Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No.

2, Agustus 2018

Sistem Kesehatan Jiwa di Indonesia: Tantangan untuk Memenuhi


Kebutuhan

Mental Health System in Indonesia: A Challenge to Meet The Needs

Sri Idaiani1 dan Edduwar Idul Riyadi2


1)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta
10560, Indonesia
2)
Direktorat Penanggulangan Penyakit Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, Jalan Percetakan
Negara No. 29 Jakarta 10560, Indonesia
Korespondensi: sriidaiani@gmail.com

Submitted: 4 Mei 2018, Revised: 29 Juni 2018, Accepted: 26 Juli 2018

https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i2.134

Abstrak

Sistem kesehatan jiwa yang baik akan menghasilkan masyarakat Indonesia yang sehat jiwa dengan ketersediaan
pelayanan kesehatan jiwa yang bermutu, merata, tanggap, efisien dan terjangkau. Tulisan ini bertujuan untuk
memberikan tinjauan sistem kesehatan jiwa di Indonesia beserta tantangannya. Studi ini merupakan kajian di
bidang kesehatan jiwa. Informasi diperoleh melalui telaah kepustakaan, dokumen, curah pendapat, kunjungan
ke lapangan dan wawancara terhadap pelaksana program jiwa. Hasil kajian memperlihatkan masih minimnya
sumber daya kesehatan, pengeluaran biaya kesehatan yang masih rendah di Indonesia dibandingkan negara-
negara tetangga. Sistem informasi kesehatan juga belum memadai. Kelebihan yang dimiliki Indonesia adalah
adanya obat psikotropika yang cukup variatif dalam daftar obat esensial, memiliki Undang-Undang Kesehatan
Jiwa, dan beberapa Peraturan Menteri Kesehatan yang menyangkut kesehatan jiwa. Meskipun memiliki
Undang-Undang Kesehatan Jiwa, namun belum tersedia perangkat hukum dibawahnya untuk melaksanakan
Undang-Undang. Peran serta sektor lain serta upaya promotif dan preventif belum dirasakan.

Kata kunci: sistem kesehatan jiwa, undang-undang kesehatan jiwa, sumber daya, sistem informasi, Indonesia

Abstract

A good mental health system will produce a healthy mental Indonesian community with the availability of good
quality, equitable, responsive, efficient and affordable mental health services. This paper aims to provide a
review of the mental health system in Indonesia and it challenges. This study is a review of mental health.
Information is obtained through literatures and documents review, brainstorming, field visits and interviews with
the implementers of the mental health program. The result shows that human resources, health expenditure are
still minimal than neighbour countries. Health information system has not yet been adequate. The advantages
of Indonesia are this country have adequate list of essential medicines, have a Mental Health Law and some
Ministerial decree related to mental health. Although Indonesia has a Mental Health Law, but there has no legal
devices available under the law to implement it. Other sector role’s and promotive, prevention program have
not been felt.

Keywords: mental health system, mental health law, resources, information system, Indonesia

70
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

Pendahuluan dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan


Sistem kesehatan terdiri dari lembaga, Keluarga (PIS-PK).
institusi, sumber daya manusia dan sumber Ditengah-tengah situasi global dan
daya kesehatan yang mempunyai tujuan untuk nasional yang penuh tantangan saat ini maka perlu
meningkatkan derajat kesehatan.1,2 Di Indonesia meninjau kondisi sistem kesehatan khususnya
hanya ada satu sistem kesehatan yaitu sistem yang berhubungan dengan kesehatan jiwa agar
kesehatan nasional (SKN). Berdasarkan Peraturan mendapatkan gambaran mengenai pencapaian
Pemerintah nomor 74 tahun 2012 disebutkan serta hambatannya oleh karena data serta informasi
bahwa SKN adalah pengelolaan kesehatan yang tentang hal ini di Indonesia masih sangat jarang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa dipublikasikan. Tulisan ini bertujuan untuk
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung untuk memberikan tinjauan sistem kesehatan jiwa di
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat Indonesia beserta segala tantangannya.
yang setinggi-tingginya. Sistem kesehatan jiwa
adalah sebuah istilah untuk menjelaskan sistem Metode
kesehatan yang terkait kesehatan jiwa. Dengan Studi ini merupakan kajian di bidang
adanya sebuah sistem kesehatan diharapkan akan kesehatan jiwa. Informasi diperoleh melalui telaah
tercipta masyarakat Indonesia yang sehat jiwa kepustakaan, dokumen, curah pendapat, kunjungan
dengan ketersediaan pelayanan kesehatan jiwa yang ke lapangan dan wawancara dengan pelaksana
bermutu, merata, tanggap, efisien dan terjangkau.2 program jiwa. Permohonan etik diajukan ke
Pada masa Millennium Development Goals Komisi Etik Badan Penelitian dan Pengembangan
(MDGs) yang telah berakhir tahun 2015. program- Kesehatan Kementerian Kesehatan dan mendapat
program kesehatan jiwa dilaksanakan disela-sela pembebasan persetujuan etik (exempted) dengan
target MDGs yaitu berjalan bersama atau dibelakang nomor LB. 02.01/5.2/KE.40/2014. Topik-topik yang
target yang tercantum.3 Saat ini adalah masa sama dikelompokkan dan dilakukan analisis secara
Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai tematik.
lanjutan MDGs. Tedapat dua target SDGs yang
berkaitan dengan kesehatan jiwa yaitu target 3.4 dan Hasil
3.5. Disebutkan pada tahun 2030, negara-negara Hasil yang dipaparkan dikelompokkan
yang menandatangani kesepakatan SDGs dapat berdasarkan six building block health system,
mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini yaitu pelayanan kesehatan, sumber daya manusia
akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan kesehatan, pembiayaan, akses terhadap obat esensial,
dan pengobatan, serta meningkatkan kesehatan sistem informasi dan leadership/governance.2
mental dan kesejahteraan serta memperkuat
pencegahan dan pengobatan penyalahgunaan Pelayanan Kesehatan
zat, termasuk penyalahgunaan narkotika dan Pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia
penggunaan alkohol yang membahayakan.4 tersedia di tingkat primer, sekunder dan tersier.
Beberapa peristiwa penting yang Di tingkat primer melalui pelayanan kesehatan
berpengaruh terhadap bidang kesehatan jiwa lima yang dilaksanakan Pusat Kesehatan Masyarakat
tahun terakhir antara lain ditetapkannya program (Puskesmas), di tingkat sekunder oleh Rumah Sakit
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), lahirnya Umum (RSU) dan di tingkat tersier dilaksanakan di
Undang-Undang (UU) No 18 Tahun 2014 tentang Rumah Sakit Jiwa (RSJ) atau RSU yang memiliki
kesehatan jiwa pada tahun 2014, adanya target SDGs, dokter spesialis kedokteran jiwa (SpKJ) atau
diberlakukannya kebijakan Masyarakat Ekonomi dokter spesialis jiwa konsultan. Para dokter SpKJ
Asean (MEA) tahun 2015, masuknya program umumnya berada di kota-kota yang mempunyai
kesehatan jiwa sebagai salah satu standar pelayanan pusat pendidikan dokter spesialis kedokteran jiwa.
minimal sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Gambar 1 adalah peta sebaran RSJ milik pemerintah
43 tahun 2016 dan adanya indikator kesehatan jiwa di Indonesia.

71
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

RSU. RSU yang memiliki poliklinik jiwa tidak


selalu memiliki ruangan rawat inap untuk pasien
jiwa contohnya di Provinsi Riau, Bengkulu, Bangka
Belitung, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua
dan Papua Barat. Dari total 685 RSU pemerintah
sebanyak 32,5% memiliki layanan psikiatri, tetapi
hanya 8% yang memiliki fasilitas rawat inap.
Sebaliknya ada RSU yang tidak memiliki poliklinik
jiwa tetapi menyediakan TT untuk rawat inap pasien
Gambar 1. Distribusi RSJ di Indonesia jiwa contohnya di Kabupaten Bangka Belitung.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya psikiater
Beberapa provinsi memiliki RSJ lebih dari yang berkunjung 1-2 kali sebulan untuk mengobati
satu termasuk milik swasta yang tidak secara khusus pasien jiwa. RSU di pulau Jawa memiliki 10-27%
dijelaskan melalui Gambar 1. 27 provinsi dari 34 fasilitas rawat inap psikiatri. Rawat inap jiwa atau
provinsi yang memiliki RSJ, masih ada 7 provinsi psikiatri di RSU sebenarnya diperuntukkan bagi
yang belum memiliki RSJ yaitu Provinsi Kepulauan pasien akut atau kondisi dengan gawat darurat
Riau, Banten, Kalimantan Utara, Gorontalo, psikiatri dengan demikian layanan kesehatan jiwa di
Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua Barat. RSU (layanan sekunder) belum maksimal.
Provinsi yang belum punya tenaga psikiater adalah
Provinsi Papua Barat, Sulawesi Barat, Maluku Upaya Kesehatan jiwa di Puskesmas
Utara. Indonesia memiliki 51 RSJ, yang antara lain Data Rifaskes tahun 2011 melaporkan bahwa
terdiri dari 32 RSJ milik pemerintah dan 19 RSJ jumlah Puskesmas di Indonesia yang mempunyai
milik swasta dengan jumlah total 10.012 tempat tidur program jiwa sebesar 64% (jumlah Puskesmas yang
(TT).5 Jumlah RSJ per 100.000 penduduk adalah didata di seluruh Indonesia = 8981).8 Dengan kriteria
0,02, sedangkan jumlah TT psikiatri per 100.000 yang berbeda yaitu dengan menilai proses (berjalan
penduduk adalah 3,32.6 Disamping RSJ, sebagian atau tidaknya program) data Direktorat Kesehatan
RSU memiliki unit psikiatri dan juga mempunyai Jiwa menyebutkan hanya 21,47% Puskesmas di
tempat tidur untuk pasien psikiatri. Tabel 1 Indonesia yang melaksanakan pelayanan jiwa.7
menampilkan persentase RSU milik pemerintah Tabel 2 menggambarkan upaya-upaya kesehatan di
yang mempunyai layanan psikiatri/jiwa berdasarkan Puskesmas yang terkait bidang kesehatan jiwa.
data hasil Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun Tabel 2 merupakan sintesa dari wawancara
2011. dengan beberapa dokter Puskesmas dan pelaksana
Tabel 1 memperlihatkan bahwa di Indonesia program serta kunjungan ke Puskesmas pada
hanya sepertiga RSU pemerintah yang mempunyai tahun 2014. Tabel 2 menggambarkan bahwa
poliklinik jiwa. Persentase yang tinggi umumnya tugas pelaksanaan program jiwa di Puskesmas
terdapat di provinsi-provinsi di pulau Jawa dan Bali dilakukan oleh tenaga kesehatan atau penanggung
antara lain Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta, jawab program jiwa yang mempunyai berbagai
Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa (DI) tugas lain (rangkap tugas). Upaya kesehatan jiwa
Yogyakarta dan Bali dengan persentase berkisar yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas tidak
60-77%. Angka tersebut hampir sama dengan data dijalankan secara tersendiri, tetapi merupakan
Direktorat Kesehatan Jiwa yang menyebutkan kerja tim dan adanya keterkaitan dengan program-
terdapat 33% RS yang merupakan RSU dengan program upaya kesehatan lainnya misalnya promosi
layanan jiwa.7 kesehatan, usaha kesehatan sekolah (UKS), lanjut
Poliklinik jiwa tersebut diasumsikan usia (lansia), perawatan kesehatan masyarakat
ditangani oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (perkesmas), manajemen terpadu balita sakit
meskipun tidak seluruh RSU yang mempunyai (MTBS), kesehatan ibu dan anak (KIA) dan
poliklinik jiwa memiliki dokter spesialis kedokteran poliklinik umum. Disamping upaya yang disebutkan
jiwa yang merupakan dokter tetap (full time) di di atas, masih terdapat upaya kesehatan lain yang

72
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

Tabel 1. RSU Pemerintah yang Memiliki Poliklinik dan Rawat Inap Jiwa Berdasarkan Provinsi, Rifaskes
Tahun 2011

No Provinsi Poliklinik (%) Rawat Inap (%)


1 Aceh 20,8 8,0
2 Sumatera Utara 37.0 7,4
3 Sumatera Barat 50.0 4,5
4 Riau 0.0 0,0
5 Jambi 15,4 0,0
6 Sumatera Selatan 30,8 3,8
7 Bengkulu 0.0 0,0
8 Lampung 7,1 0,0
9 Kep.Bangka Belitung 0.0 14,3
10 Kep.Riau 9,1 0,0
11 DKI Jakarta 78,9 27,8
12 Jawa Barat 63.0 15,2
13 Jawa Tengah 62,3 18,0
14 DI Yogyakarta 70.0 10,0
15 Jawa Timur 36.0 13,3
16 Banten 55,6 11,1
17 Bali 76,9 7,7
18 Nusa Tenggara Barat 11,1 0,0
19 Nusa Tenggara Timur 5,9 5,9
20 Kalimantan Barat 11,1 5,6
21 Kalimanta Tengah 6,3 6,3
22 Kalimantan Selatan 15.0 5,0
23 Kalimantan Timur 45.0 10,0
24 Sulawesi Utara 18.8 0,0
25 Sulawesi Tengah 20.0 6,7
26 Sulawesi Selatan 40.0 8,6
27 Sulawesi Tengah 6.7 0,0
28 Gorontalo 33,3 0,0
29 Sulawesi Barat 0,0 0,0
30 Maluku 21.4 0,0
31 Maluku Utara 0,0 0,0
32 Papua Barat 0,0 0,0
33 Papua 0,0 0,0
INDONESIA 32,5 8,1

berhubungan dengan kesehatan jiwa misalnya sebagai pengganti Keputusan Menteri Kesehatan
pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dan (KEPMENKES) No. 128 tahun 2004 tentang
pelayanan kekerasan terhadap anak (KTA). kebijakan dasar Puskesmas. Terdapat istilah baru
Tanggal 17 Oktober 2014 dikeluarkan yang diperkenalkan yaitu UKM (upaya kesehatan
Permenkes mengenai Puskesmas yaitu Permenkes masyarakat) dan UKP (upaya kesehatan perorangan).
No 75 tahun 2014. Permenkes ini disusun Puskesmas wajib menyelenggarakan UKM dan

73
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

Tabel 2. Profil Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas

No. Upaya Penanggung Jawab Kegiatan


1 Promotif Promkes Peningkatan wawasan kader
2 Preventif Jiwa Kunjungan ke Risti (bumil, IDU/HIV, gangguan jiwa dll)
UKS PKHS anak SMP,SMA
Perkesmas Kunjungan ke Risti (bumil, IDU/HIV, gangguan jiwa dll)
Lansia Posbindu, posyandu lansia
KIA, KB SDIDTK
3 Kuratif BP umum, Poli Jiwa Pelayanan kesehatan
4 Rehabilitatif Jiwa Ketrampilan kerja, TAK*
Keterangan : .* di Aceh; Terapi aktivitas kelompok Risti= kelompok risiko tinggi

UKP di pelayanan primer. UKM dibedakan hanya tersedia di RSJ dan sebagian kecil RSU.
menjadi upaya kesehatan masyarakat esensial Fasilitas pelayanan lain misalnya rumah singgah,
dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. rumah perawatan di komunitas, day care treatment
UKM esensial sebagaimana dimaksud meliputi: dan sebagainya belum ada di Indonesia. Data yang
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan tersedia adalah jumlah total tempat tidur psikiatri di
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan Indonesia sebanyak 10.012 TT dengan rasio 3,32-4
keluarga berencana, pelayanan gizi, dan pencegahan per 100.000 populasi. Rasio psikiater per 100.000
dan pengendalian penyakit. UKM pengembangan penduduk adalah 0,01 pada tahun 2011 dan telah
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang menjadi 0,3 di tahun 2014.5,6,9 Peningkatan yang
kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya sangat tinggi ini masih perlu ditelaah lebih lanjut.
inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan Faktor kemungkinan adanya kesalahan informasi
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas atau sumber data belum dapat disingkirkan.
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja Tabel 3 memberikan gambaran perbandingan
dan potensi sumber daya yang tersedia di masing- pengeluaran kesehatan jiwa dan rasio psikiater. Data
masing Puskesmas. UKP dijalankan dalam bentuk pengeluaran kesehatan diperoleh dari Atlas of Mental
pelayanan rawat jalan, gawat darurat, pelayanan satu Health tahun 2011, sedangkan untuk rasio psikiater
hari (one day care), home care dan/atau rawat inap diperoleh dari Atlas of Mental Health 2014 oleh
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan karena data pengeluaran kesehatan tidak terdapat
kesehatan. pada atlas tahun 2014. Tabel 3 memperlihatkan
Permenkes No.75 mengintergrasikan bahwa Indonesia termasuk negara ASEAN yang
kesehatan jiwa menjadi bagian dari UKM dan mempunyai pengeluaran kesehatan yang rendah
UKP dan seperti halnya penyakit lain atau upaya (2,36% dari GDP).6 Sampai dengan saat ini belum
kesehatan lain yang tidak disebutkan misalnya mata, ada data pasti mengenai biaya kesehatan jiwa yang
haji, gigi, lanjut usia dan sebagainya, namun setelah dikeluarkan pemerintah, data yang diperoleh hanya
dikeluarkannya Permenkes No 75 tahun 2015 belum berupa anggaran untuk kesehatan jiwa yang terdapat
pernah dilakukan telaah atau penelitian yang menilai di Kementerian Kesehatan yaitu sekitar 2,89% dari
pelaksanaan upaya kesehatan jiwa. total anggaran kesehatan.9
Sumber daya manusia yang bekerja dibidang
Sumber Daya Manusia dan Pembiayaan kesehatan jiwa selain psikiater antara lain perawat
Kesehatan Jiwa sebanyak 2,67 per 100.000 penduduk, psikolog
Data mengenai fasilitas kesehatan jiwa 0,18 per 100.000 penduduk, pekerja sosial 0,05 per
selain RSJ dan RSU dengan layanan jiwa hampir 100.000 penduduk. Data mengenai dokter umum,
seluruhnya belum tersedia oleh karena sampai terapis okupasi dan pekerja lain dibidang kesehatan
saat ini tempat tidur (TT) psikiatri dapat dikatakan belum tersedia.6

74
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

Tabel 3. Pengeluaran Kesehatan dan Rasio Psikiater di Negara-Negara Asean

No Negara Biaya Pengeluaran % Pengeluaran Kesehatan Rasio Psikiater Per 100,000


Kesehatan (%GDP)5 Jiwa oleh Pemerintah dari Penduduk6
Total Anggaran Kesehatan5
1 Indonesia 2,36 Tidak ada data 0,29
2 Malaysia 4,84 0,39 0,8
3 Singapura 3,88 4,14 Tidak ada data
4 Filipina 3,78 5 0,46
5 Brunei Darussalam Tidak ada data Tidak ada data 3.31
6 Myanmar 2,02 Tidak ada data 0,29
7 Muang Thai 4,31 4 0,87
8 Kamboja 5,92 Tidak ada data Tidak ada data
9 Vietnam 7,21 Tidak ada data 0,91
10 Laos 4,06 Tidak ada data 0,03

Keterangan : GDP= Gross Domestic Product

Sistem Informasi Kesehatan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan


Sesuai mekanisme data rutin kunjungan Indonesia secara regular, meskipun survei tersebut
rawat jalan dan rawat inap yang berasal dari RSU tidak khusus menilai indikator kesehatan jiwa,
dan RSJ milik pemerintah di seluruh Indonesia melainkan indikator kesehatan secara umum.
dilaporkan ke Pemerintah Daerah setempat dan ke
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Akses terhadap obat esensial
Republik Indonesia. Puskesmas melaporkan Dua acuan daftar obat-obat yang harus
melalui Laporan Bulanan (LB) 1 ditambah tersedia di pelayanan kesehatan di Indonesia
laporan khusus program jiwa. Proses tersebut adalah Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
seringkali tidak berjalan serta banyak terdapat dan Formularium Nasional (Fornas). Di dalam
keterbatasan-keterbatasan. Sebagai contoh pada DOEN tahun 2015 dan 2017 tercantum daftar obat
sebuah Puskesmas kecamatan di ibukota Jakarta antipsikotik antara lain klorpromazin, haloperidol,
demensia digolongkan dengan diagnosis gangguan flupenazin, klozapin, risperidone. Obat injeksi
mental organik Kode F03 pada LB 1, sedangkan flupenazin dan haloperidol untuk mengatasi keadaan
pada Laporan Bulanan Program Kesehatan Jiwa, akut jenis long acting atau decanoat juga terdapat
demensia tidak terdata dan tidak mempunyai tempat dalam daftar obat esensial. Anti depresi antara lain
di dalam laporan. Contohnya seperti disebutkan amitriptilin, fluoxetine dan imipramine. Anti cemas
diatas, pada salah satu Puskesmas di Jakarta Timur antara lain diazepam dan lorazepam. Anti obsesi
jumlah kasus demensia tahun 2014 tidak dapat kompulsi antara lain klomipramin, obat attention
diketahui, jumlah kunjungan rata-rata tidak dapat deficit hyperactivity disorder (ADHD) metilfenidat
diketahui. Jumlah kasus dan kunjungan tidak dapat juga termasuk dalam daftar. Obat gangguan bipolar
diketahui, oleh karena diagnosis digabung dengan adalah valproat dan litium karbonat, sedangkan
gangguan mental organik lainnya. Jumlah rujukan untuk pengobatan ketergantungan narkotika
kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut tersedia obat untuk terapi rumatan metadon. Pada
juga tidak ada data. Fornas terdapat 9 jenis obat psikotropika yaitu
Data bersumber survei nasional yang klorpromazin, haloperidol, fluphenazin, risperidone,
dimiliki Indonesia hanyalah Riset Kesehatan Dasar olanzapine, quetiapin, trifluoperazin, aripirazol,
(Riskesdas), Riset Fasilitas kesehatan (Rifaskes) klozapin dengan berbagai variasi dosis dan sedian
serta Riset Tenaga Kesehatan (Risnakes). Survei yang cukup bervariasi.
tersebut dilakukan oleh Badan Penelitian dan

75
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

Leadership/Governance tidak diperbolehkan ada anggota rumah tangga


Indonesia memiliki Undang-Undang (UU) yang menderita gangguan jiwa yang ditelantarkan.
kesehatan jiwa yang khusus dan terpisah dari UU Indikator ini memperlihatkan perhatian pemerintah
kesehatan, yaitu Kesehatan Jiwa Nomor 18 tahun terhadap bidang kesehatan jiwa. Melalui Program
2014. Undang-undang ini menjabarkan hal-hal PIS–PK tim puskesmas akan mendata secara
penting di bidang kesehatan jiwa terutama mengenai periodik warga yang bertempat tinggal di wilayah
hak orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), kewajiban kerjanya. PIS-PK tidak hanya melakukan pendataan
pemerintah dan masyarakat, fasilitas pelayanan karena sebenarnya tujuan khususnya adalah
kesehatan jiwa serta anggaran kesehatan jiwa. mengunjungi warga, mengetahui keadaan warga
Tanggal 1 Januari 2014 Indonesia serta memberikan bantuan konsultasi, saran atau
telah menerapkan sistem Jaminan Kesehatan pengobatan.
Nasional (JKN) dan telah dikeluarkan sejumlah
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) yang Pembahasan
mendukung program JKN. Lembaga yang ditunjuk Berdasarkan sebaran RSJ di Indonesia
untuk menyelenggarakan JKN adalah Badan terdapat 7 provinsi yang tidak memiliki RSJ. Kelima
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bidang provinsi tersebut merupakan provinsi pemekaran.
kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan Di Provinsi Kepulauan Riau, Gorontalo, Sulawesi
dilakukan secara berjenjang dari pemberi pelayanan Barat, Maluku Utara dan Papua Barat bahkan di
kesehatan tingkat 1 (PPK 1) ke PPK 2 dan PPK 3. RSU juga tidak ada yang menyediakan TT psikiatri.
Pasien yang telah mendapatkan rujukan diwajibkan Angka TT di RSJ per 100.000 penduduk yaitu 3,32-
mengikuti mekanisme rujuk balik ke PPK 1 setelah 4 sangat kecil dibandingkan dengan negara tetangga
kondisi stabil. Obat rujuk balik yang tidak tersedia di Malaysia dan Thailand yang mempunyai angka
PPK 1 dapat diperoleh pada apotik yang bekerja sama 15,01 dan 12,71 secara berturutan.5,6 Salah satu
dengan BPJS. Pada kenyataannya mekanisme rujuk indikator kecukupan pelayanan rawat inap psikiatri
balik untuk pasien gangguan jiwa belum berjalan adalah TT psikiatri yang tersedia di RSU, namun
optimal. Berbagai kendala ditemui antara lain data absolut mengenai jumlah TT psikiatri di RSU
keinginan pasien agar obat diperoleh di Puskesmas di Indonesia tidak tersedia.
saja tanpa perlu ke apotik yang berkerja sama Dengan kondisi keterbatasan jumlah RSJ,
dengan BPJS Kesehatan untuk memperoleh obat- pada dasarnya pelayanan kesehatan jiwa dapat
obatan yang tidak tersedia di Puskesmas (PPK 1).10 dilakukan oleh RSU dan PPK 1 (Penyedia Pelayanan
Kebijakan penting lainnya adalah Permenkes Nomor Kesehatan tingkat 1) atau FKTP (Fasilitas Kesehatan
43 tahun 2016 adalah mengenai standar pelayanan Tingkat Pertama) atau Puskesmas. Berdasarkan
minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten dan data Riskesdas 2013, keluarga yang mengaku
kota di Indonesia. Salah satu pelayanan kesehatan mempunyai anggota rumah tangga dengan gangguan
yang menjadi standar adalah pelayanan kesehatan jiwa sebagian besar mempunyai waktu tempuh
jiwa bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). ke fasilitas kesehatan terdekat (Puskesmas atau
SPM ini menyebutkan bahwa semua ODGJ berat Puskesmas Pembantu) di bawah 2 jam12 sehingga
harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang penguatan pada Puskesmas perlu dilakukan agar
sesuai standar. dapat melayani pasien gangguan jiwa.
Tahun 2016 Kementerian Kesehatan telah Upaya kesehatan jiwa di Puskesmas
menetapkan 12 indikator Keluarga Sehat yang dilakukan bersama-sama upaya kesehatan lainnya.
merupakan bagian Program Indonesia Sehat dengan Petugas pelaksana program bekerja rangkap bersama
Pendekatan Keluarga (PIS-PK).11 Pelaksanaan tugas-tugas lainnya. Lebih dari 50% Puskesmas
dilakukan dengan mengacu Permenkes Nomor 36 memiliki program kesehatan jiwa, meskipun
Tahun 2016. Dua belas indikator tersebut mewakili kemungkinan yang berjalan hanya sekitar 20%
indikator gizi, kesehatan ibu dan anak, penyakit yaitu berdasarkan keterangan Direktorat Kesehatan
menular dan tidak menular serta perilaku dan Jiwa. Program kesehatan jiwa di masyarakat
lingkungan. Pada indikator 8 disebutkan bahwa atau bukan berbasis Rumah Sakit sudah banyak

76
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

diketahui lebih efektif dibandingkan yang berbasis tidak hanya tergantung oleh sistem informasinya
RS.13,14 Adapun di negara-negara lain program tetapi erat kaitannya dengan perilaku sumber daya
kesehatan berbasis masyarakat tidak seperti yang manusia dan organisasinya.22
dilaksanakan di Indonesia. Di Indonesia program Proses rujukan dan rujuk balik dari PPK2
kesehatan jiwa masyarakat umumnya berbentuk ke PPK1 belum berjalan lancar. Hal ini terlihat dari
pelayanan dan kunjungan rumah kepada para sangat kecilnya angka kasus gangguan jiwa yang
penderita gangguan jiwa oleh petugas Puskesmas. berobat di Puskesmas dirujuk ke fasilitas kesehatan
Sesungguhnya program kesehatan jiwa berbasis rujukan tingkat lanjut (FKRTL) baik PPK2 atau
masyarakat dapat berbentuk Asertive Community PPK3 dan sebaliknya. Salah satu penyebab
Treatment (ACT), manajemen kasus dan lain lain. sedikitnya kasus gangguan jiwa di PPK1 bisa terjadi
ACT misalnya adalah sebuah tim yang memberikan karena diagnosis yang tersedia untuk pelaporan
pelayanan jiwa kepada masyarakat dan tidak selalu hanya untuk kasus-kasus berat, sedangkan gejala
milik pemerintah.15 Meskipun program kesehatan gangguan jiwa yang sering ditemui di PPK1 pada
jiwa berbasis masyarakat diakui sangat baik, namun umumnya masih dalam taraf ringan sampai sedang.23
diperlukan dukungan sumber daya, biaya dan Era pelaksanaan JKN, petugas kesehatan,
perencanaan yang baik untuk melaksanakannya.14,16 pasien dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat
Sehubungan dengan pasar bebas ASEAN, lanjut belum menjalankan mekanisme rujuk balik.
dengan pengeluaran kesehatan jiwa yang sangat Program pengelolaan penyakit kronis (prolanis)
rendah dan rasio tenaga psikiater untuk penduduk hipertensi dan diabetes melitus layak ditiru untuk
yang jauh dibawah negara-negara ASEAN maka program preventif dan kuratif pasien gangguan jiwa
sangat kecil kemungkinan pengiriman tenaga berat. Panduan Praktik Klinis dokter di pelayanan
dokter ke luar negeri oleh karena kebutuhan di primer masih memerlukan penyempurnaan serta
dalam negeri masih sangat tinggi. Demikian peninjauan kembali mengenai prioritas penyakit
halnya dengan anggaran kesehatan yang sangat yang harus tuntas di pelayanan kesehatan tingkat
rendah, dengan situasi seperti saat ini akan besar pertama.23
peluang bagi pihak asing menanamkan modal atau UU No 18 Tahun 2014 menyebutkan bahwa
mendatangkan tenaga dokter asing. Sebaliknya upaya kesehatan jiwa tidak hanya menjadi tanggung
pengiriman psikiater ke negara lain (liberalisasi jawab Kementerian Kesehatan, tetapi juga menjadi
tenaga kesehatan) tampaknya masih jauh dari tanggung jawab Pemerintah Daerah dan peran serta
harapan karena untuk menuju liberalisasi diperlukan masyarakat. Demikian juga halnya dengan fasilitas
sertifikasi internasional. Disamping itu tenaga kesehatan jiwa dapat merupakan fasilitas pelayanan
kerja kesehatan yang sudah dipersiapkan melalui non kesehatan misalnya fasilitas pelayanan yang
Memorandum Recognition Arrangement (MRA) berada dalam naungan Kementerian Sosial dan
masih terbatas pada perawat, dokter umum dan pelayanan berbasis masyarakat.
dokter gigi.17 Indonesia beruntung telah memiliki UU
Adanya penyakit yang tidak terdata pada kesehatan jiwa sehingga dapat berfungsi sebagai
sistem pelaporan di Puskesmas mengindikasikan payung program-program kesehatan jiwa, namun
perlunya perbaikan dalam sistem pelaporan. Kajian terdapat hal-hal yang perlu ditingkatkan dan
ini belum menelaah sistem informasi seperti disempurnakan antara lain belum tersedia Peraturan
Sistem Informasi Puskesmas (Simpus) atau Sistem Pemerintah serta turunannya untuk melaksanakan
Informasi Puskesmas Elektronik (Simpustronik) amanat UU tersebut sehingga saat ini belum ada
yang tentunya akan mempunyai masalah tersendiri. mekanisme yang mengatur fasilitas non kesehatan
Indonesia juga belum memiliki data-data prevalensi yang melakukan pengobatan dan perawatan pasien
gangguan jiwa seperti yang dimiliki beberapa negara gangguan jiwa.24 Sebagai dampaknya misalnya
misalnya Thailand atau India.18-21 Data prevalensi rehabilitasi pasien gangguan jiwa sampai saat ini
gangguan jiwa sangat diperlukan untuk perencanaan belum jelas bentuknya serta kriterianya. Hal lain
serta perhitungan beban penyakit disamping data yang masih perlu dilakukan adalah mendorong
rutin dari fasilitas kesehatan. Ketersediaan data upaya promotif dan preventif di tingkat keluarga,

77
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

sekolah, lingkungan kerja dan media sosial. pengeluaran kesehatan jiwa, tetapi secara umum
Upaya promotif selayaknya dapat dilakukan untuk pengeluaran kesehatan di Indonesia masih dibawah
mengurangi stigma mengenai gangguan jiwa di pengeluaran kesehatan negara-negara tetangga.
masyarakat. Upaya yang telah dilaksanakan selama Masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dalam
ini lebih banyak upaya kuratif. hal sistem informasi kesehatan jiwa baik dalam hal
Diantara sekian peristiwa dan permasalahan kode diagnostik serta sistem pelaporan dan hal ini
yang ada, semua upaya dan intervensi di bidang terkait perilaku sumber daya manusia serta budaya
kesehatan selayaknya direncanakan dan dilakukan organisasi.
evaluasi berbasis bukti oleh karena tidak semua Hal-hal positif yang dimiliki sektor
program-program yang dijalankan mempunyai kesehatan jiwa di Indonesia antara lain obat-obatan
hasil sesuai yang diharapkan atau mempunyai nilai esensial di bidang kesehatan jiwa sudah cukup
ekonomis yang baik bagi pemerintah. Beberapa memadai dan termasuk dalam daftar obat esensial
negara lain melakukan penelitian-penelitian terhadap dan formularium nasional. Indonesia juga beruntung
program-program kesehatan termasuk promotif dan telah memiliki UU khusus kesehatan jiwa ditambah
preventif.25 Indikator kinerja, mutu layanan juga dengan adanya kesehatan jiwa pada daftar standar
perlu dilakukan pemantauan karena kadangkala data pelayanan minimal yang harus dimiliki daerah serta
survei saja tidak cukup menggambarkan kondisi menjadi rapor kepala daerah. Indikator keluarga
yang sebenarnya.26-29 sehat Indonesia salah satunya menyebutkan
Indonesia sebagai negara low-middle income bahwa penderita gangguan jiwa berat tidak boleh
country (LMIC) memerlukan waktu dan kerja keras ditelantarkan memperlihatkan pentingnya kesehatan
untuk membangun sistem kesehatan yang setara jiwa di Indonesia.
dengan negara-negara lainnya. Tidak mudah untuk Akses terhadap pelayanan kesehatan jiwa
menerapkan program-program yang baik di negara perlu ditingkatkan baik ketersediaan sarana fasilitas
LMIC. Kekurangan sumber daya manusia dapat kesehatan jiwa serta sumber daya manusianya.
menjadi hambatan oleh karena kualitas pelayanan Masih perlu upaya legislasi agar pembiayaan
yang kurang baik. Hal seperti ini telah dibuktikan di kesehatan dan khususnya kesehatan jiwa terus dapat
negara LMIC lain.30 ditingkatkan. Sistem informasi serta pelaporan
Masih banyak hal-hal yang belum dibahas perlu diperbaiki serta didukung dengan survei-
pada tulisan ini oleh karena tidak tersedia data atau survei khusus. Meskipun obat esensial telah
belum adanya perhatian. Sebagai contoh belum memadai keragamannya, namun ketersediaannya
adanya data tentang kualitas dan mutu layanan belum pernah diteliti secara khusus. Undang-
kesehatan jiwa di Indonesia. Hal-hal tersebut Undang Kesehatan Jiwa yang telah ada harus segera
menjadi salah satu keterbatasan tulisan ini. didukung dengan perangkat hukum dibawahnya
misalnya Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri
Kesimpulan dan lain-lain agar dapat dilaksanakan di tengah-
Kondisi akses pelayanan kesehatan jiwa tengah masyarakat.
di Indonesia masih belum memenuhi kebutuhan Hasil pemaparan ini disarankan agar
akan layanan kesehatan yang bermutu, merata dan pemerintah segera memperbanyak layanan kesehatan
terjangkau. Hal ini ditandai oleh masih adanya 7 jiwa atau poliklinik psikiatri di RSUD sehimgga
provinsi yang belum memiliki RSJ ditambah dengan dapat mengatasi masalah ketidaktersediannya RSJ
hanya 32-33% RSU pemerintah yang menyediakan di beberapa provinsi. PP dan peraturan turunan UU
pelayanan kesehatan jiwa. Jumlah psikiater di No 18 tahun 2014 mendesak segera dikeluarkan
Indonesia masih kurang dibandingkan dengan untuk menggerakkan upaya promotif, preventif
negara tetangga. Di Puskesmas, tenaga kesehatan dan rehabilitatif. Adapun kekurangan lainnya
yang melakukan pelayanan di bidang kesehatan jiwa dapat ditindak lanjuti selanjutnya, oleh karena itu
baik di dalam dan di luar gedung masih memiliki memerlukan upaya yang lebih besar.
banyak tugas rangkap. Tidak ada data pasti mengenai

78
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

Ucapan Terima Kasih terhadap pemasungan orang dengan gangguan


Ucapan terima kasih disampaikan kepada dr jiwa di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Albert Maramis, SpKJ(K) dr Gerald Mario SpKJ, dr Kesehatan. 2015;18 No.1:11-7.
Lina Mangaweang, SpK, dr Natalingrum Sukmarini 13. Idaiani S: The effectiveness of community-
Soediro, SpKJ(K), Dra Riza Sarsvita, PhD atas based mental health program by community
segala informasi yang diberikan pada saat kajian ini health centers on the recovery of patients with
dilaksanakan. psychosis In Aceh. Asean Journal of Psychiatry
2015, 16 (2):212-221.
Daftar Rujukan 14. Sessions K, Wheeler L, Shah A, Farrell D,
1. WHO Pacific Region. The health services Agaba E, Kuule Y, Merry SP. Mental illness
development 2018 [cited 2018 Januari 20]. innBwindi, Uganda: Understanding stakeholder
Available from: http://www.wpro.who.int/ perceptions of benefits and barriers to
health_services/health_systems_framework/en/ developing a community-based mental health
2. WHO. Introduction and objectives of the programme. Afr J Prm Health Care Fam Med.
handbook. Monitoring the building blocks of 2017;9(1), a1462. https://doi. org/10.4102/
health systems: a handbook of indicators and phcfm.v9i1.1462.
their measurement strategies. Geneve2010. p. 15. Vanderlip ER, Williams NA, Fiedorowicz JG,
v-vi. Katon W. Exploring primary care activities
3. Idaiani S. Kesehatan Jiwa Yang Terabaikan dari in ACT teams. Community Ment Health J.
Target Milenium. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2014;50:466=73.
Nasional. 2009;4 Nomor 3:137-44. 16. Fleury M-Je, Grenier G, Bamvita J-M, Caron
4. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Jakarta J. Mental Health Service Utilization Among
2018 [Available from: http://sdgs.bappenas. Patients with Severe Mental Disorders.
go.id/kehidupan-sehat-dan-sejahtera/ Community Ment Health J. 2011;47:365-77.
5. WHO mental health atlas-2011 country profile 17. Keliat M, Virgianita A, Al Banna S, Aryanto AC.
2011. Available from: http://www.who.int/ Laporan Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia
mental_health/evidence/atlas/profiles/en/. dan Liberalisasi Jasa Asean.2013.
6. WHO. Mental health atlas-2014 country profie. 18. Gururaj G, Varghese M, Benegal V, Rao G,
Available from: http://www.who.int/mental_ Pathak K, Singh L, et al. National mental
health/evidence/atlas/profiles-2014/en/. health survey of India : prevalence, pattern and
7. Rencana Aksi Kerja 2014-2019 Direktorat Bina outcomes. National Institute of Mental Health
Upaya Kesehatan Jiwa. Jakarta: Direktorat Bina and Neuro Sciences; 2016.
Upaya Kesehatan Kementeran Kesehatan RI, 19. The Prevalence of Major Depressive Disorders
2014. in Thailand: Results from the Epidemiology
8. Laporan Riset Fasilitas Kesehatan 2011. of Mental Disorders National Survey 2008
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan [Internet]. 2008. Available from: prasri.go.th/
Kesehatan, 2011. upic/ie.php/9a177a07fd2b9b9f.pdf.
9. Secretariat ASEAN. ASEAN Mental Health 20. Phanthunane P, Vos T, Whiteford H, Bertram
Systems. Jakarta 2017. M, Udemratn P. Schizophrenia in Thailand:
10. Idaiani S. Laporan kajian integrasi kesehatan prevalence and buden of disease. Population
jiwa di pelayanan primer di Indonesia. Jakarta: health metric. 2010;8 (24).
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan 21. Steel Z, Marnanae C, Iranpour C, Chey T,
Epidemiologi Klinik Kementerian Kesehatan, Jackson JW, Patel V, et al. The global prevalence
2014. of common mental disorder; a systematic review
11. Kementerian Kesehatan. Pedoman umum and meta analysis 1980-2013. Int J Epidemiol.
program Indonesia sehat dengan pendekatan 2014;43(2):476-93.
keluarga. edisi II. Jakarta 2017. 22. Ahanhanzo YG, Ouedraogo LT, Kpozèhouen A,
12. Idaiani S, Raflizar. Faktor yang paling dominan Coppieters Y, Makoutodé M, Wilmet-Dramaix

79
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

M. Factors associated with data quality in the 27. Drapeau A, Boyer R, Diallo FB. Discrepancies
routine health information system of Benin. between survey and administrative data on the
Archives of Public Health [Internet]. 2014; use of mental health services in the general
72(25):[about 8 p.]. Available from: http://www. population: findings from a study conducted in
archpublichealth.com/content/72/1/25. Québec. BMC Public Health [Internet]. 2011;
23. Idaiani S. Penyakit-penyakit di bidang psikiatri 11 [about 10 p.]. Available from: http://www.
yang harus dituntaskan di puskesmas. Kebijakan biomedcentral.com/1471-2458/11/837.
Kesehatan Indonesia. 2016;5 No.4:168-77. 28. Augustinavicius JL, Greene MC, Lakin DP,
24. Ayano G. Significance of mental health Tol WA. Monitoring and evaluation of mental
legislation for successful primary care for health and psychosocial support programs in
mental health and community mental. Afr J humanitarian settings: a scoping review of
Prm Health Care [Internet]. 2018:[about 4 p.]. terminology and focus. Conflict and Health.
Available from: https://doi.org/10.4102/phcfm. 2018;12:9. doi:10.1186/s13031-018-0146-0
v10i1.1429. 29. Perić N, Hofmarcher MM, Simon J. Headline
25. Barry MM, Clarke AM, Jenkins R, Patel V. A indicators for monitoring the performance of
systematic review of the effectiveness of mental health systems: findings from the european
health promotion interventions for young people Health Systems_Indicator (euHS_I) survey.
in low and middle income countries. BMC Archives of Public Health [Internet]. 2018;
Public Health [Internet]. 2013; 13:[about 19 76(32):[about 17 p.]. Available from: https://
p.]. Available from: http://www.biomedcentral. archpublichealth.biomedcentral.com/track/
com/1471-2458/13/835. pdf/10.1186/s13690-018-0278-0.
26. Lauriks S, Buster MC, Wit MAd, Arah OA, 30. Acharya B, Ekstrand M, Rimal P, et al.
Klazinga NS. Performance indicators for public Collaborative Care for Mental Health in Low-
mental healthcare: a systematic international and Middle-Income Countries: A WHO Health
inventory. BMC Public Health [Internet]. 2012; Systems Framework Assessment of Three
12:[about 26 p.]. Available from: http://www. Programs. Psychiatric services (Washington,
biomedcentral.com/1471-2458/12/214. DC). 2017;68(9):870-872. doi:10.1176/appi.
ps.201700232.

80

Anda mungkin juga menyukai