I. IDENTIFIKASI MASALAH
Korupsi bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tanpa disadari, korupsi muncul
dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat umum. Seperti memberi
hadiah kepada pejabat/pegawai negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah
pelayanan (KPK, 2006: 1). Terbukti dengan semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang
telah terungkap, dari tahun ke tahun pasti ditemukan kasus korupsi. Misalnya dalam tahun
2012 diberitakan bahwasanya aparat Polri telah menyidik 577 kasus dugaan korupsi
sepanjang tahun 2012.
Dari 577 kasus itu, sebanyak 329 kasus sudah dinyatakan lengkap dan dilimpahkan ke
kejaksaan (P21). Potensi kerugian negara dalam kasus-kasus korupsi tahun 2012 itu
mencapai Rp 1,67 triliun. Keuangan negara yang dapat diselamatkan sebesar Rp 190,4
miliar. Tentu saja bukan hal yang sedikit bila ada ratusan kasus korupsi yang telah
ditemukan dalam tahun ini (Feri Santoso. (2012). Dari data yang telah diperoleh dari
Indonesia Corruption Watch (ICW), sepanjang periode 1 Januari hingga 31 Juli 2012
sebanyak 579 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi oleh para
penegak hukum seperti KPK, Kepolisian RI dan Kejaksaan. Kasus yang 2 ditangani tiga
penegak hukum tersebut sepanjang enam bulan pertama tahun 2012 mencapai 285 kasus
dengan potensi kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi sebesar Rp.1,22 triliun.
Dalam jumpa pers pada tanggal 4 Oktober 2012, Agus Sunaryanto salah satu anggota
tim Divisi Investigasi dikantornya mengungkapkan bahwa pada enam bulan awal tahun
2012 kasus korupsi tertinggi di sektor infrastruktur sebanyak 87 kasus. Menyusul setelah
korupsi di infrastruktur, ada juga kasus korupsi di sektor anggaran daerah sebanyak 50
kasus, sektor pendidikan sebanyak 29 kasus dan sektor sosial kemasyarakatan atau
keagamaan sebanyak 21 kasus. Disusul dengan kasus korupsi di pertanian sebanyak 12
kasus, perdagangan perindustrian sebanyak 10 kasus, bea cukai, pertambangan dan
pertanahan sebanyak 9 kasus dan terakhir kesehatan 7 kasus.
Perbandingan penindakan kasus korupsi pada semester I tahun 2011, penegak hukum
menyidik 436 kasus korupsi dengan tersangka berjumlah 1053 orang. Jumlah kerugian
negara dalam penyidikan mencapai Rp 2,1 triliun. Sementara itu data ICW semester I
tahun 2010, penegak hukum menyidik 176 kasus korupsi dengan tersangka 441 orang.
Sementara itu, jumlah kerugian capai Rp 2,1 triliun (Anonim. (2012). Lahan dan Jumlah
Korupsi Semester 1 di Indonesia Versi ICW. Diakses dari http://justisianews.com/lahan-
dan-jumlah-korupsi-semester-1-diindonesia-versi-icw/ pada tanggal 21 Oktober 2012,
19.30 WIB).
II. PENGANTAR
Bidang Studi : Pendidikan Budaya Anti Korupsi
Topik : Pendidikan Budaya Anti Korupsi
Sub topik : Nilai Integritas Muhamad Natsir
Sasaran : Seluruh Mahasiswa Tingkat III Program Studi D-IV Keperawatan
Hari/tanggal : Kamis/ 05 Maret 2020
Jam : 08.00 - selesai
Tempat : Kelas II C Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan seluruh Mahasiswa Tingkat III
Program Studi D-IV Keperawatan dapat memahami dan mengerti tentang Korupsi serta
dapat menauladani sifat sederhana dari tokoh kepemimpinan yaitu Muhamad Natsir.
V. MATERI
Terlampir
VI. METODE
Ceramah
Tanya jawab
VII. MEDIA
Materi SAP
Poster
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
Materi:
Identifikasi masalah korupsi
Mengenal sosok Muhamad Natsir
Memahami Nilai Integritas dari Muhamad
Natsir
IX. PENGESAHAN
Medan, 05 Maret 2020
Mengetahui
Dosen Pembimbing
X. EVALUASI
Tanya jawab:
1. .................... 4. ..........................
2. .................... 5. ..........................
3. ....................
XI. LAMPIRAN MATERI
MUHAMAD NATSIR
“JABATAN DAN KEDUDUKAN TAK SEHARUSNYA MENGUBAH KESAHAJAAN “
Natsir lahir dan dibesarkan di Solok, sebelum akhirnya pindah ke Bandung untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas
di perguruan tinggi. Ia terjun ke dunia politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di
partai politik berideologi Islam. Pada 5 September 1950, ia diangkat sebagai Perdana Menteri
Indonesia kelima. Setelah mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951
karena berselisih paham dengan Presiden Soekarno, ia semakin vokal menyuarakan
pentingnya peranan Islam di Indonesia hingga membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno.
Setelah dibebaskan pada tahun 1966, Natsir terus mengkritisi pemerintah yang saat itu telah
dipimpin Soeharto hingga membuatnya dicekal.
Natsir banyak menulis tentang pemikiran Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam
setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada tahun 1929; hingga akhir hayatnya ia telah
menulis sekitar 45 buku dan ratusan karya tulis lain. Ia memandang Islam sebagai bagian tak
terpisahkan dari budaya Indonesia. Ia mengaku kecewa dengan perlakuan pemerintahan
Soekarno dan Soeharto terhadap Islam. Selama hidupnya, ia dianugerahi tiga gelar doktor
honoris causa, satu dari Lebanon dan dua dari Malaysia. Pada tanggal 10 November 2008,
Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Natsir dikenal sebagai menteri yang
"tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia dikenang sebagai menteri yang tak punya
rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah."
KEMEJA BERTAMBAL
George MCTuman Kahin, guru besar Universitas Cornell, Amerika Serikat, sampai
terhenyak kala bertemu M. Natsir untuk kali pertama pada 1946. Ketika itu, M.Natsir adalah
Mentri Penerangan RI. “ ia memakai kemeja bertambal, sesuatu yang belum pernah saya lihat
di antara parapengawai pwmerintahan manapun. Belakangan, Kahin mengetahui bahwa
Natsir hanya memiliki dua stel kemeja kerja yang sudah tidak bengitu bangus. Ntsir tak malu
menjhit kemejanya itu bila robek. Hal itu sampai membuat para pengawai Kementrian
Penerangan mengumpulkan uang untuk membelikan Natsir baju agar terlihat seperti menteri
sungguhan.
SYUKURI APA ADANYA
“Mobil itu bukan milik kita. Lagi pula, yang ada masih cukup. Cukupkan yang ada ,
pandai-pandailah mensyukuri nikmat.
Demikianlah jawaban M.Natsir atas pertanyaan putrinya, Lies, pada suatu ketika. Hal yang
ditanyakan Lies adalah putusan sayng ayah menolak pemberian sebuah mobil dari tamunya.
Padaha, mobil yang akan diberikan sang tamu kepada Natsir yang saat itu memimpin Fraksi
Masyumi di parlemen adalah buatan Amerika Serikat yang tergolong mewah.
Dalam pandangan Lies, mobil itu bisa menggantikan mobil ayahnya yang sudah kusam.
Natsir berpandangan lain. Ia pantang menerima pemberian seseorang yang lantas akan
menjadi beban dalam menjalankan amanah. Natsir memang lebih suka memenuhi kebutuhan
hidup dengan perjuangannya sendiri. Bertahun-tahun natsir tak malu menumpang di pavilion
rumah Prawoto Mangkusasmito dia pun sempat menumpang di rumah H.Agus Salim. Baru
pada 1946, pemerintah memberikan rumah dinas kepadanya.
2. JUJUR
Sosok Muhamad Natsir dan anaknya Lie termasuk tokoh yang memiliki nilai
integritas jujur dikarenakan ia menolak segala pemberian yang diberikan oleh
siapapun. Dan Muhamad Natsir memiliki perinsip “lebih baik menggunakan barang
dari kerja keras kita sendiri dari pada menerima pemberian dari orang lain”
Sumber:
Buku Orange Juice