Nurul Nisaaa Fixx
Nurul Nisaaa Fixx
SEMINAR 1 SKS
Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
oleraceae) Organik
NPM : 101.17.0006
Fakultas : Pertanian
Putro Hairutomo Setiko, S.P., MSi Dr. Endang Kantikowati, Dra., MP.
i
KATA PENGANTAR
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Ulat Tritip (Plutella xylostella) Pada
Budidaya Kubis (Brasicca oleraceae) Organik “ dengan baik dan lancar. Makalah ini
ditulis sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan Seminar 1 SKS di Fakultas Pertanian
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran atau kritik yang membantu dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan penulisan lebih lanjut. Akhirnya, penulis sangat berharap
dengan penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk semua pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................3
1.4. Kegunaan Penelitian.........................................................................................3
1.5. Hipotesis.............................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1. Tanaman Kubis................................................................................................4
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kubis....................................................4
2.3. Syarat Tumbuh dan Syarat Tanah.................................................................8
2.4. Ulat daun (Plutella xylostella)........................................................................10
2.5. Pestisida Nabati...............................................................................................15
III. METODE PENELITIAN...................................................................................19
3.1. Tempat dan Waktu.........................................................................................19
3.2. Bahan dan Alat................................................................................................19
3.3. Metode Penelitian...........................................................................................19
3.4. Pelaksanaan Percobaan..................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
iii
I. PENDAHULUAN
Kubis merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan
sosial yang cukup tinggi. Oleh karena itu, tanaman tersebut dijadikan sebagai salah
satu sumber nafkah petani untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup. Produksi
tanaman kubis selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga merupakan
komoditas ekspor yang mempunyai peranan cukup besar dalam peningkatan devisa
Dari data Badan Pusat Statistik tahun 2013, Luas tanaman kubis di Indonesia
pada tahun 2013 mencapai 65,248 ha dengan produksi 1.480.625 ton. Namun,
kendala. Salah satu kendala utama adalah serangan hama ulat daun (Plutella
xylostella). Hama ini sangat merusak tanaman kubis karena bersifat kosmopolitan
dan memiliki banyak generasi setiap musimnya. Kehilangan hasil kubis akibat
serangan hama ini cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% (Rukmana, 1994).
Kondisi seperti ini tentu saja merugikan petani sebagai produsen kubis. Oleh karena
itu upaya pengendalian hama daun kubis ini sebagai hama utama tanaman kubis
perlu dilakukan untuk mencegah dan menekan kerugian akibat serangan hama
tersebut.
1
dan penggunaan pestisida (Cahyono, 2002). Penggunaan pestisida khususnya yang
bersifat sintesis berkembang luas karena dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi
resistensi hama, resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran
keseluruhan, mudah dan terjangkau petani, serta efektif dalam menjamin tingkat
produksi yang tinggi. Salah satu alternatif tersebut adalah usaha pemanfaatan
tumbuhan yang digunakan sebagai biopestisida atau biasa disebut dengan pestisida
nabati.
nabati, diantaranya adalah daun kenikir dan daun babandotan. Ekstrak daun kenikir
Sedangkan ekstrak daun babandotan memiliki kandungan yang hampir sama dengan
daun kenikir. Di dalam daun babandotan terkandung senyawa penting atau senyawa
metabolit yang bersifat seperti, saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri
(Kinasih, 2013).
2
2. Pada konsentrasi berapa yang dapat memberikan pengaruh paling baik terhadap
pengendalian hama ulat daun (P. xylostella) pada budidaya kubis organik?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui konsentarasi daun kenikir dan babandotan yang paling baik untuk
2. Mengetahui jenis pestisida nabati daun kenikir atau daun babandotan yang
1.4.Kegunaan Penelitian
pestisida nabati dengan konsentrasi yang paling tepat untuk diaplikasikan pada
tanaman kubis.
1.5. Hipotesis
1. Pemberian ekstrak daun kenikir dan babandotan dengan beberapa konsentrasi yang
dicoba akan memberikan pengaruh yang berbeda untuk mengendalikan hama ulat
daun P. xylostella
2. Salah satu konsentrasi pestisida nabati daun kenikir atau daun babandotan yang
ulat daunP.xylostella
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan tanaman semusim atau dua musim.
Bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong dan lebar seperti kipas. Sistem perakaran
kubis agak dangkal, akar tunggangnya segera bercabang dan memiliki banyak akar
serabut. kubis merupakan sayuran ekonomis dan serbaguna yang mudah ditemukan
dan memberikan nilai gizi yang sangat besar. Kubis kaya akan fitonutrien dan
berbagai vitamin seperti vitamin A, B, dan C. Ini semua adalah antioksidan alami,
yang membantu mencegah kanker dan penyakit jantung, mencegah radikal bebas
klasifikasinya adalah :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Tanaman kubis mempunyai jenis cukup banyak. Lima jenis diantaranya sudah
4
1. Kubis-krop atau kol, engkol, kubis telur (B. Oleraceae L var. capitata L.).
Jenis kubis ini memiliki ciri-ciri daun-daunnya dapat saling menutup satu
2. Kubis-daun atau kubis stek (B. Oleraceae L var. acephala L.). Jenis kubis ini
Jenis kubis ini memiliki ciri pada pangkal batangnya dapat membentuk umbi
yang bentuknya bulat sampai bundar. Umbi dan daun-daunnya enak dijadikan
populer disebut “Brussels Sprout”. Ciri-ciri jenis kubis ini adalah tunas
samping kiri dan kanan sampai ke bagian atas (pucuk) dapat membentuk krip
kecil berdiameter antara 2,5 – 5,0 cm; sehingga dalam 1 batang (pohon) terdiri
5. Kubis-bunga (B. Oleraceae L var. botrytis L.) dan Broccoli (B. Oleraceae L
var. botrytis sub var. cymosa L.). Kubis-bunga mempunyai ciri-ciri dapat
saja yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Khusus untuk jenis kubis-krop,
dikenal 3 forma atau sub-varietas, yaitu kubis-putih (B. Oleraceae L var. capitata
forma alba DC) yang kropnya berwarna putih, dan kubis-merah (B. Oleraceae L.
5
var. capitata forma rubra L.) Warna kropnya merah-keunguan, serta kubis Savoy (B.
Oleraceae L. var. sabauda L.) berdaun keriting atau disebut kubis-keriting. Paling
luas ditanam petani adalah kubis-putih, dan sebagian kecil mulai menanam kubis-
kepala sari (anthera) dan tangkai sari (Filamen), jumlahnya 6 buah dan terletak pada
dua lingkaran pertama dan dua yang lebih pendek pada lingkaran kedua. Di tengah-
tengah lingkaran ini terletak putik (pistilus) yang tersusun oleh kepala putik (stigma),
tangkai putik (stilus) dan bakal buah (ovarium). Pada waktu muda (kuncup) seluruh
bagian tertutup oleh kelopak bunga (calyx) berwarna hijau yang terdiri dari empat
kelopak daun (sepallum). Makin tua bunga kuncup retak karena tekanan
pertumbuhan daun mahkota dari dalam dan kemudian tampak helaian daun mahkota
bunga yang tegak berwarna kuning terang yang panjangnya 1,5 sampai 2,5 cm. Pada
saat stadium kuncup, kepala putik sudah reseptik atau masak lebih dahulu, jadi
bersifat protogyni, sedang tepungsari baru masak beberapa jam setelah bunga mekar.
Proses mekarnya bunga dimulai menjelang sore hari dan bunga mekar pagi
hari berikutnya. Pada saat tersebut putik dan benangsari letaknya sama tinggi
(homomorfik). Tepung sari keluar dari ruang tepung sari (theca) yang terletak di
dalam kepala sari, tetapi karena tepung sarinya relatif besar dan lengket maka
penyebarannya tidak dapat dilakukan oleh angin tetapi dengan perantaraan serangga
oleh warna kuning mahkota bunga dan madu yang dihasilkan oleh dua kelenjar madu
6
yang terletak antara dasar benangsari yang pendek dan bakal buah. Dua kelenjar
madu yang lain yang terletak di luar dasar benangsari yang panjang, tidak aktif.
mekarnya bunga-bunga tersebut terjadi secara berurutan dari yang tertua ke yang
muda. Pada tandan ini buah-buah yang terletak paling bawah lebih tua daripada buah
bunganya hanya 1 – 2 cm. Rata-rata setiap hari dua bunga mekar dan mahkota bunga
merupakan hasil peleburan satu inti generatif tepung sari dan dua inti polar dari
kandung lembaga (embryo sac), akan segera berkembang untuk kemudian memasok
makanan kepada zygote (hasil pembuahan sel telur oleh satu inti generatif yang lain
dari tepung sari). Zygote akan berkembang beberapa jam setelah pembuahan menjadi
embrio. Embrio ini tampak menempati sebagian besar dari biji setelah 3 – 5 minggu
perkembangan embrio tadi. Seperti proses perkembangan biji dan buah pada
menghasilkan auxin dalam jumlah yang besar yang dapat mencegah perkembangan
lapisan absisi pada tangkai bunga, sehingga bunga tidak gugur. Dengan demikian biji
Daun buah (Carpellum) yang berjumlah dua buah membentuk bakal buah
selanjutnya akan menjadi buah (Silikua) dengan dua ruang yang terpisah oleh
dinding penyekat (septum). Buah ini lebarnya antara 0,4 – 0,5 cm dan panjangnya
7
kadang-kadang lebih dari 10 cm. Pada kedua sisi dinding penyekat ruang terdapat
masing- masing sederet biji yang jumlahnya antara 3 – 15 butir. Panjang buah
maksimal tercapai antara 3 – 4 minggu sejak bunga mekar. Apabila buah mulai
masak, daun buah akan terbuka mulai dari bagian pangkal ke bagian ujung buah dan
kedalaman tanah antara 20 – 30 cm. Batang tanaman kubis umumnya pendek dan
Kubis tumbuh baik di dataran tinggi 1000 – 2000 m diatas permukaan laut.
Setelah adanya kultivar/ varietas yang tahan panas, kubis dapat diusahakan pada
dataran rendah 100-200 m diatas permukaan laut. Keadaan iklim yang cocok untuk
tanaman kubis adalah daerah yang relatif lembab dan dingin. Kelembaban yang
diperlukan tanaman kubis adalah 80% – 90%, dengan suhu berkisar antara 15ºC –
Kubis yang ditanam di daerah yang bersuhu di atas 25ºC, terutama varietas-
varietas untuk dataran tinggi akan gagal membentuk krop. Demikian pula tempat
tanaman kubis kurang baik dan mudah terserang penyakit; dan pada waktu masih
ketersediaan air di dalam tanah serta kelembapan tanah. Menanam Kubis pada
musim hujan lebih menguntungkan, karena adanya air yang cukup.Kubis menghisap
8
air cukup banyak. Tanaman yang masih muda memerlukan air sebanyak 300 cc per
hari. Kubis dewasa, memerlukan air sebanyak 400 – 500 cc per hari. Agar tumbuh
secara optimal, Kubis memerlukan persentase kandungan air dari kapasitas lapangan
Kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, mulai dari tanah pasir sampai
tanah berat. Tetapi yang paling baik untuk tanaman kubis adalah tanah yang gembur,
banyak mengandung humus dengan pH berkisar antara 6 – 7. Jenis tanah yang paling
Pada tanah-tanah yang masam (pH kurang dari 5,5), pertumbuhan kubis
Sebaliknya, pada tanah- tanah yang basa atau alkalis (pH lebih besar dari 6,5),
Phoma lingam. Tanah demikian perlu penanganan lebih dahulu, yakni dengan
pengapuran pada tanah masam atau pemberian bubuk belerang (S) untuk tanah basa.
9
2.4. Ulat daun (Plutella xylostella)
2.4.1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Ulat daun kubis (Plutella xylostella ) sering disebut hama bodas, hama
krancang atau hama wayang. Adapula yang menyebut ulat tritip . Dalam siklus
mengalami fase telur,larva,pupa, dan imago. Telur Plutella xylostella berukuran 0,6 x
0,3 mm, berbentuk oval, dan berwarna kuning muda. Pada saat menetas, telur
tersebut warnanya berubah menjadi cokelat keabu-abuan . Produksi telur tiap imago
betina dapat mencapai 300 butir yang diletakkan secara tunggal atau dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 3 – 4 butir. Stadium telur berlangsung 2-4 hari .
Larva atau yang sering disebut dengan ulat Plutella xylostella yang baru
keluar dari telur berwarna hijau muda, berbentuk silindris dengan panjang 2 mm, dan
akan terus tumbuh menjadi 10 mm. Tubuh larva Plutella xylostella relatif tidak
10
berbulu dengan kepala larva berwarna kuning dan berbintik gelap . Larva Plutella
xylostella terdiri dari empat instar. Larva instar satu dengan rata- rata panjang 1 mm,
lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuningan, dan berlangsung selama 4 hari . Larva
instar dua memiliki panjang 2 mm, lebar 0,5 mm, berwarna hijau kekuningan, dan
berlangsung selama 2 hari. Larva instar tiga memiliki rata rata panjang 4-6 mm
dengan lebar 0,75 mm , berwarna hijau , dan berlangsung selama 3 hari. Larva instar
empat berukuran panjang 6 – 8 mm dengan lebar 1- 1,5 mm, berwarna hijau, dan
Setelah cukup umur, ulat mulai membuat kepompong dari bahan seperti
bening sutra abu- abu putih dibalik permukaan daun untuk menghindari panasnya
selesai ulat berubah menjadi pupa. Kulit ulat biasanya diletakkan dalam kepompong ,
tetapi kadang juga diletakkan diluar kepompong. Mula – mula pupa berwarna hijau
muda, kemudian berubah menjadi hijau tua dan kemudian berubah menjadi imago.
Imago dari hama ini memiliki sayap yang abu- abu kecoklatan. Namun sayap
betina berwarna lebih pucat. Saat istirahat, empat sayapnya menutupi tubuh dan
seakan akan terdapat gambar seperti jajaran genjang yang warnanya putih seperti
berlian. Oleh karena itu, hama ini disebut ngengat punggung berlian dan aktif pada
malam hari. Ngengat P. xylostella tidak kuat terbang jauh dan mudah terbawa oleh
angin. Pada saat tidak ada angin, ngengat jarang terbang lebih tinggi dari 1,5 m di
11
atas permukaan tanah. Jarak terbang horizontal adalah 3-4 m. Longevitas (masa
hidup) ngengat betina rata-rata 20,3 hari d. Daerah sebar dan ekologi.
akhir-akhir ini kubis juga ditanam di dataran rendah, P. xylostella juga dapat
ditemukan pada pertanaman kubis di dataran rendah. Faktor iklim (curah hujan)
dapat mempengaruhi populasi larva P. xylostella. Kematian larva akibat curah hujan
lebih banyak terjadi pada larva muda, yakni larva instar ke-1 dan larva instar ke-2
daripada larva instar ke-3 dan larva instar ke-4. Oleh karena itu, umumnya populasi
larva P. xylostella tinggi di musim kemarau (bulan April sampai dengan Oktober)
atau apabila keadaan cuaca kering selama beberapa minggu. Populasi larva yang
tinggi terjadi setelah kubis berumur enam sampai delapan minggu. Hama P.
xylostella juga dapat menyerang tanaman kubis yang sedang membentuk krop
P. xylostella merupakan hama utama tanaman kubis putih dan jenis kubis
lainnya seperti kubis merah, kubis bunga, selada air, dan lain-lain. Selain itu, gulma
demikian hama P. xylostella seringkali juga merusak tanaman kubis yang sedang
membentuk krop jika tidak terdapat hama pesaingnya, yaitu C. binotalis. Larva P.
xylostella instar ketiga dan keempat makan permukaan bawah daun kubis dan
12
lapisan epidermis pecah, sehingga terjadi lubang-lubang pada daun. Jika tingkat
populasi larva tinggi, akan terjadi kerusakan berat pada tanaman kubis, sehingga
yang tinggal hanya tulang-tulang daun kubis Serangan. P. xylostella yang berat pada
kubis dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantarnya dengan cara hayati, kultur
1. Cara hayati, yaitu dengan menjaga serta memanfaatkan musuh alami hama
2. Cara kultur tumpang sari dapat dilakukan dengan cara penanaman tumpang
sari antara tanaman tomat dan kubis. Cara ini dilakukan dengan tujuan
13
2.5. Pestisida Nabati
banyak bahan kimia yang merupakan metabolisme sekunder dan digunakan oleh
nabati bersifat “ pukul dan lari ( hit and run ) “ yang artinya jika diaplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya
larva Plutela xylostela yaitu pada 60% namun tidak berbeda nyata pada dengan
konsentrasi 20%.
L) sebagai berikut :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Ageratum
Babandotan merupakan herba 1 tahun, tegak atau berbaring dan dari bagian ini
keluar akarnya, tinggi tanaman 100 – 150 cm. Batang bulat, berambut jarang. Daun
14
bawah berhadapan dan bertangkai cukup panjang , yang teratas tersebar dan
bertangkai pendek, helaian daun bulat telur, beringgit, 1-10 kali 0,5 – 6 cm, kedua
8 mm. Daun pembalut dalam 2-3 lingkaran, runcing, tidak sama , berambut sangat
jarang. Dasar bunga bersama tanpa sisik. Mahkota dengan tabung sempit dan
pinggiran sempit berbentuk lonceng , berlekuk lima , panjang 1- 1,5 mm. Buah keras
bersegi 5 runcing, panjang 2 mm. Rambut sisik pada buah 5 berwarna putih dan
A. Kandungan Fitokimia
Daun dan bunga Ageratum conyzoides mengandung saponin, flavanoid, dan
folifenol, disamping itu daunnya mengandung minyak atsisi. Setiap organ yang
bahan yang bersifat sebagai pestisida, ovicida dan antifeedant terhadap hama- hama
pertanian.
adalah senyawa aktif yang kuat menghasilkan busa apabila dikocok dalam
air dan mengakibatkan hemolisis ( kerusakan pada sel darah merah yang
Saponin berasal dari bahasa latin yaitu sapo yang artinya sabun, hal ini
15
b. Flavonoid. Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenolik yang
memiliki ciri- ciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-
karbon dengan salah satu benzena. Pada tumbuhan tingkat tinggi, flavonoid
yang terdapat pada tanaman dan dapat disintesis oleh tanaman, Tanin
genus: Cosmos berasal dari Amerika tropis yang tersebar luas di daerah tropis dengan
nama binomial C caudatus. Nama ini disampaikan oleh Karl Sigismund Kunth di
tahun 1820 dan dianggap sebagai nama yang sah telah dipublikasikan. Tinggi kenikir
sederhana. Daun tersusun bergantian sepanjang batang tanaman dengan bentuk oval
atau bulat telur dan anak-anak daun tidak terpisah secara nyata pada tulang daun
bulan Juni sampai dengan Oktober, sedangkan di daerah tropis, bisa sepanjang tahun.
16
matahari dengan tanah berpasir atau berbatu, berlempung, liat berpasir atau
DNA (Rahayu et al., 2012), Menurut penelitian yang dilakukan Rahayu (2012) daun
konsentrasi 20 mL/L. air sangat aktif, karena dapat menyebabkan mortalitas ulat
17
III METODE PENELITIAN
Bandung Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2020 sampai dengan
April 2020.
varietas sehati F1 cap panah merah yang diproduksi oleh Pt. East West Seed
Indonesia, pestisida nabati (campuran ekstrak daun kenikir dan babandotan), pupuk
organik (pupuk kandang kotoran ayam), dan alat-alat tertentu untuk analisis
tanaman. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, timbangan
digital, meteran, mistar, gunting, selang air, gembor,jaring, hand traktor, cangkul,
analisis tanaman.
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5
ulangan, jumlah tanaman per plot 4 buah termasuk 2 tanaman sampel sehingga
kelompok kecil dari perlakuan, guna memudahkan aplikasi pestisida. Ukuran petak
18
Tabel 1. Taraf perlakuan pestisida nabati
NO Notasi Perlakuan
Keterangan :
βj = Pengaruh kelompok
(ulangan) ke-j
εij = Pengaruh faktor galat yang berhubungan dengan data perlakuan ke-i
pada Tabel 2
19
Tabel 2. Daftar Analisis Ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK)
∑ 𝑌. 𝑗 2 𝑌 2 … 𝐽𝐾 𝑈 𝐾𝑇 𝑈
Ulangan ( r ) r-1 = 4 −
𝑡 𝑟. 𝑡 𝐷𝐵 𝑈 𝐾𝑇 𝐺
∑ 𝑌. 𝑖 2 𝑌 2 … 𝐽𝐾 𝑃 𝐾𝑇 𝑃
Perlakuan ( t ) t-1 = 4 − 2,90
𝑟 𝑟. 𝑡 𝐷𝐵 𝑃 𝐾𝑇 𝐺
(r-1).(t-1)
Galat JKT-JKK-JKP
= 16
(r.t)-1= 24 𝑌2 …
Total
∑ 𝑌 𝑖𝑗 2 −
𝑟.
𝑡
dilanjutkan dengan cara uji jarak Berganda Duncan (Duncans New Multiple Range
SX = √KT galat
r Keterangan :
SSR0,05 = Studentized
baku rata-rata
20
3.4. Pelaksanaan Percobaan
Dolomit sebanyak kira-kira 2 t/ha. Kapur diaduk rata dengan tanah dan dibiarkan
perkembangan penyakit akar bengkak (P. brassicae). Setelah kira-kira tiga sampai
empat minggu, dibuat garisan dangkal sedalam ± 10 cm sesuai dengan jarak tanam
antar baris (biasanya 70 cm). Selanjutnya dibuat lubang tanam dengan jarak sesuai
3.4.2. Persemaian
Timur- Barat supaya bibit kubis di persemaian mendapat banyak sinar matahari pagi
(Suwandi et al., 1993). Untuk media tumbuh persemaian digunakan campuran tanah
dan pupuk kandang (kompos) yang halus serta matang dengan perbandingan 1:1
yang telah dibersikan terlebih dahulu dari sisa-sisa gulma atau kotoran yang ada pada
tanah. Benih yang telah disebar ditutup tipis dengan media persemaian, kemudian
ditutup dengan daun pisang atau karung plastik yang bersih. Setelah tiga sampai
empat hari benih berkecambah, penutup (daun pisang atau karung plastik) dibuka
sampai berumur tujuh hari hingga terbentuk lembaga. Selain itu bibit dipindahkan
satu per satu pada bumbungan daun pisang dengan media yang sama dan dipelihara
di persemaian sampai berumur kira-kira tiga sampai empat minggu dan siap ditanam
21
di lapangan. Selama di persemaian, bibit kubis dipelihara secara instensif, seperti
al., 1993). Hal ini dilakukan karena bibit yang sehat selama di persemaian turut
3.4.3. Penanaman
Bibit kubis yang telah berumur tiga sampai empat minggu memiliki empat
sampai lima daun dan siap untuk ditanam di lapangan. Penanaman bibit kubis yang
tua (umurnya lebih dari enam minggu) akan mengakibatkan penurunan hasil panen
kubis, karena ukuran krop kecil dan ringan bobotnya. Ukuran krop kubis yang
dihasilkan juga tergantung pada varietas kubis yang ditanam dan jarak tanam yang
digunakan dalam barisan. Jarak tanam tergantung pada ukuran/berat krop yang
krop ± 2 kg/tanaman.
3.4.4. Pemeliharaan
Drainase perlu dijaga dengan baik. Drainase yang jelek atau pertanaman kubis
yang terendam air akan mengakibatkan banyak tanaman terserang OPT, yaitu
22
b. Penyulaman. Dilakukan pada tanaman rusak ( tidak sehat ) atau yang sudah
terlalu dalam karna bisa merusak akar. Pada saat pendangiran bisa langung
kondisi kesuburan tanah dan pemberian pupuk. Pada tanah-tanah yang masam,
pada daun- daun kubis cepat terjadi bercak klorosis yang merupakan gejala
tanah dengan Dolomit atau Kaptan sampai pH sekitar 6,5. Penggunaan pupuk
tanaman kubis. Pupuk organik yang akan digunakan harus yang sudah matang,
Jenis dan dosis penggunaan pupuk organik untuk tanaman kubis adalah pupuk
kandang sapi sebanyak 30 t/ha yang setara dengan pupuk kandang domba
sebanyak 19 t/ha atau kompos jerami padi 18 t/ha (Suwandi et al., 1993).
Pupuk kandang sapi ditempatkan pada lubang tanam yang telah dipersiapkan
perlu diberikan secara berimbang supaya diperoleh hasil kubis yang optimal.
rentan terhadap serangan OPT. Potensi hasil panen kubis selain dipengaruhi
oleh dosis pemupukan fosfat (P), juga sangat dipengaruhi oleh macam sumber
23
Penyemprotan dilakukan pada saat kubis berumur 2 minggu setelah tanam.
babandotan yaitu menghaluskan daun babandotan dan daun kenikir dalam kondisi
gram dan dicampurkan. Selanjutnya, 200 gram bahan pestisida nabati tersebut
direndam dalam 1 liter air destilasi dan ditambah 1 gram detergen, fermentasikan
sebagai berikut:
V1 x M1 = V2 x M2
Volume larutan ekstrak yang diambil (V1) kemudian ditambahkan air destilasi
Waktu aplikasi dimulai pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST)
dan waktu penyemprotan dilakukan pada sore hari ketika hama cenderung muncul
3.5. Pengamatan
24
secara statistika. Adapun pengamatan penunjang yang dilakukan terhadap curah
hujan, analisis tanah, jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman.
Produksi larva yang diamati pada masing masing perlakuan mulai 3 hari setelah
2) Presentase serangan.
Presentase serangan hama yang diamati pada masing masing perlakuan dengan
cara menghitung jumlah larva yang mati dibagi jumlah larva yang diamati dikali
100 %.
Produksi kubis akan diamati pada saat panen dihitung dengan menimbang buah
Serangan hama pada daun diamati pada 10, 20, dan 30 HST dengan
I=
∑ V x n x 100
Z xN
25
2 = kerusakan 25-50% (serangan sedang)
3 = kerusakan 50-75% (serangan berat)
4 = kerusakan >75% (serangan sangat berat)
26
DAFTAR PUSTAKA
Nusatama.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop in Indonesia. Jakarta : Ichtiar Baru, Van Hoeve.
Kardinan, A. 2001. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Terhadap Ikan Mas ( Cyprinus Carpio Linn) Sebagai Organisme Non- Target .
Jurnal Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung
Rahayu, M., Terry, P. & Ramlia, S., (2012 ). Uji Konsentrasi Cairan Perasan daun
( Lamprosema indica ) pada tanaman ubi jalar. Jurnal Agroteknos, 2 (1), 36-40
Sastrosiswojo, S., Uhan, T.,S, & Sutarya, R. 2005. Penerapan Teknologi PHT pada
Sayuran.
Suwandi et al.1993. Budidaya Tanaman Kubis. dalam AH. Permadi dan umbi/ daun
27