Anda di halaman 1dari 9

Nama mahasiswi/a : Dodi Valentino Tambun N.P.M.

: 2006568260

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI MPK AGAMA KRISTEN PROTESTAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI, S-1 REGULER
MATA KULIAH UI GE600012 – MPK AGAMA KRISTEN PROTESTAN
TAHUN KULIAH 2020/2021 – SEMESTER GASAL
UJIAN AKHIR SEMESTER – JUMAT 15 JANUARI 2021 – DILAKSANAKAN SEBAGAI TAKE-HOME
EXAMINATION
KULIAH TATAP MUKA (OFFLINE) DILAKUKAN DI SALAH SATU GEDUNG RUMPUN ILMU
KESEHATAN (RIK)
PELAKSANAAN KULIAH KINI DILAKUKAN DI DALAM JARINGAN (DARING)/ONLINE
PENGAJAR: HENOCH B.I. SETIAWAN

CATATAN
1. Lembar soal sekaligus jawaban dikembalikan dan diserahkan kepada HENOCH B.I. SETIAWAN paling
lambat Jumat, 15 Januari 2021 pukul 19.00 WIB; pada alamat henochbisetiawan@gmail.com.
2. Boleh buka Alkitab, buku catatan, teks, tilpon genggam pada tulisan yang relevan.
3. Berikan dasar Alkitab pada setiap jawaban Anda!

BACAAN
Kejadian 1:26 sampai dengan (s.d.) 31, 2:7, 15 s.d. 18, 21, 22; I Raja-Raja 3:9, 10; Amsal 1:7; Pengkotbah 5:11;
Matius 1:21, 6:25 s.d. 34, 11:28, 22:15 s.d. 22, 28:1, 2; Markus 12:13 s.d. 17, 16:1, 2; Lukas 19:12 s.d. 27, 20:20 s.d.
26, 23:54, 56b, 24:1, 2; Roma 3:23, 5:17, 6:23, 13:1 s.d. 7; Filipi 2:1 s.d. 11; II Tesalonika 3:10; Ibrani 11:1; 1 Petrus
3:18 s.d. 20, 4:1 s.d. 7; I Yohanes 3:5;; Wahyu 2:8 s.d. 11.

SOAL-SOAL
TEORI
1. Berdasarkan Yohanes 1:1 s.d. 18, 3:16, 14:6; Roma 3:23, 5:17, 6:23; I Yohanes 3:5, I Petrus 3:18 s.d. 20,
4:6; pembebasan alam semesta dan segala isinya termasuk manusia dari dosa dan segala akibatnya
mengapa hanya TUHAN Yesus yang dapat melakukan-Nya? Uraikan jawaban Anda!
2. Di dalam konteks Matius 6:33, 11:28; Yohanes 1:1 s.d. 14, 3:16, 14:6; Roma 3:23, 6:23; Wahyu 2:8 s.d.
11; uraikanlah jawaban Anda terhadap pertanyaan mengapa di dalam membebaskan manusia dan alam
semesta serta isinya yang lain dari dosa dan semua akibatnya, TUHAN Yesus yang tidak berdosa itu (I
Yohanes 3:5) harus menjalani akibat dosa (Roma 3:23, 5:17, 6:23) yaitu kematian (fisik biologik) sebagai
wujud kematian kekal pada hari Jumat yaitu satu hari sebelum hari Sabat (Lukas 23:54, 56b) lalu turun
ke alam maut (I Petrus 3:18 s.d. 20, 4:6) dan bangkit dari kematian-Nya pada hari ketiga dari kematian-
Nya atau hari pertama pada minggu yang baru sesudah hari Sabat (yaitu pada hari Minggu atau Ahad,
yaitu hari kemenangan TUHAN Yesus (Matius 28:1 s.d. 20; Markus 16:1 s.d. 19; Lukas 24:1 s.d. 12,
Yohanes 20:1, 2; Filipi 2:1 s.d 11) itu?
3. Bertitik tolak dari Roma 12:1, 2 dan I Korintus 6:20b, tindakan yang bagaimana yang dapat dilakukan
terhadap sesama manusia sebagai wujud memuliakan TUHAN? Uraikan jawaban Anda!
4. Sehubungan dengan Kejadian 1:26 s.d. 31 dan Ibrani 11:1 serta fungsi hemisphere kiri dan hemisphere
kanan pada otak manusia, perlukah ada pertentangan antara iman dan ilmu pengetahuan? Uraikan
jawaban Anda!

APLIKASI
1. KASUS.
Tubuh manusia dapat dilihat sebagai suatu konstruksi bangunan dan gigi adalah salah satu bagian yang
fungsional dari bangunan tubuh manusia itu. Kita mengenal kesaksian Kejadian 1:26, 27, 28, 31; 2:15,
16, 17, 18; Roma 12:1, 2; I Korintus 6:19, 20 demikian pun isi dan konteks percakapan TUHAN dengan
Salomo tentang permintaan Salomo sebagai seorang raja (1 Raja-Raja 3:9) dan Firman TUHAN seperti
yang disaksikan oleh Ibrani 11:1; Amsal 1:7. Pada suatu negara dengan masyarakat yang majemuk di
satu pihak dan di lain pihak di suatu lingkungan dengan konteks Roma 12:1, 2 dan I Korintus 6:19, 20;
apakah pelayanan Poliklinik Gigi merupakan salah satu bentuk relasi gereja dan negara berujud
partisipasi gereja pada pemeliharaan kesehatan (gigi) masyarakat negara yang bersangkutan? Uraikan
jawaban Anda!
2. Pelayanan di bidang kesehatan termasuk kesehatan gigi masyarakat; pada berbagai kegiatan
penyembuhan orang sakit (antara lain = a.l. Lukas 14:1 s.d. 6) bahkan pembangkitan orang mati oleh
TUHAN Yesus (Yohanes 11:34 s.d. 44) merupakan perpaduan harmonis iman, pengetahuan, ilmu
pengetahuan. Uraikan makna kesaksian ini!
3. Tindakan konservasi, perawatan kesehatan gigi oleh seorang dokter gigi di dalam prakteknya sebagai
dokter gigi dapat dilihat merupakan wujud iman Kristen di bidang seni di lingkungan Ilmu Kedokteran
Gigi. Sehubungan dengan perumpamaan talenta oleh TUHAN Yesus (Matius 25:14 s.d. 30; Lukas 19:12
s.d. 26); apa makna perumpamaan itu bagi seorang profesional di bidang kedokteran gigi – baik sebagai
dokter gigi juga ahli ilmu kedokteran gigi non dokter gigi – pada evaluasi, pengembangan pengetahuan,
berbagai teknik di bidang kedokteran gigi dan ilmu kedokteran gigi. Uraikan jawaban Anda!
4. Berdasarkan ayat-ayat Alkitab di dalam Kitab Amsal yang relevan; uraikan makna:
a. hidup yang berhikmat bagi seorang dokter gigi atau ahli ilmu kedokteran gigi Kristen!
b. Wujud sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab pada perumpamaan TUHAN Yesus tentang
Orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25 s.d. 37)!
5. Apakah gereja boleh berpolitik? Bertitik tolak dari ayat-ayat Alkitab yang relevan, uraikan jawaban
Anda!
6. KASUS.
Misalkan kita mengenal serangkaian tindakan profesional yang harus kita lakukan sebagai seorang
sarjana ilmu kedokteran gigi dan atau dokter gigi. Rangkaian tindakan itu meliputi a.l. tindakan
pengambilan keputusan etik, moral, ilmiah, iman, agama, kebiasaan, perjanjian, membersihkan karang
gigi, membuat mahkota gigi, menambal gigi, mencabut gigi, menyuntikkan obat sebelum dicabut dan
atau melakukan operasi gigi, melaksanakan operasi gigi, melakukan bedah rahang. Sebagai seorang
dokter gigi Kristen, berdasarkan Firman TUHAN – di dalam hal ini ayat-ayat Alkitab – tuliskan dan
jelaskan urutan tindakan-tindakan yang dicantumkan pada Kasus tersebut dari yang paling mendasar
s.d. yang merupakan eksekusi atau pelaksanaan.
Jawaban :

TEORI

1. Pada awalnya, Allah menciptakan manusia tanpa cacat cela. Manusia


masih memiliki citra Allah sepenuhnya, bersih tanpa dosa. Namun,
akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa dan dibuang dari Taman Eden
(Kejadian 1 -3). Dosa yang diakibatkan Adam dan Hawa ini berlanjut
kepada keturunannya, hingga masa sekarang ini. Banyak orang yang
merasa bahwa dengan berbuat baik, maka dosa dan kesalahan mereka
akan dihapuskan. Ternyata, hal tersebut tidak benar. Saat manusia
telah berbuat dosa, maka yang akan diterimanya hanyalah maut saja
(Roma 6:23). Satu – satunya jalan agar dosa manusia dan bumi dan
segala isinya dihapuskan adalah melalui Yesus Kristus. Dosa manusia
terlalu besar untuk dihapuskan dengan segala sesuatu yang ada di
semesta, sehingga TUHAN harus bertindak sendiri untuk
menghapuskannya, dalam wujud Yesus Kristus (Yohanes 3 : 16, 1
Yohanes 3 : 5) . Alasan mengapa hanya Yesus Kristuslah yang dapat
menghapuskan dosa kita karena Yesus Kristus 100% manusia dan
100% TUHAN (Yohanes 3:16) . Kembali ke ayat sebelumnya, Roma 6
: 23, upah apabila kita melakukan dosa (sekecil apapun) adalah maut.
Maut dalam hal ini adalah kematian kekal. TUHAN secara langsung
tidak dapat menebus dosa manusia karena TUHAN tidak dapat masuk
ke dalam maut. Sementara, Yesus, rupa Allah dalam wujud insan,
memiliki wujud manusia, sehingga Ia dapat mati dan turun dalam
kerajaan maut (Pengakuan Iman Rasuli, Lukas 23:54, 1 Petrus 3:18).
Di lain sisi, Yesus adalah TUHAN, sehingga Yesus dapat
menaklukkan maut dan menghapuskan dosa manusia. Yesus adalah
manusia sehingga Ia dapat mewakili kita, dan Yesus adalah TUHAN
sehingga Ia dapat mewakili TUHAN. Ketika mewakili TUHAN, Ia
menyalurkan berkat pengampunan. Ketika mewakili manusia, Ia
menanggung dosa. Oleh sebab itu, manusia hanya bisa diselamatkan
melalui Yesus Kristus saja. Dengan demikian, hendaknya kita
senantiasa memberikan seluruh jiwa raga kita kepada-Nya saja. Kita
hendaknya menaruh pengharapan penuh kepada Yesus Kristus, agar
kita diselamatkan (1 Yohanes 3:3).

2. Alasan mengapa Yesus harus menjalani akibat dosa yaitu kematian


kekal dan turun ke dalam alam maut pada hari Jumat
Yesus harus menjalani akibat dosa karena Yesus mewakili manusia.
TUHAN sangat mengasihi manusia, tetapi TUHAN tidak bisa secara
langsung menghapuskan dosa manusia. Oleh karena itu, TUHAN
dalam Yesus Kristus hadir di tengah-tengah manusia sebagai
penyelamat manusia dari dosa (Yohanes 3:16). Upah dosa yakni maut,
hanya bisa diterima oleh seorang insan manusia, dengan demikian
Yesus sebagai seorang manusia menanggung akibat dosa tersebut. Dia
harus mati di kayu salib sebagai penebusan umat manusia dari maut.
Yesus mewakilkan manusia dalam menjalani hukuman dari dosa
(Roma 3:23, 5:17, 6:23). Yesus harus tersiksa karena dosa, dihina
karena dosa, menderita karena dosa, dan mati karena dosa (Lukas
23:54) . Dengan demikian, Yesus telah menerima segala hukuman
yang seharusnya diberikan kepada manusia. Karena hukuman tersebut
sudah diterima, maka manusia tidak perlu lagi menerima hukuman
atau upah dosa, dan akhirnya manusia diselamatkan (1 Petrus 3:18).

Alasan mengapa Yesus bangkit dari kematian-Nya pada minggu yang


baru sesudah hari Sabat
Yesus adalah TUHAN. Meskipun Yesus telah masuk ke dalam alam
maut, karena kuasa-Nya Ia dapat menaklukkan maut dan bangkit dari
kematian pada hari yang ketiga (Matius 28) . Kebangkitan ini
merupakan simbol bahwa TUHAN melalui Yesus Kristus telah
menebus lunas kita dari maut dan seluruh umat manusia telah
diselamatkan dari dosa. Kebangkitan ini juga merupakan pernyataan
bahwa kuasa TUHAN jauh lebih besar daripada kuasa maut dan
menunjukkan bahwa TUHAN sangat mengasihi umat manusia ciptaan-
Nya (Yohanes 3:16). Yesus Kristus bangkit dari kematian pada hari
yang ketiga, atau pada minggu yang baru sesudah hari Sabat. Minggu
yang baru ini merupakan perwujudan bahwa umat manusia telah
menerima hidup yang baru, hidup yang bebas akan dosa. Hidup yang
lama telah ditinggalkan dan dihapuskan dengan darah Anak Allah
(Matius 28, Markus 16, Lukas 24, Yohanes 20).

3. Bertitik tolak dari Roma 12 :1 dan 2 dan 1 Korintus 6:20b, tindakan


yang dapat kita lakukan terhadap sesama manusia sebagai wujud
memuliakan TUHAN adalah :
a. mengabdikan diri sepenuhnya kepada TUHAN melalui
pekerjaan dan perbuatan. Misalnya sebagai seorang dokter gigi,
hendaknya kita harus melaksanakan pekerjaan dengan
berorientasikan persembahan kepada Allah. Kita hendaknya
melayani pasien dengan baik dan menganggap bahwa pasien
tersebut adalah hal yang benar-benar harus kita jaga. Sebagai
seorang mahasiswa, hendaknya kita melaksanakan
pembelajaran dengan berorientasikan persembahan kepada
Allah. Kita harus menanamkan di dalam diri bahwa kita belajar
agar kita layak di mata Allah, agar kelak kita dapat
mempersembahkan diri kita melalui pekerjaan kita nantinya
b. mengajak sesama untuk percaya kepada Allah. Hendaknya kita
dalam kehidupan sehari-hari selalu mengajari sesama tentang
mana yang baik dan benar. Misalnya, dalam kehidupan
kampus, hendaknya seorang mahasiswa Kristen mengingatkan
kepada temannya bahwa mencontek adalah suatu kecurangan
dan bentuk dosa. Dengan mengingatkannya, maka kita telah
menjauhkannya dari hal yang jahat.

4. Sehubungan dengan Kejadian 1:26-31, Ibrani 11:1, dan fungsi


hemisfer kanan dan kiri pada otak, menurut saya pertentangan antara
iman dan ilmu pengetahuan bukanlah suatu hal yang diperlukan.
Hemisfer kanan merupakan bagian otak yang bersifat subjektif,
sebaliknya hemisfer kiri bersifat objektif. Kebanyakan manusia
mengartikan berbagai ayat Alkitab secara literal menggunakan
hemisfer kirinya dan hal ini merupakan hal yang salah. Alkitab
dituliskan pada zaman yang berbeda dengan kita, sehingga gaya
bahasa penulisannya disesuaikan dengan budaya pada zaman itu.
Dengan demikian, kita harus mengartikannya sesuai dengan budaya
penulisan Alkitab juga dan di sinilah hemisfer kanan kita harus
bekerja. Kita harus bisa mengartikan firman Allah secara subjektif
sehingga kita bisa menyesuaikannya dengan kenyataan yang ada. Pada
Ibrani 11:1 dikatakan “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Ayat ini
merupakan ayat yang menarik menurut saya karena ayat ini
menunjukkan kelemahan kita sebagai manusia. Kita sering berfikir
dengan otak kiri kita, bahwa tidak mungkin ada kekuatan yang begitu
besar di “luar” sana, mustahil bahwa manusia bisa diciptakan hanya
dari tanah saja (Kejadian 1-2). Ayat ini menuntut kita untuk
menggunakan kedua hemisfer otak kita. Hemisfer kanan, kita
hendaknya harus bisa membayangkan keberadaan Allah dalam hidup
kita bukan sebagai sebuah materi, namun sebagai sebuah kuasa.
Dengan otak kanan kita kita dapat menegrti bahwa Allah hadir dalam
setiap kehidupan kita. Hemisfer kiri, kita hendaknya harus bisa
berpikir logis dan menyadari bahwa dengan kelemahan kita, dengan
kemampuan kita, dan dengan wujud kita sebagai manusia, kita tidak
akan bisa memahami Allah seperlunya. Pemahaman akan Allah tidak
akan bisa dipelajari dengan sains dan ilmu pengetahuan, tetapi
pemahaman akan Allah hanya bisa ditemukan melalui iman dan
kepercayaan. (Ibrani 11:1)

APLIKASI

1. Menurut saya, pelayanan poliklinik gigi merupakan sebuah bentuk


relasi antara gereja dan negara dalam perwujudan partisipasi
pemeliharaan kesehatan gigi masyarakat. Dalam Kejadian 1:28
dikatakan bahwa “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman
kepada mereka ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi” . Saya berfokus pada penggalan “penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu” . Penggalan ayat ini dapat kita artikan bahwa Allah
menginginkan kita untuk menjaga dan merawat segala sesuatu yang
ada di bumi, termasuk kesehatan diri sendiri dan kesehatan sesama.
Allah memberikan manusia hikmat dan pengetahuan. Dengan hikmat
dan pengetahuan ini, para dokter gigi dapat memelihara dan menjaga
kesehatan gigi masyarakat.
Negara menyadari bahwa kesehatan gigi masyarakat itu merupakan
kebutuhan setiap individu dan merupakan titah yang diberikan
TUHAN kepada manusia melalui Alkitab (dan kitab agama lainnya).
Menyadari hal ini, negara bekerja sama dengan gereja sebagai instansi
yang berjalan berdasarkan Alkitab, dengan membentuk poliklinik gigi.
Poliklinik gigi digunakan negara sebagai sarana meningkatkan dan
menjaga kesehatan gigi masyarakat dan melaksanakan apa yang
diamanatkan TUHAN dalam Alkitab.

2. Pada Lukas 14 :1-6 diceritakan tentang Yesus yang menyembuhkan


sesorang pada hari Sabat. Hal ini sangat cocok jika dikaitkan dengan
keadaan kedokteran gigi. Orang-orang pada saat itu mengatakan
bahwa Yesus telah melanggar hukum Taurat karena menyembuhkan
pada hari Sabat, dan Yesus dapat menyangkal orang-orang tersebut.
Tak ubahnya dalam kedokteran gigi, para dokter gigi sering
dihadapkan pada dilema etik dalam melaksanakan tugasnya. Di
keadaan inilah hendaknya dokter gigi harus memadukan antara
pengetahuan etik yang mereka miliki dan iman yang mereka yakini.
Dokter gigi harus bisa mengambil keputusan terbaik yang sesuai
dengan apa yang dikehendaki Allah. Meskipun demikian, ada kalanya
dokter gigi tidak dapat menerapkan pengetahuannya pada
pekerjaannya karena hal tersebut di luar kemampuannya dan di luar
nalar manusia. Pada keadaan ini, hendaknya dokter gigi memberikan
dan menyerahkan segalanya pada kuasa TUHAN. Dokter gigi harus
yakin bahwa dalam setiap pekerjaannya, TUHAN hadir memberikan
pertolongan penyembuhan. Kita harus bisa becermin pada mujizat
yang dilakukan pada Lazarus. Yesus mengambil Lazarus kembali dari
kematian dan membangkitkannya (Yohanes 11:1-44). Dokter gigi
harus yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

3. Tindakan konservasi gigi merupakan salah satu tindakan yang


membutuhkan keterampilan akan seni dan keindahan. Seorang dokter
gigi spesialis konservasi gigi harus memiliki talenta kekreativitasan
dan imajinasi. Seorang dokter gigi spesialis dokter gigi dituntut dapat
mengembalikan bentuk gigi seperti semula, yang pastinya
membutuhkan kemampuan imajinasi dan keterampilan tangan yang
baik. Dalam bidang konservaasi gigi ini, hendaknya dokter gigi
mengembangkan talenta yang telah diberikan TUHAN kepada mereka.
Seperti dalam Matius 25:14-30 dan Lukas 19:12-26, TUHAN
memberikan dokter gigi keterampilan, dan dengan demikian dokter
gigi harus memberikan kembali keterampilan itu kepada TUHAN,
dalam arti bahwa dokter gigi harus menggunakan keterampilannya itu
untuk memuji TUHAN saja. Dokter gigi juga harus bisa
mengembangkan keterampilan itu sesuai denga kemajuan zaman, sama
seperti hamba yang memperoleh 10 talenta sebagai perkembangan 10
talenta sebelumnya. Sebenarnya, tak hanya dalamtindakan konservasi
gigi saja, keterampilan juga diperlukan dalam bidang kedokteran gigi
lain seperti prostodonti dan endodonti. Saya sebagai dokter gigi
nantinya akan mengabdikan keterampilan yang TUHAN berikan pada
saya untuk memuji TUHAN saja, dan akan senantiasa
mengembangkannya.

4. A. Amsal 4:13 “Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya,


peliharalah dia, karena dialah hidupmu. Menurut saya, ayat ini
merupakan salah satu ayat yang relevan untuk mengartikan bagaimana
kehidupan seorang dokter gigi yang berhikmat. Seorang dokter gigi
harus senantiasa berpegang teguh pada ilmu yang dimilikinya dan
menerapkannya dalam kegatan kedokteran giginya. Seorang dokter
gigi juga harus senantiasa mengembangkan ilmu yang dimilikinya agar
meningkatkan kualitas yang dimilikinya (sesuai juga dengan kaidah
bioetika dasar, beneficience). Meskipun demikian, seorang dokter gigi
juga harus tetap mengandalkan Allah di setiap napas kehidupannya,
agar ilmu yang dimilikinya itu tetap berada di jalan yang lurus dan
hidupnya jadi berhikmat dan penuh didikan.

B. Amsal 31:9 “Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan


berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka”. Dari
ayat Amsal ini, kita bisa mengaitkannya dengan kontes Pancasila sila
ke-2. Setiap warga negara hendaknya bertindak adil baik secara hukum
maupun secara moral kepada siapapun, tanpa memangdang status
sosial mereka. Saat ini masih banyak orang yang ragu bertindak adil
karena mereka takut akan dikucilkan atau dianggap sok baik. Dengan
ayat Amsal ini kita mengerti bahwa TUHAN secara langsung
mengingatkan dan mewajibkan kita untuk bertindak adil. Dalam
konteks Lukas 10:25-37, saya dapat mengambil intisari bahwa kita
sebagai warga masyarakat dan sebagai seorang Kristen hendaknya
mengasihi sesama kita manusia, baik itu yang dalam keadaan senang
maupun dalam keadaan susah. Sesama kita bukan berarti orang yang
sesuku dengan kita, atau orang yang memiliki status sosial yang sama
dengan kita. Namun, sesama adalah semua orang tanpa membedakan
apapun. Kita hendaknya mengasihi mereka yang terkena bencana,
misalnya dengan memberikan bakti sosial atau bantuan moral. Untuk
saat ini, telah terjadi kasus jatuhnya Sriwijaya Air. Kita sebagai sesama
manusia hendaknya memberikan bantuan moral berupa semangat
kepada keluarga yang kehilangan, dan berdoa agar proses pencarian
korban segera berhasil. Kita harus mendoakan mereka meskipun kita
sama sekal tidak mengenal mereka, sebagai wujud nyata orang
Samaria yang baik hati di masa sekarang ini

5. Untuk menemukan jawaban ini, kita tidak boleh mengartikan gereja


secara literal. Kita harus mengartikan sebuah gereja sebagai
sekumpulan orang yang percaya dan bersekutu dalam TUHAN, dan
bukan sebuah gedung. Gereja boleh berpolitik, bahkan gereja
sebaiknya harus ikut dalam politik, karena gereja sangat diperlukan
sebagai pembimbing para politisi dalam menjalankan tugasnya. Gereja
harus bisa mengarahkan para politisi agar senantiasa berjalan di dalam
kebenaran dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah (Yesaya 5:23,
Matius 5:13-16). Meskipun demikian, kita sebagai seorang Kristen
tidak boleh menjadikan gereja sebagai alat berpolitik, dalam artian
bahwa kita mengatasnamakan gereja demi kepentingan politik kita.
Kita dan gereja harus senantiasa menanamkan pemikiran bahwa
kekuasaan tertinggi itu berada pada TUHAN saja (1 Petrus 2:13).

6. Dalam menjalankan tugasnya, hendaknya seorang dokter gigi


mengutamakan TUHAN. Seperti yang ada pada Amsal 1:7 “Takut
akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat dan didikan” . Dari ayat ini sudah jelas bahwa kita
harus mengutamakan TUHAN terlebih dahulu, lalu kitab oleh
memerima hikmat dan didikan. Saat kita menyerahkan segala
pekerjaan kita dalam nama TUHAN, kita pasti akan diberikan
bimbingan dalam mengambil keputusan yang terbaik. Dalam
kedokteran gigi, terdapat kaidah bioetika dasar, yang salah satunya
mengatakan bahwa kita harus memperlakukan pasien sebagaimana kita
ingin diperlakukan, dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan amanat
Yesus Kristus yang mengatakan bahwa kita harus mengasihi sesama
kita manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri (Matius 22:39).
Meskipun demikian, kita harus bisa menentukan proporsi kasih kita,
karena dalam kedokteran dan kedokteran gigi terdapat poin
pembatasan goal-based, yang artinya bahwa kita hanya perlu
memberikan apa yang dibutuhkan pasien saja, sehingga tindakan
kedokteran gigi dapat berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai