Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Visi pembangunan nasional tahun 2025 yang telah ditetapkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025, berisi tujuan-tujuan

yaitu “Indonesia Yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur“.

Dalam hal untuk mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut,

maka ditetapkan juga arah pembangunan jangka panjang, yang salah satu

kegiatannya dilakukan untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing.

Untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaya saing, salah satu arah yang

ditetapkan adalah dengan mengedepankan pembangunan sumber daya manusia,

yang salah satu keberhasilannya ditandai dengan meningkatnya indeks

pembangunan manusia (IPM). Unsur-unsur yang penting dalam kegiatan

peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) adalah derajat kesehatan, tingkat

pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.

Kabupaten Lahat adalah salah satu kabupaten di Sumatera Selatan, yang

terdiri dari 7 kecamatan induk, yaitu Kecamatan Lahat, Kecamatan Kikim,

Kecamatan Kota Agung, Kecamatan Jarai, Kecamatan Tanjung Sakti,

Kecamatan Pulau Pinang dan Kecamatan Merapi, namun pasca pemekaran

daerah, jumlah kecamatan di Kabupaten Lahat bertambah menjadi 22 kecamatan,

dengan luas 5.312 km2, dengan 14 kelurahan, 509 desa definitif dan 4 desa

persiapan.

1
2

Kabupaten Lahat merupakan sebuah kabupaten di Indonesia yang terkenal

memiliki ratusan wisata alam yang indah, seperti air terjun, Bukit Serelo, Sekolah

Gajah dan ribuan situs megalitik, yang tersebar di beberapa kecamatan, berupa

dolmen, menhir, arca, lumpang batu, lesung batu, kuburan batu hingga bilik/rumah

batu, yang sampai saat ini penemuannya tetap bertambah.

Kerajinan gerabah di Kabupaten Lahat, diperkirakan sudah ada sejak masa

pra sejarah dulu, hal tersebut dapat dilihat dari adanya sejumlah peninggalan-

peninggalan sejarah kuno yang terdapat pada beberapa daerah di Kabupaten Lahat,

yang ditemukan oleh tim dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, dengan adanya

penemuan beberapa situs-situs arkeologi serta peninggalan-peninggalan kuno yang

masih tersebar di rumah penduduk lokal.

Desa Kebur adalah salah satu desa di Kecamatan Merapi Barat, yang

merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Lahat yang memiliki sentra

kerajinan gerabah rumah tangga. Para pengrajin gerabah di Desa Kebur

Kecamatan Merapi Barat ini sudah ada sejak dahulu kala, yang proses

pembelajarannya dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang mereka

dan dibuat secara sederhana.

Hampir seluruh penduduk di Desa Kebur menjadi pengrajin gerabah dan

hasil kerajinan gerabah tersebut di bawa dengan menggunakan perahu menuju

dermaga di hilir desa yang bernama “Ribang Gayau”, untuk dijual kepada

masyarakat dari desa lain dan juga sekitarnya, tetapi sering dengan berjalannya

waktu, makin berkurang masyarakat yang menjadi pengrajin gerabah di desa

tersebut dan pada saat ini hanya tinggal sedikit orang-orang yang mewarisi keahlian

tersebut dan bahkan sudah nyaris punah, dikarenakan perkembangan jaman dan
3

teknologi serta tidak ada lagi pengkaderisasian bagi generasi penerusnya terhadap

kegiatan pembuatan gerabah tersebut.

Pada zaman dahulu, gerabah di desa ini dibuat secara sederhana, dibentuk

hanya dengan menggunakan tangan saja, yang berciri-ciri antara lain bentuk

adonannya terlihat kasar dan bagian pecahannya juga dipenuhi oleh jejak-jejak dari

tangan maupun dari sidik jari, bentuknya juga kadang tidak simetris. yang

digunakan sebagai hanya sebagai pekakas keperluan rumah tangga dan untuk

digunakan dalam acara religius.

Para pengrajin yang tersisa di desa ini kemudian mengikuti pelatihan di

Yogyakarta selama 8 hari pada bulan Oktober tahun 2019, dengan peserta

perwakilan kerajinan gerabah dua orang, seni ukir dua orang dan batik dua orang.

Kegiatan ini disponsori oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lahat.

dalam hal untuk menambah ilmu membuat kerajinan gerabah dan tembikar,

sehingga menambah pengalaman dan keahlian bagi mereka dalam melestarikan dan

mengembangkan kegiatan tersebut, serta dapat pula menjadi suatu usaha atau bisnis

bagi masyarakat untuk menambah penghasilan keluarga dengan memanfatkan

sumber daya alam dan manusia yang ada di sekitarnya.

Saat ini, gerabah yag dihasilkan dari pengrajin di Desa Kebur tersebut

sudah memiliki banyak peningkatan, baik dari segi desain, jumlah produksi maupun

mutu dari gerabah tersebut. Gerabah yang dihasilkan saat ini sudah banyak

variasinya antara lain berupa perendangan/tempat untuk mengsangrai biji kopi

mentah, belanga untuk memasak gulai atau sayur, periuk untuk memasak nasi,

cuwek atau cobek, kendi air minum, kendi tempat ari-ari, kendi untuk ziarah, asbak,

anglo, tungku masak, celengan, guci, dupa menyan, pot bunga dan tempayan
4

wudhu. Saat ini orderan gerabah dari desa ini bukan hanya dari dalam Kabupaten

Lahat saja, tetapi juga telah menjalar ke luar Kabupaten Lahat.

Di era moderen ini gerabah yang dihasilkan dari kerajinan tangan

masyarakat di Desa Kebur, selain dibuat dengan teknik tangan biasa, pembuatan

gerabah ini juga sudah menggunakan teknik yang lebih maju, yaitu dibuat dengan

menggunakan tatap batu dan roda putar.

Tanah yang digunakan untuk membuat gerabah ini, merupakan tanah yang

diambil dekat Desa Kebur, yang berwarna hitam keabu-abuan, berbeda dengan

pembuatan gerabah di daerah lain yang menggunakan tanah liat yang berwarna

merah coklat ataupun putih kecoklatan yang di duga karena pengaruh dari banyaknya

batu bara di sekitar lokasi tersebut.

Tanah yang diambil dengan cara menggali dan menyisakan lubang ini,

dianggap masyarakat setempat sangat aneh, karena ketika para pengrajin ingin

mengambil tanah ditempat itu kembali untuk dijadikan gerabah, maka lubang yang

mereka tinggalkan kemarin sudah rata kembali seperti sedia kala. Tanah yang biasa

diambil untuk membuat gerabah ini sering diminta orang untuk dijadikan obat,

bahkan orang yang meminta tanah tersebut terkadang berasal dari luar Kabupaten

Lahat.

Cara pembuatan gerabah di desa ini dimulai dengan menggali tanah secara

langsung ke dalam tanah yang mengandung banyak tanah liatnya. Tanah liat yang

telah digali tadi kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk dilaksanakan

proses selanjutnya.

Tanah liat yang telah terkumpul tadi kemudian disiram dengan air sehingga

menjadi basah dan merata, kemudian didiamkan selama satu sampai dua hari,
5

setelah itu tanah liat tersebut digiling agar menjadi lebih rekat dan terasa liat.

Setelah melalui proses penggilingan tersebut, maka tanah liat sudah siap untuk

dibentuk sesuai dengan keinginan pasar dan keperluan konsumen. Bermacam aneka

bentuk desain dapat dihasilkan dari tanah liat tersebut. Adapun seberapa banyak

jumlah tanah liat yang dibutuhkan dan berapa lama waktu proses pembuatan yang

diperlukan, tergantung pada seberapa besar gerabah yang akan dibuat atau seberapa

banyak gerabah yang akan dihasilkan, baik dalam bentuk dan desain maupun

jumlahnya.

Setelah bentuk akhir gerabah telah terbentuk, maka kegiatan tersebut

diteruskan dengan melakukan proses penjemuran. Sebelum dijemur dibawah terik

sinar matahari, gerabah yang sudah agak mengeras akan dihaluskan terlebih dahulu

dengan menggunakan air dan kain kecil, lalu dibatik dengan menggunakan batu

api. Setelah dilakukan proses tersebut, maka gerabah tersebut baru bisa dijemur

hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan dengan cuaca

dan panas matahari serta besar kecilnya bentuk gerabah tersebut.

Setelah gerabah tersebut menjadi keras dan benar-benar kelihatan kering,

kemudian gerabah dikumpulkan dalam tungku pembakaran untuk dilakukan proses

pembakaran. Gerabah-gerabah tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam

hingga benar-benar keras. Proses ini dilakukan dengan tujuan agar gerabah-gerabah

tersebut benar-benar keras dan tidak mudah pecah, dengan bahan bakar yang

digunakan antara lain jerami kering, daun kelapa kering ataupun kayu bakar.

Dalam proses penyempurnaan, gerabah yang sudah jadi tadi dapat di cat

dengan menggunakan cat khusus atau diglasir, sehingga terlihat lebih indah dan

menarik sehingga dapat bernilai jual tinggi.


6

Untuk sumber daya manusia, pengrajin gerabah ini masih merekrut tenaga

yang ada dalam keluarga mereka, yang terdiri dari beberapa ibu rumah tangga dan

pria yang ada di keluarga mereka, dengan adanya pembagian tugas masing-masing

sesuai dengan keahlian dan kapasitas tenaganya, dengan kompensasi berupa bagi

hasil akhir.

Untuk modal kerja, terdiri dari modal awal kerja mereka sendiri dan

dibantu oleh sarana dari PT. Muara Alam Sejahtera (MAS) site Merapi melalui dana

corporate social responsibility (CSR) berupa 3 tatap batu dan roda putar serta

pengangkutan bahan baku tanah liatnya.

Untuk pemilihan desain produk yang akan diproduksi, para pengrajin

membuat gerabah tersebut sesuai dengan pesanan konsumen pasar, tanpa

mengenyampingkan produk yang sudah ada. Kapasitas dari produksi gerabah

tersebut paling banyak sekitar 200 gerabah per bulannya, hal ini terkendala pada

jumlah sumber daya manusianya yang terbatas, alat yang masih sedikit, tempat

penyimpanan bahan mentah dan produk yang sudah jadi yang masih sempit, serta

proses pembuatannya yang lama.

Untuk pemasaran gerabah ini, pengrajin masih menitipkan produk mereka

pada toko yang ada di Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim dan khusus

untuk pembuatan pot bunga, mereka menggunakan reseller untuk memasarkannya

melalui media sosial, yang pesanan mereka berasal dari penduduk lokal maupun

keluar pulau Sumatera dan untuk persaingan pasar, mereka belum memiliki pesaing

di daerah ini.

Dalam proses pembuatan gerabah ini, dampak lingkungan yang ditimbulkan

pada masyarakat sekitar hampir tidak ada, karena tungku yang digunakan untuk
7

proses pembakaran gerabah juga dilakukan di dalam tanah dan fungsinya cuma untuk

menghangatkan gerabah-gerabah tersebut. Jadi polusi asap yang ditimbulkan kepada

masyarakat di sekitar lokasi hampir tidak ada.

Namun dampak sosial ekonomi dapat terlihat pada masyarakat di

sekitarnya, dengan adanya produksi pot-pot bunga dari gerabah tersebut, antara

lain masyarakat di desa tersebut sudah banyak yang menjual bunga-bunga dan

tanaman hias lainnya serta ada juga yang menjual tanah yang sudah diolah untuk

media tanam bunga-bunga tersebut. Bahkan usaha kecil menengah (UKM) bagi ibu-

ibu rumah tangga di desa tersebut dapat berjalan, dengan memproduksi kerajinan

tangan dari tali “Makrame” untuk aksesoris dalam menggantung pot-pot gerabah

tersebut agar terlihat lebih indah.

Dalam hal ini, studi kelayakan bisnis dapat diteliti bukan hanya pada suatu

proyek atau usaha yang berskala kecil saja, akan tetapi juga dapat dilakukan pada

proyek ataupun usaha yang berskala besar juga, termasuk pada usaha pengrajin

gerabah di Desa Kebur Kecamatan Merapi Barat ini. Karena secara tidak langsung

dapat menimbulkan dampak yang berbeda pula, dampak yang dapat ditimbulkan

dari studi kelayakan bisnis ini pada usaha ini, bisa dilihat secara ekonomis dan bisa

juga dapat berdampak secara sosial.

Apabila studi kelayakan bisnis pada pengrajin gerabah di Desa Kebur

Kecamatan Merapi Barat ini dapat berdampak secara ekonomis, maka

perekonomian nasional secara makro akan sangat menguntungkan bagi negara dan

masyarakat. Demikian juga bila studi kelayakan bisnis pada usaha ini dapat

berdampak secara sosial, maka tidak hanya masyarakat di sekeliling proyek atau
8

usaha tersebut yang diuntungkan, tetapi juga bisa berdampak pula pada finansial

usaha tersebut.

Di sisi lain, studi kelayakan bisnis pada usaha pengrajin gerabah di Desa

Kebur Kecamatan Merapi Barat ini memerlukan sebuah konsep, yang merupakan

sebuah alat yang dirancang untuk mewujudkan hasil dari temuan-temuan baru

ataupun usaha-usaha baru, berupa pengembangan dari usaha-usaha yang sudah ada,

baik secara objektif yang didasarkan pada penilaian serta didukung oleh data yang

lengkap sehingga menjamin keabsahannya, serta dikaji dan dibahas oleh para ahli

yang sudah memiliki kompetensi untuk tujuan pada penelitian tersebut.

Berdasarkan fakta empirik yang berkenaan dengan kelayakan bisnis pada

pengrajin gerabah di Desa Kebur Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat,

dapat menunjukkan bahwa :

1). Di Kabupaten Lahat, menunjukkkan fenomena bahwa berkurangnya pengrajin

gerabah yang ada di daerah tersebut dan hanya ada satu desa yang masih

memproduksinya yaitu Desa Kebur Kecamatan Merapi Barat.

2). Masih adanya kendala pada jumlah sumber daya manusianya yang terbatas, alat

yang masih sedikit, tempat penyimpanan bahan mentah dan produk yang sudah

jadi yang masih sempit, serta proses pembuatannya yang lama pada produksi

gerabah tersebut.

Adapun harapan-harapan yang diinginkan terhadap kelayakan bisnis pada

pengrajin gerabah di Desa Kebur Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat

tersebut adalah sebagai berikut :

1). Meningkatnya kembali jumlah pengrajin gerabah di Kabupaten Lahat, dengan

Desa Kebur Kecamatan Merapi Barat dijadikan sebagai desa percontohan.


9

2). Teratasinya kendala produksi terhadap pembuatan gerabah tersebut, yaitu

meningkatnya jumlah sumber daya manusianya, meningkatnya jumlah alat

yang tersedia, adanya fasilitas tempat penyimpanan bahan mentah dan tempat

penyimpanan produk yang sudah jadi sesuai dengan kebutuhan.

Penelitian ini sangat penting dilakukan dalam kehidupan masyarakat di

Kabupaten Lahat, dengan tujuannya adalah untuk mengkaji terhadap

keberlangsungan pada pelestarian produksi kerajinan gerabah yang telah

dilaksanakan secara turun temurun di Kabupaten Lahat, dengan memanfaatkan

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Lahat.

Karena dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa masalah-masalah

sosial ekonomi masyarakat beserta dampak yang ditimbulkannya di Kabupaten

Lahat, dapat teratasi dengan meningkatnya usaha kecil dan menengah (UKM) di

dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Lahat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan tentang

kegiatan pelestarian pengrajin gerabah di Kabupaten Lahat di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku sosial yang ada di Kabupaten

Lahat, yaitu “Studi Kelayakan Bisnis Pada Pengrajin Gerabah di Desa Kebur

Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat”.


10

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat

merumuskan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji

tentang :

1). Di Kabupaten Lahat, menunjukkkan fenomena bahwa berkurangnya jumlah

pengrajin gerabah yang ada di daerah tersebut dan hanya ada satu desa yang

masih tetap memproduksi kerajinan gerabah tersebut yaitu Desa Kebur

Kecamatan Merapi Barat.

2). Masih adanya kendala pada jumlah sumber daya manusianya yang terbatas,

alat yang masih sedikit, tempat penyimpanan bahan mentah dan produk yang

sudah jadi yang masih sempit, serta proses pembuatannya yang lama pada

produksi gerabah tersebut.

3). Masih kurangnya keperdulian pihak terkait pada pelaksanaan pelestarian

kerajinan gerabah di Kabupaten Lahat.

4). Belum adanya kegiatan inovasi berbasis pemberdayaan masyarakat di bidang

kerajinan gerabah pada masyarakat di Kabupaten Lahat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti paparkan di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji antara lain

tentang :

1). Apakah pengrajin gerabah di Desa Kebur Kecamatan Merapi Barat Kabupaten

Lahat sudah memenuhi aspek kelayakan bisnis ?


11

2). Bagaimana keperdulian pihak terkait pada pelaksanaan pelestarian kerajinan

gerabah di Kabupaten Lahat ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1). Untuk menganalisis apakah pengrajin gerabah di Desa Kebur Kecamatan Merapi

Barat Kabupaten Lahat sudah memenuhi aspek kelayakan bisnis.

2). Untuk menganalisis bagaimana keperdulian pihak terkait pada pelaksanaan

pelestarian kerajinan gerabah di Kabupaten Lahat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari diadakannya penelitian ini diharapkan adalah sebagai

berikut :

1. Secara Teoritis

Dengan adanya hasil penelitian tentang studi kelayakan bisnis pada

pengrajin gerabah di Desa Kebur Kecamatan Merapi Barat, diharapkan dapat

melahirkan konsep dan teori-teori baru dalam bidang ilmu sosial yang terkait

dengan perilaku sosial masyarakat.

Pada saat ini, ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang

studi kelayakan bisnis, diantaranya adalah teori yang dikemukakan oleh Sunyoto

(2014: 2) yang menyatakan bahwa :

Studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek


baik itu dari aspek hukum, aspek keuangan, aspek sosial ekonomi dan
budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek perilaku konsumen, aspek
teknis dan teknologi, aspek sumber daya manusia dan organisasi, dimana
itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya
digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis
dapat dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.
12

2. Secara Praktis

Dengan adanya hasil penelitian tentang studi kelayakan bisnis pada

pengrajin gerabah di Desa Kebur Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat

ini, diharapkan dapat memiliki potensi yang signifikan dalam meningkatkan

pencapaian target keberhasilan kinerja dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat

terhadap aspek pembangunan sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Lahat

yang lebih baik untuk kedepannya, dan didukung oleh keperdulian para

pemangku kepentingan dan pihak-pihak terkait pada bidang pemberdayaan

sosial ekonomi masyarakat khususnya pada pelestarian pengrajin gerabah

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai