Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Analisa laporan keuangan merupakan sesuatu metode atau teknik yang digunakan untuk melakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap laporan keuangan. Umumnya, analisa ini digunakan oleh perusahaan
atau organisasi dalam memeriksa seluruh jenis laporan keuangan secara berkala. Melakukan analisa ini
sangat penting karena dapat melihat stablitas keuangan bahkan menghitung untung rugi sebuah
perusahaan. Dalam melakukan analisa keuangan, seorang analis menguraikan setiap komponen-
komponen laporan keuangan agar bisa mendapatkan informasi secara detail. Informasi-informasi
terhadap komponen laporan keuangan ini sangat penting untuk mengetahui kondisi keuangan dari
sebuah perusahaan. Sehingga dapat dijadikan suatu rujukan dalam sebuah pengambilan keputusan.
ProfitabilItas
Solvabilitas
adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi seluruh kewajibannya,yang diukur dengan membuat
perbandingan seluruh kewajiban terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban terhadap
ekuitas
Likuiditas
adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yangdiukur dengan menggunakan
perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajibanlancar.
Stabilitas
adalah kemampuan perseroan dalam mempertahankan usahanya dalam jangka waktu panjang tanpa
harus menderita kerugian. Untuk menilai stabilitas perseroan digunakan laporan laba rugi dan neraca
keuangan (balance sheet) perseroan serta berbagai indikator keuangan dan non keuangan lainnya.
Analisa keuangan seringkali menggunakan rasio keuangan dari tingkat solvabilitas , profitabilitas,
pertumbuhan usaha.
• Kinerja masa lalu untuk suatu masa tertentu misalnya selama 7 tahun
•Kinerja mendatang: menggunakan figur kinerja masa lalu dan teknik matematika sertastatistik,
termasuk nilai sekarang dan nilai mendatang. Metode perhitungan ini adalahmerupakan penyebab dari
kesalahan analisa keuangan dimana statistik masa lalu dapatmenyebabkan rendahnya prediksi masa
mendatang.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporankeuangan berguna
bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
•Dapat dipahami
•Relevan
•Keandalan
•Dapat diperbandingkan
Rasio Keuangan
Menurut Harvarindo (2010), rasio adalah satu angka yang dibandingkan dengan angka lain sebagai suatu
hubungan. Jonathan Golin (2001) berpendapat bahwa rasio adalah suatu angka digambarkan dalam
suatu pola yang dibandingkan dengan pola lainnya serta dinyatakan dalam persentase.
Sedangkan keuangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan akuntansi seperti pengelolaan
keuangan dan laporan keuangan. Jadi rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka
akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (James Carter Van Horne
dikutip dari Kasmir (2008)).
Setelah mengetahui pengertian rasio keuangan, analisis merupakan suatu usaha dalam mengamati
secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen
pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut. Analisis juga dapat disebut
sebagai proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dan menyatu satu
dengan yang lainnya.
Jadi, analisis rasio keuangan adalah proses pengamatan indeks yang berhubungan dengan akuntansi
pada laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas dengan tujuan untuk
menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran
informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam mengambil keputusan bisnis.
Analisis rasio keuangan digunakan oleh dua pengguna utama, yakni investor dan manajemen. Investor
menggunakan rasio keuangan untuk melihat apakah perusahaan itu investasi yang bagus atau tidak.
Dengan membandingkan rasio keuangan antar perusahaan dan antar industri, investor dapat
menentukan investasi mana yang paling baik.
Sedangkan manajemen menggunakan rasio keuangan untuk menentukan seberapa baik kinerja
perusahaan untuk mengevaluasi kemana perusahaan dapat memperbaiki diri. Misalnya, jika perusahaan
memiliki margin kotor yang rendah, manajer dapat mengevaluasi bagaimana meningkatkan margin
kotor mereka.
Fungsi umum analisis rasio keuangan adalah bermanfaat untuk manajemen dan investor seperti yang
telah disebutkan di atas. Tentu saja fungsi tersebut tidak sesederhana itu. Berikut penjelasannya.
1. Berguna bagi seseorang / perusahaan yang ingin melakukan investasi pada saham.
2. Memberikan kredit kepada suatu perusahaan.
3. Menentukan tingkat kesehatan perusahaan supplier.
4. Menentukan tingkat kesehatan perusahaan customer / pelanggan.
5. Menentukan tingkat kesehatan perusahaan ditinjau dari segi karyawannya.
6. Menentukan besarnya pajak yang dibebankan perusahaan kepada pemerintah atau
menentukan tingkat keuntungan yang wajar suatu industri.
7. Menentukan tingkat perkembangan perusahaan untuk kepentingan evaluasi.
8. Menentukan tingkat kekuatan keuangan pesaing/ kompetitor (positioning).
9. Menentukan besarnya tingkat kerusakan yang dihadapi perusahaan.
Analisa rasio keuangan diwujudkan dalam angka serta daftar statistik yang lebih bisa dibaca serta
diterjemahkan. Serta laporan keuangan yang begitu rinci dan rumit diganti menjadi sederhana serta
informatif. Adapun beberapa kegunaan dari adanya rasio keuangan merupakan hal yang tercipta sebagai
berikut ini :
Perwujudan visualisasi tentang sejarah perusahaan disertai dengan nilai keadaan suatu perusahaan
tersebut.
Perwujudan visualisasi kepada investor serta kreditor tentang kebaikan dan keburukan suatu keadaan
atau tempat keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
Mampu menetapkan efisiensi kinerja pada manajer perusahaan dengan dituangkan ke dalam catatan
keuangan serta laporan keuangan.
Adanya kemungkinan manajer keuangan melakukan prediksi reaksi dari para calon investor serta
kreditor disaat melakukan pencarian guna menambah dana.
Mampu mewujudkan pembuatan keputasan, adanya pertimbangan serta melakukan prediksi
berdasarkan tren pasar dengan pencapaian perusahaan serta prospek yang akan terjadi nanti di masa
datang.
Standarisasi ukuran penilaian perusahaan agar memudahkan untuk memahami posisi perusahaan yang
berada di kalangan industri lainnya.
Dalam dunia bisnis secara keseluruhan, yaitu adanya analisis rasio keuangan pada bisnis dan dapat
dibagi kedalam kelompok rasio sebagai berikut ini:
Rasio rentabilitas atau probabilitas adalah rasio yang mewujudkan skill perusahaan dalam menciptakan
laba pada periode tertentu serta memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi dan efektifitas
manajemen perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional.
Rasio probabilitas juga disebut dengan rasio rentabilitas dimana divisualisasikan kemampuan
perusahaan dalam mencapai laba dengan jalan kemampuan serta sumber yang ada yaitu kas, modal,
karyawan perusahaan, penjualan, jumlah cabang perusahaan dan sebagainya.
2. Rasio Likuiditas
Kemampuan sebuah perusahaan membayar kewajiban finansial jangka pendek merupakan analisis rasio
keuangan bersifat likuiditas. Likuiditas tidak hanya tentang keadaan keuangan perusahaan saja namun
tentang keahliannya merubah aktiva lancar jadi uang kas.
Solvabilitas atau leverage ratio merupakan keahlian sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangan dalam waktu jangka pendek serta jangka panjang jika terjadi likuidasi atau pembubaran
perusahaan. Sedangkan jika perusahaan terjadi solvable maka perusahaan tersebut memiliki aktiva atau
kekayaan yang mencakup pembayaran semua hutang, begitu sebaliknya jika perusahaan tak mampu
membayar hutangnya artinya terjadi insolvable.
4. Rasio Aktivitas
Untuk mengukur kegunaan dari seluruh sumber daya yang ada maka digunakan rasio aktivitas, dengan
analisa keuangan yang efektif. Perbandingan bertahap pada penjualan dan investasi dari jenis rasio
yang dilibatkan pada aktiva keuangan. Selain itu adanya persediaan aktiva tetap serta yang lain
merupakan tolak ukur adanya rasio aktivitas ini.
Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan
laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total
aktiva (untuk neraca).
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size statement) dapat
memberikan informasi sebagai berikut:
Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi relatif aktiva
lancar terhadap aktiva tak lancar.
Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi relatif utang
perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya dua tahun
berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik komposisi investasi
maupun struktur modal.
Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen (Common-size percentage) dapat
menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing elemen biaya dan
laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan perubahan distribusi tersebut.
EVA
pengertian EVA
Pendekatan model EVA diperkenalkan pertama kali pada tahun 1993 di sebuah perusahaan konsultan
USS yaitu Stern Steward Management Service (SSMS). Model EVA menawarkan parameter yang cukup
obyektif karena berangkat dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni mengurangi laba dengan biaya
modal, dimana beban biaya modal ini mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Selain itu, beban biaya
modal juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan investor atas sejumlah
investasi yang di tanamkan di perusahaan (Abdullah, 2004: 141).
Secara konseptual perhitungan EVA adalah laba operasi bersih sesudah pajak dikurangi biaya modal.
Selain itu, biaya modal juga mencerminkan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan investor
atas sejumlah investasi yang ditanamkan diperusahaan. sehingga dari perhitungan tersebut dapat
digambarkan bahwa apabila tingkat pengembalian yang dihasilkan (laba) lebih besar dari biaya modal
yang dituntut investor atas investasinya, maka akan menghasilkan EVA positif. Kondisi ini menunjukan
bahwa manajemen perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Sementara EVA = 0
menunjukkan posisi impas perusahaan. Dan sebaliknya, apabila tingkat pengembalian yang dihasilkan
perusahaan (laba) lebih kecil dari biaya modal yang dituntut investor atas investasinya, maka akan
menghasilkan EVA yang negatif artinya, nilai perusahaan berkurang. Jadi dengan melihat besarnya EVA
suatu perusahaan, investor dapat mengetahui laba perusahaan dan kemampuan perusahaan tersebut
memberdayakan modalnya.
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nilai tambah ekonomi menunjukkan pendapatan
suatu perusahaan sebagai kesatuan usaha yang dilakukan bersama dari beberapa kelompok antara lain
perusahaan, karyawan, penyedia modal dan pemerintah.
Tujuan EVA
Menurut Abdullah (2003: 142) tujuan penerapan model EVA diantaranya adalah:
1) Dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis
perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya
modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasar kepentingan kreditur terutama para
pemegang saham dan bukan berdasar pada nilai buku yang bersifat historis.
2) Perhitungan EVA juga diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga akan
mempermudah bagi para pengguna laporan keuangan diantaranya para investor, kreditur, karyawan,
pemerintah, pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Manfaat EVA
Manfaat yang diperoleh dari penerapan model EVA di dalam suatu perusahaan menurut Abdullah
(2003: 142) meliputi:
1) Penerapan model EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan
dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation).
4) EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan proyek atau kegiatan yang memberikan
pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai
sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tesebut dan
dengan demikian sebaiknya diambil, begitu pula sebaliknya.
Kelebihan yang dimiliki model EVA ini menurut Abdullah (2003: 142) diantaranya adalah:
a) EVA merupakan alat ukur yang dapat berdiri sendiri tidak memerlukan adanya suatu perbandingan
dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu pula membuat suatu analisis kecenderungan
dengan tahun-tahun sebelumnya.
b) EVA adalah alat pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya,
yaitu dengan memperhatikan harapan-harapan para pemilik modal (kreditur dan pemegang saham)
secara adil. Dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang
ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan nilai buku.
c) Model EVA dapat dipakai sebagai tolak ukur dalam pemberian bonus kepada karyawan. EVA
merupakan tolak ukur yang tepat untuk menjalankan stockholders atisfaction concept yakni
memperhatikan karyawan, pelanggan dan pemilik modal.
a) Secara konseptual EVA memegang lebih unggul daripada pengukur tradisional akuntansi, namun
secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Penentuan biaya modal saham cukup rumit
sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam tentang teknik-teknik menaksir biaya modal saham.
b) EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran
perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran perusahaan.
c) Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak
pasar modal).
MVA
MVA = nilai pasar dari saham – ekuitas modal yang diberikan pemegang saham.
Kusnan (2007:30), MVA diperoleh dengan menghitung nilai perusahaan (company/enterprise value),
penjumlahan harga pasar seluruh saham, surat utang dan surat berharga lainnya yang dimaksudkan
untuk mobilitasi capital, dikurangi nilai buku (book value) atau modal yang diinvestaskan. MVA
merupakan net present value dari seluruh EVA yang akan datang.
Melani (2007:44) menerangkan MVA merupakan selisih antara nilai perusahaan (enterprise value) yang
merupakan nilai saham beredar ditambah dengan utang dan jumlah modal (capital) yang ditanamkan.
Capital merupakan modal sendiri dan utang setelah penyesuaian (adjustment) penyesuaian dilakukan
untuk merefleksikan kondisi ekonomi baik atas hasil usaha (laba) maupun modal, penyesuaian yang
dilakukan, misalnya kelebihan kas dikeluarkan dari modal, amortisasi goodwill ditambahkan dikeluarkan
dari modal, biaya bunga dikeluarkan dalam menghitung laba usaha.
Young & Stephen (2001:26) MVA adalah
MVA yang positif berani menunjukkan pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekakyaan
pemegang saham dan MVA yang negatif mengakibatkan berkurangnya nilai modal pemegang saham,
jika MVA sama dengan 0 maka perusahaan tidak meningkatkan kekayaan bagi pemegang saham.
Sehingga memaksimalkan nilai MVA seharusnya menjadi tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan
kekayaan pemegang saham (Zaky, 2002 : 139).
Mengukur jumlah modal yang dimasukkan atau ditahan dalam bisnis setelah diperdagangkan beberapa
tahun dapat menghadirkan masalah. Misalnya, apakah pengeluaran penelitian dan pengembangan
menghasilkan aset atau dibebankan pada laporan laba rugi? Laporan Posisi Keuangan yang disusun oleh
akuntan tidak dirancang untuk mengukur modal yang dipasok oleh penyedia modal.
Fakta bahwa hasil MVA yang positif sering dibatasi saat akan digunakan untuk mengevaluasi manajemen
yang ada. Misalnya MVA yang ada saat ini adalah hasil dari manajemen-manajemen sebelumnya
sehingga sulit untuk menentukan berapa MVA yang diciptakan oleh manajemen yang ada saat ini.
Sangat sulit untuk mengetahui apakah MVA yang dihasilkan sudah cukup sehingga memberikan tingkat
pengembalian yang memuaskan untuk penyedia modal.
Jika elemen modal yang digunakan untuk mengukur MVA berasal dari angka-angka yang ada pada
Laporan Posisi Keuangan dan terjadi inflasi maka nilai dari modal yang digunakan akan lebih rendah dari
yang sebenarnya. Hasilnya MVA akan kelihatan lebih tinggi.
Ini adalah asumsi yang paling mengganggu karena MVA tidak harus selalu membutuhkan efisiensi pada
penetapan harga.
Perusahaan besar akan selalu memiliki MVA yang besar. Hal ini membuat perbandingan MVA antara
perusahaan-perusahaan yang ada menjadi sulit karena adanya perbedaan ukuran modal perusahaan.
Konsep MVA terdiri dari :
Jumlah saham yang beredar yaitu jumlah saham yang beredar pada tahun tertentu dari masing-masing
emiten.
Harga saham adalah harga pasar saham pada saat penutupan akhir suatu tahun tertentu.
EPS merupakan salah satu rasio keuangan yang sering digunakan investor saham atau calon investor
untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dimiliki. EPS = laba
bersih – deviden saham preferen / rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar. EPS dapat
digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga. EPS positif
berarti perusahaan laba dan sebaliknya.
Cara meningkatkan MVA dapat dilakukan dengan tiga cara (Stewart III, 1992) yaitu :
1. Meningkatkan efisiensi operasional yang berpengaruh dan selisih antara rate of return dan
WACC (Weighted Average Cost of Capital). Rate of return = NOPAT/ capital. Capital = jumlah
dana yang terdiri dari hutang berbunga dan ekuitas saham.
2. Menambah jumlah modal yang diinvestasikan ke dalam suatu proyek di mana selisih antara rate
of return dan WACC (Weighted Average Cost of Capital) berharga positif.
3. Menarik kembali modal dari operasional jika rate of return lebih kecil dari WACC.