Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIROKRASI

“REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK, REFORMASI


BIROKRASI DAN KEPEMIMPINAN MASA DEPAN”

KELOMPOK 3 (KELAS H3)

 TAUFIK AKBAR H. TATO


 HISYAM NASER MUSLIM
 DHIMAS GALANG S.
 KIKI SYAHNAKRI P.
 SANAI SAMPARI R.
 NGURAH PRADNYA M.
 NIZAM AL MULKRAIN
 HERLANDO YUSUF ADII
 MECHNA F. K. HEGEMUR
 FRANCISKUS C. SIHITE
 ARNOLUS ADU
 BAGUS NURACHMAT A.

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


FAKULTAS HUKUM TATA PEMERINTAHAN
PRODI PRAKTIK PERPOLISIAN TATA PAMONG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarganya, sahabat dan sekalian umatnya yang bertakwa.

Atas berkat rahmat serta inayah Allah jugalah penulis telah dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul :“REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK, REFORMASI BIROKRASI
DAN KEPEMIMPINAN MASA DEPAN”. Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Birokrasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup kemungkinan
apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan.Dengan lapang dada penulis menerima
saran dan kritiknya demi untuk menambah wawasan. Semoga makalah ini mendatangkan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi rekan-rekan dan para pembaca semua pada
umumnya. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kelompok 3

Kelas H 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat
luas. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka pemerintah memiliki fungsi
memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari
pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, utilitas, dan
lainnya. Pelayanan publik dengan demikian merupakan segala kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan
penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.
Fakta bahwa pelayanan publik di Indonesia belum menunjukan kinerja yang
efektif sering menjadi bahasan, baik dari segi tulisan maupun penelitian. Permasalahan
pelayanan publik yang tidak efektif ini dipicu oleh beberapa hal yang kompleks, mulai
dari budaya organisasi yang masih bersifat paternalistik, lingkungan kerja yang tidak
kondusif terhadap perubahan zaman, rendahya sistem reward dalam birokrasi Indonesia,
lemahnya mekanisme panishment, bagi aparat birokrasi, rendahnya kemampuan aparat
birokrasi untuk melakukan tindakan diskresi, serta kelangkaan komitmen pimpinan
daerah untuk menciptakan pelayanan publik yang responsif, akuntabel, dan transparan. Di
masa otonomi daerah yang memberi keleluasaan bagi setiap kabupaten/kota untuk
menjalankan pemerintahan atas dasar kebutuhan dan kepentingan daerah sendiri ternyata
juga belum mampu mewujudkan pelayanan publik yang efektif.
Kegagalan birokrasi pemerintahan dalam menyelenggarakan pelayanan publik
yang menghargai hak dan martabat warga negara sebagai pengguna pelayanan tidak
hanya melemahkan legitimasi pemerintahan di mata publiknya. Namun, hal itu juga
berdampak pada hal yang lebih luas, yaitu ketidak percayaan pihak swasta dan pihak
asing untuk menanamkan investasinya di suatu daerah karena ketidakpastian dalam
pemberian pelayanan publik.
Reformasi birokrasi merupakan konsekuensi dari perubahan di bidang politik,
ekonomi dan sosial yang begitu cepat. Representasi organisasi yang lamban, kaku,
berbelit-belit dan terpusat, serta rantai hirarki komando sudah menjadi ciri khas birokrasi
di Indonesia. Sehingga birokrasi menjadi bengkak, boros, dan tidak efektif. Untuk itu
diperlukan suatu kesadaran untuk memperbaiki birokrasi sebagai organisasi publik.
Reformasi merupakan perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa.
Upaya reformasi birokrasi yang dilakukan berhadapan langsung dengan keterbatasan
pada sumber daya manusia, dana, sarana prasarana dan berbagai persoalan lainnya,
sehingga menghasilkan kebijakan, perilaku, program dan sesuatu yang berbeda pula.
Reformasi pelayanan publik membangun kepercayaan dari masyarakat atas
pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik seiring dengan harapan
dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik.
Reformasi merupakan upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara
dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.

1.2. Batasan Penulisan


 Reformasi Administrasi Publik
 Reformasi Birokrasi
 Kepemimpinan Masa Depan
 Mewujudkan Pelayanan Prima dan Good Governance

2.2. Tujuan Penulisan


 Memahami materi Reformasi Administrasi Publik
 Memahami materi Reformasi Birokrasi
 Memahami materi Kepemimpinan Masa Depan
 Memahami materi untuk Mewujudkan Pelayanan Prima dan Good
Governance
BAB II
PEMBAHASAN

A. Reformasi Administrasi Publik


Pergeseran politik dan pemerintahan yang terjadi pada era reformasi saat ini
merupakan momentum tepat untuk menata kembali administrasi penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia agar lebih efektif, efisien dan demokratis, dalam upaya
mewujudkan Good Governance. Penataan ulang penyelenggaraan pemerintahan di
arahkan pada terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang antisipatif (berorientasi
ke depan), inovatif (berorientasi perubahan dan pembaharuan), berkualitas
prima/unggul dalam kompetisi dengan lembaga lain untuk mewujudkan
kepemerintahan yang baik.

G. Frederickson (1976) mengungkapkan adanya paradigma dalam bidang


ilmu pengetahuan administrasi negara yang telah berkembang selama ini, namun
kemudian menambahkan 1 paradigma lain yaitu “administrasi negara baru”, di mana
berbagai dimensi dan aplikasi “nilai” yang ingin diwujudkan merupakan fokus pokok
mengenai paradigma ini. Keenam paradigma tersebut adalah :
1. Birokrasi Klasik,
2. Birokrasi Neo Klasik,
3. Kelembagaan,
4. Hubungan Kemanusiaan,
5. Pilihan Publik,
6. Administrasi Negara Baru.

Paradigma 1 : Birokrasi Klasik


Fokus pengamatan paradigma ini : struktur (desain) organisasi dan fungsi atau
prinsip manajemen, lokusnya adalah berbagai jenis organisasi, pemerintahan maupun
bisnis. Nilai pokok yang ingin diwujudkan adalah : efektivitas, efisiensi, ekonomi dan
rasionalitas.

Paradigma 2 : Birokrasi Neo Klasik


Nilai yang dianut dan ingin dicapai paradigma ini : samadengan paradigma
pertama, tetapi lokus dan fokus berbada. Lokus paradigma 2 adalah “keputusan” yang
dihasilkan oleh birokrasi pemerintahan, fokusnya adalah proses pengambilan
keputusan dengan perhatian khusus penerapan ilmu perilaku, ilmu manajemen,
analisis sistem, dan penelitian operasi.

Paradigma 3 : Kelembagaan
Fokus perhatian paradigma ini : terletak pada pemahaman perilaku birokrasi
yang dipandang sebagai organisasi yang kompleks. Masalah efektivitas, efisiensi dan
produktivitas organisasi kurang diperhatikan.

Paradigma 4 : Hubungan Kemanusiaan


Nilai yang mendasari paradigma ini : keikutsertaan dalam pengambilan
keputusan, minimasi perbedaan dalam status dan hubungan antar pribadi,
keterbukaan, akulturasi diri dan optimasi tingkat kepuasan. Fokus paradigma ini
dimensi kemanusiaan dan aspek sosial psikologi dalam tiap jenis organisasi maupun
birokrasi.

Paradigma 5 : Pilihan Publik


Fokus administrasi publik paradigma ini : tidak lepas dari politik, lokusnya
adalah pilihan melayani kepentingan publik akan barang dan jasa yang harus
diberikan sejumlah organisasi kompleks.

Paradigma 6 : Administrasi Negara Baru


Fokus administrasi negara baru : meliputi usaha mengorganisasikan,
menggambarkan, mendesain, atau membuat organisasi berjalan ke arah dan dengan
mewujudkan nilai kemanusiaan secara maksimal, yang dilaksanakan dengan
pengembangan sistem desentralisasi dan organisasi demokratis yang responsif dan
mengundang partisipasi, serta dapat memberi secara merata jasa yang diperlukan
masyarakat.

Pembangunan administrasi publik pada hakekatnya terarah pada upaya


mengatasi berbagai permasalahan nyata yang dihadapi sistem administrasi, baik dalam
sistem itu sendiri maupun yang timbul dalam hubungan interaksinya dengan
lingkungannya sendiri, ditujukan pada “pengembangan kemampuan” sehingga
diharapkan dapat menyelenggarakan berbagai tugas dan fungsi pemerintahan yang
harus dilakukan secara efektif, efisien dan berkeadilan.
Berkaitan dengan hal tersebut berbagai hal dapat dikembangkan atas dasar
paradigma administrasi publik, sesuai dengan pilihan pendekatan,tergantung pada
permasalahan konkrit yang dihadapi dan telah dikelompokkan menjadi 4 paradigma :
1. Paradigma Struktural Fungsional,
2. Paradigma Perilaku,
3. Paradigma Sistematik,
4. Paradigma Kebijakan Publik.

B. Reformasi Birokrasi
Reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu dan komprehensif,
ditujukan untuk merealisasikan tata kepemerintahan yang baik. Sedangkan birokrasi
merupakan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan pegawai negeri
berdasarkan peraturan perundang – undangan. Birokrasi adalah organisasi yang
memiliki jenjang, setiap jenjang diduduki oleh pejabat yang ditunjuk/diangkat,
disertai aturan tentang kewenangan dan tanggungjawabnya, dan setiap kebijakan yang
dibuat harus diketahui oleh pemberi mandat.

Reformasi Birokrasi Melalui Revitalisasi Konsep Publik


Pandangan dikotomi politik administrasi saat ini sudah ditepis George
Frederickson (1997) menyatakan bahwa secara fluktual proses politik dan
administrasi sulit dipisahkan. Oleh karenanya, titik kajian yang perlu dikembangkan
tidak lagi berfokus pada dikotomi politik dan administrasi, melainkan bagaiman
mengkreasi administrasi profesional, yakni kemampuan birokrasi tampil prima dalam
memberi pelayanan.
Frederickson (1997) menawarkan pendekatan revitalisasi konsep publik
melalui lima perspektif publik :
Pertama, perspektif pluralis (the pluralist perspective). Dalam perspektif ini
publik dipandang sebagai konfigurasi dari berbagai kelompok kepentingan artinya
setiap orang yang memiliki kepentingan sama akan bergabung untuk membentuk
suatu kelompok.
Kedua, perspektif pilihan publik (the public choice theory). Perspektif ini
berakar pada pemikiran eonomi neoklasik yang mengasumsikan manusia sebagai
individu rasional yang memaksimalkan kegunaan bagi diri mereka sendiri untuk
mencapai kesejahteraan.
Ketiga, perspektif lagislatif (legislative perspective). Perspektif legislatif
memandang bahwa publik dapat direpresentasikan melalui parlemen.
Keempat, perspektif penyedia layanan (the service providing perspective).
Dalam perspektif ini, publik dipandang sebagai target dari layanan artinya street level
bureucrats bertugas untuk memberikan pelayanan kepada publik yang terdiri dari
individu dan kelompok.
Kelima, perspektif kewarganegaraan (the citizen perspective). Konsep
kewarganegaraan mendapatkan tempat yang cukup istimewa dalam kajian
administrasi publik modern.

Menurut Sofyan Effendi, yang perlu diperhatikan dalam melakukan reformasi


sektor publik:
(1) Reformasi sektor publik harus lebih diarahkan kepada peningkatan
kemampuan, profesionalisme, dan netralis birokrasi publik guna mengurangi
kekaburan peranan politik antara birokrat dan politisi. Proses politisasi birokrasi dan
birokratisasi politik yang terjadi sebagai akibat dominasi dan hegemoni birokrasi
dalam kehidupan politik perlu dikurangi agar birokrasi publik yang professional dapat
tumbuh lebih subur.
(2) Intervensi pemerintah yang terlalu besar dalam kegiatan ekonomi terbukti
mengandung penuh keterbatasan dan menyebabkan inefisiensi besar. Karena itu
sistem pemerintahan Praetorian yang sudah berjalan sejak awal Orde Baru perlu
ditinjau kembali, dan dinilai keampuhannya secara lebih kritis sebagai penyelenggara
pembangunan nasional bangsa Indonesia. Untuk itu sektor publik, terutama birokrasi
publik, harus mengalami pergeseran nilai, dari otoriterianisme birokratis ke otonomi
demokratis, atau perubahan dari negara pejabat menjadi negara pelayan.
Aspek Utama Membangun Birokrasi
1.      Membangun visi birokrasi melalui proses internalisasi/institusionalisasi tingkat
nasional sampai kabupaten/kota.
2.      Membangun manusia birokrasi dibenahi kualitas kepemimpinan birokrasi.
3.   Membangun sistem birokrasi. Tiga aspek strategis yang harus dibenahi : a)
Pembenahan struktur; b) Menetapkan strategi yang tepat; c) Pembenahan budaya
organisasi
4.      Membangun lingkungan birokrasi

Visi dan Misi Reformasi Birokrasi


Visi Reformasi : terwujudnya pemerintahan yang amanah atau terwujudnya tata
kepemerintahan yang baik
Misi Reformasi : mengembalikan cita dan citra birokrasi pemerintahan sebagai abdi
negara & abdi masyarakat serta dapat menjadi suri tauladan & panutan masyarakat
dlaam menjalani kehidupan sehari – hari.

Tujuan Reformasi Birokrasi


Secara Umum  : mewujudkan kepemerintahan yg baik didukung oleh penyelenggara
negara yang profesional, bebas KKN dan meningkatkan pelayanan kepad masyarakat
sehingga tercapai pelayanan prima.

Strategi Reformasi Birokrasi


1.      Pembaharuan mind-set (pola pikir) dan culture-set (budaya kerja)
a.       Peningkatan penghasilan degan prinsip pekerjaan seimbang degan imbalan
b.      Pengembangan budaya kerja
c.       Internalisasi dan konsistensi prinsip tata kepemerintahan yang baik
2.      Sistem manajemen pemerintahan :
a.       Penciptaan pola dasar organisasi pemerintah (unit pelaksana pelayanan publik)
b.      Perubahan dari manajemen ketatausahaan kemanajemen SDMA
c.       Simplikasi & otomatisasi tatalaksana, sistem prosedur dan mekanisme pelayanan
public
d.      Perbaikan sistem pengelolaan aset milik Negara
e.       Pembaharuan sistem amnajemen keuangan
f.       Perbaikan sistem pengawasan & akuntabilitas aparatur
C. Kepemimpinan Masa Depan
Kepemimpinan merupaka suatu yang dinamis, penting, dan memiliki
kompleksitas tinggi. Pembangunan nasional nnegara berkembang secara tajam dan
komprehensif tergambar dalam the millenium development goal tahun 2005, dengan
target sampai waktu 2015.

Variable Kunci Dalam Teori Kepemimpinan


1. Karakteristik Pemimpin
 Ciri
 Keyakinan dan optimisme
 Keterampilan dan keahlian
 Prilaku
 Integritas dan Etika
 Taktik Pengaruh
 Sifat pengikut
2. Karakteristik Pengikut
 Ciri
 Keyakinan dan Optimisme
 Keterampilan dan Keahlian
 Sifat Pemimpin
 Kepercayaan kepada pemimpin
 Komitment dan upaya tegas
 Kepuasan terhadap pemimpin dan Pekerjaan
3. Karakteristik Situasi
 Jenis unit organisasi
 Besar Unit Organisasi
 Posisi kekuasaan dan wewenang
 Struktur dan Kerumitan tugas
 Saling Ketergantungan Tugas
 Keadaan Lingkungan yang tidak menentu
 Ketergantungan Eksternal
Teori dan Model Kepemimpinan
1. Teori sifat
Teori sifat adalah teori yang berusaha mengidentifikasi karakteristik khas
(fisik,mental,kepribadian) dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan.
Keberhasilan Manajerial disebabkan karna pemimpin memiliki kemampuan
luar biasa , meliputi:
a. Intelegensia
b. Kepribadian
c. Karakteristik Fisik
2. Teori Kepribadian Prilaku
Diakhir tahun 1940-an Peneliti mulai mengeskplorasi pemikiran bahwa
bagaimana prilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan
seseorang.
3. Teori Kepemimpinan Situasional
Pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan pemimpin memahami
prilaku, sifat bawahannya , dan situasi sebelum menggunakan gaya
kepemimpinan tertentu.
4. Pendekatan Terbaru dalam Kepemimpinan
a. Teori atribusi kepemimpinan
Mengemukakan kepemimpinan semata mata suatu atribusi yang dibuat
orang mengenai individu lain.
b. Teori Kepemimpinan kharismatik
Mengemukakan bahwa teori perpanjangan dari teori atribusi. Pengikut
membuat atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar
biasa bila mereka mengamati prilaku tertentu.
c. Kepemimpinan transaksional lawan tranformasional
 Pemimpin Transaksional adalah pemimpin yang memandu
pengikut mereka dalam arah tujuan yang di tegakkan dengan
memperjelas peran dan tuntutan tugas.
 Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memberikan
pertimbangan dan rangsangan intelektual yang di induvidualkan
dan yang memiliki kharisma.
D. MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA DAN GOOD
GOVERNANCE

Pelayanan Prima, Kualitas Pelayanan, dan Kepuasan Pelanggan


1. Pelayan umum
Pelayanan berarti melayani suatu jasa yang dibutukan oleh masyarakat dalam
segala bidang.Kegiatan pelayan kepada masyarakat merupakan salah satu tugas
dan fungsi administrasi negara.
Secara luas, kepentingan umum manyakut fasilitas yang di sediakan
badan/organisasi yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak, dan unsur
yang di tunjukan guna pepenuhi kepentingan orang banyak, di sebut pelayanan
umum.pelayanan umum merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang atau
kelempok orang dengan landasan faktor material melalui sistem,prosedur dan
metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai
dengan haknya.
2. Pelayan prima
Pelayan prima merupakan pelsysn ysng diberikan kepada pelanggan
(masyarakat)minimal sesuai dengan standar pelayan.Dalam sektor publik pelayan
prima dapat di katakan apabila sebagai berikut :
a. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan/pengguna jasa
b. Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan
c. Bila melebihi standar,atau sama dengan standar.bila belum ada standar,pelayanan
yang terbaik dapat diberikan,pelayanan ang mendekati apa yang dianggap
pelayanan standar dan pelayanan yang di lakukan secara maksimal.
d. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas;masyarakat eksternal dan
masyarakat internal.

3. Kualitas pelayanan
Kualitas berarti kesesuaian dengan persyaratan/tutuntan,kecocokan untuk
pemakaian,perbaikan/penyempurnaan bekerlanjutan dan bebas dari
kerusaka/cacat.sedangkan kualitas pelayanan adalah sejumblah keistimewaan
produk ,baik langsung maupun atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan
memberi kepuasan atas pengunaan produk.
4. Kepuasaan Pelanggan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandikan kinerja
yang dirasakan denga harapannya. Biasanya berupa harapan yang paling
sederhana dan berbrntuk asumsi, memenuhi persyaratan dan juga menuntut
kesenangan/jasa sehingga membuat tertarik
5. Indeks Kepuasan Pelanggan (IKM)
SK Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara Nomor : 26 tahun 2004
tentang pentunjuk teknis transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaran
pelayanan publik,mengutamakan tentang maksud dan tujuan indeks kepuasan
pelanggan
a. Sebagai acuan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan publik untuk
meningkatkan kualitas transparansi dan akuntabilas pelayanan
b. Memeberikan kejelasan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik dalam
melaksanakan pelayanan publik

Good Governance (Kepemerintahan yang baik)

1. Pentingnya penerapan Good Governance


Pentingnya penerapan Good Governance di beberapa negara sudah meluas
mulai tahun 1980,dan di Indonesia Good Governance mulai dikenal secara lebih
dalam tahun 1990 sebagai wacana penting yang muncul dalam berbagai
pembahasan,diskusi,penelitian,dan seminar,baik di lingkungan para
akademisi.Sejak terjadinya krisis moneter dan krisis kepercayaan yang
mengakibatkan perubahan drmatis pada tahun 1998,Indonesia telah memulai
berbagai inisiatif yang dirancang unuk mempromosikan Good
Governance,akuntabilitas dan partisipatif yang lebih luas.Ini sebagai awal yang
penting dalam menyebarluaskan gagasan yang mengarah pada perbaikan
governance dan demokrasi prtisipatoris di indonesia.Good Governance dipandang
sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam sistem administrasi
publik.

2. Konsep Good Governance


Pemerintah atau government dalam bahasa inggris diartikan sebagai “the
authoritative direction and administration of the affairs of men/women in
nation,state city,etc.” Atau dalam bahasa indonesia berarti “ pengarahan dan
administrasi yang berwenang atas kegiatan orang orang dalam sebuah
negara,negara bagian,atau kota dan sebagainya”
Sedangkan istilah “kepemerintahan yang baik” dalam bahasa Inggris
“Governance” yaitu; “the act, fact, manner of governing” berarti ; “tindaka,fakta
pola dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian oleh
kooiman (1993) bahwa governance lebih merupakan serangkaina proses interaksi
sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi oemrintah atas
kepentingan kepentingan tersebut.

3. Unsur, Prinsip, Elemen Good Governance


Dalam wacana Good Governance,tidak sedikit pihak yanhg
mempertukarkan antara prinsip,unsur,elemen,dimensi,indikator, dan karakteristik
tetapi maknanya merujuk pada hal yang sama.
Kepemerintahan yang bak,menurut UNDP (1997) mengindetifikasi lima
karakteristik :

a. Interaksi, melibatkan tiga mitra besar ; pemerintah sektor swasta dan


masyarakat madani untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya
ekonomi,sosisal dan politik
b. Kominikasi, terdiri dari sistem jejaring dalam proses pengelolaan dan
kontribusi terhadap kualitas hasil.
c. Proses penguatan sendiri. Sistem pengeloloan mandiri adalah kunci
keberadan dan kelangsungan keteraturan dari berbagai situasi kekacauan
yang disebabkan dinamika dan perubahan lingkungan, memberi kontribusi
terhadap partisipasi dan menggalakkan kemandirian masyarkat, dan
memberikan kesempatan untuk kreatifitas dan stabilitas berbagai aspek
kepemerintahan yang baik.
d. Dinamis, keseimbangan berbagai unsur kekuatan kompleks yang
menghasilkan persatuan , harmoni,dan kerjasama untuk pertumbuhan dan
pembangunan berkelanjutan,kedamaian dan keadilan, dan kesempatan
merata untuk semua sektor dalam masyarakat madani
e. Saling ketergantungan yang dinamis antara pemerintahan, kekuatan pasar
dan masyarakat madani
Lima karakteristik dalam Good Governance mencerminkan terjadinya
proses pengambilan keputusan yang melibatkan stakeholders, dengan
menerapkan prinsip Good Governance, yaitu ; transparansi, berorientasi
kesepakatan,kesetaraan,efektif dan efisien, akuntabilitas, serta visi misi.

Prinsip kepemerintahan yang baik pada dasarnya mengandung nilai


yang bersifat obyektif dan rasional,bila diterapkan dengan baik, menjadi tolak
ukur/indikator dan ciri/karakteristik kepemerintahan yang baik.

Prinsip utama Good Governance


1. Akuntabilitas
Pertama, pertanggungjawaban politik,yakni adanya mekanisme
penggantian pejabat atau penguasa secara berkala, tidak ada usaha
membangun monyolitas secara sistematis.
Kedua, pertanggungjawaban publik, yakni adanya pembatasan dan
pertranggung jawaban tugas yang jelas.

2. Transparansi
Keterbukaan dapat dilihat dari 3 aspek (1) adanya kebijakan terbuka
terhadap pengawasan, (2) adanya akses informasi sehingga masyarakat
dapat menjangkau setiap segi kebijakan pemrintah, (3) Berlakunya prinsip
check and balance antar lembaga

3. Partisipasi
Melibatkan masyarakat terutama aspirasinya dalam pengambilan
keputusan atau kebijaka dan formulasi rencana yang dibuat oleh
pemerintah

4. Supremasi hukum aparat birokrasi


Berarti ada kejelasan dan prediktabilitas birokrasi terhadap sektor swasta
dan segi masyarakat sipil berarti ada kerangka hukum yang diperlukan
untuk menjamin hak warhga negara dalam menegakkan pertanggugugatan
pemerintah.

Manajemen perubahan and Good Governance


Kemampuan pemimpin penyelenggara pemerintahan negara dan
masyarakat untuk mengelola perubahan menjadi sangat kritis dan
stratejik,terutama sensivitas dan responsiveitas atas sinyal dan kapan
perubahan tersebut diperlukan khususnya dalam lompatan langkah
penyelamatan,pemulihan,pementapan dan pengembangan pembangunan.
a. Terlalu cepat puas
b. Tim (koalisi) pengarah yang cukup efektif gagal
c. Mencibir kekuatan visi dan komunikasi sisi dan strategi
d. Membiarkan “ tembok pe nghalang” visi baru
e. Gagal menciptakan sukses jangka pendek
f. Jangan terlalu cepay mengatakan sukses
g. Lupa menjangkar peru bahan agar berakar dalam budaya organisasi

Penatan Ulang Penerapan prinsip Asas Good Governance pada sektor


publik
Antusiasme berbagai pihak untuk mempraktikkan demokrasi dan
melakukan reformasi di segala bidang, telah mempengaruhi dinamika yang
menjadi penggerak perubahan.Inti dari reformasi adalah bagaimana mengelola
suatu proses perubahan.Salah satu hal penting dalam proses perubahan adalah
recognition stage, yaitu tahap mengenali dan menyadari bahwa perubahan
memang sangat diperlukan

Teori perubahan yang dikemukakan Kurt Lewin (1951) menyebutkan


dua kekuatan perubahan, yaitu kekuatan untuk mendorong perubahn dan
kekuatan untuk menentang perubahan. Beberapa contoh kekuatan penentng
terhadap perubahan adalah ketakutan : kegagalan, kehilangan status, kebiasaan
yang sudah menetap, atau kurangnya sumberdaya. Kalau kekuatan pendorong
perubahan seimbang atau lebib besar dari kekuatan penentang perubahan,
maka perubahan akan terjadi, tetapi jika kakuatan penentang lebih kuat
perubahan tidak akan berlangsung.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fenomena birokrasi selalu ada bersama kita dalam kehidupan kita sehari-hari
dan setiap orang seringkali mengeluhkan cara berfungsinya birokrasi sehingga pada
akhirnya orang akan beranggapan bahwa birokrasi tidak ada manfaatnya karena banyak
disalahgunakan oleh pejabat pemerintah (birokratisme) yang merugikan masyarakat.
Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi birokrasi. Reformasi adalah mengubah
atau membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada yang sudah ada. Reformasi
bertujuan mengoreksi dan membaharui terus-menerus arah pembangunan bangsa yang
selama ini jauh menyimpang, kembali ke cita-cita proklamasi.

Reformasi birokrasi penting dilakukan agar bangsa ini tidak termarginalisasi


oleh arus globalisasi. Reformasi ini harus dilakukan oleh pejabat tertinggi, seperti
presiden dalam suatu negara atau menteri/kepala lembaga pada suatu departemen dan
kementerian negara/lembaga negara, sebagai motor penggerak utama.

Tujuan reformasi birokrasi: Memperbaiki kinerja birokrasi, Terciptanya good


governance, yaitu tata pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa, Pemerintah
yang bersih (clean government), bebas KKN, meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai