Anda di halaman 1dari 6

TATA URUTAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Disusun Oleh :

Karina Shinta Sahertian

E071201056

Kelompok 3

Departemen Antropologi Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam konteks negara hukum, terdapat berbagai jenis dan jenjang kebijakan publik
yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Perundang-Undangan. Berdasarkan, Undang-
Undang No. 12 Tahun 2021, peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum. Peraturan perundang-undangan di
bentuk dan ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang memulai prosedur
yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-Undangan.

Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki kewenangan kewenangan untuk


membentuk peraturan perundang-undangan yang berupa suatu Ketetapan MPR yang biasanya
disebut Tap MPR. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia diatur dalam
UU No. 12 Tahun 2011. Indonesia memiliki banyak penduduk berserta pemikirannya
masing-masing. Sehingga, menjadi sebuah kewajiban bagi rakyat megetahui tata urutan
perundang-undangan. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-Undang sesuai urutan yang paling tertinggi yaitu: UUD 1945, Tap MPR, UU atau
Perpu, peraturan pemerintah, Peraturan Presiden, perda provinsi, dan perda kabupaten/kota.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui tata urutan perundang-undangan dari yang tertinggi berdasarkan


UU No. 12 Tahun 2011.
II. PEMBAHASAN

Tata urutan perundang-undangan yaitu sebuah tatanan atau petunjuk yang dibuat
untuk mengatur, sedangkan perundang-undangan adalah segela bentuk hal yang bertalian
dengan ketentuan dan peraturan sebuah negara yang dibuat oleh pemerintah. Indonesia
merupakan negara besar yang memiliki banyak penduduk, maka dibentuklah suatu
perundang-undangan. Tata peraturan perundang-undangan dalam masyarakat diatur
berdasarkan asa ‘lex superiori derogat legi inferiori’ yang atrinya hukum yang ada di atas
bisa mengabaikan maupun mengesampingkan hukum dimana kedudukannya berada di
bawahnya.

Berdasarakan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, berikut adalah tata urutan


perundang-undangan, yaitu:

1. Undang-Undang Dasar 1945

UUD 1945 merupakan dasar hukum atau konstitusi dalam dunia hukum di Indonesia
dan juga merupakan peraturan tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-Undangan
Nasional. Pancasila dengan UUD 1945 memiliki hubungan karena UUD 1945, karena UUD
1945 merupakan perwujudan dari Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara. Maka
peraturan perundang-undangan dimana berada di bawah UUD 1945 tidak boleh bertentangan
dengannya.

2. Ketetapan MPR atau Tap MPR

Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR yang
meliputi Ketetapan MPR Sementara dan Ketetapan MPR yang masih berlaku. Berdasarkan
sifatnya, putusan MPR terdiri dari dua macam yaitu ketetapan dan keputusan. Ketetapan
merupakan putusan MPR yang mengikat baik ke dalam keluar majelis. Sedangkan, keputusan
merupakan putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.

Saat ini, terdapat 139 ketetapan dari MPR dan MPRS yang dikelompokkan ke dalam
6 pasal atau kategori yang sesuai dengan status hukum dan materinya. Ketetapan MPR bisa di
justifikasi sebagai sebuah beschikking dikarenakan adanya penggunaan istilah “ketetapan”
dalam penamaan produk hukum tersebut.

3. Undang-Undang atau Peraturan Perundang-Undangan


Undang-Undang (UU) adalah peraturan perundang-undangan yang disusun oleh DPR
melalui persetujuan bersama presiden. Hal materi yang dimuat di dalam UU adalah mengatur
lebih lanjut ketentuan di dalam UUD 1945, seperti keuangan negara, HAM, dan lain-lainnya.
Peraturan perundang-undangan (Perpu) merupakan peraturan yang ditetapkan presiden
apabila terjadi kegentingan yang memaksa.

4. Peraturan Pemerintahan

Peraturan Pemerintah (PP) merupakan peraturan perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Presiden. Materi mengenai Peraturan Pemerintah ialah hal-hal yang
diamanatkan oleh Undang-Undang untuk melaksanakan ketentuan di dalam UU tersebut.
Presiden merupakan pembuat sebuah peraturan yang mana bersumber dari UU yang berlaku
saat ini.

5. Peraturan Presiden

Peraturan Presiden (perpres) adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan


oleh Presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dalam menyelenggarakan kekusaan pemerintahan. Perpres dibuat maupun disusun oleh
presiden.

6. Peraturan Daerah Provinsi

Perda Provinsi adalah peraturan perundang-undang yang dibentuk oleh DPRD


Provinsi dengan persetujuan bersama gurbernur. Materi yang termuat dalam perda yaitu
penyelenggaraan otonomi daerah, menampung kondisi khusus daerah, serta penjabaran
hierarki peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

7. Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota

Perda Kabupaten/Kota merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh


DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati atau Walikota. Materi yang
dimuat sama dengan materi perda provinsi.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan, Undang-Undang No. 12 Tahun 2021, peraturan perundang-undangan


adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum. Tata
urutan perundang-undangan yaitu sebuah tatanan atau petunjuk yang dibuat untuk mengatur.
Berdasarakan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, berikut adalah tata urutan perundang-
undangan, yaitu: UUD 1945, Tap MPR, UU atau Perpu, peraturan pemerintah, Peraturan
Presiden, perda provinsi, dan perda kabupaten/kota. Tata urutan perundang-undang ini dibuat
untuk mematuhi peraturan yang lebih tinggi. Peraturan perundang-undangan ini dibuat oleh
MPR, Presiden, DPR, dan DPRD.
DAFTAR PUSTAKA

Dhea, F. 2020. Tata Urutan Perundang-Undangan. URL: https://rumusrumus.com/tata-


urutan-perundang-undangan/. Di akses pada tanggal 04 Maret 2021.

Mahdiya, V. 2020. Tata Urutan Perundangan-Undangan di Indonesia. URL:


https://cerdika.com/tata-urutan-perundang-undangan-di-indonesia/#1_Undang-
Undang_Dasar_1945. Di akses pada tanggal 04 Maret 2021.

Sati, N. I. 2019. Ketetapan MPR dalam Tata Urutan Peraturan Peraturan Perundang-
Undangan di Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan, 49(4).

Anda mungkin juga menyukai