Bambang Eko pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji
sebulan Rp8.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang Eko membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari
gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.
PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Bambang Eko ke dana pensiun, yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp200.000,00, sedangkan Bambang Eko
membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Pada bulan Januari 2019 Bambang Eko hanya
menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Januari 2019 adalah sebagai
berikut:
Gaji Rp 8.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 40.000
Premi Jaminan Kematian Rp 24.000
Penghasilan bruto Rp 8.064.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 8.064.000,00 Rp 403.200
2. Iuran Pensiun Rp 200.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua
Rp 160.000
Rp 663.200
Penghasilan neto sebulan Rp 7.400.800
Penghasilan neto setahun adalah
12 X Rp 7.400.800,00 Rp 88.809.600
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 30.309.600
PPh Pasal 21 Terutang
5% X Rp 30.309.000 = Rp 1.515.450,00
PPh Pasal 21 bulan Januari 2019 adalah Rp 1.515.450,00 : 12 = Rp 126.288,00
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk bulan Juli-November 2019 adalah
sebagai berikut:
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 7.000.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 7.000.000,00 Rp 350.000
2. Iuran Pensiun Rp 200.000
Rp 550.000
Penghasilan neto atas gaji dan tunjangan sebulan Rp 6.450.000
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Desember 2016:
Penghasilan selama setahun
6 X Rp 5.500.000 Rp 33.000.000
6 X Rp 7,000,000 Rp 42,000,000
Rp. 75,000,000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 75.000.000 Rp 3.750.000
2. Iuran Pensiun
12 X Rp 200.000 Rp 2.400.000
Rp 6.150.000
Penghasilan neto Rp 68.850.000
PTKP Setahun Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 14.850.000
PPh Pasal 21 yang terutang
5% X Rp 14.850.000 Rp 742.500
PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d. November 2016
6 X Rp 26.250,00 Rp 157.500,00
5 X Rp 97.500,00 Rp 487.500,00
Rp 645.000
PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada bulan Desember 2016 Rp 97.500
Is bekerja pada PT Modern dengan status menikah dan mempunyai 3 orang anak. Dia
menerima gaji Rp10.000.000 sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan is
membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sebesar Rp150.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Juli 20xx dalam hal
Jadul hanya menerima pembayaran gaji saja.
Rp 72.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 40.200.000
PPh Pasal 21
Januari s.d Mei 2020 seharusnya adalah
5 x Rp 53,750 Rp 268,750
yang sudah dipotong Januari s.d. Mei 2020
5 x Rp 6,250 Rp 31,250(-)
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237,500
Kurniawan sebagaimana contoh diatas menerima gaji pada bulan Agustus Sebesar
Rp. 6,000,000 dan menerima gaji lembur sebesar Rp.500,000 yang dibayarkan
tidak bersamaan dengan gaji. dan membayar iuran pensiun Rp.125,000.
Iwan merupakan karyawan lepas dengan upah harian Rp 450.000, dan ia bekerja
10 hari selama bulan Januari. Berapa potongan pajaknya?
*) Karena upah harian belum melebihi Rp 450.000 dan upah kumulatif sebulan
belum melampaui Rp 4.500.000, maka penghasilan Iwan tidak dipotong PPh 21.
PTKP sehari adalah PTKP setahun (Rp 54.000.000) dibagi 360 hari, yakni Rp
150.000. Sedangkan PTKP sebenarnya adalah PTKP sehari dikalikan jumlah hari
menerima penghasilan.
Hari ke-12, 13, dan 14, Iwan menerima upah bersih setiap hari masing-masing:
Budi bekerja sebagai karyawan lepas harian dengan upah per hari Rp 650.000. Ia
bekerja 10 hari pada bulan Januari. Berapa potongan PPh 21-nya?
Pada hari ke-1 hingga ke-6, penghasilan kumulatif Rp 3.900.000. Karena upah
harian melebihi Rp 450.000, tetapi upah kumulatif belum melampaui Rp
4.500.000, maka berlaku tarif 5% x (upah – Rp 450.000).
Upah bersih Budi pada hari ke-1 hingga ke-6 masing-masing setiap hari:
Gaji Rp 6.500.000
Tunjangan JKK
0,24% x Rp 6.500.000 Rp 15.600
Tunjangan JKM
0,3% x Rp 6.500.000 Rp 19.500
Tunjangan BPJS Kesehatan
4% x Rp 6.500.000 Rp 260.000
Penghasilan bruto
Rp 6.795.100
Dikurangi
Biaya jabatan
5% x Rp 6.500.000 Rp 325.000
Iuran JHT
2% x Rp 6.500.000 Rp 130.000
Jaminan Pensiun
1% x Rp 6.500.000 Rp 65.000 (Rp 520.000)
Penghasilan neto Rp 6.275.100
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 6.275.100 Rp 75.301.200
Dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 (Rp 54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 21.301.200
Pembulatan PKP Rp 21.301.000
PPh 21 terutang setahun
5% x Rp 21.301.000 Rp 1.065.050
PPh 21 dipotong setiap bulan
Rp 1.065.050 : 12 Rp 88.754
Dikurangi
Biaya jabatan
5% x Rp 61.155.900 Rp 3.057.795
Iuran JHT
9 x 2% x Rp 6.500.000 Rp 1.170.000
Jaminan Pensiun
9 x 1% x Rp 6.500.000 Rp 585.000
(Rp 4.812.795)
Penghasilan neto 9 bulan Rp 56.343.105
Dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) TK/0 (Rp 54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 2.343.105
Pembulatan PKP Rp 2.343.000
PPh 21 terutang Januari s.d. September
5% x Rp 2.343.000 Rp 117.150
PPh 21 sudah dipotong s.d. Agustus
8 x Rp 88.754 Rp 710.032
Kelebihan potong PPh 21 Rp 592.882
Dari hasil perhitungan di atas, PPh 21 yang dipotong dari penghasilan Budi selama
5 bulan bekerja di biro Yogyakarta adalah Rp 250.000 atau Rp 50.000 per
bulan.
Berikut contoh menghitung PPh 21 untuk karyawan yang pindah kerja:
Dinda, karyawati belum menikah, bekerja di perkebunan sawit PT Subur Makmur
di Medan, dengan gaji Rp 6.000.000, iuran pensiun Rp 200.000. Pada bulan
September, ia pindah kerja ke PT Tunas Jaya di Pekanbaru dengan gaji Rp
7.000.000, iuran pensiun Rp 200.000. Berapa PPh 21 yang harus dipotong di
perusahaan baru?
Bukti Potong PPh 21 PT Subur Makmur Medan (Januari-Agustus)
Gaji
Rp 6.000.000
Biaya jabatan 5% Rp 300.000
(Rp 500.000)
Iuran pensiun Rp 200.000
Rp 5.500.000
Penghasilan neto 1 bulan
Penghasilan neto 8 bulan (Januari-Agustus) Rp 44.000.000
Penghasilan neto 1 tahun Rp 66.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Rp 54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp 12.000.000
PPh 21 untuk 1 tahun ( 5%) Rp 600.000
PPh 21 terutang 8 bulan (Januari-Agustus) Rp 400.000
PPh 21 telah dipotong PT Subur Makmur (Rp 400.000)
PPh terutang belum dipotong NIHIL
Bukti Potong PPh 21 PT Tunas Jaya Pekanbaru (September-Desember)
Gaji Rp 7.000.000
Biaya jabatan 5% Rp 350.000
Iuran pensiun Rp 200.000 (Rp 550.000)
Penghasilan neto 1 bulan Rp 6.450.000
Rp
Penghasilan neto di PT Tunas Jaya (4 bulan)
25.800.000
Penghasilan neto di PT Subur Makmur (8
Rp
bulan) Rp
44.000.000
Penghasilan neto 1 tahun 69.800.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (Rp 54.000.000)
Rp
Penghasilan Kena Pajak
15.800.000
PPh 21 untuk 1 tahun ( 5%) Rp 790.000
PPh 21 telah dipotong PT Subur Makmur (Rp 400.000)
Rp 390.000
PPh 21 terutang (4 bulan)
PPh 21 telah dipotong PT Tunas Jaya
(Rp 390.000)
PPh 21 terutang belum dipotong NIHIL
Dari perhitungan di atas, PT Tunas Jaya memotong PPh 21 sebesar Rp
390.000 dari penghasilan Dinda selama empat bulan bekerja (September-
Desember), atau Rp 97.500 per bulan.