Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KIMIA ORGANIK

“HIBRIDISASI SP2”

Disusun oleh :

Christinemon Kidding Allo (20170111054020)

Febilia Marstuti (20170111054004)

Merlinda Yacob Lolopayung (20170111054016)

Rifal Iriansyah (20170111054003)

Yuliana Lidiya Atanay (20150111054017)

Dosen pembimbing :

Dolfina C. Koirewoa, , S.Pd., M.Pd


Drs. Jukwati, M.S

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JAYAPURA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelasaikan tugas
makalah ini dengan judul “HIBRIDISASI SP2”.

Kami menyadari sepenuhnya sebagai manusia biasa, bahwa dalam


penyusunan makalah ini tidak luput dari segala kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini . Semoga makalah yang kami kerjakan ini memiliki arti
yang baik dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih.

Jayapura, 20 September 2018

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Hibridisasi......................................................................................................................6
B. ATURAN HIBRIDISASI................................................................................................................9
C. Proses Hibridisasi..........................................................................................................................10
D. Hibridisasi sp2................................................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada teori hibridisasi terdapat konsep-konsep yang harus dipahami seperti :
aturan Hund, prinsip Aufbau, dan asas larangan Pauli, serta hibrid yang
terbentuk dari basil hibridisasi.
Hibridisasi adalah penyetaraan tingkat energi melalui penggabungan
antarorbital senyawa kovalen atau kovalen koordinasi.Teori hibridisasi
dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan struktur
molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk
sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya
diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik
yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik. Teori hibridisasi
tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif.
Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan
orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam.
Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya
tidak akurat. Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah
model representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam
kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-
orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan
sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama
lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan
sebagai dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital
yang persamaan Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui.
Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom
yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi
ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak
memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-
molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi
menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah. Teori hibridisasi sering
digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan

4
molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S).
Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam
metana.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Hibridisasi ?


2. Apa saja aturan dari Hibridisasi ?
3. Proses-proses apa saja dalam Hibridisasi ?
4. Bagaimana proses Hibridisasi sp2 itu terjadi ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hibridisasi

Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-


orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan
penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang
terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul
dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori
ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan 7 bersamaan dengan
teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada
hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR (Gillespie, 2004). 

Perhatikan konfigurasi elektron :

Be 1s2 2s2

B 1s2 2s2 2p1

C 1s2 2s2 2p2

Berilium dapat membentuk senyawa yang bersifat kovalen seperti


BeH2 dan BeCl2. Boron membentuk senyawa dengan perbandingan 1:3
seperti BF3 dan BCl3. Pada senyawa karbon yang lebih dari sejuta banyaknya
dapat dijumpai atom karbon yang terikat melalui empat pasangan elektron
ikatan. Jika ditinjau dari konfigurasi elektron saja, maka dapat diduga bahwa
berilium yang orbitalnya terisi penuh tidak dapat membentuk satu ikatan
kovalen, sedangkan karbon hanya dapat membentuk dua ikatan kovalen.
Kontradiksi antara pengamatan eksperimen dan ramalan berdasarkan model
orbital atom menunjukkan bahwa model orbital atom masih jauh dari
sempurna untuk menjelaskan ikatan kimia. Oleh sebab itu, penyusunan
elektron dalam orbital setiap bilangan kuantum utama perlu ditata kembali.
Penyusunan kembali orbital dalam sebuah atom untuk membentuk

6
seperangkat orbital yang ekivalen dalam molekul disebut
hibridisasi.

1. Sejarah perkembangan

Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam


menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis,
konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana,
namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang
ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan
struktur senyawa organik. Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital
molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada
hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti
yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun
skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak
akurat. Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah
model representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul.
Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada
orbital-orbital atom hidrogen. Orbitalorbital yang terhibridisasikan
diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang
tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbitalorbital
hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah
satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrödingernya memiliki
penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian
diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti
karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi
barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan
hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul
yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi
menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah. Teori hibridisasi sering
digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan
molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S).
Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan
dalam metana. Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari
sudut pandang sebuah atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi
secara tetrahedal (seperti metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki
orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen.

7
Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2pX1 2PY1 atau lebih
mudah di lihat :

(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s,
dan orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p).

Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua


orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan
kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif
(lihat pula: karbena), sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk
menjelaskan keberadaan CH4.

Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk
berikatan dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara
teori mengijinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi
(adalah benar untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4 yang
memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang
tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen,
setiap hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi
yang sama.

Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi


digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih)
electron :

8
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu
elektron valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan
elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom
terhadap elektron-elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti
efektif.

Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru


yang dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang
berikatan dengan empat hidrogen, orbital 2s (orbital inti hampir tidak
pernah terlibat dalam ikatan) "bergabung" dengan tiga orbital
2p membentuk hibrid sp3 (dibaca s-p-tiga) menjadi

Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital


1s hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki
panjang dan kuat ikat yang sama.

B. ATURAN HIBRIDISASI

1. Hibridisasi adalah proses pencampuran orbital-orbital dalam suatu atom.

2. Hanya orbital yang mempunyai energi yang hampir sama besar yang
membentuk orbital hibrida.

3. Orbital hibrida yang terbentuk sama banyak dengan jumlah orbital yang
bercampur.

4. Dalam hibridisasi yang bercampur adalah jumlah orbital, bukan jumlah


elektron.

9
5. Oleh karena orbital s tidak terarah dalam ruang x, y, z, maka orbital ini
tidak mempunyai arah dalam proses hibridisasi.

6. Sebagian besar hibrida adalah mirip tetapi tidak selalu mempunyai bentuk
yang identik.

7. Orbital px, py, dxy, dzy dan sebagainya menentukan sifat arah dan
hibridisasi

8. Bagi hibrida yang ekivalen orientasi dalam ruang ditentukan oleh : a.


jumlah hibrida yang diperoleh b. arah x, y, atau z c. anggapan bahwa
elektron akan menempati orbital hibrida sedemikian sehingga tidak
terganggu oleh elektron lain.

9. Macam hibridisasi yang diterapkan untuk suatu struktur ditentukan oleh


geometri molekul yang diperoleh dari eksperimen.

C. Proses Hibridisasi

Proses hibridisasi berlangsung dalam tahap-tahap berikut: 1). Elektron


mengalami promosi ke orbital yang tingkat energinya lebih tinggi. Misalnya
pada Be : dari 2s ke 2p 2). Orbital-orbital bercampur atau berhibridisasi
membentuk orbital hibrida yang ekivalen.

Contoh 1: Be mempunyai konfigurasi elektron 1s 2, 2s2. Satu elektron dari 2s


mengalami promosi menghasilkan konfigurasi 1s 2 ,2s1 2p1 x . Orbital 2s dan
2p1 x berhibridisasi membentuk dua orbital hibrida sp yang ekivalen
berbentuk garis lurus.

Contoh 2: B mempunyai konfigurasi elektron terluar 2s2 2p1. Suatu elektron


dari 2s mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 2s 1 2px1 2py1.
Orbital 2s, 2px dan 2py berhibridisasi membentuk tiga orbital hibrida sp2
yang ekivalen berbentuk segitiga datar.

Contoh 3: C mempunyai konfigurasi elektron terluar 2s2 2p2. Satu elektron


dari 2s mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 2s 1 2px1 2py1

10
2pz1. Orbital 2s, 2px, 2py dan 2pz berhibridisasi membentuk 4 orbital hibrida
sp3 yang ekivalen berbentuk tetrahedral.

Contoh 4: P mempunyai konfigurasi elektron terluar 3s2 3p3. Satu elektron


dari 3s mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 3s 1 3px1 3py1
3pz1 3dz1.

D. Hibridisasi sp2

Senyawa karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti


yang dijelaskan pada metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan
rangkap dua di antara karbon-karbonnya. Struktur Kekule metilena akan
tampak seperti:

Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena orbtial-orbital hibrid


hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi seperti yang
disyaratkan untuk ikatan rangkap dua di antara karbon-karbon. Ikatan
hidrogen-karbon memiliki panjang dan kuat ikat yang sama.

Membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam etilena,


dua atom karbon membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang
tindih dengan dua orbital sp2 karbon lainnya dan setiap karbon membentuk
dua ikatan kovalen dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp2 yang
bersudut 120°. Ikatan pi antara atom karbon tegak lurus dengan bidang
molekul dan dibentuk oleh tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh
terjadi maupun tidak).

11
Jumlah huruf p tidaklah seperlunya terbatas pada bilangan bulat, yakni
hibridisasi seperti sp2.5 juga dapat terjadi. Dalam kasus ini, geometri orbital
terdistorsi dari yang seharusnya. Sebagai contoh, seperti yang dinyatakan
dalam kaidah Bent, sebuah ikatan cenderung untuk memiliki huruf-p yang
lebih banyak ketika ditujukan ke substituen yang lebih elektronegatif.
(Patrick, 2005)

Proses hibridisasi sp2, secara sederhana melalui tahap sebagai berikut.


Elektron yang berada pada orbital 2s dipromosikan dan berpindah pada
orbital 2Py.

Sehingga terbentuk orbital hibrid sp2, yang dapat bereaksi dengan atom lain
dengan membentuk ikatan yang hampir sama. Hal ini menyebabkan bentuk
molekulnya sebagai segi tiga datar, lihat Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Bentuk molekul dengan hibridisasi sp2

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital


atom membentuk orbital hybrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan
kualitatif sifat ikatan atom.
2. Hibridisasi Sp2 yaitu Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena
orbtial-orbital hibrid hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan
pi seperti yang disyaratkan untuk ikatan rangkap dua di antara karbon-
karbon.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bryson, Bill (2003). A Short History of Nearly Everything. Broadway Books.


hlm. 141–143. ISBN 0-7679-0818-X.

Daintith, J. (2004). Oxford Dictionary of Chemistry. New York: Oxford University


Press. ISBN 0-19-860918-3.

Griffiths, David (1995). Introduction to Quantum Mechanics. Prentice Hall.


hlm. 190–191. ISBN 0-13-124405-1.

It is important to recognize that the VSEPR model provides an approach to


bonding and geometry based on the Pauli principle that is completely independent
of the valence bond (VB) theory or of any orbital description of bonding."
Gillespie, R. J. J. Chem. Educ. 2004, 81, 298-304.

Milton Orchin, Roger S. Macomber, Allan Pinhas, and R. Marshall Wilson


(2005)"Atomic Orbital Theory"

Patrick, G.L, (2005.) “Instan Notes Organic Chemistry Second


Edition”, Department of Chemistry and Chemical Engineering, Paisley University,
Paisley, Scotland, Bios Scientific Publisher Taylor and Francis Group London and
New York, ISBN 0-203-44168-0

The Feynman Lectures on Physics -The Definitive Edition, Vol 1 lect 6 pg 11.
Feynman, Richard; Leighton; Sands. (2006) Addison Wesley ISBN 0-8053-9046-4

14

Anda mungkin juga menyukai