta hasil penelitian adalah sebagai berikut :
TABEL 2.2 Penelitian Terdahulu
No Suber Penelitian Variabel Teknis Hasil Penelitian
Penelitian Analisa
1 Budi Hartanto, Variabel Analisis Hasil penelitian :
Bambang yang di teliti : data a. Kombinasi
Triatdmojo, Imam 1.Volume Deskriptif jumlah peralatan
muthohar 2.Kunjungan dan penanganan
bongkar muat
Tahun 2015 Kapal Kualitatif
yang optimal
20

Optimalisasi 3. peralatan pada terminal Peti


Kinerja Terminal 4.optimalisasi Kemas Pelabuhan
Peti Kemas kinerja Pontianak untuk
tahun 2014 adalah
Pelabuhan pelabuhan
2 CC, 4 Trailler
Pontianak dan 3 RMGC dan
tahun 2029 adalah
3 CC, 5 Trailler
dan 4 RMGC.
b. Optimalisasi
kinerja dermaga
terbaik adalah
dengan
meningkatkan
produktivitas
peralatan bongkar
muat.

2 Benny Agus Variable Analisis Hasil penelitian :


Setiono Tahun yang diteliti data Untuk meningkatkan
2011 adalah : Deskriptif Produktivitas kerja,
Pengoptimalisasia Terminal Jamrud
stevedoring, dan
n Kegiatan Utara melakukan
cargodoring, Kualitatif
Bongkar Muat berbagai upaya yaitu
receiving, sebagai berikut;
Untuk
delivery. 1. Menambah alat
Meningkatkan
bongkar muat, sesuai
Produktivitas barangnya.
Kerja Terminal 2. Melatih SDM,
Jamrud utara agar semakin
PT.Pelindo III terampil.
Tanjung Perak 3. Memberikan
Surabaya pengawasan yang
terus menerus, agar
kegiatan berjalan
lancar.
4. Kendaraan
(forklift) dalam
kondisi baik.
5. Pengemudi
memiliki
keterampilan yang
baik.
lapangan
penumpukan untuk
dibawa menuju ke
21

pemilik barang atau


sebaliknya.
Adapun hambatan-
hambatan yang
sering dialami oleh
Terminal Jamrud
Utara antara lain
sebagai berikut :
1. Cuaca buruk
Jika cuaca
buruk maka kegiatan
akan dihentikan
guna menjaga
keselamatan buruh
dan keamanan
komoditi.
2. Alat bongkar
muat yang sering
macet Pengontrolan
jarang dilakukan
terhadap alat-alat
bongkar muat yang
menyebabkan
kemacetan pada alat
pada saat terjadi
pembongkaran.
3 Imansyah Noor Variabel Analisis Hasil Penelitian:
Tahun 2011 yang di teliti : data Dari analisa hasil
Analisa 1. Wakt Deskriptif pengukuran
penentuan waktu u langsung di
dan
baku untuk Baku dapat waktu baku
mempersingkat Kualitatif untuk bongkar muat
2. Prose
proses pelayanan s peti
bongkar muat di Bong kemas adalah 135
pelabuhan kar detik per box, dan
Trisakti muat dari target
Banjarmasin peti waktu yang
kemas ditetapkan oleh
pengelola terminal
peti kemas adalah
200 detik per box,
maka
pengelola dapat
memperkecil dalam
penetapan
waktu target bongkar
22

muat peti kemas dari


pada waktu target
yang di tetapkan
sekarang ini
dengan asumsi
semua kegiatan
dalam keadaan
normal.
4 Rudi Gunawan, Variabel Menggunak Hasil Penelitian:
Sobirin, penelitian ini an 1.Random Effects
Ismawardi adalah metodelogi Model menunjukkan
Bongkar, adanya pengaruh
Santoso Tahun penelitian
Muat, positif antara Jumlah
2013 deskriptif
Pelabuhan Kapal, Tenaga Kerja
Analisis dan Waktu Kerja
Belawan
determinan dengan Volume
volume bongkar Bongkar Muat.
muat barang di 2.Secara parsial,
pelabuhan Jumlah Kapal,
Belawan. Tenaga Kerja dan
Waktu Kerja masing
masing berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap Volume
Bongkar Muat di
Pelabuhan Belawan
pada tingkat
kepercayaan 99%,
dan variabel yang
memiliki kontribusi
terbesar terhadap
Volume Bongkar
Muat di Pelabuhan
Belawan adalah
variabel Jumlah
Kapal.

Pada penelitian terdahulu diatas masing – masing penelitian berbeda


tempat penelitian, berbeda jumlah populasi, berbeda antara variable
independen terhadap variable dependen. Sehingga pengembangan penelitian
ini dibandingkan penelitian terdahulu adalah mengenai tempat penelitian,
jumlah populasi, dan antara variable independen terhadap variable dependen.
23

Hal ini bertujuan untuk mendapatkan penelitian tentang pengaruh – pengaruh


produktivitas bongkar muat PT. Persero Batam.

2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pernyataan, di katakan sementara karena jawaban yang di
berikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta emperis yang di peroleh dari pengumpulan data, jadi Hipotesis
juga dapat di nyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empitik dengan data (Sugiono, 2015).
Maka untuk memberikan jawaban sementara atas masalah yang
dikemukakan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga peralatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
produktivitas bongkar muat.
2. Diduga waktu bongkar muat berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap produktivitas bongkar muat.
3. Diduga tenaga kerja bongkar muat berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap produktivitas bongkar muat.
4. Diduga peralatan, waktu bongkar muat, dan tenaga kerja bongkar muat
secara simultan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
produktivitas bongkar muat.
24

2.4 Alur Penelitian

Latar Belakang Masalah

Identifikasi Permasalahan

Penentuan
Daerah Studi

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Hasil Analisis
Data
Tidak Ya Data
Cukup

Implikasi Manajerial

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.1 Alur Penelitian


25

2.5 Kerangka Pemikiran

X.1.1
Peralatan
X.1.2
(X.1)
X.1.3

H1

X.2.1 Y.1
Waktu Produktivitas
H2
bongkar muat bongkar muat
X.2.2 Y.2

(X.2) (Y)
X.2.3 H3 Y.3
(X.2)

X.3.1 Tenaga kerja


H4
bongkar muat
X.3.2
(X.3)
X.3.3

Gambar 2.2 Kerangka pemikiran

Keterangan :

= Variabel = Pengukur

= Indikator = Pengaruh

H = Hipotesis
26

Indikator variable dependen (Y) Produktivitas Bongkar Muat :

Y 1 = Kelancaran

Y 2 = Kecepatan

Y 3 = Volume

Indikator variable independen (X1) Peralatan :

X 1.1 = Jenis alat

X1.2 = Keadaan/Kondisi

X 1.3 = Jumlah peralatan yang digunakan

Indikator variable independen (X2) Waktu Bongkar Muat :

X 2.1 =Berth Working Time (BWT)

X 2.2 = trouble alat bongkar muat

X 2.3 = Perubahan cuaca

Indikator variable (X3 ) Tenaga Kerja Bongkar Muat :

X 3.1 = Jumlah Tenaga kerja bongkar muat

X 3.2 = keterampilan Tenaga kerja bongkar muat

X 3.3 = Tanggung jawab dalam pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai