Anda di halaman 1dari 19

Contoh 1:

Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji
sebulan Rp8.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang Eko membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.
PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko ke dana pensiun, yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp200.000,00, sedangkan Bambang Eko
membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Pada bulan Januari 2019 Bambang Eko hanya
menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari 2019 adalah sebagai
berikut:

Gaji Rp 8.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 40.000
Premi Jaminan Kematian Rp 24.000
Penghasilan bruto Rp 8.064.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 8.064.000,00 Rp 403.200
2. Iuran Pensiun Rp 200.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua
Rp 160.000
Rp 663.200
Penghasilan neto sebulan Rp 7.400.800
Penghasilan neto setahun adalah
12 X Rp 7.400.800,00 Rp 88.809.600

PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 30.309.600
PPh Pasal 21 Terutang
5% X Rp 30.309.000 = Rp 1.515.450,00
PPh Pasal 21 bulan Januari 2019 adalah Rp 1.515.450,00 : 12 = Rp 126.288,00

Contoh 2 adanya penghasilan tertatur dan tidak teratur:


Shanaya Aqeela (tidak kawin) bekerja pada PT Prabu Kedaton dengan memperoleh gaji sebesar
5.000.000,00 sebulan. Perusahaan ikut dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dan iuran Jaminan Hari Tua dibayar oleh pemberi kerja
setiap bulan masing-masing sebesar 1,00%, 0,30% dan 3,70% dari gaji. Shanaya Aqeela membayar iuran
Pensiun Rp 50.000,00 dan iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji untuk setiap bulan. Pada bulan
April 2016 Shanaya Aqeela memperoleh bonus sebesar Rp6.000.000,00 sehingga pada bulan April 2016
Shanaya Aqeela menerima pembayaran berupa gaji sebesar sebesar Rp5.000.000,00 dan bonus sebesar
Rp6.000.000,00.
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah sebagai berikut:
a. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus (penghasilan setahun)
Penghasilan setahun
Gaji (12 X Rp5.000.000) Rp 60.000.000
Bonus Rp 6.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (12 X Rp50.000) Rp 600.000
Premi Jaminan Kematian (12 X Rp15.000) Rp 180.000
Penghasilan bruto setahun Rp 66.780.000

Penghasilan bruto setahun Rp 66.780.000


Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 66.780.000,00 Rp 3.339.000
2. Iuran Pensiun setahun
12 X Rp 50.000,00 Rp 600.000
3. Jaminan Hari Tua
12 X Rp 100.000,00 Rp 1.200.000
Rp 5.139.000
Penghasilan neto setahun adalah Rp 61.641.000
PTKP setahun Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 7.641.000
PPh Pasal 21 terutang (5% X Rp 7.641.000) Rp 382.050

b. PPh Pasal 21 atas Gaji setahun


Penghasilan setahun
Gaji (12 X Rp5.000.000) Rp 60.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (12 X Rp50.000) Rp 600.000
Premi Jaminan Kematian (12 X Rp15.000) Rp 180.000
Penghasilan bruto setahun Rp 60.780.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 60.780.000 Rp 3.039.000
2. Iuran Pensiun setahun
12 X Rp 50.000 Rp 600.000
3. Jaminan Hari Tua
12 X Rp 100.000 Rp 1.200.000
Rp 4.839.000
Penghasilan neto setahun adalah Rp 55.941.000
PTKP setahun Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 1.941.000
PPh Pasal 21 terutang 5% X Rp 1.941.000 Rp 97.050

c. PPh Pasal 21 atas Bonus


PPh Pasal 21 atas Bonus adalah Rp 382.050,00 - Rp 97.050 = Rp 285.000

Contoh 3 Perhitungan PPh 21 yang harus dipotong pada bulan Desember


Sisusa, status belum menikah dan tidak memiliki tanggungan keluarga, bekerja pada PT Adi Pratama
Putra dengan memperoleh gaji dan tunjangan setiap bulan sebesar Rp5.500.000,00, dan yang
bersangkutan membayar iuran pensiun kepada perusahaan Dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar Rp200.000,00. Mulai bulan Juli 2019, Sisusa
memperoleh kenaikan penghasilan tetap setiap bulan menjadi sebesar Rp7.000.000,00.
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk bulan Januari-Juni 2019 adalah
sebagai berikut:
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.500.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 5.500.000 Rp 275.000
2. Iuran Pensiun Rp 200.000
Rp 475.000
Penghasilan neto atas gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.025.000
Penghasilan neto setahun
12 X Rp 5.025.000,00 Rp 60.300.000
PTKP setahun Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 6.300.000
PPh Pasal 21 atas gaji setahun
5% X Rp 6.300.000 Rp 315.000
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan
Rp 315.000,00 :12 Rp 26.250

Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk bulan Juli-November 2019 adalah
sebagai berikut:
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 7.000.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 7.000.000,00 Rp 350.000
2. Iuran Pensiun Rp 200.000
Rp 550.000
Penghasilan neto atas gaji dan tunjangan sebulan Rp 6.450.000

Penghasilan neto setahun 12 X Rp 6.450.000,00 Rp 77.400.000


PTKP setahun Rp 54,000,000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 23.400.000
PPh Pasal 21 atas gaji setahun
5% X Rp 23.400.000 Rp 1.170.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan
Rp 1.170.000,00 :12 Rp 97.500

Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Desember 2016:
Penghasilan selama setahun
6 X Rp 5.500.000 Rp 33.000.000
6 X Rp 7,000,000 Rp 42,000,000
Rp. 75,000,000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 75.000.000 Rp 3.750.000
2. Iuran Pensiun
12 X Rp 200.000 Rp 2.400.000
Rp 6.150.000
Penghasilan neto Rp 68.850.000
PTKP Setahun Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 14.850.000
PPh Pasal 21 yang terutang
5% X Rp 14.850.000 Rp 742.500
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d. November 2016
6 X Rp 26.250,00 Rp 157.500,00
5 X Rp 97.500,00 Rp 487.500,00
Rp 645.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Desember 2016 Rp 97.500

PPh Psl.21 Gaji dengan Tunjangan Pajak


Nyoman (Status belum menikah) bekerja pada PT Aman Sentosa dengan gaji sebesar
5,500,000 seebulan. Nyoman memperoleh tunjangan pajak sejumlah Rp 35.167. Sementara,
iuran pensiun yang dibayar Nyoman adalah Rp 55.000 sebulan.

Gaji Rp. 5,500,000


Tunjangan Pajak Rp. 35,167
Penghasilan bruto sebulan Rp. 5,535,167
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% X Rp.5,535,167 Rp.276,758
Iuran Pensiun Rp. 55,000
Rp. 331,758(-)
Penghasilan Neto Sebulan Rp. 5,203,409

Penghasilan Neto setahun= 12 X Rp.5,203,409 Rp.62,440,900


PTKP: Untuk WP sendiri Rp. 54,000,000(-)
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 8,440,900
PPh terutang = 5% X Rp.8,440,900 Rp. 422,000
PPh psl.21 sebulan = Rp.422,000/12= Rp. 35,167

Is bekerja pada PT Modern dengan status menikah dan mempunyai 3 orang anak. Dia
menerima gaji Rp10.000.000 sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan is
membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sebesar Rp150.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Juli 20xx dalam hal
Jadul hanya menerima pembayaran gaji saja.

Gaji sebulan Rp 10.000.000


Pengurang
1. Biaya Jabatan 5% x Rp10.000.000= Rp 500.000
2. luran pension Rp 150.000(+)
Rp 650.000(-)
Penghasilan neto sebulan Rp 9.350.000

Penghasilan neto setahun 12 x Rp9.350.000 Rp 112.200.000

PTKP (K/3)* PMK No 101 th 2016

-untuk WP Sendiri Rp 54.000.000


-tambahan karena menikah Rp 4.500.000
-tambahan 3 anak Rp 13.500.000(+)

Rp 72.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 40.200.000

PPh Pasal 21 setahun adalah 5% x Rp40.200.000 Rp2.010.000


PPh Pasal 21 bulan Juli: Rp570.000,00 : 12 = Rp167.500

PPh Psl.21 Gaji dengan Bentuk Natura dan Kenikmatan


Agung adalah warga Negara RI yang bekerja pada suatu perwakilan dagang asing
yang bukan wajib pajak, dengan gaji sebesar Rp.5,000,000 sebulan, beras 30 kg
dan gula 10 kg. Agung berstatus menikah belum punya anak. Nilai uang dari
beras dan gula dihitung berdasarka harga pasar, yaitu harga beras Rp.9,500 per
kg; harga gula sebesar Rp.15,000 per kg.

Gaji sebulan Rp. 5,000,000


Beras: 30kg x Rp.9,500 Rp 285,000
Gula : 10kg x Rp.15,000 Rp. 150,000(+)
Penghasilan bruto sebulan Rp. 5,435,000
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x Rp.5,435,000 Rp. 271,750 (-)
Penghasilan neto sebulan Rp. 5,163,250
Penghasilan neto setahun=12 x Rp5,163,250 Rp.61,959,000
PTKP:
Untuk Wp Sendiri Rp.54,000,000
Tambahan status nikah Rp. 4,500,000
Rp.58,500,000(-)
Penghasilan Kena Pajak Rp. 3,459,000
PPh Psl.21 Setahun 5% x Rp.3,459,000 Rp 172,950
PPh Psl.21 Sebulan Rp.172,950 / 12 Rp. 14,413

PPH Psl.21 Gaji dengan bentuk Natura dan Kenikmatan kepada Wp


Lainnya.
Danang adalah warga Negara RI yang bekerja pada suatu perwakilan dagang
asing yang bukan wajib pajak, dengan gaji sebesar Rp.6,000,000 sebulan, beras
30 kg dan gula 10 kg. Agung berstatus menikah punya 2 orang anak. Nilai uang
dari beras dan gula dihitung berdasarka harga pasar, yaitu harga beras Rp.9,500
per kg; harga gula sebesar Rp.15,000 per kg.

Gaji sebulan Rp. 6,000,000


Beras: 30kg x Rp.9,500 Rp 0
Gula : 10kg x Rp.15,000 Rp. 0 (+)
Penghasilan bruto sebulan Rp. 6,000,000
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x Rp.6,000,000 Rp. 300,000 (-)
Penghasilan neto sebulan Rp. 5,700,000
Penghasilan neto setahun=12 x Rp.5,700,000 Rp.68,400,000
PTKP:
Untuk Wp Sendiri Rp. 54,000,000
Tambahan status nikah Rp. 4,500,000
Tambahan untuk 2 Orang anak Rp. 9,000,000(+)
Rp.67,500,000(-)
Penghasilan Kena Pajak Rp. 900,000
PPh Psl.21 Setahun 5% x Rp.900,000 Rp 45,000
PPh Psl.21 Sebulan Rp.45,000 / 12 Rp. 3,750
PPh Psl.21 Gaji dalam Mata Uang asing
John Edward seorang karyawan memperoleh gaji pada bulan Maret 2020 dalam
mata uang asing sebesar US$ 500 sebulan. Kurs yang berlaku untuk bulan Maret
2019 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan adalah Rp.14,444 per US$1,00.
John Edward berstatus menikah dengan 1 anak.

Gaji sebulan US$ 500 x Rp.14,444 Rp. 7,222,000


Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% X Rp.7,222,000 Rp. 361,100(-)
Penghasilan neto sebulan Rp. 6,860,900
Penghasilan neto setahun=12 x Rp.6,860,900 Rp.82,330,800
PTKP:
Untuk WP Sendiri Rp. 54,000,000
Status Kawin Rp. 4,500,000
2 Orang anak Rp. 9,000,000
Rp.67,500,000(-)
Peghasilan Kena Pajak Rp.14,830,800
PPh Psl.21 terutang setahun 5%xRp.14,830,800 Rp. 741,540
PPh Psl.21 terutang sebulan Rp.741,540/12 Rp. 61,795

PPh Psl.21 Gaji Mingguan


Muhamad Nur menikah dengan satu anak bekerja pada PT Indo Semar dengan
gaji mingguan Rp.2,000,000.

Gaji sebulan = 4 x Rp.2,000,000 Rp. 8,000,000


Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x Rp.8,000,000 Rp. 400,000(-)
Penghasilan neto sebulan Rp. 7,600,000
Penghasilan neto setahun 12 x Rp.7,600,000 Rp.91,200,000
PTKP:
Untuk Wp Sendiri Rp .54,000,000
Status Kawin Rp 4,500,000
Tambahan 1 Orang anak Rp. 4,500,000
Rp.63,000,000(-)
Penghasilan Kena Pajak Rp.28,200,000
PPh Psl.21 terutang 5%xRp.28,200,000 Rp. 1,410,000
PPhPsl.21 sebulan = Rp.1,410,000/12 Rp. 117,500
PPh Psl.21 gaji mingguan=Rp.117,500:4 Rp. 29,375
PPh Psl.21 Gaji Mingguan dengan Premi
Leo pegawai pada PT Sukabumi jaya dengan gaji Mingguan sebesar
Rp.1,500,000. Leo kawin dan mempunyai seorang anak. PT Sukabumi Jaya masuk
program BPJS, Premi Jaminan Kecelakaan kerja dan Premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah msing masing setiap bulan sebesar 1
% dan 0,30% dari gaji. PT Sukabumi Jaya membayar Iuran Jaminan Hari Tua
setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji dan Leo membayar iuran pension Rp.50,000
dan Jaminan Hari Tua sebesar 2 % dari gaji.

Gaji sebulan = 4 x Rp.1,500,000 Rp. 6,000,000


Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp. 60,000
Premi Jaminan Kematian Rp. 18,000(+)
Penghasilan bruto Rp. 6,078,000
Pengurangan:
Biaya Jabatan=5%xRp.6,078,000 Rp. 303,900
Iuran Pensiun Rp. 50,000
Iuran Jaminan Hari Tua Rp. 120,000(+)
Rp. 473,900(-)
Penghasilan neto sebulan Rp. 5,604,100
Penghasilan neto setahun 12 x Rp.5,604,100 Rp.67,249,200
PTKP:
Untuk Wp Sendiri Rp.54,000,000
Status Kawin Rp. 4,500,000
Tambahan 1 orang anak Rp. 4,500,000(+)
Rp.63,000,000(-)
Penghasilan Kena pajak Rp. 4,249,200
Pembulatan
PPh Psl.21 terutang setahun=5%xRp.4,249,000 Rp. 212,450
PPh Psl.21 terutang sebulan=Rp.212,450/12 Rp. 17,704
PPh Psl.21 terutang Mingguan= Rp.17,704/4 Rp. 4,426

PPH Psl.21 Gaji Rapel


Arief, status kawin belum punya anak, pada bulan Juni 2020 menerima kenaikan
gaji, menjadi Rp6.000.000 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2020
Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka Arief menerima
rapel sejumlah Rp 5.000.000 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2020).
membayar uang pension Rp.125,000.
Sebelum kenaikan Gaji

Gaji sebulan Rp. 5,000,000


Pengurangan:
Biaya Jabatan 5%xRp.5,000,000= Rp.250,000
Iuran Pensiu Rp.125,000(+)
Rp. 375,000(-)
Penghasilan Neto sebulan Rp. 4,625,000
Penghasilan Neto setahun 12*Rp.4,625,000 Rp.55,500,000
PTKP
Untuk Wp Sendiri Rp.54,000,000(-)
Penghasilan kena pajak Rp. 1,500,000
PPh Psl.21 terutang setahun 5%xRp.1,500,000 Rp. 75,000
PPh Psl.21 terutang sebulan 75,000/12 Rp. 6,250

Setelah Kenaikan Gaji

Gaji sebulan Rp. 6,000,000


Pengurangan:
Biaya Jabatan 5%xRp.6,000,000= Rp.300,000
Iuran Pensiu Rp.125,000(+)
Rp. 425,000(-)
Penghasilan Neto sebulan Rp. 5,575,000
Penghasilan Neto setahun 12*Rp.5,575,000 Rp.66,900,000
PTKP
Untuk Wp Sendiri Rp.54,000,000(-)
Penghasilan kena pajak Rp.12,900,000
PPh Psl.21 terutang setahun 5%xRp.12,900,000 Rp. 645,000
PPh Psl.21 terutang sebulan 645,000/12 Rp. 53,750

PPh Pasal 21
Januari s.d Mei 2020 seharusnya adalah
5 x Rp 53,750 Rp 268,750
yang sudah dipotong Januari s.d. Mei 2020
5 x Rp 6,250 Rp 31,250(-)
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237,500

PPH Psl.21 Gaji Lembur bersamaan Gaji


Kurniawan (telah menikah belum punya anak) menerima gaji pada bulan Agustus
Sebesar Rp. 6,000,000 dan menerima gaji lembur sebesar Rp.500,000 yang
dibayarkan bersamaan dengan gaji. dan membayar iuran pension Rp.125,000.

Gaji sebulan Rp. 6,000,000


Lembur Rp. 500,000(+)
Penghasilan Bruto Rp. 6,500,000
Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x Rp.6,500,000= Rp.325,000
Iuran Pensiun Rp.125,000(+)
Rp. 450,000(-)
Penghasilan neto sebulan Rp. 6,050,000
Penghasilan neto setahun 12xRp6,050,000 Rp.72,600,000
PTKP
Untuk Wp Sendiri Rp.54,000,000
Tambahan status kawin Rp. 4,500,000(+)
Rp.58,500,000
Penghasilan Kena Pajak Rp.14,100,000

PPH Psl.21 terutang setahun=5%xRp.14,100,000 Rp. 705,000


PPh Psl.21 gaji (termasuk lembur) Rp.705,000/12 Rp. 58,750

PPH Psl.21 Gaji Lembur Tidak Bersamaan Gaji

Kurniawan sebagaimana contoh diatas menerima gaji pada bulan Agustus Sebesar
Rp. 6,000,000 dan menerima gaji lembur sebesar Rp.500,000 yang dibayarkan
tidak bersamaan dengan gaji. dan membayar iuran pensiun Rp.125,000.

Gaji sebulan Rp. 6,000,000


Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x Rp.6,500,000= Rp.325,000
Iuran Pensiun Rp.125,000(+)
Rp. 450,000(-)
Penghasilan neto sebulan Rp. 5,550,000
Penghasilan neto setahun 12xRp5,550,000 Rp.66,600,000
PTKP
Untuk Wp Sendiri Rp.54,000,000
Tambahan status kawin Rp. 4,500,000(+)
Rp.58,500,000(-)

PPh Psl.21 setahun 5% x Rp.8,100,000 Rp. 405,000


PPh Psl.21 sebulan = Rp.405,000/12 Rp. 33,750
Potongan PPh Psl.21 atas gaji dan lembur Rp. 58,750
Potongan PPH Psl.21 atas gaji Rp. 33,750(-)
PPh Psl.21 atas lembur Rp. 25,000

PPH Psl.21 Upah Harian


Ikshan tidak kawin sebagai subyek dalam negeri adalah 3 bulan dan dalam jangka
waktu tersebut memperoleh penghasilan sebesar Rp.15,000,000.

Penghasilan selama 3 bulan= Rp.15,000,000


Penghasilan setahun = 360/3X30 X Rp.15,000,000 Rp.60,000,000
PTKP (TK/0) Rp.54,000,000(-)
Penghasilan kena Pajak Rp 6,000,000

PPh Psl.21 terutang setahun 5%XRp.6,000,000 Rp. 300,000


PPH Psl.21 3 bulan=90/360 X Rp.300,000 Rp. 75,000

Iwan merupakan karyawan lepas dengan upah harian Rp 450.000, dan ia bekerja
10 hari selama bulan Januari. Berapa potongan pajaknya?

*) Karena upah harian belum melebihi Rp 450.000 dan upah kumulatif sebulan
belum melampaui Rp 4.500.000, maka penghasilan Iwan tidak dipotong PPh 21.

Upah sehari Rp 450.000


Dikurangi:
Upah harian tidak kena pajak (Rp 450.000)
Upah Kena Pajak Rp 0

Upah bersih diterima sebulan (Januari) adalah Rp 4.500.000.


Pada bulan Februari, Iwan bekerja 14 hari. Hingga hari ke-10, penghasilan Iwan
belum melampaui Rp 4.500.000, sehingga potongan PPh 21 tetap Rp 0. Artinya,
dari hari pertama hingga ke-10, ia menerima upah bersih Rp 450.000 per hari.

Namun, pada hari ke-11 penghasilan kumulatifnya sudah melebihi Rp 4.500.000,


maka berlaku tarif 5% x (upah – PTKP sebenarnya).

PTKP sehari adalah PTKP setahun (Rp 54.000.000) dibagi 360 hari, yakni Rp
150.000. Sedangkan PTKP sebenarnya adalah PTKP sehari dikalikan jumlah hari
menerima penghasilan.

Upah 11 hari (11 x Rp 450.000) Rp 4.950.000


Dikurangi:
PTKP sebenarnya (11 x Rp 150.000) (Rp 1.650.000)
Upah Kena Pajak Rp 3.300.000
PPh 21 dipotong pada hari ke-11
(5% x Rp 3.300.000) Rp 165.000
Pada hari ke-11, Iwan menerima upah bersih sebesar:
Upah hari ke-11 Rp 450.000
Dikurangi:
PPh 21 (Rp 165.000)
Upah bersih Rp 285.000

Pada hari selanjutnya, berlaku PTKP sehari yaitu Rp 150.000.

Upah hari ke-12 Rp 450.000


Dikurangi:
PTKP sehari (Rp 150.000)
Upah Kena Pajak Rp 300.000

PPh 21 dipotong pada hari ke-12


(5% x Rp 300.000)= Rp 15.000

Hari ke-12, 13, dan 14, Iwan menerima upah bersih setiap hari masing-masing:

Upah sehari Rp 450.000


Dikurangi:
PPh 21 (Rp 15.000)
Upah Bersih Rp 435.000

Contoh perhitungan PPh 21 upah harian lebih dari Rp 450.000:

Budi bekerja sebagai karyawan lepas harian dengan upah per hari Rp 650.000. Ia
bekerja 10 hari pada bulan Januari. Berapa potongan PPh 21-nya?

Pada hari ke-1 hingga ke-6, penghasilan kumulatif Rp 3.900.000. Karena upah
harian melebihi Rp 450.000, tetapi upah kumulatif belum melampaui Rp
4.500.000, maka berlaku tarif 5% x (upah – Rp 450.000).

Upah sehari Rp 650.000


Dikurangi:
Upah harian tidak kena pajak (Rp 450.000)
Upah Kena Pajak Rp 200.000
PPh 21 sehari (5% x Rp 200.000) Rp 10.000

Upah bersih Budi pada hari ke-1 hingga ke-6 masing-masing setiap hari:

Upah sehari Rp 650.000


Dikurangi:
PPh 21 (Rp 10.000)
Upah Bersih Rp 640.000

Pada hari ke-7, penghasilan kumulatif menjadi Rp 4.550.000. Karena penghasilan


kumulatifnya melebihi Rp 4.500.000, berlaku tarif 5% x (upah – PTKP
sebenarnya).

Upah 7 hari (7 x Rp 650.000) Rp 4.550.000


Dikurangi:
PTKP sebenarnya (7 x Rp 150.000) (Rp 1.050.000)
Upah Kena Pajak Rp 3.500.000
PPh 21 (5% x Rp 3.500.000) Rp 175.000
Dikurangi:
PPh 21 sudah dipotong s.d. hari ke-6
(6 x Rp 10.000) (Rp 60.000)
PPh 21 dipotong hari ke-7 Rp 115.000
Hari ke-7, Budi menerima upah bersih:

Upah sehari Rp 650.000


Dikurangi:
PPh 21 (Rp 115.000)
Upah Bersih Rp 535.000

Pada hari selanjutnya, berlaku PTKP sehari atau Rp 150.000:

Upah hari ke-8 Rp 650.000


Dikurangi:
PTKP sehari (Rp 150.000)
Upah Kena Pajak Rp 500.000
PPh 21 dipotong pada hari ke-8
(5% x Rp 500.000) Rp 25.000

Upah bersih Budi hari ke-8, 9, dan 10 setiap hari masing-masing:

Upah sehari Rp 650.000


Dikurangi:
PPh 21 (Rp 25.000)
Upah bersih Rp 625.000

Kewajiban Subjektif Setahun Penghasilan Setahun


Nablo bekeja pada PT Bintang Abadi sebagai pegawai tetap sejak 1 Januari 2020
Ia menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulannyaRp.8,000,000 dan Iuran
Pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp.125,000.

Gaji sebulan Rp. 8,000,000


Pengurangan:
Biaya Jabatan 5% x Rp.8,000,000 Rp.400,000
Iuran Pensiun Rp.125,000(+)
Rp. 525,000(-)
Penghasilan neto sebulan Rp. 7,475,000
Penghasilan neto setahun 12XRp.7,475,000 Rp. 89,700,000
PTKP:
Untuk Wp Sendiri Rp.54,000,000
Tambahan Status Kawin Rp. 4,500,000(+)
Rp. 58,500,000(-)
Penghasilan kena Pajak Rp. 31,200,000

PPh psl.21 Terutang = 5% x Rp.31,200,000 Rp. 1,560,000

Kewajiban Subyektif setahun Penghasilan Kurang Setahun


Mulai Bekerja Setelah Awal Tahun

Seorang karyawan lajang tanpa tanggungan, bekerja di sebuah perusahaan


dengan gaji Rp 6.500.000, membayar Jaminan Pensiun (JP) per bulan, serta
menerima tunjangan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Ia berhenti
bekerja per 1 Oktober 2020.
Sesuai Peraturan Dirjen Pajak di atas, tunjangan BPJS Ketenagakerjaan (JKK dan
JK masing masing o,24% dan 0,3 dari gaji) dan tunjangan BPJS Kesehatan 4%
dari gaji yang dibayar perusahaan termasuk penghasilan teratur karyawan,
sehingga menambah penghasilan bruto. Sedangkan iuran JHT dan JP yang
masing masing 2% dan 1% dari gaji dibayar karyawan.

Perhitungan PPh 21 yang dipotong setiap bulan:

Gaji Rp 6.500.000
Tunjangan JKK
0,24% x Rp 6.500.000 Rp 15.600
Tunjangan JKM
0,3% x Rp 6.500.000 Rp 19.500
Tunjangan BPJS Kesehatan
4% x Rp 6.500.000 Rp 260.000
Penghasilan bruto
Rp 6.795.100
Dikurangi
Biaya jabatan
5% x Rp 6.500.000 Rp 325.000
Iuran JHT
2% x Rp 6.500.000 Rp 130.000
Jaminan Pensiun
1% x Rp 6.500.000 Rp 65.000 (Rp 520.000)
Penghasilan neto Rp 6.275.100
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 6.275.100 Rp 75.301.200
Dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 (Rp 54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 21.301.200
Pembulatan PKP Rp 21.301.000
PPh 21 terutang setahun
5% x Rp 21.301.000 Rp 1.065.050
PPh 21 dipotong setiap bulan
Rp 1.065.050 : 12 Rp 88.754

Perhitungan PPh 21 terutang tahun kalender 2020, dari bulan Januari


sampai dengan September:
Gaji (Januari s.d. September 2020)
9 x Rp 6.500.000 Rp 58.500.000
Tunjangan JKK
9 x 0,24% x Rp 6.500.000 Rp 140.400
Tunjangan JKM
9 x 0,3% x Rp 6.500.000 Rp 175.500
Tunjangan BPJS Kesehatan
9 x 4% x Rp 6.500.000 Rp 2.340.000
Penghasilan bruto 9 bulan Rp 61.155.900

Dikurangi
Biaya jabatan
5% x Rp 61.155.900 Rp 3.057.795
Iuran JHT
9 x 2% x Rp 6.500.000 Rp 1.170.000
Jaminan Pensiun
9 x 1% x Rp 6.500.000 Rp 585.000
(Rp 4.812.795)
Penghasilan neto 9 bulan Rp 56.343.105
Dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 (Rp 54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 2.343.105
Pembulatan PKP Rp 2.343.000
PPh 21 terutang Januari s.d. September
5% x Rp 2.343.000 Rp 117.150
PPh 21 sudah dipotong s.d. Agustus
8 x Rp 88.754 Rp 710.032
Kelebihan potong PPh 21 Rp 592.882

Kelebihan pemotongan PPh 21 sebesar Rp 592.882 dikembalikan oleh perusahaan


sebagai pemotong pajak kepada karyawan bersangkutan saat pemberian bukti
potong PPh 21. Kemudian, perusahaan membuat pembetulan SPT Masa.

PPH Psl.21Pegawai Pindah Kerja dan Pindah Tugas


Budi seorang jurnalis lajang bekerja di sebuah media cetak nasional dengan gaji
Rp 6.000.000 perbulan dan iuran pensiun Rp 200.000. Pada bulan Agustus, ia
dipindahkan dari kantor Jakarta ke biro Yogyakarta. Berapa PPh 21 yang harus
dipotongdari penghasilan Budi bekerja di Yogyakarta?
Bukti Potong PPh 21 Kantor Pusat Jakarta (Januari-Juli)
Gaji
Rp 6.000.000
Biaya jabatan 5% Rp 300.000
(Rp 500.000)
Iuran pensiun Rp 200.000
Penghasilan neto 1 bulan Rp 5.500.000
Penghasilan neto 1 tahun Rp 66.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Rp 54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 12.000.000
PPh 21 untuk 1 tahun ( 5%) Rp 600.000
Rp 350.000
PPh 21 terutang (7 bulan)
(Rp 350.000)
PPh 21 telah dipotong dan dilunasi
NIHIL
PPh 21 terutang belum dipotong
Bukti Potong PPh 21 Biro Yogyakarta (Agustus-Desember)
Gaji Rp 300.000 Rp 6.000.000
Biaya jabatan 5% Rp 200.000 (Rp 500.000)
Iuran pensiun
Penghasilan neto 1 bulan Rp 5.500.000
Penghasilan neto 1 tahun Rp 66.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Rp 54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 12.000.000
PPh 21 untuk 1 tahun 5% Rp 600.000
PPh 21 telah dipotong di Jakarta (Rp 350.000)
PPh 21 terutang (5 bulan) Rp 250.000
PPh 21 telah dipotong di Yogyakarta (Rp 250.000)
PPh 21 terutang belum dipotong NIHIL

Dari hasil perhitungan di atas, PPh 21 yang dipotong dari penghasilan Budi selama
5 bulan bekerja di biro Yogyakarta adalah Rp 250.000 atau Rp 50.000 per
bulan.
Berikut contoh menghitung PPh 21 untuk karyawan yang pindah kerja:
Dinda, karyawati belum menikah, bekerja di perkebunan sawit PT Subur Makmur
di Medan, dengan gaji Rp 6.000.000, iuran pensiun Rp 200.000. Pada bulan
September, ia pindah kerja ke PT Tunas Jaya di Pekanbaru dengan gaji Rp
7.000.000, iuran pensiun Rp 200.000. Berapa PPh 21 yang harus dipotong di
perusahaan baru?
Bukti Potong PPh 21 PT Subur Makmur Medan (Januari-Agustus)
Gaji
Rp 6.000.000
Biaya jabatan 5% Rp 300.000
(Rp 500.000)
Iuran pensiun Rp 200.000
Rp 5.500.000
Penghasilan neto 1 bulan
Penghasilan neto 8 bulan (Januari-Agustus) Rp 44.000.000
Penghasilan neto 1 tahun Rp 66.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Rp 54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 12.000.000
PPh 21 untuk 1 tahun ( 5%) Rp 600.000
PPh 21 terutang 8 bulan (Januari-Agustus) Rp 400.000
PPh 21 telah dipotong PT Subur Makmur (Rp 400.000)
PPh terutang belum dipotong NIHIL
Bukti Potong PPh 21 PT Tunas Jaya Pekanbaru (September-Desember)
Gaji Rp 7.000.000
Biaya jabatan 5% Rp 350.000
Iuran pensiun Rp 200.000 (Rp 550.000)
Penghasilan neto 1 bulan Rp 6.450.000
Rp
Penghasilan neto di PT Tunas Jaya (4 bulan)
25.800.000
Penghasilan neto di PT Subur Makmur (8
Rp
bulan) Rp
44.000.000
Penghasilan neto 1 tahun 69.800.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Rp 54.000.000)

Rp
Penghasilan Kena Pajak
15.800.000
PPh 21 untuk 1 tahun ( 5%) Rp 790.000
PPh 21 telah dipotong PT Subur Makmur (Rp 400.000)
Rp 390.000
PPh 21 terutang (4 bulan)
PPh 21 telah dipotong PT Tunas Jaya
(Rp 390.000)
PPh 21 terutang belum dipotong NIHIL
Dari perhitungan di atas, PT Tunas Jaya memotong PPh 21 sebesar Rp
390.000 dari penghasilan Dinda selama empat bulan bekerja (September-
Desember), atau Rp 97.500 per bulan.

Anda mungkin juga menyukai