Anda di halaman 1dari 11

III.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini akan dilaksanakan di Desa Cipinang , RT 01 RW 08,

Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Daerah ini

terletak pada ketinggian ±700 meter di atas permukaan laut. Waktu percobaan dari

bulan April sampai dengan bulan Juni 2021.

3.2. Bahan dan Alat Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit buncis tegak

Varietas Logawa cap panah merah yang diproduksi oleh PT. East West Seed

Indonesia , pupuk kandang ayam dan pupuk SP-36 serta Insektisida Decis 25 EC

dan Fungisida Dithane M-45 80 WP

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu cangkul, lanjaran / turus

kored, label, handsprayer, meteran, penggaris, tali rafia, plang penanda,

timbangan digital, alat hitung dan alat tulis, serta alat lainnya yang mendukung

penelitian.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua

faktor dan setiap faktor terdiri dari tiga taraf. Jumlah kombinasi perlakuan

sebanyak 9, dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 27

petak percobaan dengan ukuran petak 2 m x 3 m. Jarak antar ulangan 50 cm dan

jarak antar petak 30 cm dengan jarak tanam yang digunakan 50 cm x 40 cm.


Jumlah tanaman seluruhnya 810 tanaman dan jumlah tanaman perpetak 30

tanaman. Dari setiap satuan percobaan diambil 8 tanaman secara acak untuk

dijadikan sebagai sampel, sehingga jumlah tanaman sampel seluruhnya 216

tanaman. Penempatan setiap perlakuan dalam setiap ulangan dilakukan secara

acak/random

Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang ayam (k) yang terdiri dari 3

taraf perlakuan yaitu :

k1 = Pupuk kandang ayam 5 ton/Ha

k2 = Pupuk kandang ayam 10 ton/Ha

k3 = Pupuk kandang ayam 15 ton/Ha

Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk sp-36 (p) yang dibagi menjadi 3

taraf perlakuan yaitu :

p1 = Pupuk sp-36 50 Kg/Ha

p2 = Pupuk sp-36 100 Kg/Ha

p3 = Pupuk sp-36 150 Kg/Ha

Tabel 4. Kombinasi Perlakuan Pemberian Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Dosis

Pupuk Kalium

Dosis Pupuk SP-36


Dosis Pupuk
50 Kg/Ha 100 Kg/Ha 150 Kg/Ha
No
Kandang Ayam
(p1) (p2) (p3)
1 5 ton/Ha (k1) k1p1 k1p2 k1p3
2 10 ton/Ha (k2) k2p1 k2p2 k2p3
3 15 ton/Ha (k3) k3p1 k3p2 k3p3
Metode linear yang digunakan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dua faktorial adalah sebagai berikut :

Yijk = µ+ αi+ βj + (αβ) ij + Σijk

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan

taraf ke-i pada dosis pupuk kandang ayam dan taraf ke-j pada dosis

pupuk kalium dan ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh dosis pupuk kalium taraf ke-i

βj = Pengaruh dosis pupuk kandang ayam taraf ke-j

(αβ) ij = Pengaruh interaksi ke-i dan dosis pupuk kalium dan ke-j dan dosis

pupuk kandang ayam

Σijk = Pengaruh galat penelitian, pengaruh dosis pupuk kandang ayam taraf

ke-i dan dosis pupuk kalium taraf ke-j dan ulangan ke-k
Tabel 5. Daftar Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok

Sumber
DB JK KT Fh F05
Ragam
¿ ∑ X .i 2 ( X …)2 ¿ JK Ulangan ¿ KT Ulangan
Ulangan (r-1) − DB Ulangan KT Galat 3,63
t r .t
(3-1) = 2
¿ ∑ X . ab2 ( X …)2 ¿ JK Perlakuan¿ KT Perlakuan
Perlakuan (t-1) − DB Perlakuan KT Galat 2,59
r r.t
(9-1) = 8
¿ ∑ X . b2 (X …)2 ¿ JK A ¿ KT A
Pupuk (A-1) − DB A KT Galat
r.K r.t 3,63
Kandang (3-1) = 2
Ayam (A)

¿ ∑ X . a2 (X …)2 ¿ JK K ¿ KT K
Pupuk (K- 1) − DB K KT Galat
r.A r.t 3,63
Kalium (K) (3-1) = 2

¿ JK AK ¿ KT AK
Interaksi AK (A-1) (K-1) JK Perlakuan – JK A DB AK KT Galat 3,01
(3-1) (3-1) = 4 −¿JK K

¿ JK Galat
Galat (r-1) (t-1) JK Total – JK Ulangan DB Galat - -
(3-1) (9-1) = 16
– JK Perlakuan

( X …)2
Total (r.t) -1 ∑ X ab − 2
r .t - - -
(3-9) -1 = 26
Sumber : Toto Warsa dan Cucu S. Ahyar, 1982

Menguji apakah ada keragaman diantara perlakuan, digunakan uji F taraf

nyata 5% apabila terdapat keragaman yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji

Lanjutan Jarak Berganda Duncan untuk perbedaan diantara perlakuan dengan

rumus sebagai berikut :

LSR (α, p, dbg) = SSR (α, p, dbg). S x́


Untuk mencari S x́ dihitung dengan cara sebagai berikut :
 Jika terjadi interaksi :

KT Galat
S x́ =
√ r

 Jika tidak terjadi interaksi maka uji dilanjutkan dengan Uji Main Effect

dengan cara sebagai berikut :

KT Galat
S x́ A=
√ r .K

KT Galat
S x́ K=
√ r.A

Keterangan :

LSR = Least Significant Ranges

SSR = Studentized Signficant Ranges

dbg = Derajat Bebas Galat

S x́ = Galat Baku rata-rata

r = Ulangan

KT Galat = Kuadrat Tengah Galat

A = Jumlah taraf pupuk kandang ayam

K = Jumlah taraf pupuk kalium

α = Taraf nyata 5%

p = Banyaknya perlakuan yang dibandingkan

Hipotesis :

 Jika F Hitung < F 0,05 maka perlakuan tidak berpengaruh nyata.

 Jika F 0,05 > F Hitung maka perlakuan berpengaruh nyata.

3.4. Pelaksanaan Percobaan


Pelaksanaan percobaan yang dilakukan pada tanaman buncis dalam

percobaan ini terdiri dari :

3.4.1. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan

Pengolahan dilakukan pertama-tama dengan membersihkan permukaan tanah

dari gulma dengan menggunakan sabit, lalu cangkul tanah sedalam ±30 cm hingga

gembur, kemudian diistirahatkan selama satu minggu. Setelah penggemburan tanah,

dibuat plot dengan ukuran 200 cm x 300 cm sebanyak 27 plot dengan jarak antar

ulangan 50 cm dan jarak antar plot 30 cm, pembuatan parit juga berfungsi sebagai

pembuangan atau pengaliran air ketika terjadi hujan.

3.4.2. Persiapan Bibit

Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan terhadap bibit

sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakukan seleksi untuk

membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang

sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi

serta memberikan keuntungan yang besar. Benih buncis yang digunakan adalah

benih yang memiliki daya kecambah kurang lebih ±85 dari varietas logawa panah

merah. Ukuran besarnya relatif seragam dan ketika direndam benih akan

tenggelang yang menandakan benih layak untuk digunakan. Sementara benih

yang tergolong kualitasnya kurang baik adalah ketika benih direndam kondisi

benih akan terampung ke permukaan.

3.4.3. Aplikasi Pupuk Kandang Ayam


Pupuk kandang ayam diaplikasikan sebagai pupuk dasar sesuai dosis

perlakuan, dan diberikan 7 Hari Sebelum Tanam. Pupuk kandang ayam diberikan

dengan cara ditabur pada permukaan petak, kemudian ditutup kembali dengan

tanah pada setiap petak sesuai dengan perlakuan. Gunakan pupuk kandang yang

sudah jadi karena pupuk kandang yang belum jadi justru akan menghambat

pertumbuhan tanaman. Pupuk yang belum jadi masih mengalami proses

pelapukan yang menghasilkan energi panas sampai 75°C. Dalam kondisi ini, akar

tanaman tidak kuat menahan panas sehingga dapat mengalami kematian. Ciri

pupuk kandang yang telah jadi adalah berbau mirip tanah. Setelah kering dan

dingin, pupuk kandang ditimbun dengan tanah disampingnya.

3.4.4. Penanaman

Penanaman dilakukan pada pagi hari .Lubang tanaman dibuat dengan cara

ditugal, lubang di buat dimaksudkan sebagai tempat menanam benih dengan

kedalam tidak lebih dari 2-3 cm pembuatan lubang tanam dilakukan bersamaan

dengan penanaman. Penanaman dilakukan dengan memasukan 1-2 benih buncis

per lobang tanam dan di tutup dengan tanah untuk masing masing jarak tanam 50

cm x 40 cm. Sehingga setiap perpetak terdapat 30 tanaman.

3.4.5. Aplikasi Pupuk SP-36

Pupuk SP-3 diaplikasikan sebagai pupuk susulan dengan cara pemberian

pupuk ditugal sedalam 5 cm dengan jarak 10 cm dari batang tanaman dan ditutup

dengan tanah. Pemupukan dilakukan 2 kali pada saat tanaman berumur 10 HST,

30 HST, dengan dosis perlakuan (k1 = 1,5 g/tanaman) (k2 = 3 g/tanaman) (k3 = 4,5

g/tanaman), pemupukan dilakuakan pada pagi hari dengan kondisi cerah.


3.4.6. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan selama percobaan meliputi pemasangan ajir penyiraman,

penyulaman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit.

3.4.6.1. Pemasangan Ajir

Tanaman buncis yang memiliki tinggi 20 cm diberikan ajir yang dibuat

dari bambu. Ajir tersebut berfungsi sebagai tempat membelit, seperti halnya

pada tanaman kacang panjang (Adrianto dan Indarto, 2004).

3.4.6.2.Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali tanah

lembab, tujuannya menjaga supaya tanaman tidak layu, namun menjelang

tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air

pada parit-parit diantara tanaman buncis. Penyiraman dilakukan pada pagi dan

sore hari, dan penyiraman dilakukan 1 minggu 4 kali penyiraman.

3.4.6.3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam atau pada umur 7 HST dan

atau minggu berikutnya dilakukan penyulaman tersebut untuk mengganti tanaman

yang mati karena pengaruh faktor luar dan dalam.

3.4.6.4. Penyiangan

Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat adanya pertumbuhan gulma,

karena gulma dapat mengganggu tanaman utama, terutama pada fase kritis

tanaman. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma adalah terjadi kompetisi antara

tanaman buncis dengan gulma dalam hal memperoleh sinar matahari, unsur hara,

air, dan udara, serta ada kalanya menjadi inang bagi hama dan penyakit sehingga
dapat menjalar ke tanaman buncis yang dapat mengurangi produksi. Cara

menyiangi adalah mencabuti atau membersihkan gulma dengan alat bantu tangan

atau parang. Penyiangan dilakukan secara berhati-hati agar tidak merusak perakaran

tanaman buncis . Penyiangan dilakukan pada daerah kira-kira 15 cm disekitar

tanaman.

3.4.6.5. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan bertujuan untuk

memperkokoh posisi batang, agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar

yang bermunculan di atas permukaan tanah.

3.4.6.6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Organisme pengganggu dan penyakit tanaman yang dapat menghambat

keberhasilan terhadap hasil panen apabila tidak dikendalikan, hama dan penyakit

tersebut akan terus menyerang tanaman, sehingga tingkat produktivitas tanaman

buncis akan menurun.

3.4.7. Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 48-50 hari dan

polong memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: a) Warna polong agak muda dan

suram. b) Permukaan kulitnya agak kasar. c) Biji dalam polong belum menonjol.

d) Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup.

Cara panen dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin sebab

bila sampai terlambat memetiknya beberapa hari saja maka polong buncis dapat

terserang penyakit bercak Cercospora. Cara panen yang dilakukan dengan cara

dipetik dengan tangan dan mengunakan gunting supaya mempercepat proses


pemanenan. Periode panen di lakukan secara bertahap, yaitu setiap 2-3 hari sekali.

Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkat

kemasakkannya.

3.5. Pengamatan

3.5.1. Pengamatan Penunjang

Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak diuji secara

statistik. Pengamatan ini dilakukan sejak awal percobaan terhadap keadaan

pertumbuhan tanaman, gangguan hama, penyakit dan gulma, serta analisis tanah

dan curah hujan.

3.5.2. Pengamatan Utama

Pengamatan utama adalah pengamatan yang datanya diuji secara statistik

terhadap variabel- variabel sebagai berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari minggu ke 14 , 28 dan 42 HST

dengan mengukur panjang sulur dari pangkal batang sampai pucuk tertinggi.

Tinggi tanaman diukur sampai akhir pertumbuhan vegetatif.

2. Jumlah Daun (helai)

Pengamatan atau perhitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah

terbuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 14 , 28

dan 42 HST

3. Luas daun (cm²)


Luas daun dihitung pada saat tanaman berumur 2, 4, dan 6 MSPT dengan

menggunakan Leaf Area Meter pada tanaman sempel tanaman, diukur pada daun

yang terluas dan sudah terbuka sempurna. Pengamatan dilakukan dimasa

pertumbuhan vegetatif.

4. Jumlah polong pertanaman

Jumlah polong per tanaman dihitung pada saat setelah dilakukannya

panen, dengan menghitung semua polong yang berisi pada setiap tanaman sempel,

serta lakukan juga sortasi untuk mendapatkan polong yang berkualitas baik.

5. Berat polong perplot

Berat polong perplot ditimbang pada saat panen dengan tujuan mengetahui

hasil ataupun produksi yang maksimal keseluruhan hasil produksi

Anda mungkin juga menyukai