Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah dan/atau masyarakat (UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Industri farmasi merupakan penentu dalam ketersediaan obat dimana
industri farmasi berperan dalam memproduksi, dan mendistribusikan obat untuk
dapat memenuhi kebutuhan pasar dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010\ Tentang
Industri Farmasi, Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari
Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Pembuatan obat merupakan seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat,
yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi,
pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk
didistribusikan.
Sasaran utama industry farmasi adalah memproduksi obat jadi dengan
mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas dan harga yang terjangkau oleh
masyarakat. Industri Farmasi dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan
pembuatan obat dan/atau bahan obat wajib menerapkan Pedoman CPOB agar
dapat menjamin dan menghasilkan produk yang bermutu. Perkembangan yang
sangat pesat dan teknologi farmasi dewasa ini mengakibatkan perubahan-

1
2

perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan CPOB. Produk
yang bermutu tidak dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan produk akhir saja,
melainkan setiap komponen yang berhubungan dengan proses produksi, mulai
dari penyiapan bahan baku, bahan kemas, proses pembuatan, pengemasan,
termasuk bangunan dan personil harus mengikuti Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Industri Farmasi adalah Industri Obat Jadi
dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu sediaan atau paduan
bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelediki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Sedangkan
yang dimaksud dengan bahan baku obat adalah bahan baik yang berkhasiat
maupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan
standar mutu sebagai bahan farmasi. Industri farmasi harus memenuhi persyaratan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam melakukan produksi obat jadi.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 dijelaskan bahwa pedoman pembuatan obat yang
baik dan benar diseluruh aspek kegiatan produksi bertujuan untuk memastikan
bahwa sifat maupun mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan
mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pedoman
ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar
pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan (Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2012).
Pedoman CPOB dibuat berdasarkan pada standar kualitas produk obat
internasional sehingga diharapkan industri farmasi di Indonesia mampu bersaing
dengan industri farmasi di negara lain. Perhatian serius terhadap kualitas produk
obat berdampak pada meningkatkan persaingan global, mengingat bahwa hanya
produk yang berkualitas saja yang mampu bertahan di pasaran dan dipercaya oleh
konsumen. Berdasarkan hal ini, maka Cara Pembuatan Obat yang Baik dapat
dijadikan standar dan pedoman bagi industri farmasi sebagai produsen dan
3

Pemerintah sebagai pengawas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab


masing-masing.
Setiap industri farmasi dalam seluruh aspek dan rangkaian pembuatan obat
dan atau bahan obat wajib menerapkan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) guna menjamin obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam menerapkan
CPOB di industri farmasi diperlukan adanya aspek-aspek yang meliputi
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap
produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, pembuatan dan analisis
berdasarkan kontrak, serta dokumentasi.
Pelaksanaan pedoman CPOB di Industri Farmasi membutuhkan peranan
Apoteker karena dalam perdoman CPOB Apoteker yang terkualifikasi merupakan
personil kunci yang mencakup Kepala Bagian Produksi, Kepala Pengawasan
Mutu dan Kepala Bagian Manajemen Mutu. Sehingga seorang calon Apoteker
dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang dapat
diperoleh salah satunya melalui praktik kerja di industri farmasi yang telah
melaksanakan produksi sesuai dengan pedoman CPOB, salah satunya adalah
Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad).
Lafi Puskesad merupakan industri farmasi yang berperan dalam
menciptakan kemandirian dalam hal pengadaan obat-obatan dengan mutu,
khasiat, serta keamanan yang terjamin untuk digunakan oleh prajurit, PNS TNI
AD, dan keluarganya. Lembaga yang berada di bawah Lafi Puskesad ini berupaya
untuk menerapkan prinsip-prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Aplikasi CPOB menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang
bertujuan untuk menjamin produk obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi
standar mutu yang ditetapkan. Sebagai wujud kesadaran terhadap produk yang
bermutu, maka Lafi Puskesad saat ini telah memiliki sepuluh buah sertifikat
CPOB, lima sertifikat untuk produk sediaan β-laktam dan lima sertifikat untuk
produk sediaan Non β laktam.
4

Apoteker memegang peranan penting dalam industri farmasi karena


menurut pedoman CPOB, Departemen Produksi dan Pengawas Mutu masing-
masing harus dipimpin oleh Apoteker di industri farmasi. Oleh karenanya,
perguruan tinggi sebagai tempat pembelajaran Profesi Apoteker harus
mempersiapkan tenaga apoteker yang profesioal untuk mengantisipasi dan
mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sejalan dengan
perkembangan industri farmasi.
Calon Apoteker perlu mendapat bekal pengetahuan dan pengalaman yang
memadai agar memenuhi standar kompetensi yang diperlukan. Salah satu cara
untuk mencapainya adalah melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri
farmasi. Oleh karena itu, Universitas Andalas sebagai salah satu perguruan tinggi
yang menghasilkan tenaga Apoteker mengadakan kerjasama dalam bentuk
Praktek Kerja Profesi Apoteker dengan Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan
Angkatan Darat (Lafi Puskesad) yang berlokasi di Jl. Gudang Utara No. 26
Bandung, dengan waktu pelaksanaan pada tanggal 9 – 30 April 2018.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Tujuan kegiatan Praktek Kerja Program Profesi Apoteker bidang industri
adalah :
1. Mengetahui dan memahami tugas serta peran apoteker dalam industri
farmasi yang diharapkan menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja
sesungguhnya.
2. Mengetahui pelaksanaan dan perencanaan produksi farmasi secara umum
di institusi milik pemerintah yang notabene merupakan perusahaan yang
non profit oriented.
3. Memperoleh pengetahuan yang lebih luas segala aspek industri farmasi
sesuai dengan konsep CPOB.
4. Mengetahui penerapan dan pelaksanaan CPOB di Lembaga Farmasi Pusat
Kesehatan Angkatan Darat (LAFI Puskesad) Bandung.
5

1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker


Manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri Lembaga Farmasi
Pusat Kesehatan Angkatan Darat (LAFI Puskesad) Bandung adalah :
1. Mahasiswa calon apoteker yang telah mendapatkan pengalaman di Lafi
Puskesad mampu menjalani profesinya secara profesional, handal, mandiri,
dan mampu menghadapi tantangan.
2. Dapat memberikan bekal ilmu pengetahuan mengenai peran dan fungsi
apoteker di industri farmasi
3. Memberikan ketrampilan dan pengalaman praktis yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dalam industri farmasi sehingga kelak dapat membantu
ketika memasuki dunia kerja terutama di industri farmasi.

1.4 Waktu dan Tempat


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Industri Farmasi
Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan TNI Angkatan Darat (Lafi Puskesad) yang
berlokasi diJl. Gudang Utara No. 26 Bandung, dengan waktu pelaksanaan pada
tanggal 2 Juli – 27 Juli 2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Farmasi


Menurut PerMenKes No 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri
Farmasi, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat/bahan obat,
Pendidikan & pelatihan dan penelitian & pengembangan. Setiap pendirian
IndustriFarmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Jenderal
pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin
industry farmasi, yaitu:
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
c. Memiliki NPWP
d. Memiliki secara tetap 3 orang apoteker Warga Negara Indonesia
e. Masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi
danpengawasan mutu
f. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung dan tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Agar dapat memperoleh izin usaha industri farmasi, diperlukan tahap
persetujuan prinsip. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala Dinas Kesehatan
Provinsi setelah sebelumnya mengajukan permohonan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) kepada kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi untuk dapat langsung
melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi,
peralatan dan lain-lain yang diperlukan, termasuk produksi percobaan dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan
prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan selama jangka

6
7

waktutersebut, perusahaan yang bersangkutan harus menyampaikan laporan


informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6 bulan sekali kepada Direktur
Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan dengan tembusan kepada
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Setelah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip, dapat dilakukan
permohonan izin usaha industri. Permohonan diajukan kepada Direktur Jenderal
Kementerian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya
selama industri farmasi bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan. Surat permohonan izin industri farmasi harus
ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penganggung jawab.
Industri farmasi yang melakukan penambahan kapasitas produksi atau
penambahan bentuk sediaan tidak memerlukan izin perluasan. Izin perluasan
diperlukan apabila perusahaan yang bersangkutan akan menambah luas
areaproduksi. Izin usaha industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama
perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi dengan perpanjangan
izin setiap 5 tahun. Permohonan izin usaha industry farmasi dapat diajukan
setelah pembangunan fisik industri farmasi selesai dan perusahaan siap
melaksanakan kegiatan produksi komersial.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/MENKES/PER/XII/2010, izin usaha industri farmasi dapat dicabut apabila
industri tersebut:
a. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan
perluasan usaha tanpa memiliki izin.
b. Tidak menyampaikan laporan mengenai perkembangan industri selama
tiga kali berturut-turut atau menyampaikan informasi yang tidak benar.
c. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu.
8

d. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan
wewenang pemberian izin tersebut dilimpahkan kepada Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM), izin ini berlaku selama perusahaan terebut melakukan
proses produksi. Industri farmasi Wajib menyampaikan laporan industri kepada
Direktorat Jendral BPOM mengenai kegiatan usahanya setiap 6 bulan, meliputi
jumlah dan nilai produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan dan setiap 1
tahun untuk laporan lengkapnya. Laporan industri farmasi disampaikan kepada
Direktur Jendral dan tembusan kepada Kepala Badan POM. Laporan dapat
disampaikan secara elektronik melalui email atau sistem yang sudah disediakan
oleh Badan POM (Menteri Kesehatan, 2010).

2.2. CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)


Industri Farmasi Obat Jadi dan Bahan Baku obat wajib memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dibuktikan dengan
sertifikat CPOB, sesuai ketentuan surat Keputusan Kepala BPOM Republik
Indonesia No. HK.03.1.33.12.8195 Tahunn 2012 tentang Penerapan Pedoman
CPOB. Cara Pembuatan Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat menjadi
CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu
obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya.
Sertifikat CPOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa
industri farmasi telah memenuhi persyaratan CPOB dalam membuat satu jenis
bentuk sediaan obat yang diterbitkan oleh Kepada Badan POM. CPOB mencakup
seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada pembuatan obat,
pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa
konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan
tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa dan
memulihkan atau memelihara kesehatan.
9

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting tidak hanya
bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam memenuhi
kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat, dan berkualitas. Terdapat
12 aspek dalam CPOB.

2.2.1 Manajemen Mutu


Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,
yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam
perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu
secara konsisten dan dapatdiandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi
Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen
Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor
efektivitasnya.unsur dasar manajemen mutu adalah:
1. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat, mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
2. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan
ini disebut pemastian mutu
Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek
manajemen mutu yang saling terkait.
10

Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi
pembuatan obat hendaklah memastikan bahwa:
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan
persyaratan CPOB.
b. Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan.
c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan
awal dan pengemas yang benar.
e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses
lain serta dilakukan validasi.
f. Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan
pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan
untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang
relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama proses, pengkajian
dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari
prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi
Produk Jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.
g. Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Pemastian Mutu
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan
dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk.
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat
mungkin, produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat.
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu.
11

j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.
l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk.
m. Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui.
n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan
memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan telah dilakukan dan bahan yang belum diluluskan tidak digunakan
serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya
dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Pengkajian mutu produk dilakukan
terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor dengan tujuan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan
pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan
yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala
biasanya dilakukan tiap tahun dan di dokumentasikan, dengan
mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan meliputi paling sedikit :
a. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk, terutama yang dipasok dari sumber baru.
b. Kajian terhadap pengawasan selama proses yang kritis dan hasil pengujian
produk jadi.
c. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
dan investigasi yang dilakukan.
d. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan,
dan efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau
metode analisis.
12

f. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen


registrasi yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk
ekspor.
g. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang
tidak diinginkan.
h. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang
terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan.
i. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan
yang sebelumnya.
j. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran.
k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata
udara (HVAC), air, gas bertekanan, dll.
l. Kajian terhadap Kesepakatan Teknis untuk memastikannya selalu mutakhir.
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan
penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal
ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif.

Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa :


a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara
ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait pada
perlindungan pasien.
b. Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko
mutu sepadan dengan tingkat risiko.

2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar.Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing. Seluruh
13

personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal


yang berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Posisiutama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi
dankepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian
Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
Suatu industri farmasi harus memiliki struktur organisasi yang
menguraikan tugas dan kewenangan masing-masing personil sesuai dengan
posisinya. Tugas tersebut boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk dengan
syarat wakil tersebut memiliki tingkat kualifikasi yang memadai. Personil kunci
yang harus ada di suatu industri farmasi mencakup Kepala Bagian Produksi,
Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian Pemastian Mutu.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang bertugas di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium
(termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil
lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Disamping pelatihan
dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatihan
sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga
diberikan, dan efektifitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala.
Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-
masing.
Catatan pelatihan hendaklah disimpan. Pelatihan spesifik hendaklah
diberikan kepada personil yang bekerja di area di mana pencemaran merupakan
bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik
atau bersifat sensitisasi.

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,
konstruksi, letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan
14

baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Letak bangunan hendaklah diperhatikan untuk menghindari pencemaran
dari dan ke lingkungan di sekitarnya. Apabila letak bangunan tidak sesuai,
hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran
tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan
dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat dan hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah
dirawat dengan cermat, dibersihkan dan, bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur
tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan. Seluruh
bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan,
koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi
bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan
diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah
dilakukan secara hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat.
Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat
agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau
terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan.
Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :
a. Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di
dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan; dan
b. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau
produk selain yang sedang diproses.
15

Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan


cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang
didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area
penyimpanan atau area produksi.
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi
pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self contained harus disediakan
untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan
sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat biologis (misal
mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika tertentu, hormon
tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan
aktif tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat hendaklah diproduksi di
bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi produk tersebut di atas,
prinsip memproduksi bets produk secara ‘campaign’ di dalam fasilitas yang
sama dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang
spesifik dan validasi yang diperlukan telah dilakukan.
Pembuatan produk yang diklasifikasikan sebagai racun seperti
pestisida dan herbisida tidak boleh dibuat di fasilitas pembuatan produk obat.
Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk:
a. memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling
berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan
tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan;
b. mencegah kesesakan dan ketidak teraturan; dan
c. memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif
terlaksana.
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di
mana terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau
produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak
dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat, serta memungkinkan
pelaksanaan pembersihan (bila perlu di desinfeksi) yang mudah dan efektif.
16

Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada


dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup
untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.
Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan
sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat
mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendali suhu dan, bila perlu,
pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan
kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan
luar pabrik. Tingkat kebersihan ruangan/area diklasifikasikan sesuai dengan
jumlah maksimum partikel udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas
kebersihannya sesuai tabel dibawah ini :

Ukuran Non Operasional Operasional


Partikel Jumlah Max Partikel/m2 yang Diperbolehkan
Kelas ≥ 0.5 µm ≥ 5 µm ≥ 0.5 µm ≥ 5 µm
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 3.520 2.900
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000
Tidak Tidak
D 3.520.000 29.000
Ditetapkan Ditetapkan
Tidak Tidak
E 3.520.000 29.000
Ditetapkan Ditetapkan
Tabel 1. Jumlah partikel yang disarankan di ruang kelas produksi
Catatan:
Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk
pembuatan produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk
pembuatan produk nonsteril.
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk
menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk
seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan,
produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari
17

peredaran. Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk


menjamin kondisi penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah
bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam
batas suhu yang ditetapkan. Apabila status karantina dipastikan dengan cara
penyimpanan di area terpisah, maka area tersebut hendaklah diberi penandaan
yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi personil yang
berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang secara
fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.
Area pengawasan mutu laboratorium pengawasan mutu hendaklah
terpisah dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi, dan radioisotop
hendaklah dipisahkan satu yang lain.

2.2.4 Peralatan
Peratalan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki
desaindan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat yang dihasilkan dapat terjamin,
seragamdari bets ke bets, dan memudahkan pembersihan serta perawatan agar
dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu serta kotoran dan yang
lainnyayang akan berdampak buruk pada mutu produk. Desain dan konstruksi
hendaklah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Peralatan hendaklah didesain, ditempatkan dan di rawat sesuai dengan
tujuannya.
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan awal, produk
antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi
yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemungkinan di luar batas yang
ditentukan.
c. Bahan yang diperlukan untuk operasional alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga
tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara
ataupun produk jadi.
18

d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katub bocor, tetesan pelumas dan
hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang
tidak tepat.
e. Peralatan hendaknya didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci
serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
f. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar
tidak menjadi sumber pencemaran.
g. Peralatan yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk.
Bagian alat yang bersentuhan langsung dengan produk tidak boleh bersifat
reaktif, adiktif atau absorbtif yang dapat mempengaruhi mutu dan berakibat
buruk pada produk.
h. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan
kimia atau yang ditempatkan di area dimana digunakan bahan mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang tidak mudah terbakar.
i. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan
mencatat hendaklah diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan
prosedur yang ditetapkan, hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatat
dan disimpan dengan baik.
j. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan
hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan
metode yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut
hendaklah disimpan.
k. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak
melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh
digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus
yang tidak melepaskan serat.
l. Pipa air suling, air de-ionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi
hendaklah di sanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah
berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang dilakukan.
19

2.2.5 Sanitasi dan Higiene


Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada
setiapaspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi
personil, bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya
dansegala sesuatu yang dapat merupakan sumber kontaminasi produk. Sumber
kontaminasi potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi
danhigiene yang menyeluruh dan terpadu. Penerapan higiene perorangan meliputi
pemeriksaan kesehatan, mencuci tangan sebelum memasuki area produksi,
memakai pakaian pelindung. Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan
kesehatan pada saat direkrut. Sesudah pemeriksaan kesehatan awal hendaklah
dilakukan pemeriksaan kesehatan kerjadan kesehatan personil secara berkala.
Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat
merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan
pengemas, bahan yang sedang diproses dan obatjadi sampai kondisi personil
tersebut dipertimbangkan tidak lagi menimbulkan risiko. Kegiatan makan, minum
dan merokok tidak diperbolehkan dalam area gudang, laboratorium dan area
produksi.
Sanitasi meliputi bangunan dan fasilitas. Tiap bangunan yang digunakan
untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk
memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihan peralatan
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari
betssebelumnya telah dihilangkan. Prosedur pembersihan, sanitasi dan hygiene
hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas
prosedur memenuhi persyaratan.

2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telahditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB untuk menjamin produk yang
dihasilkan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten karena
mutu obattidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap produk akhir,
20

melainkan jugaoleh mutu yang dibangun selama tahap produksi sampai dengan
pengemasan.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama
dengan penanggung jawab pengawasan mutu untuk menjamin obat yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar
hendaklah tertulis serta mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi.
Dokumentasi setiap langkah prosedur harus dilakukan dengan cermat, tepat dan
ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.

2.2.7 Pengawasan Mutu


Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak
yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah
dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga
mencakup semua keputusan yang berhubungan dengan mutu produk. Tiap
pemegang izin produksi harus mempunyai bagian pengawasan mutu. Bagian ini
harus terpisah dari bagian lain serta berada dibawah tanggung jawab dan
wewenang personil yang memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sesuai. Selain
itu, sarana yang memadai haruslah tersedia untuk memastikan bahwa segala
kegiatan pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif. Bagian Pengawasan
Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara lain adalah:
1. Membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur
pengawasan mutu,
2. Menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk,
21

3. Memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk,


4. Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk,
5. Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu
produk.
Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisa yang
dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel serta pemeriksaan dan
pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Kegiatan
ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang
dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel tertinggal, penyusunan dan
perbaharuan spesifikasi bahan dan produk, serta metode pengujiannya.
Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan oleh bagian
pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah
dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui
sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke
area produksi untuk pengambilan sampel dan penyidikan yang diperlukan.
Pengambilan sampel hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur
tertulis yang telah disetujui yang menguraikan :
1. Metode Pengambilan sampel
2. Peralatan yang digunakan;
3. Jumlah sampel yang harus diambil;
4. Instruksi untuk semua pembagian sampel yang diperlukan;
5. Tipe dan kondisi wadah sampel yang digunakan;
6. Penandaan wadah yang disampling;
7. Semua tindakan khusus yang harus diperhatikan, terutama yang
8. Berkaitan dengan pengambilan sampel bahan steril atau berbahaya;
9. Kondisi penyimpanan;
10. Instruksi pembersihan dan penyimpanan alat pengambil sampel.
Pemantauan lingkungan hendaklah dilakukan sebagai berikut:
1. pemantauan teratur mutu air untuk proses, termasuk pada titik
penggunaan, terhadap mutu kimiawi dan mikrobiologis. Jumlah sampel
22

dan metode pengujian hendaklah mampu mendeteksi organisme indikator


dalam konsentrasi rendah, misalnya Pseudomonas;
2. pemantauan mikrobiologis secara berkala pada lingkungan produksi;
3. pengujian berkala terhadap lingkungan sekitar area produksi untuk
mendeteksi produk lain yang dapat mencemari produk yang sedang
diproses; dan
4. pemantauan cemaran udara.
Setelah dipasarkan, stabilitas produk jadi hendaklah dipantau menurut
program berkesinambungan yang sesuai, yang memungkinkan pendeteksian
semua masalah stabilitas, yang berkaitan dengan formula dalam kemasan yang
dipasarkan. Tujuan dari program stabilitas on going adalah untuk memantau
produk selama masa edar dan untuk menentukan bahwa produk tetap, atau dapat
diprakirakan akan tetap, memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi
penyimpanan yang tertera pada label.

2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu


Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi telah memenuhi ketentuan
CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan
dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh
petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat
jadi atau terjadi penolakan berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan
supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Pada aspek-aspek inspeksi diri hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi
diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar tersebut
hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi
personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan
23

peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan,
pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu, dokumentasi,
sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem
pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan,
pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya serta tindakan perbaikan.
Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik,
namun inspeksi diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah
dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah
tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Penyelenggaraan audit mutu berguna
sebagai pelengkap inspeksi diri, meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau
sebagai sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan
mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen
atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit
mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak. Kepala
Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab
bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang
dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan. Hendaklah dibuat daftar pemasok yang
disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar pemasok
hendaklah disiapkan dan ditinjau ulang.

2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk,


dan Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk
menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama
staf yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah
24

memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan


kembali produk.
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah oleh staf yang
memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat
urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan
dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan
kembali.
Pelaksanaan penarikan kembali produk diantaranya:
a. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterimanya laporan mengenai
reaksi yang merugikan.
b. Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah
dihentikan dengan cara embargo, yang dilanjutkan dengan penarikan
kembali segera. Penarikan kembali hendaklah menjangkau sampai tingkat
konsumen.
c. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi
hendaklah menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan
secara cepat, efektif dan tuntas.
d. Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah
dibuat untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat
dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.

2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen.
Dokumentasi yang baik adalah bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
25

Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan


harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Produksi induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi
serta laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Dokumen dalam produksi antara lain:
1. Dokumen produksi induk berisi formula produksi dari suatu produk dalam
bentuk sediaan dan kekuatan tertentu, tidak tergantung dari bets.
2. Dokumen produksi induk, terdiri dari prosedur pengolahan induk dan
prosedur pengemasan induk, yang masing-masing berisi prosedur
pengolahan dan prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk
dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. Prosedur
produksi induk dipersyaratkan divalidasi sebelum mendapat pengesahan
untuk digunakan.
3. Catatan produksi bets, terdiri dari catatan pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets, yang merupakan reproduksi dari masing-masing
prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk, dan berisi
semua data dan informasi yang berkaitan.

2.2.11 Pembuatan dan Analisa berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar dan
disetujui serta dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman yang dapat
menghasikan produk atau pekerjaan dengan mutu yang kurang memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak haruslah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets suatu
produk yang akan diedarkan. Pelulusan bets tersebut menjadi tanggung jawab
penuh Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
1. Pemberi Kontrak
26

a. Bertanggung jawab untuk menilai kompetensi penerima kontrak dalam


melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan
berpedoman kepada CPOB.
b. Memberikan informasi yang diperlukan kepada penerima kontrak untuk
melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar dan sesuai izin edar dan
persyaratan legal lain.
c. Memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang
dikirimkan oleh penerima kontrak memenuhi spesifikasi yang telah
diluluskan oleh bagian pemastian mutu.

2. Penerima kontrak
a. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh
industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh
Otoritas Pengawasan Obat (OPO).
b. Memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai
dengan tujuan penggunaannya.
c. Tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apapun yang
dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga tanpa
terlebih dahulu dievaluasi dan disetujui oleh pemberi kontrak.
d. Membatasi diri dari segala aktifitas yang dapat berpengaruh buruk
pada mutu produk yang dibuat dan/atau dianalisis untuk pemberi
kontrak.

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi


CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
diperlukan sebagai bukti pengendalia terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi, pendekatan dengan
kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
27

Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan dan unsur utama


program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam
Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan
dokumen yang singkat, tepat dan jelas, serta mencakup sekurang-kurangnya data
kebijakan validasi, struktur organisasi, kegiatan validasi, ringkasan fasilitas,
sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi, format dokumen, format
protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan, pengendalian
perubahan, dan acuan dokumen yang digunakan.
1. Kualifikasi
a. Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan.
b. Kualifikasi instalasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem atau peralatan
baru atau dimodifikasi.
c. Kualifikasi operasional hendaklah mencakup pengujian yang perlu
dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem dan
peralatan.
d. Kualifikasi kinerja hendaklah mencakup pengujian dengan
menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi
spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan.

2. Validasi proses
a. Validasi prosfektif adalah validasi proses yang dilakukan sebelum
produk dipasarkan.
b. Validasi konkuren adalah validasi yang dilakukan selama proses
produksi rutin dilakukan.
c. Validasi retrospektif adalah validasi terhadap proses yang berjalan.
hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah mapan, namun
tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur
pembuatan atau peralatan.
28

d. Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi


efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu
suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara
rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses
pembersihan.Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi.
e. Validasi metode analisis mempunyai tujuan untuk mengetahui bahwa
metode analisis sesuai tujuan penggunaannya. Metode analisa yang
divalidasi antara lain: uji identifikasi, dan penetapan kadar.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS TENTANG LAFI PUSKESAD

3.1 Sejarah Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat


Lembaga farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat atau yang dahulu
bernama Militaire Scheikundig Laboratorium (MSL), merupakan lembaga yang
didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1818 di Jakarta. Pada tanggal 28
Oktober 1928 pindah ke Bandung. Lembaga tersebut berfungsi sebagai tempat
pemeriksaan obat-obatan yang dibutuhkan oleh tentara Belanda. Pada tanggal 1
Juni 1950, dilaksanakan serah terima MSL berdasarkan telegrafisch order No.
13579 tanggal 8 Mei 1950 dari chiefgenerale staf van de nederlandse
strijdkratchten in Indonesia, yang menjadidasar dalam penetapan hari jadi Lafi
Ditkesad. Selanjutnya dengan SuratKeputusan Kapuskesad Nomor:
Skep/23/I/1997 tanggal 31 Januari 1997ditetapkan tanggal 1 Juni sebagai hari jadi
Lafi Ditkesad. lembaga ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan
dibagi menjadi dua bagian, yakni Laboratorium Kimia Tentara (LKT) yang
kemudian berkembang menjadi Laboratorium Kimia Angkatan Darat (LKAD)
dan Depot Obat Tentara Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat
Angkatan Darat (DOAD).
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Kesehatan Angkatan Darat No.
KPTS/61/10/IX/1960 tanggal 13 September 1960, terhitung mulai tanggal 8 Juni
1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi Lembaga Farmasi Angkatan Darat
(LAFI AD). Pada tanggal 15 Oktober 1970, LAFI AD dipisah kembali menjadi
dua bagian, yaitu:
1. LAFI AD, yang selanjutnya menjadi Lembaga Farmasi Jawatan Kesehatan
Angkatan Darat (LAFI Jankesad).
2. DOAD, yang selanjutnya menjadi Depot Peralatan Kesehatan (Dopalkes)
dan kemudian menjadi Depot Pusat Perbekalan Kesehatan Jawatan
Kesehatan Angkatan Darat (Dopusbekkes Jankesad).
Pada tahun 1985, LAFI Jankesad dan Dopusbekkes Jankesad disatukan
kembali menjadi LAFI Puskesad dan pada tanggal 1 April 2005, LAFI Puskesad
dipisah kembali menjadi LAFI Puskesad dan Gudang Pusat (Gupus) II Puskesad.

29
30

Pada awalnya, kegiatan produksi LAFI Puskesad dilakukan di Jalan Gudang Utara
No. 25 Bandung dengan luas tanah 6.562 m2 dan luas bangunan 3.382 m2.
Berdasarkan hasil evaluasi Direktur Jenderal Balai Pengawasan Obat dan
Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sarana fasilitas produksi di
tempat tersebut belum memenuhi persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB dan Surat
Keputusan Dirjen POM No. 544/A/SK/XII/1989 tentang penerapan CPOB. Oleh
sebab itu, pada tahun 1995 diajukanlah Rencana Induk Pembangunan (RIP) LAFI
Puskesad dengan lokasi di Jalan Gudang Utara No. 26 Bandung dengan luas tanah
12.152 m2 dan luas bangunan 6.087,25 m2.
Gedung baru LAFI Puskesad dirancang sesuai dengan persyaratan CPOB.
Pada tanggal 28 Februari 1996, RIP tersebut mendapat persetujuan dari Dirjen
POM Depkes RI dengan surat No. 02.01.2.4.96.665. Barulah pada tahun 1997
dimulai pembangunan sarana fasilitas LAFI Puskesad sesuai dengan RIP yang
sudah disetujui tersebut. Pada tahun 2000, LAFI Puskesad telah berhasil
mendapatkan empat sertifikat CPOB untuk sediaan antibiotik β-laktam,
selanjutnya pada tahun 2001 diperoleh satu sertifikat CPOB untuk sediaan serbuk
injeksi steril antibiotik β-laktam dan turunannya, serta pada tanggal 1 Juni 2006
diperoleh lima sertifikat CPOB untuk fasilitas non β-laktam yaitu sediaan tablet
biasa nonantibiotika, tablet salut non-antibiotika, kapsul keras non-antibiotika,
serbuk oral non-antibiotika dan cairan obat oral non-antibiotika. Saat ini (2015)
LAFI Puskesad hanya memiliki empat sertifikat CPOB untuk sediaan non β-
laktam yaitu untuk sediaan tablet biasa, kapsul keras, serbuk oral, dan cairan obat
luar non-antibiotika, sedangkan untuk sediaan tablet salut sudah disatukan dengan
sertifikat tablet biasa menjadi satu sertifikat, yaitu sertifikat tablet biasa dan tablet
salut non-antibiotika.

3.2 Visi dan Misi Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
31

Lembaga yang bertanggung jawab dalam menyediakan obat-obatan bagi


keperluan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Lafi Puskesad
memiliki visi dan misi sebagai berikut :
3.2.1 Visi
Menjadi salah satu lembaga produksi yang mampu memenuhi kebutuhan
obat bermutu bagi TNI dan masyarakat.
3.2.2 Misi
1. Mampu memenuhi kebutuhan obat DUKKES dan YANKES TNI-AD

2. Pusat Litbang dan informasi obat TNI-AD

3. Mampu menjadi mitra industri lain untuk memenuhi kebutuhan obat


Nasional

3.3 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Lafi Puskesad


Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad)
merupakan badan pelaksana Pusat yang berkedudukan langsung di bawah suatu
Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Puskesad). Tugas pokok dari Lafi Puskesad
yaitu membantu Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Puskesad) dalam
menyelenggarakan pembinaan dan melaksanakan produksi, penelitian dan
pengembangan obat dalam rangka mendukung tugas pokok pusat.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok di atas, Lafi Puskesad
menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan fungsi utama, meliputi :
a. Fungsi penelitian dan pengembangan
Termasuk dalam fungsi penelitian dan pengembangan yaitu
segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang penelitian dan
pengembangan produk, sistem metode dan personil dalam rangka
menyelenggarakan produksi obat.
b. Fungsi produksi
Termasuk dalam fungsi produksi yaitu segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan di bidang produksi obat.
c. Fungsi pengawasan mutu
Termasuk dalam fungsi pengawasan mutu yaitu segala
usaha, pekerjaan, dan kegiatan pemeriksaan fisika, kimia,
32

mikrobiologi terhadap bahan baku, bahan pendukung produksi,


pengawasan selama proses produk antara, produk ruahan dan
produk jadi.
d. Fungsi pemeliharaan
Temasuk dalam fungsi pemeliharaan yaitu segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan di bidang pemeliharaan dan perbaikan
peralatan produksi pengawasan mutu dan sistem penunjang.
e. Fungsi penyimpanan
Termasuk dalam fungsi penyimpanan yaitu segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan di bidang penerimaan, penyimpanan dan
pengeluaran bahan baku, bahan pendukung produksi, peralatan dan
obat jadi.
2. Melaksanakan Fungsi Organik Militer, meliputi:
Tugas pokok Lafi Puskesad dalam melaksanakan fungsi organik
militer yaitu segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan di bidang intelejen,
operasi, personal, logistik, teritorial, perencanaan dan pengawasan serta
pemeriksaan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Puskesad.
3. Melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan, meliputi:
Tugas pokok Lafi Puskesad dalam melaksanakan fungsi organic
pembinaan yaitu segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan di bidang latihan
kesatuan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Puskesad.

3.4 Struktur Organisasi Puskesad dan LAFI Puskesad

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Lafi Puskesad


33

KEPALA LEMBAGA

WAKA LEMBAGA

PA AHLI PA AHLI PA AHLI KABAG


MADYA MINLOG
JEMEN MUTU BIOTEKFI AMDAL

KASU TUUD

KAINSTAL KAINSTAL KAINSTAL KAINSTAL KAINSTAL


LITBANG PROD WASTU HAR DAN SIMPAN
SISJANG

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Lafi Puskesad

3.4 Lokasi, Fasilitas dan Sarana Penunjang LAFI Puskesad


Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad)
berlokasi di Jl. Gudang Utara No. 25-26 Bandung.Lafi Puskesad memiliki tempat
yang cukup luas dan memiliki bangunan-bangunan produksi yang memadai.Lafi
Puskesad memiliki beberapa gedung untuk melaksanakan fungsi produksi, yaitu :
a. Fasilitas gedung produksi non beta laktam.
b. Fasilitas produksi beta laktam.
c. Fasilitas produksi sefalosporin.
d. Fasilitas pengawasan mutu
Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad)
memiliki beberapa sarana penunjang kritis yang berperan dalam fungsiproduksi
obat-obatan di Puskesad, antara lain:
a. Sarana pengolahan air.
b. Sarana sistem udara bertekanan.
c. Sistem Tata Udara
d. Sarana sistem uap panas (Boiler Steam).
34

e. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

3.5 Produk LAFI Puskesad

Tabel 3.1. Daftar Produk Obat Lafi Puskesad


Bentuk sediaan Nama sediaan
Kaplet Amox 500 - Amoksisilin 500 mg
Floxad- ciprofloksasin 500 mg
Ponstad-asam mefenamat 500 mg
Yudhavit
Tablet Buscofiad
Clofenad - Na Diklofenak 50 mg
Dexad – Dexamethason 0,5 mg
Dextro 15 – dextrometorphan HBr 15 mg
Fimol – parasetamol 500 mg
Infenad – Ibuprofen 200 mg
Imodiad - Loperamida HCl 2 mg
Lafihistin - Mebhidrolin Basa 50 mg
Lafitens - Kaptopril 25 mg
Metron - Metronidazole 500 mg
Neo Lafimag
Neodiare - Atapulgit 600 mg
Neostopfluad
Neuralgad
Neurobiad
Solvonad – Bromheksin HCl 8 mg Sultrim

Kapsul Sangobiad
Sirup Amox 125 mg sirup kering
Lafidril DMP
Fimol 120 mg
Sultrim

3.6 Kualifikasi Tenaga Kerja LAFI Puskesad


Berdasarkan statusnya, personil Lafi Puskesad terdiri atas personil militer
dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kualifikasi dan data tenaga kerja tahun 2018
sebagai berikut:
35

Tabel 3.2. Kualifikasi dan data tenaga kerja


No Kualifikasi Militer PNS Jumlah
1 S3 Teknologi Farmasi 1 - 1
2 S2 Farmasi, Kesehatan, 2 - 2
Adm. Publik/Manajemen
3 Apoteker 4 - 4
4 SarjanaLain-lain 11 8 19
7 D3 Farmasi, Komputer, Sosial - 4 4
8 D3 Analis Medis/Kesehatan 3 2 5
9 D3 Keperawatan, Fisika, 4 - 4
10 Asisten
Rekam Apoteker 2 4 6
11 SPK / D4 KBID 2 1 3
12 SMAK Analis 3 2 5
13 SLTA(STM, SMEA, SMK) 6 1 2
14 SLTA(SMAN, MAN) 1 56 72
15 SLTP -5 35 30
16 SD - - -
Jumlah 5 9 1
3 5 4
3.7 Kegiatan LAFI Puskesad
Lafi Puskesad memiliki kegiatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi
produksi obat-obatan meliputi :
a. Kegiatan Bagian Administrasi dan Logistik (Bagminlog)
Pengadaan barang atau material di lingkungan Angkatan Darat
dilaksanakan berdasarkan Perpes No: 70 tahun 2012 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/JasaPemerintah yang isinya mengatur pengadaan barang atau material
dan jasa. Pengadaan barang dilakukan oleh Puskesad melalui pembentukan
Unit Layanan Pengadaan (ULP), kemudian Puskesad membentuk Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan yang bertugas memeriksa dan menerima keadaan
barang secara administrasi dan fisik, sedangkan uji kimia dan uji mutu
dilakukan oleh Instalwastu.
36

Perencanaan dan pengadaan barang untuk produksi obat Lafi Puskesad


dilakukan berdasarkan permintaan kebutuhan dari subditbindukes dan Sub
Pusat Pembinaan Pelayanan Kesehatan (Subditbinyankes) yang disusun
berdasarkan kebutuhan prajurit latihan, tujuan operasi dan rumah sakit
sandarannya.
Rencana pengadaan obat kemudian dibuat dengan melakukan penyesuaian
antara daftar kebutuhan obat dengan anggaran yang tersedia, selanjutnya
dianalisa dan dievaluasi oleh Subditbinyankes yang dilakukan setahun
sebelum pelaksanaan. Anggaran produksi berasal dari yankes tertentu non
BPJS yang bersumber dari dana APBN.

b. Pengadaan Bahan Baku Obat dan Bahan Kemas Obat


Hasil pengadaan Bahan baku dan bahan penunjang dikirim melalui
Gudang Pusat II Puskesad. Bahan baku dan bahan penunjang disimpan di
gudang transit. Bahan baku dan bahan penunjang produksi diperiksa oleh
tim komisi penerimaan barang yang dibentuk Puskesad. Tim komisi bertugas
memeriksa keadaan barang secara administrasi dan fisik sedangkan uji kimia
dan pengawasan mutu dilakukan oleh Instalwastu. Tugas dari tim komisi
adalah melakukan pemeriksaan, spesifikasi, kesesuaian jumlah yang
ditetapkan dalam kontrak pengadaan barang. Setelah barang lulus
pengawasan mutu maka dibuat Laporan Hasil Pengujian (LHP) dan Berita
Acara (BA) penerimaan. Barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
diminta atau tidak memenuhisyarat, maka barang akan dikembalikan
kepemasok untuk diganti, kemudian barang yang lulus administrasi dan
pengawasan mutu dikirim kegudang bahan produksi Gudang Pusat II yang
disertai dengan surat Perintah Penerimaan Material (PPnM).
Gudang Pusat II Puskesad merupakan gudang penyimpanan sementara
untuk peyimpanan bahan baku obat, bahan penunjang produksi, dan bahan
baku obat jadi. Gudang Pusat II memiliki 4 gudang utama,yaitu:
1. Gudang Transit
Gudang Transit merupakan tempat penyimpanan bahan baku awal
yangbaru dating dan akan dikarantina.
2. Gudang Perbekalan Kesehatan
37

Gudang Perbekalan Kesehatan adalah Gudang tempat disimpannya


material kesehatan yang telah jadi dari Lafi Puskesad.
3. Gudang Pengepakan
Gudang pengepakan merupakan Gudang yang bertugas mengepak
obat jadi atau material kesehatan sebelumdikirim ke Kesdam atau Rumah
Sakit Angkatan Darat sesuai Perintah Pengeluaran Materil (PPM).
4. Gudang Bahan Produksi
Gudang bahan produksi merupakan Gudang untuk menyimpan bahan
baku dan bahan penunjang produksi yang telah lulus administrasi oleh tim
komisi. Gudang bahan produksi terdiri dari Gudang bahan baku cair,
Gudang bahan baku padat, Gudang sejuk, Gudang bahan pengepakan,
dan gudang penunjang produksi.
c. Kegiatan Instalasi penyimpanan (Instalsimpan)
Kegiatan instalasi penyimpanan meliputi penerimaan, penyimpanan dan
pengeluaran bahan bakuobat, bahan pemdukung, obat jadi danalat untuk
produksi. Bahan pendukung yang dimaksud adalah pakaian personil,kain pel,
kain tanpa serat, desinfektan yang digunakan untuk membersihkan lantai dan
dinding. Peralatan yang disimpan di Instalasi penyimpanan adalah peralatan
yang berukuran kecil dan berupa cadangan (sparepart).
Barang dari rekanan tidak langsung diterima oleh Instalsimpan Lafi
Puskesad, tetapi diterima oleh Gudang Pusat II sesuai aturan penerimaan barang,
kemudian diperiksa secara administrasi, fisika, dan kimia oleh tim komisi.
Barang tersebut dapat dikeluarkan ke Lafi Puskesad yaitu ke Instalsimpan setelah
adanya Perintah Pengeluaran Material (PPM). Bila barang-barang tersebut telah
memenuhi syarat maka tim komisi akan mengeluarkan Berita Acara (BA).
Setelah ada PPM maka barang diserahkan terlebih dahulu ke Instalsimpan dan
secara resmi pertanggung jawaban barang telah beralih ke Instalsimpan yang
kemudian akan melakukan pencatatan di Card Deck sesuai jumlah barang yang
masuk. Barang-barang yang tersimpan di gudang Instalsimpan disusun
berdasarkan jenis dan sifat barang, barang yang kecil disimpan diatas rak
sedangkan barang dengan ukuran besar disimpan diatas pallet, barang yang
higroskopis dan termolabil disimpan digudang sejuk. Untuk pengeluaran barang
disesuaikan dengan jadwal produksi dan jumlahnya disesuaikan dengan Catatan
Pengolahan Bets dan Pengemasan, sedangkan system penyimpanan tidak
menggunakan First In First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO),karena
barang yang diterima oleh Instalsimpan adalah barang yang langsung di pakai
oleh Instalasi Produksi. Penyelenggaraan administrasi yang menyertai
penerimaan dan pengeluaran barang dari dan ke Instalasi Penyimpanan terdiri
dari:
1. Perintah Penerima Material (PPnM)
2. Perintah Pengeluaran Material (PPM)
3. Berita Acara Penyerahan Barang (BAPB)
4. Bukti Penyerahan (BP)

38
39

5. Surat Keluar Barang (SKB)


6. Kartu Gantung
7. Kartu Kendali
8. Buku Harian Penerimaandan Pengeluaran Barang
9. Buku Besar Penerimaandan Pengeluaran Barang
10. Nota Pengeluaran Materiil (NPM)
Instalsimpan mempunyai tiga gudang yang terpisah untuk materia lNon
Betalaktam, Beta laktamdan Sefalosporin. Material Non Betalaktam disimpan
diInstalsimpan yang memiliki ruang-ruang dengan duakelas yang berbeda
tingkat kebersihannya yaitu Kelas E adalah ruangan umum dan ruangan
khusus, memiliki efisiensi saringan udara sebesar 99.95% bila menggunakan
system resirkulasi ditambah make-upair (10-20%fresh air), danKelas G.
Kelas E terdiri dari ruang timbang, ruang staging yang digunakanuntuk
penyimpanan bahan baku obat yang sudah ditimbang, dan ruang sampling.
Kelas G terdiri dari ruang administrasi, gudang bahanbaku, gudang bahan
pendukung, gudang bahankemas, Gudang cairan, gudang sejuk untuk
menyimpan bahan baku obat dan bahan pendukung yang memerlukan
kondisi penyimpanan khusus, gudang obat jadi, dan gudang karantina obat.
Sebelumdilakukan proses produksi oleh petugas Instalsimpan dilakukan
pengambilan bahan baku dan bahan penunjang produks iyang
didokumentasikan pada Nota Pengeluaran Materiil (NPM) dengan proses
pemberian batch record lalu dilakukan penimbangan bahan, setelah
ditimbang bahan baku disimpan diruangan stagging kemudian petugas
produksi akan mengambil bahan baku tersebut diruang staging untuk
dilakukan proses produksi.
Instalasi Penyimpanan memiliki beberapa gudang yaitu gudang bahan
baku, gudang bahan pendukung, gudang bahan pengemas, gudang sejuk,
Gudang cairan. Bahan-bahan yang thermolabile disimpan digudang sejuk.
Gudang Insimpan merupakan kelas G (black area) yang jumlah partikelnya
tidak diperhitungkan.
Personil Instalsimpan juga melakukan proses penimbangan yang
dilakukan diruang kelas E (Greyarea). Hasil penimbangan disimpan di ruang
staging (kelas E) untuk memudahkan personil produksi mengambil bahan
dan meminimalisir kontaminasi yang berasal dari gerakan personil. Peralatan
yang digunakan di Instalsimpan diantaranya adalah timbangan dengan
kapasitas 5 kg, 10 kg, dan 310 gram serta timbangan digital dengan kapasitas
maksimal 60 kg.
Bahan-bahanyang sudah di timbang akan dibawa keruang produksi dan
mengalami proses pengolahan lebih lanjut sampai diperoleh produk jadi.
Instalwastu bertugas untuk meluluskan produk jadi sehingga produk jadi
tersebut dari Instalprod diserahkan kembali ke Instalsimpan dan
dilaporkan ke Minlog. Minlog membuat konsep surat Perintah Penerimaan
Material (PPnM) yang ditujukan kepada Gudang Pusat II, yang ditandatangani
oleh KA Puskesad untuk menerima produk jadi dari Lafi Puskesad.

d. Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu)


Pengawasan mutu merupakan bagian integral dari proses produksi obat.
Instalwastu bertanggung jawab terhadap setiap hal yang menyangkut kualitas
bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas
setelah obat didistribusikan. Instalwastu juga bertanggung jawab terhadap
kualitas lingkungan kerja seperti bangunan, ruangan dan peralatan, serta
fasilitas penunjang lainnya seperti pengendalian mutu air dan pemeriksaan
limbah. Pelaksanaan kegiatan di Instalwastu ditunjang oleh fasilitas instrument
Spektrofotometer, HPLC, Laminar Air Flow, Read biotic (pembaca hambatan
bakteri), Climatic Chamber, Dissolution Tester, serta berbagai fasilitas
penunjangl ainnya.
Kegiatan Instalwastu dimulai dari tahap persiapan, selama dan setelah
proses produksi yang merupakan suatu system yang saling terkait dan terus
berulang, beberapa kegiatan Instalwastu yaitu :
1. Penyusunan dan revisi spesifikasi bahan baku, bahan kemas, obat jadi
2. Melakukan pemeriksaan dan pengujian bahan baku,bahan kemas,
produk antara, produk ruahan, obat jadi, air, limbah secara fisika, kimia,
dan mikrob.
3. Pengambilan sampel
4. IPC selama proses produksi dan memberikan keputusan mengenai
diluluskan atau tidaknya hasil tahap produksi sampai hasil produk
5. Penanganan sampel pertinggal bahan baku dan obat jadi dengan
pembanding
6. Uji stabilitas untuk menetapkan masa edar dan penyimpanan
7. Validasi
8. Ikut sertadalam kegiatan inspeksi diri
9. Evaluasi produk kembalian
10. Memantauan produksi
11. Inspeksi ke ruang produksi melalui pemberian label status ruang produksi
dan alat
12. Rekomendasi giat tollin/toll out
13. Dokumentasi
14. Pelatihan personil waktu
15. Pemeliharaan alat, bangunan dan fasilitas di instal wastu.
Bangunan dari Instalasi Pengawasan Mutu terdiri dari :
a. Laboratorium kimia
b. Laboratorium mikrobiologi
c. Laboratorium fisika
d. Ruang instrument
e. Ruang timbang
f. Ruang pertinggal
g. ruang reagensia
h. Perpustakaan
i. Ruang staging

e. Kegiatan Instalasi Pemastian Mutu


Pemastian mutu harus berkoordinasi dengan pengawasan mutu dan kepala
bagian produksi untuk menghasilkan mutu secara konsisten sesuai tujuan
penggunaan yang telah ditetapkan dan tidak menimbulkan bahaya karena
tujuan pengobatan untuk memelihara, meningkatkan, mengobati suatu
penyakit.
Tugas dan tanggung jawab QA/ pemastian mutu yaitu audit
internal/eksternal, audit dan inspeksidiri. Pemastian mutu mengaudit mutu
internal dengan mengevaluasi pekerjaan ke semua unit kerja, sedangkan audit
mutu eksternal mengevaluasi terhadap pemasok bahan baku/bahan kemas, dan
inspeksidiri melakukan penilaian secara jujur terhadap kinerja perusahaan.
Pemastian mutu juga bertugas dalam penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan teknik evaluasi dan kajian setiap bets untuk meluluskan/menolak
produk jadi sehingga pemastian mutu harus mengkaji terhadap semua
dokumen terkait dengan proses pengemasan dan pengujian setiap bets
sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi.

f. Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang)


Peran litbang secara umum adalah mempertahankan system pencapaian
profit yang signifikan, litbang juga bertugas membuat inovasi produk lama
dengan tujuan agar produk lebih dikenal (melekat dimasyarakat) sehingga
profit dapat meningkat. Pelaksanaan kegiatan Installitbang dimulai dengan
pengajuan rencana penelitian dan pengembangan produk Lafi Puskesad yang
meliputi:
a. Mengevaluasi produk yang sudah ada dan mengembangkan produk baru
untuk dikembangkan sebagai produk Lafi Puskesad.
b. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat
terjadi perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya.
c. Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat
kembalian.
d. Penelitian dan pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka,
pengadaanbahan, penelitian skala laboratorium, skala pilot dan skala
produksi, kemudian dilanjutkan dengan validasi proses dan
pengawasan mutu produk yang dilakukan dengan bekerjasama dengan
Instalprod dan Instalwastu.
g. Kegiatan Instalasi Produksi (Instalprod)
Produk yang dihasilkan oleh Lafi Puskesad berupa produk ß-laktam dan
non ß-laktam. Obat-obatan yang diproduksi oleh Lafi Puskesad tidak
diregistrasi dan tidak diperdagangkan bagi masyarakat umum hanya untuk
ingkungan prajurit, PNS TNI AD beserta keluarganya, namun demikian proses
produksinya tetap dilaksanakan sesuai dengan Pedoman CPOB yang
dikeluarkan oleh Badan POM. Rencana produksi obat dibuat berdasarkan pada
banyaknya jenis obat yang diminta, jenis peralatan yang dimiliki (kapasitas
dan spesifikasi mesin), jumlah sumber daya manusia, dan jam kerja serta
waktu produksi yang tersedia. Ada tiga alur besar dalam proses produksi yang
meliputi alur proses, alur personil dan alur materil. Alur proses meliputi
kegiatan pengolahan dan pengemasan. Pengolahan dan pengemasan yang
dilakukan berdasarkan pada prosedur pengolahan induk dan prosedur
pengemasan induk. Prosedur pengolahan induk menjelaskan secara terperinci
pengolahan suatu produk dalam bentuk sediaan, kekuatan, dan ukuran bets
dimana segala macam alat yang digunakan ditulis. Sedangkan prosedur
pengemasan induk menjelaskan secara terperinci pengemasan suatu produk.
Seluruh proses pengolahan dan pengemasan yang sudah dilaksanakan dicatat
dan di dokumentasikan dalam catatan pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets.
Catatan (Batch Record) ini disusun oleh masing-masing Kasie produksi,
dikeluarkan oleh Kainstalprod, diperiksa oleh Kainstalwastu, disetujui oleh
Kapastitu, diketahui oleh Kainstallitbang dan diterima oleh Kainstal Simpan
kemudian didistribusikan. Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan
baku dan penyiapan bahan kemas yang akan digunakan dan dikeluarkan dari
Instalsimpan berdasarkan Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan
Bets untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan dari Instalsimpan
selanjutnya memasuki tahap pengolahan pada masing-masing seksi produksi.
Alur personil dimulai ketika personil hendak memasuki ruang produksi,
dimana personil harus melepas pakaiannya di loker kelas G dan menggantinya
dengan baju kelas G (Jas Lab). Lalu personil melewati koridor kelas G dan
memasuki ruang kerja kelas G atau F yang meliputi kegiatan (Pengemasan,
penyimpanan, pencucian, dsb). Jika personil ingin memasuki ruang kerja kelas
E untuk melakukan kegiatan (pengolahan mulai penimbangan sampai
pengemasan primer), personil terlebih dahulu memasuki loker kelas E untuk
mengganti jas lab dengan baju kelas E (Cover All). Kemudian memasuki
ruangInterlock/Airlock/ruang antaradan melewati koridor kelas E. Sedangkan
personil yang ingin memasuki ruang kerja kelas A, personil terlebih dahulu
melewati ruang kelas D, C, dan B dimana diantara dua ruangan yang
mempunyai tingkat kebersihan yang berbeda terdapat ruang antara.
Alur material bahan awal dari Instalsimpan ke Instalprod untuk diproses
dari bahan awal yang masih dikemas dalam kemasan sekunder yang berada di
Instalsimpan, dibawa ke ruang antara/interlock untuk dilepas kemasan
sekundernya dan dikeluarkan dari ruang antara oleh petugas Instalsimpan
kelas G. Kemudian bagian luar dari kemasan primernya dibersihkan oleh
petugas Instalsimpan kelas E dan barang masuk ke koridor kelas E. Kemudian
memasuki unit proses pengolahan kelas E (penimbangan sampai pengemasan
primer) dan dilakukan IPC untuk produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi. Sehingga dapat diputuskan apakah produk jadi dapat diluluskan atau
tidak. Jika lulus, maka Instalsimpan akan mengirimkan produk jadi ke Gupus
II untuk didistribusikan.
Berikut ini adalah uraian mengenai proses produksi pada masing-masing
seksi yang ada di Instalasi Produksi :
1. Seksi Sediaan Non Beta lactam
Seksi sediaan Non Beta lactam dikepalai oleh seorang kepala seksi yang
bertanggung jawab kepada Kainstalprod. Pada seksi sediaan Non Beta Laktam
dilakukan kegiatan produksi sediaan tablet biasa, tablet salut, kapsul keras,
sirup, semi solid, cairan obat luar. Kegiatan di seksi ini meliputi penimbangan,
pencampuran, pengeringan, granulasi, pencetakan, penyalutan, dan stripping.
Hasil dari seksi ini kemudian dikirim ke seksi kemas untuk dikemas.
1) Sediaan Tablet
Ruang produksi tablet terdiri dari ruang timbang, ruang stagging,
ruang cuci alat, ruang simpan alat, ruang muchilago, ruang campur,
ruang granulasi, ruang pengering, ruang FBD, ruang karantina ruah,
ruang produk antara, ruang cetak, ruang penyalutan, ruang karantina
salut, ruang pengemas primer, ruang pengemas sekunder, ruang IPC
dan ruang compactor. Ruangan-ruangan ini dilengkapi dengan lampu
penerangan yang memadai, sistem udara bertekanan dan lapisan
epoksi pada dinding dan lantai. Peralatan yang digunakan untuk
pembuatan tablet diantaranya adalah timbangan Digital Avery Weigh,
timbangan digital Mettler Toledo PL 303, Timbangan digital Sartorius
BP 310 P, timbangan Berkel type Matjam ZNX, panci double jacket
untuk pembuat muchilago dengan energi panas dari uap, panci dan
pengaduk stailess steel, mesin pencampur basah (super mixer), mesin
pencampur kering, oven pengering atau FBD, oscilating granulator,
mesin cetak Cadmach, mesin salut film, mesin kemas primer Hi-pack,
dan mesin slab Master Inpulse Sealer.Tablet yang diproduksi oleh
Lafi Puskesad adalah tablet biasa, tablet kunyah, dan tablet salut film,
dengan ukuran diameter 7.5; 10; 12; 13; 15 mm.
Metode pembuatan tablet yang biasa digunakan adalah metode
granulasi basah, dengan tahap sebagai berikut:

a) Proses penimbangan bahan baku


Proses penimbangan bahan baku dan bahan tambahan lainnya
dilakukan diruang kelas E dan ditimbang oleh personil
Instalsimpan.
b) Proses pembuatan bahan pengikat (mucilago)
Didihkan sejumlah tertentu aqua demineralisata didalam tangki
pemanas double jacket. Setelah mendidih masukan sejumlah
nipagin, aduk homogen. Lalu masukan gelatin, aduk homogeny
kemudian masukan amilum solani yang sebelumnya sudah
dikembangkan oleh aqua demineralisata sedikit demi sedikit.
Selanjutnya dilakukan pengadukan sampai terbentuk massa
bening.
c) Proses pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam
Bahan berkhasiat dicampurkan dengan fase dalam dan diaduk
sampai homogen. Saat mencampur lihat sifat bahan baku
seperti higroskopis, kristal, voluminus, dan lain-lain. Serta
dalam mencampur sedikit demi sedikit. Parameter yang harus
diperhatikan dalam tahap ini adalah saat pencampuran, jumlah,
putaran mesin, dan lama mencampur agar dihasilkan massa
yang homogen
d) Proses granulasi basah
Pada campuran bahan berkhasiat dengan fase dalam kemudian
ditambahkan sejumlah muchilago dan diaduk hingga
homogeny sampai terbentuk massa yang dapat dikepal.
e) Proses pengeringan
Massa yang telah diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven
dengan suhu ± 40-50oC selama 15 jam sampai terbentuk massa
setengah kering dengan kapasitas oven 500 kg. Parameter yang
harus diperhatikan pada tahap ini adalah suhu dan waktu
pengeringan.

f) Proses pengayakan
Massa setengah kering diayak dengan ukuran ayak tertentu,
tergantung dari jenis dan ukuran tablet.
g) Proses pengeringan
Massa yang telah di ayak dikeringkan kembali di oven atau
FBD dengan suhu dan waktu yang sama seperti pengeringan
sebelumnya sampai mencapai kadar air sekitar 2-5%
tergantung jenis tablet yang dibuat.
h) Proses pengayakan
Massa yang telah kering lalu diayak kembali dengan ukuran
ayakan mesh tertentu sampai diperoleh massa granul.
i) Pengawasan mutu
Terhadap granul yang telah dikeringkan dilakukan pengujian
mutu (IPC) yakni pemeriksaan kadar air.
j) Proses pembuatan massa cetak
Granul yang telah lulus uji mutu (IPC) kemudian dibuat massa
cetak dengan penambahan pelincir dan penghancur luar, lalu
diaduk hingga homogen.
k) Pengawasan mutu
Pada proses pembuatan massa cetak dilakukan pengawasan
mutu Periksa susut pengeringan massa cetak (Syarat : 90,0
%110,0%) dan Periksa keseragaman kandungan (Syarat
:maksimal 3 %).
l) Proses pencetakan tablet
Massa cetak yang telah lulus uji mutu kemudian dicetak
dengan mesin cetak tablet (Cadmach CMB) yang sebelumnya
telah disesuaikan dengan ukuran dan diameter tablet yang akan
dibuat. Selama proses pencetakan dilakukan pengawasan mutu
meliputi kekerasan tablet, ketebalan,keseragaman bobot tablet,
Kemudian hasil cetak tersebut dialirkan kedalam alat deduster
untuk menghilangkan debu/Fines yang masih ada pada
permukaan tablet. Parameter yang harus diperhatikan pada
tahap ini adalah kecepatan putaran dan tekanan
m) Pengawasan mutu
Selama pencetakan, dilakukan IPC diruang produksi yang
meliputi keseragaman bobot, kekerasan tablet, dan ketebalan
tablet sedangkan pengujian mutu oleh Instalwastu meliputi uji
waktu hancur, keregasan, diameter, ketebalan, kekerasan,
keragaman bobot tablet, kadar bahan aktif dan uji disolusi
untuk tablet tertentu pada hasil pencetakan. Sebelum dilakukan
pengawasan mutu, kemas hasil pencetakan dalam tong beralas
kantong plastik, tutup, beri penandaan yang jelas, timbang.
Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel untuk pengawasan
mutu.
n) Proses penyalutan
Pada proses penyalutan yaitu dengan mempersiapkan cairan
penyalut, dimana untuk 1 bets dilakukan 3 kali penyalutan.
Parameter yang harus diperhatikan adalah suhu frekuensi
penyemprotan, lubang penyemprotan, waktu penyemprotan,
jarak penyemprotan dan kecepatan pemutaran mesin.
Sedangkan untuk tablet yang tidak disalut, langsung dikemas
(stripping).
o) Pengawasan mutu
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap tablet salut
adalahPenampilan hasil coating, Waktu hancur, Keseragaman
bobot.
p) Proses stripping
Tablet salut ataupun tablet biasa yang telah lulus uji mutu,
distrip dengan menggunakan bahan pengemas polycellonium
sebagai kemasan primer, dengan suhu mesin ± 80°-100°C. Hal
yang perlu diperhatikan dalam proses penyetripan yaitu
sebelum digunakan sealingroller pada mesin stripping harus
dipanaskan terlebih dahulu. Suhu mesin tidak boleh terlalu
rendah karena akan menyebabkan kemasan tidak dapat melekat
satu sama lain dan juga tidak boleh terlalu tinggi karena akan
menyebabkanperlekatan yang buruk atau pelelehan pada
stripnya.
q) Pengawasan mutu
Pengujian mutu yang dilakukan terhadap hasil stripping berupa
pemeriksaan uji kebocoran strip. Tablet yang telah di strip
akandikirim ke Seksi Kemas untuk dikemas, lalu obat jadi
dikirimke Instalsimpan.
2) Sediaan Sirup
Didalam ruang produksi sirup terdiri dari ruang pencampuran,
ruangpengisian dan ruang pengisian alat. Peralatan yang digunakan
antaralain mixer, coloid mill, panci double jacket, drum stainless,
mesinpengisi sirup, penutup botol dan pemasangan etiket yang
merupakansatu rangkaian (in line process). Proses pembuatan sirup
adalah:
a) Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku dilakukan diruang kelas E dan
dikerjakan oleh personil instal simpan.
b) Pembuatan larutan gula pekat (Syrupus simplex)
Pembuatan larutan gula dilakukan dalam panci double
jacketdimana bahan baku dilarutkan dengan cara dipanaskan
menggunakan uap air.
c) Pencampuran
Zat aktif dan zat tambahan lain (zat pewarna dan zat pengawet)
yang telah ditimbang masing-masing dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai sampai larut sempurna, kemudian dicampur dengan
larutan gula pekat. Essence ditambahkan diakhir pencampuran
dan dalam keadaan dingin selanjutnya ditambahkan air sampai
tanda batas yang telah ditentukan sesuai dengan volume yang
diinginkan.
d) Pengawasan mutu
Pengujian mutu (IPC) dilakukan terhadap hasil pencampuran
yang terdiri dari uji homogenitas larutan, kadar zat aktif, pH,
viskositas dan berat jenis.
e) Pengisian, penutupan, dan labeling
Setelah lulus uji mutu maka dapat dilakukan pengisian,
penutupan dan pemberian etiket atau label. Proses tersebut
dilakukan dengan menggunakan mesin ban berjalan yang
bekerja secara semi otomatis. Pada proses ini di kontrol setiap
15 menit terhadap keseragaman volume, hasil penutupan, dan
pemasangan label.
f) Pengawasan mutu
Terhadap produk yang telah dikemas tetap
dilakukanpemeriksaan mutu yang meliputi keseragaman ini atau
volume, kadar zat aktif, pH larutan, dan bobot jenis. Setelah
lulus uji mutu, dilakuka proses pengemasan untuk kemudian
obat jadi diserahkan kepada bagian Instal Simpan.

3) Sediaan kapsul
Ruang produksi kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang
pengisian dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang
digunakan untuk pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin
pencampur, mesin pengisi kapsul, mesin polishing, dan mesin
strip.
Adapun alur proses produksi kapsul, yakni sebagai berikut:
a) Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas E umum
dan ditimbang oleh personil instal simpan.
b) Pencampuran/granulasi
Semua bahan yang telah ditimbang kemudian dicampur hingga
homogen. Bahan yang diisikan ke dalam cangkang kapsul ada
yang harus digranulasi terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat
alirnya sedangkan untuk bahan yang tidak digranulasi dapat
langsung diisikan ke dalam cangkakang kapsul.
c) Pengawasan mutu
Sebelum massa kapsul diisikan ke dalam cangkang kapsul,
harus dilakukan IPC (In Process Control) oleh Instalwastu
terlebih dahulu untuk diperiksa kadar zat aktifnya.

d) Pengisian kapsul
Massa kapsul yang telah diluluskan oleh Instalwastu diisikan
ke dalam cangkang kapsul. Selama proses pengisian, dilakukan
pengawasan mutu (IPC) terhadap keragaman bobot, kadar zat
aktif, dan waktu hancur kapsul dan uji disolusi untuk kapsul
tertentu.
e) Polishing
Sebelum dilakukan stripping, kapsul harus melewati proses
polishing terlebih dahulu untuk menghilangkan debu yang
menempel pada bagian luar cangkang kapsul.
f) Penyetripan
Setelah proses polishing, kapsul siap distrip dengan cara yang
sama seperti pada proses stripping tablet.
g) Pengawasan mutu
Terhadap hasil penyetripan dilakukan pengujian mutu (IPC),
yakni uji kebocoran strip. Kapsul yang telah lulus uji mutu siap
dikemas dan obat jadi dikirim ke Instalsimpan.
2. Seksi Sediaan Beta laktam.
Seksi sediaan Beta Laktam ini bertugas khusus memproduksi produk Beta
laktam. Fasilitas penunjang produksi seperti HVAC, serta layout ruangan
Beta laktam mengalami renovasi pada awal tahun 2016.
Rencana Induk Perbaikan (RIP) Beta laktam telah disetujui oleh Badan
POM dengan Nomor PW.01.05.331.02.16.10.18 pada tanggal 25 Februari
2016. Adapun yang perlu diperhatikan dalam proses produksi Beta laktam
adalah:
1) Gedung
Gedung produksi Beta laktam harus terpisah dengan gedung
produksi non Beta laktam. Pada gedung produksi Beta laktam di
Lafi Puskesad telah dilengkapi dengan sistem pengaturan udara
(Air Handling System) dan ruang penyangga (air lock), serta lantai,
dinding, dan langit-langit telah dilapisi oleh bahan epoksi.

2) Ruangan
Ruangan untuk produksi sediaan Beta laktam terdiri dari:
a. Ruang kelas E, merupakan ruang yang memiliki sistem tata
udara HVAC yang sudah di renovasi dan sudah dilaporkan ke
BPOM, yang terpisah dengan produk lain, digunakan untuk
proses produksi sediaan Beta laktam sampai kemas primer.
b. Ruang kelas F, merupakan ruang yang digunakan untuk
labelling dan kemas sekunder.
c. Ruang kelas G, merupakan ruang untuk gudang Bahan Baku
Obat (BBO) dan bahan kemas.
3) Kelas Kebersihan
Ruangan untuk produksi sediaan Beta laktam dapat dilihat pada
Sistem pengaturan udara (Air Handling System/AHS)
a) Untuk ruang kelas A adalah dengan sistem tertutup (closed
system), yaitu ruang di dalam cuhicle untuk pengisian serbuk
injeksi yang dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) dan
HEPA filter. Di ruang ini terdapat juga ruang antara yang
dilengkapi dengan air lock in dan air lock out.
b) Spesifikasi ruang kelas B hampir sama dengan kelas A, namun
ada penambahan udara segar (fresh air) sebanyak 10-20%. Hal
ini dimaksudkan karena ruangan kelas B merupakan ruang
kerja personil sehingga membutuhkan udara segar yang lebih
banyak.
c) Ruang kelas C dan D mengunakanfresh air.
d) Spesifikasi ruang kelas E, penambahan udara segar (fresh air)
sebanyak 10-20% dengan efisiensi saringan udara 99,95%,
suhu ruangan 20-27oC dan RH maksimum 70%.
e) Spesifikasi ruang kelas F, suhu ruang pengemasan sekunder
20-28oC.
f) Spesifikasi ruang kelas G, suhu ruang/suhu kamar
Secara umum, udara kotor didalam ruangan disedot melalui
grill outlet, kemudian disaring dengan beberapa filter yakni pre-
filter dan medium filter. Khusus untuk ruang kelas B ditambahkan
HEPA filter. Udara segar (air fresh) yang berasal dari luar ruangan
pun mengalami proses yang sama. Sebelum masuk kedalam
ruangan, udara segar yang telah disaring dan udara yang berasal
dari grill outlet yang juga telah disaring akan dicampur dan
melewati filter lagi sebelum akhirnya masuk ke ruangan melewati
grill inlet.
4) Personil
Setiap personil yang bekerja di ruang Beta laktam diharuskan
menggunakan pakaian khusus (cover all), lengkap dengan
perlengkapannya yang berupa masker, sepatu, dan sarung tangan
sesuai dengan tempat atau ruangan dimana personil melakukan
tugasnya. Sebelum dan setelah memasuki ruang pengolahan Beta
laktam, personil diharuskan untuk mandi dan melewati ruang
antara yang dimaksudkan untuk menghindari adanya partikel-
partikel Beta laktam yang keluar dari ruang produksi dan
menghilangkan partikelpartikel pengotor yang melekat pada
pakaian untuk mencegah kontaminasi lingkungan luar oleh partikel
Beta laktam.
3. Seksi Sediaan Sefalosporin.
Seksi sediaaan sefalosporin bertugas memproduksi sediaan sefalosporin.
Sediaan sefalosporin yang diproduksi adalah sediaan injeksi sefalosporin
generasi ketiga yaitu cefotaxim dan ceftriaxone. Adapun ruangan untuk
produksi sediaan injeksi sefalosporin terdiri dari:
1) Ruang kelas A, merupakan ruang di dalam cubicle untuk pengisian
serbuk injeksi yang dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) dan
HEPA filter.Di ruang ini terdapat juga ruang antara yang dilengkapi
dengan air lock in dan lock out dengan sistem tertutup (closed system).
2) Ruang kelas B, merupakan latar belakang kelas A. spesifikasi ruang
kelas B hampir sama dengan kelas A, terdapat penambahan udara
segar (fresh air) karena ruang kelas B merupakan ruang kerja personil
sehingga membutuhkan udara segar untuk bernapas.
3) Ruang kelasC, merupakan ruangan bersih untuk melakukan tahap
pembuatan produk steril dengan tingkat resiko lebih rendah.
Ruang antara untuk mengganti pakaian.
4) Ruang kelas D, antara lain ruang pencucian vial/ kemasan primer, dan
ruang penutupan vial.
5) Ruang kelas E, antara lain adalah ruangan untuk pengemasan
sekunder, adalah ruangan untuk gudang Bahan Baku Obat (BBO),
bahan kemas dan obat jadi.
6) Ruang kelas F, merupakan ruangan untuk pengemasan sekunder.
7) Ruang kelas G, merupakan ruangan gudang Bahan Baku Obat (BBO),
bahan kemas dan obat jadi.
4. Seksi Kemas.
Seksi kemas dijabat oleh seorang Apoteker yang bertanggung jawab
kepada Kainstalprod. Proses pengemasan dilakukan terhadap produk ruahan
tablet, kapsul, sirup dan cairan obat luar, sebagai berikut:
1) Pengemasan tablet dilakukan setelah proses stripping. Tablet yang
sudah distrip kemudian dipilih yang baik (tidak cacat) lalu dimasukkan
kedalam sak plasik dan dilengkapi dengan brosur dan selanjutnya di
seal. Tiap plastik berisi 25 strip dan tiap strip berisi 10 tablet. Hasil
seal kemudian dimasukkan ke dalam dus dan dilengkapi dengan
identitas produk. Isi tiap dus berbeda-beda sesuai dengan ukuran
diameter tablet yang dikemas. Untuk diameter tablet 6.5 – 7.5 mm 1
dus berisi 50 sak, untuk diameter tablet 10-13 mm 1 dus berisi 30 sak,
untuk diameter 15 mm pada kaplet 1 dus berisi 20 sak.
2) Pengemasan kapsul dilakukan setelah proses stripping dengan cara
yang sama seperti pada pengemasan tablet. Isi tiap dus adalah 30 sak
plastik, dimana tiap sak plastik berisi 25 strip dan tiap strip berisi 10
kapsul.
3) Pengemasan sirup, pengemasannya menggunakan dus, dimana tiap dus
berisi 36 botol untuk botol bervolume 60 ml, 25 botol untuk botol
bervolume 100 ml dilengkapi dengan sendok takar dan brosur.
4) Pengemasan cairan obat luar, pengemasan menggunakan dus, dimana
tiap dus berisi 36 botol untuk botol bervolume 60 ml, dan 10 botol
untuk bervolume 1 L.
h. Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang.
Instalasi pemeliharaan dan sistem penunjung terdapat beberapa kegiatan,
diantaranya yaitu :
1) Sistem Pengolahan Air
Air merupakan salah satu aspek yang kritis (vital) dalam pelaksanaan CPOB.
Hal tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah
besar, terutama untuk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan lain
sebagainya. Tujuan dari Sistem Pengolahan Air untuk produksi adalah
menghilangkan cemaran sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.
Sumber air yang digunakan oleh Lafi Puskesad berasal dari PDAM. Dipilih
PDAM karena air tersebut telah mengalami pengolahan terlebih dahulu,
tetapi kelemahannya terjadi ketidakstabilan karena untuk proses
pengolahannya PDAM menggunakan klor. Tidak digunakan air tanah karena
air tanah mengandung mineral-mineral yang harus diolah terlebih dahulu
untuk menghilangkan kandungan mineral tersebut.
Air PDAM yang digunakan untuk proses produksi harus mengalami beberapa
pengolahan, dengan tujuan sebagai berikut :
a) Menghilangkan kekeruhan dan partikel untuk mencegah
pengotoran pada membran dan peralatan.
b) Menghilangkan kesadahan dan logam : untuk mencegah terjadinya
kerak pada pengolahan akhir.
c) Menghilangkan pengotor senyawa organik dan mikroorganisme.
d) Mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dan menghilangkan
senyawa kimia pengendali mikroorganisme untuk mencegah
degradasi pada pengolahan akhir.

Pengolahan air umumnya mengalami beberapa tahap penyaringan, antara lain :


a) Raw Water
Berasal dari air tanah, sumur dan PDAM. PDAM dipilih sebagai
sumber air karena kandungan air tanah masih banyak mengandung
logam. Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu ditampung
pada tangki yang tertanam di dalam tanah (ground tank), ground
tank terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
d. Bagian satu untuk mensuplai kebutuhan personil dan kamar
mandi.
e. Bagian dua untuk keperluan mencuci alat dan keperluan di
βlaktam.
f. Bagian tiga untuk mensuplai pre-treatment air demineralisata.
Ketiga bagian dipisahkan dengan sekat agar terjadi pengendapan,
kemudian dialirkan melalui pipa ke dalam suatu alat filtrasi. Groundtank
di Lafi Puskesad berukuran 18x6 x 3 m3 yang terbagi dalam tiga bagian.
b) Sand Filter
Sand filter digunakan menyaring secara fisik untuk menghilangkan
lumpur, endapan dan menyaring partikel-partikel pada raw water
menggunakan pasir silika yang terbawa oleh air selama pengolahan
air di PDAM. Pada proses filtrasi melalui sand filter terjadi proses
filtrasi ulang melalui filter yang sama (back wash) selama 15-20
menit kemudian dilakukan sampling hasil filtrasi, meliputi pH,
warna, kejernihan, dan bau. Alur proses sand filter.
c) Saringan Penjerat
Saringan penjerat berfungsi untuk menjerat karbon yang terbawa
oleh alira air.
d) Resin Kation (double bedresin cation)
Resin kation berfungsi untuk menghilangkan ion-ion positif pada
air dan kemudian akan digantikan dengan ion hydrogen.
e) Resin Anion (double bedresin anion)
Resin anion berfungsi untuk menghilangkan ion-ion negatif dan
ditukar dengan ion hidroksida, sehingga menghasilkan air dengan
kandungan Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari 8 ppm dan
silikakurang dari 0,1 ppm. Alur proses cation-anion exchanger.
f) Air demineralisata ditampung dalam tangki penampung untuk
dialirkan ke ruangan-ruangan produksi untuk digunakan sesuai
dengan keperluan. Proses penyimpanan aqua demineralisata.

Gambar 3.3 Water Treatment Plant LAFI Puskesad

Gambar 3.4 Water Treatment System LAFI Puskesad

2) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan
di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Puskesad berasal dari proses produksi
dan proses pengujian yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair. Pada
produksi obat Non beta laktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan
menggunakan dust collector dimana limbah berupa debu disedot dari ruang
produksi dengan blower kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung
dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses penyalutan tablet, terlebih
dahulu diolah dengan air washer. Sedangkan limbah cair produksi Non β-
laktamlangsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tanpa
mengalami proses destruksi larutan NaOH 0,1N. Pada produksi beta laktam,
pengolahan limbah terlebih dahulu diolah melalui air washer, dimana limbah
padat (berupa debu) disedot oleh blower dari ruangan yang berdebu seperti
ruangan strip, isi kapsul, cetak, coating, campur, dan ruang isi sirup kering,
kemudian disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di
bak penampungan. Air dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi dengan
dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin β-
laktamdengan menggunakan larutan NaOH 0,1N yang diteteskan secara
otomatis sampai diperoleh pH 9, lalu kembali dinetralkan dengan pemberian
HCl. Selanjutnya, limbah hasil produksi β-laktamdialirkan ke IPAL untuk
dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan limbah menggunakan cara
fisika, mikrobiologi, dan kimia. Cara fisika dilakukan dengan cara
mengendapkan kotoran pada bak sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan
menambahkan koagulan PAC (Poly Alumunium Chloride) pada bak koagulan
dan flokulan polimer anionik pada bak flokulasi. Sedangkan cara mikrobiologi
dilakukan pada bak aerasi dengan cara mengembangbiakkan bakteri aerob di
dalamnya agar dapat menghancurkan zat organik. Untuk menjaga
pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk
bakteri serta blower yang memompa oksigen. Proses ini dilaksanakan selama
1824 jam sesuai kebutuhan.
Tahapan pengolahan air limbah di IPAL Lafi Puskesadmeliputi beberapa
tahap sebagai berikut :
a) Bak Sedimentasi Awal
Air limbah yang masuk dari produksi Β-laktam(dari bak destruksi)
maupun Non beta laktam, dan laboratorium pengawasan mutu
akan ditampung dalam bak penampung, kemudiannya kotorannya
diendapkan dalam bak penampung/sedimentasi awal. Dari bak ini
air mengalir ke bak pengendapan / sedimentasi pertama.
b) Bak Sedimentasi Pertama
Pada tahap ini terjadi pengendapan kembali, didalam bak ini
terdapat sekat-sekat yang menghambat laju aliran air sehingga
reaksi pengendapan berlangsung lama dan kotoran dapat terhenti
oleh sekat-sekat tersebut. Air limbah dari bak ini mengalir ke bak
ekualisasi.
c) Bak Ekualisasi
Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi
jumlah air kotor yang tidak merata, yaitu pada jam kerja dan di
luar jam kerja. Bak ini juga disertai dengan pengaduk untuk
mengaduk bahan-bahan agar tidak mengendap.
d) Bak Aerasi (Aeration Tank)
Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa
secara kontinyu. Bak aerasi ini terdapat bakteri aerob yang berguna
untuk menghancurkan zat-zat organik. Bak ini dilengkapi dengan
aerator untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah. Selain itu
didalam bak ini terdapat pengaduk yang berfungsi untuk
mengaduk air limbah sehingga bakteri menyebar merata dan
menjaga agar keseluruhan air limbah mengalami kontak langsung
dengan bakteri. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan
pupuk urea/NPK sebagai nutrisi untuk bakteri dan penjernih air
limbah. Pada bak ini terdapat 2 alat defuser yang berfungsi untuk
mengurangi pengendapan. Defuser pertama berfungsi untuk
mengalirkan air limbah ke bak selanjutnya (bak Clarifier) disebut
diffuser tidak aktif, sedangkan diffuser aktif berfungsi untuk
menarik kembali endapan lumpur dari bak Clarifier. Ciri-ciri air
limbah yang bersih di bak aerasi yaitu berwarna coklat jernih.
e) Bak Sedimentasi Kedua/Bak Clarifier
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak clarifier. Dalam
bak ini hanya terjadi proses pengendapan. Bak berbentuk kerucut
di bagian bawah untuk menampung endapan.
f) Bak Koagulasi
Air dari bak clarifier masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam bak
ini ditambahkan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dengan
menggunakan dozing pump yang disertai dengan pengaduk
balingbaling. Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu
50 kg PAC dalam 1000 L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai bak
penampung koagulan dan terjadi proses kimia.
g) Bak Flokulasi
Dari bak koagulasi air dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi
untuk mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam bak
ini ditambahkan polimer anionik sebagai flokulan dengan
konsentrasi 0,5 kg polianionik dalam 1000 L air. Pada bak
flokulasi, air yang sudah jernih mengalir ke bak kontrol melalui
bidang yang miring ke satu arah untuk menahan endapan dan
partikel-partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari
bak flokulasi. Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak
flokulasi mengalir ke bak kontrol, sedangkan endapan yang masih
terbawa akan mengendap dan masuk ke bak sedimentasi ketiga
yang merupakan bak pengendapan akhir.
h) Bak Bidang Miring
Bak bidang miring merupakan bagian dari bak flokulasi. Bak
bidang miring ini menahan endapan dan partikel-partikel lain yang
masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi. Melalui bidang
miring ini, air jernih pada bak flokulasi mengalir ke bak kontrol,
sedangkan endapan yang masih terbawa akan mengendap dan
masuk ke bak sedimentasi ketiga (bak pengendapan akhir).
i) Bak Sedimentasi Ketiga (bak pengendapan akhir)
Dari bak flokulasi, air yang masih mengandung endapan dialirkan
ke dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian
bawah bak. Pada bak ini diberi karung dan serabut yang berfungsi
sebagai penyaring untuk menampung endapan, sedangkan air yang
lebih jernih masuk ke dalam bak penampung cairan.
j) Bak Penampung Cairan
Dari bak ini air yang kemungkinan masih mengandung endapan
dialirkan ke bak sedimentasi pertama untuk dilakukan pengolahan
kembali sampai limbah tersebut benar-benar bersih dari senyawa
kimia yang berbahaya.
k) Bak Kontrol
Air yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan
sebagai kontrol biologi. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen
Demand), TDS (Total Dissolve Solid), dan pH( 6-9 ) dari air yang
terdapat dalam bak kontrol ini, jika hasilnya memenuhi persyaratan
maka air dapat dibuang ke saluran umum menggunakan klep agar
air dari saluran umum tidak masuk.
3) Air Handling System(AHS)
Heating Ventilating and Air Conditioning (HVAC) atau Air Handling
System (AHS) adalah sistem pengaturan udara yang berfungsi
mengkondisikan udara dalam ruangan produksi yang dilengkapi dengan
sarana pengatur suhu dan kelembaban. Parameter ini dapat mempengaruhi
kualitas produk dari industri farmasi, selain itu juga terdapat parameter
lainnya antara lain air change (pertukaran udara), tekanan udara, kontaminasi
mikroba dan cemaran partikel. Tujuan dari sistem ini adalah untuk
menyediakan aliran udara kering dan dingin yang bersih untuk tiaptiap
ruangan produksi. Pada ruang Kelas D terdapat prefilter dan medium filter,
sedangkan pada ruangan Kelas C dan B terdapat prefilter, medium filter dan
HEPA filter, pada ruang Kelas A selain terdapat prefilter, medium filter dan
HEPA filter juga dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow). Pada ruang
produksi tablet dan sirup kering tekanan udara ruangan akan lebih negatif dari
tekanan udara pada ruang koridor. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kontaminasi debu, karena aliran udara bergerak dari tekanan yang tinggi ke
yang lebih rendah. Pada ruang produksi beta laktam, tekanan udara di dalam
ruang produksi harus lebih rendah daripada koridor supaya tidak terjadi
pencemaran partikel β-laktamke daerah koridor yang dilewati personil.
Berikut pengendalian udara di beberapa ruang produksi Lafi Puskesad :
a) Pengendalian udara di ruang Kelas A
Ukuran partikel : ≥ 0,5 μm maksimum 100/feet3
Relative humidity : < 40 %
Filter : Primer filter (efisiensi 30 - 60 %)
Secondary filter (efisiensi 80 – 95 %)
HEPA filter(efisiensi 99,995 %)
Sirkulasi udara : > 120 kali per jam
b) Pengendalian udara di ruang Kelas B
Ukuran partikel : ≥ 0,5 μm maksimum 100/feet3
Relative humidity : 45 – 50 %
Filter : Secondary filter (efisiensi 80 – 95 %)
HEPA filter (efisiensi 99,995 %)
Sirkulasi udara : > 20 kali per jam
Asal udara : Fresh air 10 % dan sirkulasi 90 %
c) Pengendalian udara di ruang Kelas C
Ukuran partikel : 0,5 μm maksimum 10.000/feet3
Relative humidity : 50 – 60 %
Filter : Primer filter (efisiensi 30 - 60 %)
Secondary filter (efisiensi 80 – 95 %)
Sirkulasi udara : < 20 kali per jam
Asal udara : Fresh air
d) Pengendalian udara di ruang Kelas D
Ukuran partikel : ≥ 0,5 μm maksimum 100.000/feet3
Relative humidity : 40 – 60 %
Filter : Secondary filter (efisiensi 75 %)
HEPA filter (efisiensi 99,95 %)
Sirkulasi udara : > 20 kali per jam
Asal udara : Fresh air 100 % dan sirkulasi 10-20 %
e) Pengendalian udara di ruang Kelas E
Ukuran partikel : ≥ 0,5 μm maksimum 100.000/feet3
Relative humidity : max 70 %
Filter : Secondary filter (efisiensi 75 %)
HEPA filter (efisiensi 99,95 %)
Sirkulasi udara : > 20 kali per jam
Asal udara : Fresh air 100 % dan sirkulasi 10-20 %

Gambar 3.5 Sistem Udara Bertekanan LAFI Puskesad


Gambar 3.6 Sistem Tata Udara Ruang Produksi Sefalosporin LAFI
Puskesad
Sistem tata udara secara umum yaitu suplai udara dalam sistem tata udara
berasal dari udara luar (udara terbuka) dikenal istilah fresh air. Volume fresh air
yang masuk ke sistem ditentukan oleh volume dumper yang telah terpasang.
Udara tersebut disaring pada saringan pertama/prefilter yang mampu menangkap
partikel yang berukuran ≥ 1 µm. Udara tersebut akan disaring kembali untuk yang
kedua kalinya oleh medium filter yang mampu menangkap partikel yang
berukuran ≥ 0.5 µm. Selanjutnya oleh Cooling Coil udara tersebut diatur suhunya
sesuai dengan yang dikehendaki. Tahap selanjutnya udara akan melewati Heating
Coil yang berfungsi untuk mengatur kelembaban sesuai dengan yang dikehendaki.
Udara yang sudah terkondisi tersebut akan dihembuskan oleh Fan Coil ke kelas
D. Fan Coil berfungsi sebagai pengatur jumlah sirkulasi udara (air change) yang
dalam kerjanya dikombinasikan dengan sistem damper. Udara bersih yang
dihembuskan ke kelas D 100 % berasal dari fresh air yang diproses. Suplai udara
untuk ruang kelas A dengan B merupakan udara recycle yang bersirkulasi terus
menerus melalui filter-filter yang digunakan. Untuk mencukupi suplai oksigen di
kelas A dan kelas B, dimasukkan udara segar melalui damper yang dapat
mencukupi suplai oksigen ± 20%. Sistem ini dibuat dengan proses pengolahan
seperti aliran udara untuk kelas D kemudian langsung disalurkan melewati HEPA
filter ke kelas A, B dan C.
Gambar 3.7 Sistem HVAC di Lafi Puskesad
.
4) Higiene dan Sanitasi Ruangan
7
a) Higiene Perorangan
Karyawan yang bekerja di bagian produksi harus sehat jasmani dan
rohani. Untuk itu dilakukan pembinaan kesehatan jasmani dalam
bentuk olahraga setiap minggunya dan pemeriksaan rutin setiap
enam bulan atau dua belas bulan sekali. Karyawan yang sedang
menderita flu, diare, sakit kulit dan penyakit menular lain tidak
boleh memasuki ruang produksi. Setiap akan memasuki ruang
produksi, personil harus mencuci tangan terlebih dahulu sesuai
dengan protap higiene karyawan. Setiap karyawan β-laktamdan
sefalosporin yang memasuki ataupun keluar dari ruang produksi
wajib mandi terlebih dahulu, mencuci tangan dan higiene tangan
dengan menggunakan alkohol untuk membersihkan
partikelpartikel yang menempel pada tubuh maupun pakaian.
Dalam proses produksi karyawan menggunakan pakaian khusus
untuk produksi yang dilengkapi dengan masker, penutup kepala,
alas kaki dan sarung tangan. Prosedur higiene juga berlaku bagi
non karyawan misalnya pemimpin perusahaan, inspektur dan
pengunjung. Merokok, makan, minum, hanya dilakukan ditempat
yang diperbolehkan.
b) Sanitasi Alat dan Ruangan
Prosedur kerja disesuaikan protap untuk pembersihan seperti
membersihkan ruangan produksi serta membersihkan mesin dan
peralatan produksi lainnya. Pembersihan dilakukan sebelum dan
sesudah proses produksi. Alat dan ruangan yang sudah dibersihkan
tetapi tidak langsung digunakan memiliki jangka waktu ± satu
minggu untuk dapat digunakan kembali tanpa perlu pembersihan
ulang dengan catatan alat dan ruangan tersebut tertera label bersih
dari QC. Jika lebih dari satu minggu dilakukan pembersihan ulang
sesuai protap. Sanitasi untuk alat dan ruangan mengunakan alkohol
70% sebagai desinfektan dan air.
c) Kualifikasi Operasional Sistem Udara Bertekanan
Pada bulan Maret 2016 dilakukan kualifikasi operasional sistem
udara bertekanan di ruang produksi beta laktam. Kualifikasi
operasional dilakukan setelah dilaksanakannya kualifikasi instalasi.
Tujuan dari kualifikasi operasional adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah
diinstalasi bekerja atau beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan. Sasaran atau target dari pelaksanaan kualifikasi
operasional adalah :
i. Memastikan bahwa sistem atau peralatan bekerja sesuai
rencana desain dan spesifikasi.
ii. Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara
aktual dan operasional telah sesuai dengan rencana desain
yang telah ditentukan.
iii. Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak
pada kualitas produk akhir telah bekerja sesuai dengan
rancangan desain yang telah ditentukan.
iv. Memastikan bahwa langkah operasi berdasarkan petunjuk
operasional telah sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam
operasi secara berurutan.
Kualifikasi operasional sistem udara bertekanan di ruang
produksi non β-laktamdilakukan dengan penilaian tiga parameter,
yaitu penilaian kelembaban udara, penilaian jumlah partikel dan
penilaian kandungan uap minyak dari udara bertekanan. Lafi
Puskesad memiliki sistem udara bertekanan yang dilengkapi
dengan Desicant Air Dryer. Pengujian kelembaban udara
dilakukan dengan menggunakan Dew Poin Meter dimana hasil dari
pengujian kelembaban harus menunjukkan hasil yang negatif
karena dengan penggunaan Desicant Air Dryer diharapkan tidak
ada kandungan air yang ikut bersama udara. Dengan kata lain,
udara yang dihasilkan harus benar-benar kering dan bebas dari
kandungan air.
Penilaian selanjutnya adalah jumlah kandungan minyak
pada udara bertekanan.Pengujian dilakukan dengan menggunakan
alat yang disebut dengan Oil Vapor Sensor dan dihubungkan
dengan Data Logger. Lafi Puskesad menggunakan kompresor
bebas minyak untuk pengaturan udara bertekanan, sehingga pada
pengujian kandungan minyak hasil standartnya adalah kurang dari
atau sama dengan 0,5 mg/m2.
Penilaian yang ketiga adalah penilaian terhadap jumlah
partikel yang terkandung dalam udara bertekanan.Syarat jumlah
partikel pada udara bertekanan sesuai dengan syarat jumlah
partikel ruangan yang dipersyaratkan oleh CPOB.

Non Operasional Operasional


Ruang
Jumlah maksimum partikel per m3 yang diperbolehkan
Kelas
≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 29
C 352.000 2.900 3.520.000 2.900
D 3.520.000 29.000 - -

Tabel 3.3. Persyaratan Jumlah Partikel Ruangan Sesuai CPOB

Penilaian jumlah partikel dilakukan dengan alat Particle Counter yang


dihubungkan dengan Data Logger.Data Logger digunakan untuk membaca
hasil dari pengukuran jumlah partikel.
d) Kualifikasi Instalasi Mesin Produksi Ruangan Non Beta Laktam Lafi
Puskesad melakukan Kualifikasi Operasional untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau perawatan mesin produksi yang
diinstalasi bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pelaksanaan
Kualifikasi Operasional sebagai tes mesin atau peralatan produksi.
Kualifikasi Operasional ini dilakukan setelah pemasangan instalasi mesin.
Pengecekan kualifikasi operasional terdiri dari uji simulasi dengan kondisi
operasi mesin dan batas / limit yang masih dapat disetujui. Contohnya
pengecekan rpm dari mesin tersebut apakah sesuai dengan spesifikasi. Lafi
Puskesad melakukan Kualifikasi Operasional bertujuan untuk memastikan
bahwa sistem peralatan bekerja sesuai rencana desain dan spesifikasi,
kapasitas mesin atau peralatan secara actual dan operasional telah sesuai
dengan rencana design yang telah ditentukan, parameter operasi yang
berdampak terhadap kualitas produk akhir telah bekerja sesuai dengan
rancangan design yang telah ditentukan dan memastikan bahwa langkah
operasi (urutan tata cara kerja) berdasarkan petunjuk operasional.
e) Kualifikasi Operasional Mesin Produksi Ruangan Non Beta Laktam
Kegiatan Kualifikasi Instalasi yang dilakukan di Lafi Puskesad yaitu
melakukan pemeriksaan komponen-komponen pada alat dan memeriksa
alat tersebut sesuai atau tidak dengan yang ditetapkan.Pada Kualifikasi
Instalasi panduannya adalah dari buku panduan.Kualifikasi operasional
dilakukan dengan menghitung RPM dari mesin dengan menggunakan alat
Testo 400. Kualifikasi Instalasi adalah dokumentasi yang memverifikasi
bahwa seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai
dengan tujuan desainnya dan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh
indstri pembuat.Kualifikasi Instalasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem
dan peralatan.Tujuan Kualifikasi Instalasi adalah untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai
dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat
yang bersangkutan dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan.

f) Observasi Sistem Dokumentasi


Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dari
sebuah organisasi perusahaan. Dokumentasi di Lafi Puskesad meliputi:
i) Dokumentasi seluruh pedoman yang berkenaan dengan aktifitas
Lafi Puskesad dengan pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga
produksi obat yang dituangkan dalam Prosedur Tetap (protap)
yang meliputi bidang personalia, administrasi dan logistik,
operasional peralatan dan instalasi umum, sanitasi dan higiene,
prosedur operasional dan perawatan alat, prosedur pembersihan
alat atau ruangan, kalibrasi dan validasi, spesifikasi bahan,
prosedur pengolahan dan pengujian, metoda, dan instruksi serta
protapprotap lain yang diperlukan.
ii) Dokumen seluruh proses pembuatan obat yang dituangkan dalam
dokumen produksi induk yang diturunkan antara lain menjadi
Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets (Batch
Record) meliputi spesifikasi, prosedur, metode dan instruksi,
catatan dan laporan selama proses produksi berlangsung mulai dari
penimbangan sampai pengemasan yang menggambarkan riwayat
lengkap dari bets obat yang diproduksi.
iii) Dokumentasi untuk setiap pengambilan sampel dan bahan uji, baik
bahan baku, bahan setengah jadi, produk ruahan maupun obat jadi
serta hasil pengujiannya.
iv) Dokumen untuk setiap obat yang telah diluluskan oleh Instalasi
Pengawasan Mutu dan telah didistribusikan.
v) Dokumentasi juga dilakukan untuk segala aktifitas yang berkenaan
dengan perbaikan, pemantauan, dan pengendalian, misalnya
lingkungan, perlengkapan, peralatan, dan personalia.
vi) Dokumentasi tentang spesifikasi, bahan awal, produk antara,
produk ruahan, dan obat jadi.
vii) Seluruh dokumen di atas dikelola dan disimpan oleh Pemastian
Mutu.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Kegiatan Lafi Puskesad


Lembaga Farmasi Pusat Angkatan Darat disingkat Lafi Puskesad adalah
pelaksana pusat kesehatan yang berkedudukan langsung dibawah Kepala Pusat
Kesehatan Angkatan Darat dalam menyelenggarakan pembinaan dan
melaksanakan produksi, penelitian dan pengembangan obat dalam rangka
mendukung tugas pokok pusat kesehatan angkatan darat. Lafi Puskesad dituntut
untuk menghasilkan obat yang bermutu tinggi, aman dan berkhasiat walaupun
obat yang diproduksi hanya dipakai untuk prajurit TNI.
Kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
ini meliputi pemahaman dari setiap aspek CPOB yang diterapkan oleh Lafi
Puskesad dengan melakukanobservasi dan diskusi dengan pembimbing ataupun
personalia di Lafi Puskesad, baik kepala instalasi, supervisor dan staf maupun
operator. Mahasiswa juga diberikan materi singkat mengenai Lafi Puskesad,
struktur organisasi, peran dan fungsi dari masing-masing instalasi yang ada di
Lafi serta sarana penunjang yang digunakan serta diberikan tugas khusus untuk
meningkatkan pemahaman tersebut sesuai dengan kegiatan yang sedang
berlangsung di Lafi Puskesad.
Lembaga Farmasi Pusat Angkatan Darat saat pelaksanaan PKPA
berlangsung sedang memenuhi persyaratan CPOB untuk sediaan injeksi
sefalosporin dan resertifikasi CPOB untuk sediaan kapsul keras, kaplet dan
tablet, serta dry sirup dan kaplet ß-laktam penisilin. sertifikasi baru CPOB untuk
sediaan tablet dan tablet salut, kapsul keras, dan serbuk oral non ß-laktam.
Persyaratan CPOB yang dipenuhi oleh Lafi Puskesad meliputi 12 aspek antara
lain manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan
higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan
keluhan terhadap obat dan penarikan kembali obat jadi serta obat kembalian,
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, dokumentasi serta validasi dan
kualifikasi.
4.2 Penerapan Aspek CPOB Lafi Puskesad
Usaha-usaha dalam pemenuhan persyaratan CPOB terus dikembangkan
oleh Lafi Puskesad mencakup :
4.2.1 Manajemen Mutu
Manajemen mutu di Lafi Puskesad dilakukan oleh Pemastian Mutu
(Pastitu) dan Instalasi Pengawasan mutu (Instalwastu). Instalasi Pengawasan
Mutu dan Instalasi Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
pembuatan obat sesuai dengan penggunaannya, memenuhi persyaratan dalam
dokumen registrasi (izin edar), tidak menimbulkan resiko, bermutu tinggi dan
efektif. Pelaksanaan sistem mutu Lafi Puskesad (Pastitu) dimpimpin oleh seorang
apoteker. Pemastian mutu belum terstruktural, hanya sebatas organisasi
fungsional, namun sudah menerapkan pedoman CPOB dalam memastikan bahwa
desain dan pengembangan obat yang dilakukan dengan cara yang memperhatikan
persyaratan CPOB, semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara
jelas, dan pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses,
pengemasan dan pengujian bets dilakukan sebelum mengesahkan pelulusan
produk jadi untuk dapat didistribusikan.
Dalam menjamin mutu suatu produk jadi, pemastian mutu tidak hanya
mengandalkan pelulusan dari serangkaian pengujian, tetapi mutu obat harus
dibangun sejak awal terhadap produk tersebut karena mutu obat sangat
dipengaruhi oleh proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan dan
peralatan yang dipakai serta semua personil yang terlibat dan dibuat dalam
kondisi yang dikendalikan serta dipantau dengan cermat agar obat yang
dihasilkan dapat memenuhi persyaratan. Lafi Puskesad tidak memiliki izin edar
sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat diedarkan selain di lingkungan TNI
AD.
Tugas-tugas yang sudah dilakukan antara lain :
a. Memastikan langkah produksi dan pengawasan dengan melihat catatan
pengolahan bets dan catatan pengemasan bets dalam pelulusan produk
jadi.
b. Pengawasan terhadap IPC serta validasi
c. Melaksanakan inspeksidiri untuk setiap Instalasi /bagian di Lafi Puskesad
serta audit mutu.
d. Mengesahkan prosedur tetap.
e. Penanganan terhadap penyimpangan
f. Penanganan terhadap perubahan
g. Menyimpan dokumen

1. Dokumen disimpan berdasarkan kegiatan dari masing-masing bagian


Instalasi yang ada di Lafi Puskesad
2. Dokumen disimpan berdasarkan urutan tahun.
3. batch record disimpan di Pastitu. Batch record disimpan sejak obat
diproduksi sampai Expired date dari obat, setelah masa Expired Date
habis dilakukan pemusnahan batch record (misalkan obat diproduksi pada
tahun 2018 dan Expired Dateo bat 2019, maka batch record disimpan
selama 1 tahun setelah masa expired date ).
4. Prosedur tetap disimpan di Pastitu. Penyimpanan prosedur tetap di Pastitu
hanya untuk prosedur tetap asli. Setiap bagian Instalasi di Lafi Puskesad
yang memerlukan prosedur tetap, tidak menerima prosedur tetap asli
melainkan foto kopi prosedur tetap dengan cap “controlled copy”
berwarna biru.
5. Bila dokumen diperlukan untuk keperluan lain selain di Lafi Puskesad
(misal :ke Badan Pengobatan Obat dan Makanan/BPOM ) makadokumen
di foto kopi dan di cap “uncontrolled copy” berwarna merah.

4.2.2 Personalia
Menurut CPOB sebuah industry farmasi hendaklah memiliki personil
yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap
personil hendaklah tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk
menghindarkan risiko terhadap mutu obat.
Kegiatan dilakukan mengikuti prosedur yang telah ditentuka nsecara
efektif dan efisien. Instalasi Produksi, Pemastian Mutu, dan Pengawasan Mutu
dipimpin oleh Apoteker. Di Lafi Puskesad setiap personalia yang terlibat dalam
tahap pembuatan obat mendapat pelatihan untuk Peningkatan kesadaran dan
pemahaman personil terhadap CPOB Pelatihan personal Lafi Puskesad telah
dilaksanakan menurut prosedur tetap yang dibuat oleh Lafi Puskesad. Pelatihan
dapat dilakukan secara berkala, berjenjang dan berfrekuensi.

4.2.3 Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas yang dimiliki oleh Lafi Puskesad sudah
menerapkan aspek CPOB diantaranya bangunan produksi dibuat lebih tinggi
dibandingkan dengan jalan dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air.
Bangunan yang terdapat di Lafi puskesad tataletaknya sudah dipisahkan, guna
untuk menghindari kontaminasi silang seperti letak bangunan produksi yang
dipisah berdasarkan golongan obat yang diproduksi diantaranya bangunan
produksi ß-laktam, non ß-laktam, dan sefalosporin. Bangunan produksi juga
telah memiliki system tataudara/Heating Ventilation Air Conditioning (HVAC)
untuk mengatur kondisi ruangan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Tiap bangunan dan fasilitas telah didesain sedemikian rupa untuk
memudahkan pembersihan ruangan yang dilapisi dengan cat epoksi dengan sudut
dinding lengkung dan alat atau fasilitas yang beresiko terjadinya penumpukan
debu juga didesain sedemikian rupa. Pada area produksi yang dapat
menimbulkan banyak debu, telah dilakukan penanganan pembersihan berupa
pemasangan dust collector.

4.2.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan di Lafi Puskesad untuk produksi beta laktam,
non beta laktam dan Instalasi pengawasan mutu memiliki rancangan bangunan
dan konstruksi yang kuat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan pada posisi
yang tepat telah memenuhi persyaratan CPOB. Masing-masing alat diberi
penandaan agar memudahkan dalam identifikasinya. Pemasangan dan
penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
Semua peralatan yang bersentuhan langsung di ruang produksi dengan
produk terbuat dari Stainless steel yang bersifat inert yaitu SS316L. Peralatan
yang digunakan selalu dirawat secara berkala agar tetap berfungsi dengan baik
dan konsisten serta mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah
identitas dan mutu atau kemurnian produk.
Peralatan yang digunakan pada tiap tahap produksi disesuaikan dengan
produk yang dihasilkan dan ukuran bets dari masing-masing produk. Penempatan
peralatan produksi dilakukan mengikuti alur proses kerja sehingga produksi
dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemisahan peralatan dilakukan
untuk menghindari kontaminasi silang antara produk satu dengan produk yang
lain. Pencegahan terhadap kontaminasi debu yang dihasilkan pada saat proses
produksi dilakukan dengan menggunakan pengumpul debu (dust collector).
Peralatan juga diberi penandaan status penggunaan alat tersebut untuk
menghindari kesalahan penggunaan alat.
Mesin diletakkan dalam ruang sesuai dengan proses yang sedang
berlangsung. Keakuratan peralatan selalu dijaga dengan melakukan kualifikasi,
dan kalibrasi secara teratur. Peralatan dan mesin baru harus melalui tahapan
kualifikasi terlebih dahulu, yaitu kualifikasi desain, instalasi, kualifikasi operasi
dan kualifikasi kinerja. Kalibrasi dilakukan pada periode tertentu yang sudah
ditetapkan dan tercatat dalam jadwal kalibrasi alat. Kalibrasi dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, dan menguji. Sertifikat
Penerimaan dikeluarkan untuk mesin yang telah melewati tahapan-tahapan
tersebut dan menyatakan bahwa mesin tersebut telah memenuhi syarat.
Pemeliharaan peralatan menjadi tanggung jawab Instalasi Pemeliharaan 84
dengan melakukan perawatan pencegahan yang meliputi pengecekan,
penggantian bagian-bagian dari mesin yang rusak, pembersihan, dan lubrikasi
mesin secara periodik. Kegiatan perawatan dan pencegahan dilakukan dengan
mempertimbangkan jadwal produksi.
4.2.5 Sanitasi dan Higiene
Pemastian kebersihan dari peralatan dan bangunan dilakukan oleh bagian
pengawasan mutu. Dalam setiap produksi, karyawan menggunakan pakaian yang
sesuai untuk produksi yang dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti masker,
penutup kepala, alas kaki, dan sarung tangan.
Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan segala sesuatu yang dapat
menjadi sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran yang potensial
hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang
menyeluruh dan terpadu.
a. Higiene
Hiegene perorangan yang diterapkan di LAFI AD telah sesuai dengan
CPOB, yang dibuktikan dengan karyawan yang bekerja harus sehat
jasmani dan rohani dengan dilakukannya pembinaan kesehatan jasmani
dalam bentuk olahraga setiap minggunya dan pemeriksaan rutin setiap
enam bulan atau dua belas bulan sekali. Karyawan yang sedang menderita
flu, diare, sakit kulit dan penyakit menular lain tidak boleh memasuki
ruang produksi. Setiap akan memasuki ruang produksi, personel
diharuskan mencuci tangan terlebih dahulu sesuai dengan protap higiene
karyawan. Karyawan sefalosporin yang memasuki ruang produksi wajib
mandi terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan dan melalui air shower
untuk membersihkan partikel – partikel yang menempel di pakaian dan
higiene tangan dengan menggunakan alkohol.
b. Sanitasi
Sanitasi mencakup antara lain sanitasi bangunan, fasilitas, ruangan, dan
alat. Pada proses produksi di Lafi Puskesad membudayakan kebiasaan
bersih dan rapi dalam kegiatan sehari-harinya (mandi, cuci tangan dan
kaki, rambut pendek, dan lain-lain) serta larangan memakai perhiasan dan
kosmetik yang berlebihan pada waktu bekerja di ruang produksi. Personil
dilarang makan, minum, merokok di semua ruang produksi (pengolahan
dan pengemasan), Instalasi Pengawasan Mutu, dan gudang, serta
senantiasa menjaga kebersihan dan kerapian ruang kerja. Prosedur
sanitasi divalidasi dievaluasi secara periodik untuk memastikan bahwa
bangunan memenuhi persyaratan, yaitu bersih dan bebas dari sisa produk
bahan pembersih dan bahan asing yang lainnya.

4.2.6 Produksi
Bagian produksi Lafi Puskesad memiliki personil yang disiplin dalam
mencatat setiap tindakan selama proses produksi dalam kolom yang tersedia di
Batch Record, merupakan suatu konsekuensi dari tugas dan tanggung jawabnya.
Personil mencatat proses produksi dengan l mengikuti petunjuk yang ada dalam
Batch Record yaitu bahan awal yang digunakan dalam produksi meliputi
pencatatan semua pemasukan dan pengeluaran, keterangan persediaan, nomor
bets, tanggal kadaluarsa, serta keterangan pemasoknya. Pencatatan dalam Batch
Record dapat meminimalisir terjadinya kesalahan saat proses produksi.
Lafi Puskesad memiliki tiga alur besar yang meliputi alur proses, alur
personil dan alur materil. Alur proses meliputi kegiatan pengolahan dan 86
pengemasan. Pengolahan dan pengemasan yang dilakukan berdasarkan pada
prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk. Prosedur
pengolahan induk menjelaskan secara terperinci pengolahan suatu produk dalam
bentuk sediaan, kekuatan, dan ukuran bets dimana segala macam alat yang
digunakan ditulis. Sedangkan prosedur pengemasan induk menjelaskan secara
terperinci pengemasan suatu produk. Seluruh proses pengolahan dan pengemasan
yang sudah dilaksanakan dicatat dan di dokumentasikan dalam catatan
pengolahan bets dan catatan pengemasan bets.
Alur personil dimulai ketika personil hendak memasuki ruang produksi,
dimana personil harus melepas pakaiannya di loker kelas G dan menggantinya
dengan baju kelas G (Jas Lab). Lalu personil melewati koridor kelas G dan
memasuki ruang kerja kelas G atau F yang meliputi kegiatan (Pengemasan,
penyimpanan, pencucian, dsb.). Jika personil ingin memasuki ruang kerja kelas E
untuk melakukan kegiatan (pengolahan: mulai penimbangan sampai pengemasan
primer), personil terlebih dahulu memasuki loker kelas E untuk mengganti jas lab
dengan baju kelas E (Cover All). Kemudian memasuki ruang
Interlock/Airlock/ruang antara/Air Shower dan melewati koridor kelas E.
Sedangkan personil yang ingin memasuki ruang kerja kelas A, personil terlebih
dahulu melewati ruang kelas D, C, dan B dimana diantara dua ruangan yang
mempunyai tingkat kebersihan yang berbeda terdapat ruang antara.
Alur material bahan awal dari Instalsimpan ke Instalprod untuk diproses
adalah sebagai berikut : bahan awal yang masih dikemas dalam kemasan
sekunder yang berada di Instalsimpan, dibawa ke ruang antara/interlock untuk
dilepas kemasan sekundernya dan dikeluarkan dari ruang antara oleh petugas
Instalsimpan kelas G. Kemudian bagian luar dari kemasan primernya dibersihkan
oleh petugas Instalsimpan kelas E dan barang masuk ke koridor kelas E.
Kemudian memasuki unit proses pengolahan kelas E (penimbangan sampai
pengemasan primer) dan dilakukan IPC (In Process Control) untuk memantau
mutu obat pada setiap proses produksi oleh personil produksi pada produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi. Sehingga dapat diputuskan apakah produk jadi
itu diluluskan. Jika lulus, maka Instalsimpan akan mengirimkan produk jadi ke
Gupus II untuk didistribusikan. 87 Sistem perencanaan yang ada di Lafi
Puskesad untuk distribusi produk terlalu lama sampai ke konsumen, karena harus
melewati serangkaian peraturan yang panjang. Sistem perencanaan dan
pengadaan bahan baku obat sampai menjadi produk yang siap didistribusikan ke
seluruh daerah di Indonesia memerlukan waktu yang cukup lama yaitu selama
empat tahun pertama dimulai dengan pengajuan dari tiap-tiap daerah seluruh
Indonesia ke Subbinyankes. Tahun kedua adalah untuk pengadaan bahan baku
obat. Tahun ketiga merupakan tahun untuk diadakannya proses produksi dan
tahun terakhir adalah untuk distribusi produk jadi ke tiap-tiap daerah di seluruh
Indonesia.

4.2.7 Pengawasan Mutu


Instalasi Pengawasan Mutu di Lafi Puskesad bertugas melakukan
pengawasan mutu terhadap obat hasil produksi Lafi Puskesad meliputi semua
fungsi analisis. Personil Instalwastu terdiri dari Apoteker sebagai kepala bidang
dan tenaga ahli lainnya yang berfungsi sebagai analis telah mempunyai
keterampilan dan pengalaman yang cukup memadai, mengikuti pelatihan
sehingga dapat bekerja dengan tepat dan baik dalam melakukan pengawasan
mutu obat. Prosedur pengujian terhadap obat-obatan yang dihasilkan oleh Lafi
Puskesad telah terdokumentasikan dengan baik sehingga memudahkan dalam
proses pemeriksaan mutu bahan baku, bahan pengemas, dan obat jadi.
Ruangan laboraturium pengawasan mutu terpisah dengan ruangan
produksi, hal ini berguna agar terhindar dari berbagai sumber cemaran maupun
getaran yang dapat berpengaruh terhadap hasil pengujian. Ruangan yang terdapat
di Instalwastu diantaranya ruang pengujian fisika, ruang pengujian kimia, ruang
pengujian mikrobiologi, ruang instrumen, ruang staf, ruang reagensia, dan ruang
contoh pertinggal dengan fungsi masing-masing serta dilengkapi dengan alat-alat
yang memadai dan lengkap.
Contoh kegiatan Instalwastu diantaranya yaitu pengambilan, pemeriksaan
dan pengujian bahan baku, produk antara, produk ruahan dan obat jadi. Proses
pengambilan sampel bahan awal dilakukan dengan metode sampling dengan
mengambil sampel dari bagian atas, bawah, dan tengah dari wadahnya. Proses
sampling dapat dihitung dengan menggunakan persamaan n = 1 + √N , dimana n
adalah jumlah wadah yang dibuka/disampel dan N adalah jumlah wadah yang
diterima. Pengambilan sampel di lakukan di ruangan yang setara dengan kelas
kebersihan jenis proses produksi.
Ruangan Instalwastu terdapat ruang instrumen yang suhu dan
kelembabannya harus dijaga untuk melindungi peralatan yang sensitif seperti
spektrofotometer UV-Vis dan HPLC. Tata letak ruangan-ruangan tersebut
terpisah dan diatur sedemikian rupa untuk memudahkan alur pergerakan personal
maupun barang. Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian dikalibrasi
dan divalidasi dengan rentang waktu tertentu sehingga hasil pengujian dapat
dipercaya.
4.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit, dan Persetujuan Pemasok
Inspeksi diri merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendeteksi
kelemahan atau kesalahan dalam pelaksanaan CPOB dan dipantau untuk
perbaikan serta pencegahannya. Inspeksi diri di Lafi Puskesad dilakukan secara
berkala minimal satu tahun sekali. Inspeksi diri dilaksanakan oleh sebuah Tim
yang bersifat Independen dan penanggung jawabnya adalah bagian Pemastian
Mutu.
Tim Inspeksi Diri terdiri dari personil Instalasi Pemastian Mutu
berjumlah 3 orang atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan hasil penilaian
Inspeksi yang objektif. Sedangkan Audit Mutu biasanya dilakukan oleh BPOM
dan juga dilakukan oleh pihak luar yang akan melakukan Toll Inmanufacturing di
LAFI Puskesad.

4.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Obat dan Penarikan Kembali Obat


Jadi serta Obat Kembalian
Selama ini, belum ada keluhan terhadap obat ataupun penarikan kembali
obat jadi, serta obat kembalian. Jika terdapat keluhan atau komplain terhadap
produk obat, maka Lafi Puskesad akan memberikan tanggapan sesuai dengan
keluhan (minor, mayor, atau kritis), yang kemudian akan langsung disampaikan
kepada Puskesad, Puskesad memberikan perintah kepada Kalafi. Kemudian
Kalafi memerintahkan instalwastu untuk melakukan pemeriksaan terhadap
retained sample (contoh pertinggal) pada nomor bets yang sama sebagai
pembanding dan akan dianalisis dan dievaluasi oleh Instalwastu, jika hasil
pemeriksaan berkaitan dengan keamanan produk maka Kalafi akan melaporkan
pada Puskesad dan dilakukan penarikan produk obat tersebut. Namun jika
pengujian pada sampel pertinggal menunjukkan bahwa kualitas obat masih baik
dan sesuai dengan persyaratan, kemungkinan hal yang terjadi adalah masalah
pada saat distribusi obat, sehingga Kalafi menyarankan untuk memperbaiki
proses pendistribusian.
4.2.10 Dokumentasi
Sistem dokumentasi akan mepermudah penelusuran produk dalam
menunjang manajemen sistem informasi di Lafi Puskesad. Dokumen yang
terdapat di Lafi Puskesad telah sesuai CPOB dan merupakan tanggungjawab dari
pastitu (pemastian mutu). Sistem dokumentasi di Lafi Puskesad belum
menggunakan sistem komputerisasi dalam penyimpanan data, namun Lafi
Puskesad telah melakukan kegiatan dokumentasi tersebut dengan baik yaitu
meliputi dokumen batch record, protap untuk produksi, operasional, perawatan
gedung, perawatan alat dan peralatan penunjang lainnya, spesifikasi bahan dan
produk, metode dan prosedur analisis, penyimpanan dan sebagainya.
Dokumentasi di Lafi Puskesad meliputi :
1. Dokumentasi seluruh pedoman yang berkenaan dengan aktifitas Lafi
Puskesad dengan pelaksanaan fungsinya sebagai Lembaga produksi obat
yang dituangkan dalam Prosedur Tetap (Protap) yang meliputi bidang
personalia, administrasi dan logistik, operasional peralatan dan instalasi
umum, sanitasi dan higiene, prosedur operasional dan perawatan alat,
prosedur pembersihan alat atau ruangan, kalibrasi dan validasi, spesifikasi
bahan, prosedur pengolahan dan pengujian, metode dan instruksi serta
protap lain yang diperlukan.
2. Dokumen seluruh proses pembuatan obat yang dituangkan dalam batch
record meliputi spesifikasi, prosedur, metoda dan instruksi, catatan dan
laporan selama proses produksi berlangsung dari mulai penimbangan
sampai pengemasan yang menggambarkan riwayat lengkap dari bets obat
yang diproduksi.
3. Dokumentasi untuk setiap pengambilan sampel dan bahan uji, baik bahan
baku, bahan setengah jadi, produk ruahan maupun obat jadi serta hasil
pengujiannya.
4. Dokumentasi untuk hasil pengujian bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan obat jadi yang telah diluluskan oleh Instalasi pengawasan
Mutu.
5. Dokumentasi untuk penerimaan dan pengeluaran bahan baku serta bahan
penolong, penerimaan dan pengeluaran produk jadi yang telah lulus uji ke
Gudang Pusat II.
6. Dokumentasi juga dilakukan untuk segala aktifitas yang berkenaan
dengan perbaikan, pemantauan dan pengendalian, misalnya lingkungan,
perlengkapan, peralatan dan personalia.

4.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak pada dasarnya terbagi
menjadi dua yaitu toll out dan toll in. Toll out adalah manufacturing Lafi
Puskesad yang dilakukan di industri farmasi lain, sedangkan Toll in adalah
manufacturing produk industri farmasi lain yang dilakukan di Lafi Puskesad.
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak yang dilakukan di Lafi
Puskesad adalah berupa kerja sama toll in dari industri farmasi lain terutama
untuk produk-produk β-laktam. Untuk dapat melakukan maklon, keduabelah
pihak industri terkait harus memiliki sertifikat CPOB untuk sediaan yang sama,
sedangkan nomor registrasi hanya harus dimiliki oleh industri yang melakukan
tool out.
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak (maklon) di LAFI AD sudah
dilakukan sesuai dengan CPOB, dimana pemberi dan penerima kontrak membuat
kontrak secara tertulis yang menyatakan dengan jelas tanggung jawab dan
kewajiban masing-masing pihak. Di dalam kontrak juga dinyatakan secara jelas
penanggung jawab pengadaan, pengujian dan pelulusan bahan, produksi dan
pengendalian mutu, termasuk pengawasan selama-proses, dan penanggung jawab
pengambilan sampel dan fungsi analisis, serta prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan.

4.2.12 Kualifikasi dan Validasi


Kualifikasi di Lafi Puskesad sudah dilakukan sesuai dengan CPOB
meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan
kualifikasi kinerja terhadap mesin dan peralatan.
a. Kualifikasi Desain
Tujuan Kualifikasi Desain adalahuntuk menjamin dan untuk
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang
akan dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan
atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku yang
dicantumkan pada desain. Jadi, Kualifikasi Desain dilaksanakan pada
mesin, peralatan produksi atau sarana penunjang (termasuk bangunan
untuk industri farmasi) yang baru.
b. kualifikasi instalasi
Kualifikasi Instalasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem, dan peralatan
baru atau yang dimodifikasi. Kualifikasi Instalasi dilakukan dengan
menyesuaikan alat dan sarana penunjang lainnya dengan manual book
dari masing-masing alat. Bagian yang berperan dalam Kualifikasi
Instalasi di Lafi Puskesad adalah bagian Instalasi Pemeliharaan dan
Sistem Penunjang.
c. kualifikasi operasional
Kegiatan Kualifikasi Operasional di Lafi Puskesad mencakup kalibrasi,
prosedur pengoperasian dan pembersihan, pelatihan operator, dan
ketentuan perawatan preventif. Setelah Kualifikasim Operasional selesai
dilakukan selanjutnya dibuat suatu persetujuan tertulis yang menyatakan
bahwa alat tersebut dapat bekerja sesuai dengan spesifikasinya.
d. kualifikasi kinerja
Setelah Kualifikasi Desain, Instalasi dan Operasional selesai
dilaksanakan, dikaji, dan disetujui selanjutnya dilakukan Kualifikasi
Kinerja untuk melihat kerja alat yang bersangkutan apakah memberikan
hasil sesuai dengan kapasitas hasil produksi maksimal dan minimal alat
yang tertera di manual book. spektrofotometer UV- Vis, alat uji disolusi
dan HPLC.
Validasi di Lafi Puskesad telah dilakukan dengan baik terhadap prosedur
produksi dan metode analisis. Validasi dilakukan untuk membuktikan bahwa
proses atau metode dapat memberikan hasil yang konsisten denganspesifikasi
yang telah ditetapkan. Di Instalwastu validasi yang dilakukan yaitu validasi
metode analisis. Untuk memulai suatu proses produksi di Lafi Puskesad perlu
dilakukan tahapan awal, yaitu Validasi proses, dimana validasi proses dimulai
dari bahan baku, peralatan, personil, bangunan, fasilitas serta metode. Untuk
bahan baku dilakukan metode analisa untuk identifikasi dan penetapan kadar
keaslian bahan baku. Setelah dilakukan metode analisa, pelulusan bahan baku
dapat dilakukan apabila bahan baku dinyatakan sesuai. Selain itu didalam
Validasi proses juga terdapat pembersihan yang harus dilakukan sebelum dan
sesudah alat digunakan. Validasi yang dilakukan meliputi :
1. validasi proses
Validasi proses di Lafi Puskesad mencakup validasi proses baru ketika
menggunakan alat atau formula standar baru dalam memproduksi suatu
obat. Validasi proses dilakukan bila terjadi perubahan proses seperti
penyesuaian alat atau formula saat melakukan kerja dengan formula
standar yang berbeda atau formula standaryang sama tetapi menggunakan
bahan baku yang berbeda, sedangkan validasi ulang yang bertujuan untuk
melihat kinerja alat yang digunakan agar senantiasa sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan.
2. validasi metode analisis
Validasi Metode Analisis yang dilakukan di Lafi Puskesad ada empat jenis yaitu uji
identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas, dan uji kuantitatif
zat aktif dalam obat jadi. Selain keempat uji di atas, Metode Analisis lain seperti uji
disolusi obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan baku aktif juga dilakukan
validasi. Validasi ulang juga dilakukan pada Metode Analisis jika terjadi perubahan
bahan aktif, komposisi produk, dan perubahan Metode Analisis.
3. validasi pembersihan
Pada proses pembersihan di Lafi Puskesad dilakukan sebelum dan setelah proses
produksi selesai. Validasi Pembersihan dilaksanakan hanya untuk permukaan alat yang
bersentuhan langsung dengan produk. Hal yang dikerjakan adalah melihat efektifitas
pembersihan, penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih, dan
cemaran mikroba. Sampling bahan obat yang digunakan untuk Validasi Pembersihan
adalah dengan spesifikasi sebagai berikut, yaitu bahan yang mempunyai potensi
cemaran yang besar dan bahan yang sukar larut dalam air.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Lembaga Farmasi
Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad) pada periode 2 – 27 Juli 2018
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Lafi Puskesad merupakan industri farmasi yang berperan dalam
pengadaan obat-obatan dengan mutu, khasiat, serta keamanan yang
terjamin untuk digunakan oleh Dukkes dan Yankes tertentu.
2. Lafi Puskesad memiliki personil yang terkualifikasi sesuai dengan
CPOB sebagai Penanggung Jawab pada Bagian Produksi (β-laktam
dan non β-laktam), Pengawasan Mutu (Quality Control) dan
Pemastian Mutu (Quality Assurance). Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
3. Kegiatan produksi sediaan β-laktam, sefalosporin dan derivatnya, dan
non βlaktam dilaksanakan pada bangunan yang terpisah dan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas sesuai dengan kebutuhan
produksinya dan telah memenuhi persyaratan CPOB.
4. Pada tahun 2017 Lafi Puskesad telah mendapat resertifikasi sertifikat
CPOB yaitu sediaan β-laktam.

4.2 Saran
1. Diperlukan lebih banyak staff untuk mengisi setiap bagian instalasi
yang di butuhkan agar dapat melaksanakan kegiatan produksi di
industry LAFI PUSKESAD secara maksimal dan sesuai dengan tugas
nya masing-masing.
2. Sebaiknya semua gedung dilengkapi dengan alat pendeteksi asap
kebakaran untuk mengantisipasi jika terjadinya kebakaran dan
diperlukan pengadaan generator listrik sebagai sumber listrik untuk
menunjang proses produksi.
3. Perlunya sistem komputerisasi yang sudah tervalidasi dimana saling
terhubung antara Instalasi di Lafi Puskesad untuk mempermudah
pengawasan, pencarian data, dan penelusuran informasi
4. Sistem pendokumentasian perlu ditingkatkan, agar proses
dokumentasi lebih teratur dan sistematis baik terhadap dokumen
utama dan dokumen penunjang.
5. Agar dapat melaksanakan pedoman mutu yang sesuai diperlukan
adanya komitmen, konsisten dan continous improvment.

Anda mungkin juga menyukai