Peran Pelabuhan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Di Indonesia
Peran Pelabuhan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Di Indonesia
Email: dianakarunia@ymail.com
ABSTRAK
Peran kota adalah sebagai pusat aktivitas ekonomi suatu negara. Di Indonesia, aktivitas ekonomi terkonsentrasi
di area perkotaan, terutama di kota-kota pesisir yang memiliki pelabuhan. Penelitian ini mengkaji peran
pelabuhan terhadap pertumbuhan kota di Indonesia dan perbedaan pertumbuhan antara kota pelabuhan dan kota
yang tidak memiliki pelabuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelabuhan berperan penting terhadap
pertumbuhan kota, sesuai dengan pola pertumbuhan kota pelabuhan di Asia. Selain itu, terdapat perbedaan
pertumbuhan kota pelabuhan dan kota yang tidak memiliki pelabuhan dilihat dari proporsi jumlah tenaga kerja
manufaktur, kepadatan penduduk, dan rata-rata tingkat pendidikannya.
ABSTRACT
City acts as a core of economic activity in a country. In Indonesia, economic activity is concentrated in urban
areas, especially in coastal cities which have ports. This study examines the role of port on cities growth in
Indonesia and the differences on growth among port cities and non-port cities. The result shows that ports play
important role on cities growth, similar with the pattern of port cities growth in Asia. Moreover, there are
differences on growth among port cities and non-port cities in proportion of manufacture employment,
population density, and average education level.
PENDAHULUAN
Kota berperan sebagai pusat aktivitas utama ekonomi suatu negara. Kota dapat
dipandang sebagai mesin inovasi dan pertumbuhan perekonomian modern karena
menyediakan komoditas yang penting, yaitu informasi. Hal ini memberikan kemudahan bagi
proses produksi barang dan jasa serta aktivitas perekonomian lainnya. Kota menyediakan
variasi barang dan jasa, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penduduknya.
Pada umumnya, pusat kota awalnya tumbuh di daerah pesisir karena efisiensi ekonomi
dan keuntungan konsumsi (Henderson, 1986; Quigley, 1998; Venables, 2009). Berdasar
sejarahnya, peningkatan efisiensi cenderung berdasar lokasi geografis: kota cenderung
berlokasi dekat dengan laut atau sungai sehingga mempermudah pengiriman barang dengan
70.000.000
50.000.000
40.000.000
30.000.000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 1. Perbedaan Rata-rata PDRB Kota Pelabuhan dan Kota yang Tidak Memiliki Pelabuhan
Gambar 1 menunjukkan rata-rata PDRB kota pelabuhan dan kota yang tidak memiliki
pelabuhan selama kurun waktu 10 tahun yang diambil dari 56 kota di Indonesia. Terlihat
bahwa rata-rata PDRB kota pelabuhan lebih besar daripadaa kota yang tidak memiliki
pelabuhan. Selain itu pertumbuhan PDRB kota pelabuhan juga lebih cepat dari kota yang
tidak memiliki pelabuhan. Kota pelabuhan terbesar di Indonesia adalah Jakarta, Surabaya,
Medan, dan Makassar. Keempat kota pelabuhan terbesar ini juga merupakan kota terbesar di
Indonesia yang memiliki aktivitas ekonomi tinggi. Peran pelabuhan dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan perdagangan di wilayah Indonesia sangat
besar mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Oleh karenanya, pelabuhan menjadi
faktor penting dalam menjalankan roda perekonomian negara.
Namun, dalam teori evolusi spasial kota pelabuhan (Bird, 1963; Hoyle, 1989;
Murphey, 1989; Lee, 2005), perkembangan masing-masing fungsi kota dan fungsi pelabuhan
mensyaratkan adanya pemisahan spasial. Aktivitas pelabuhan yang semakin tinggi
membutuhkan pembangunan pelabuhan modern, tambahan area sebagai pergudangan, dan
infrastruktur transportasi dari dan ke pelabuhan. Aktivitas ini akan menambah kepadatan kota
sehingga menganggu kenyamanan penduduknya. Sedangkan, bila perekonomian kota telah
mengembangkan fungsi-fungsi lainnya, kota semakin tidak tergantung dengan aktivitas
pelabuhan, misalnya dengan berkembangnya sektor jasa di pusat kota.
LANDASAN TEORI
Kota memiliki pengertian sebagai kesatuan ekonomi dan kesatuan politik. Secara
politik, kota mencakup area dimana pemerintah kota menyelenggarakan fungsi-fungsi
pemerintahan. Secara ekonomi mencakup area dimana terdapat aktivitas ekonomi yang
menyatu dan batas-batasnya ditentukan sejauh mana aktivitas ekonomi terintegrasi (Mulatip
& Brodjonegoro, 2004).
O’Sullivan (2007) menyatakan terdapat empat sumber pertumbuhan ekonomi kota.
Pertama, akumulasi kapital, yaitu pertumbuhan jumlah kapital per pekerja. Kedua,
peningkatan modal manusia, yaitu ilmu pengetahuan dan keahlian yang didapat dari
pendidikan dan pengalaman kerja. Ketiga, perkembangan terknologi seperti teknik produksi
hingga penemuan baru. Keempat, aglomerasi ekonomi, yaitu peningkatan produktivitas
melalui berbagi input, pengumpulan tenaga kerja, penyamaan tenaga kerja, dan luapan
pengetahuan.
Pelabuhan merupakan pintu gerbang utama arus barang, baik ekspor maupun impor,
dan pemindahmuatan antar moda transportasi. Adanya pelabuhan sebagai infrastruktur
ekonomi menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu, pelabuhan merangsang aktivitas
ekonomi yang lebih besar, misalnya tumbuhnya perusahaan dan pabrik di sekitar pelabuhan.
Aktivitas ekonomi yang tinggi pada akhirnya akan menarik lebih banyak penduduk untuk
tinggal didekatnya, sehingga akan membentuk suatu kota.
Gambar 2 menunjukan pola spasial dimana perekonomian kota tepi pantai merupakan
pasar “sisa” di Eropa, sedangkan di Asia (dan Australia, Afrika, dan Amerika Selatan)
merupakan pasar utama. Perbedaan penting lainnya adalah tingkat integrasi regional.
Pelabuhan Eropa bersaing untuk satu pasar saja di seluruh Eropa, sedangkan pelabuhan Asia
masih berfokus pada perekonomian nasional dan mengembangkan fungsi hub untuk daya
saing regional.
Di Asia, kota pelabuhan adalah pasar yang paling penting bagi pelabuhan. Model kolonial di
Asia Selatan dan Asia Tenggara memberi pengaruh pada penyatuan hierarki kota dan
pelabuhan di sepanjang daerah perdagangan, lewat pembangunan kawasan pergudangan di
Singapura dan Hongkong. Sampai sekarang, kota-kota paling penting di Asia adalah kota
pelabuhan dan juga berperan paling besar dalam perdagangan dengan negara-negara di Eropa
dan Amerika Utara. Proses pembangunan di Asia Timur yang sangat cepat melahirkan model
Gambar 3. Tahap Evolusi Hubungan Kota dan Pelabuhan di Eropa dan Asia
Gambar 3 merupakan model evolusi hubungan antara kota dan pelabuhan. Model
evolusi untuk kota di negara-negara barat (Eropa dan Amerika Utara) dikembangkan oleh
Hoyle (1989). Model ini menjelaskan pemisahan antara kota dan pelabuhan karena konflik
fungsional dan spasial antara kota dan pelabuhan, memperlihatkan pola pertumbuhan kota-
kota pelabuhan di Eropa dan Amerika Utara. Kemudian dikembangkan model evolusi untuk
kota-kota pelabuhan di Asia karena pola yang sangat berbeda. Model kota pelabuhan di Asia
adalah pembentukan pelabuhan modern yang berlokasi jauh dari pusat kota karena aktivitas
pelabuhan yang meningkat. Kota dan pelabuhan menjalani fungsinya masing-masing namun
ada saling ketergantungan antara pusat kota, pelabuhan, dan area belakang pelabuhannya.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan terdiri dari studi literatur, pengolahan data
sekunder, dan analisis hasil penelitian. Metode statistika yang dipakai untuk mengolah data
dimana δ adalah dummy bagi kota yang memiliki pelabuhan = 1, kota yang tidak memiliki
pelabuhan = 0, sehingga terlihat perbedaan karakteristik diantara keduanya.
Untuk menganalisis peran pelabuhan terhadap pertumbuhan kota digunakan model
ekonometrika:
Tabel 1 menampilkan hasil estimasi model (1) yaitu model pertumbuhan kota dengan
dummy pelabuhan dan model (2) yaitu peran pelabuhan terhadap pertumbuhan kota,
keduanya dengan variabel dependen PDRB perkapita kota. Seperti yang terlihat pada tabel,
KESIMPULAN
Hasil penelitian mendukung hipotesis dan dapat dijelaskan berdasarkan teori dan fakta
yang ada. Indonesia sebagai negara kepulauan, kota-kota pelabuhan yang berada di pesisir
masih terus mendominasi karena kota-kota yang ada masih terus berkembang, urbanisasi
masih tinggi, biaya transportasi minimum untuk perdagangan, dan infrastruktur transportasi
darat masih belum baik. Perkembangan kota-kota pelabuhan semakin bergeser ke sektor jasa,
sedangkan sektor manufaktur bergeser ke kota-kota hinterlandnya atau kota yang tidak
memiliki pelabuhan. Dengan demikian, kota-kota yang tidak memiliki pelabuhan tetap terus
tumbuh karena aktivitas sektor manufaktur.
SARAN
Hal yang perlu diperhatikan adalah pola pertumbuhan kota-kota pelabuhan di
Indonesia yang masih terus tumbuh dan mendominasi perekonomian secara umum. Kota-kota
pelabuhan sebagai kota-kota terbesar di Indonesia masih menjadi tujuan urbanisasi sehingga
semakin padat. Di samping itu, aktivitas pelabuhan juga semakin meningkat sehingga
menyebabkan kepadatan dan dampak lingkungan. Perlu perencanaan dan penanganan khusus
bagi permasalahan di kota-kota pelabuhan seperti ini. Selain itu, desentralisasi sektor
manufaktur sudah terjadi dari kota-kota pelabuhan menuju kota-kota disekitarnya. Diperlukan
infrastruktur pendukung yang memfasilitasinya seperti perbaikan transportasi darat untuk
menurunkan biaya transportasi dan penyediaan informasi untuk mendukung proses
penyamaan tenaga kerja. Terakhir adalah dampak urbanisasi bagi pertumbuhan ekonomi di
DAFTAR PUSTAKA
Bird, J. (1963). The Major Seaports of The United Kingdom. London: Hutchinson of London.
Bird, J. (1973). Of Central Places, Cities and Seaports. Geography, 58, 105-118.
Behrens, K. (2004). On The Location and ‘Lock In’ of Cities: Geography vs. Transportation
Technology. Regional Science and Urban Economics, 37(1), 22-45.
Clark, X., Dollar, D., & Micco, A. (2004). Port Efficiency, Maritime Transport Costs, and
Bilateral Trade. National Bureau of Economics Research Working Paper 10353.
Ducruet, C. (2006). Port-City Relationships in Europe and Asia. Journal of International
Logistics and Trade, 4(2), 13-35.
Fujita, M., Krugman, P., & Venables, A. J. (1999). The Spatial Economy: Cities, Regions and
International Trade. London : MIT Press.
Gallup, J. L., Sachs, J. D., & Mellinger, A. (1999). Geography and Economic Development.
Working Papers Center for International Development at Harvard University, CID
Working Paper No.1.
Gipouloux, F. (2001). Complementary and Rivalry among Asia’s Major Logistics Hubs:
Hong Kong, Singapore and Shanghai in a Global Perspective. Paper presented at the 4th
Europe-Asia Conference, Hong Kong, China.
Henderson, J.V. (1974). The Sizes and Types of Cities. American Economic Review, 64, 640-
56.
Henderson, J. V. (1980). The Effects of Urban Concentration on Economic Growth. American
Economic Review, 70(5), 894-910.
Henderson, J.V. (1986). Urbanization in A Developing Country: City size and Population
Composition. Journal of Development Economics, 22, 269-293.
Henderson, J. V. (1999b). Notes on the Costs of Urban Primacy. Brown University mimeo,
10-24-99.
Henderson, J.V., Kuncoro, A. & Nasution P. (1996). Dynamic Development in Jabotabek.
Indonesian Bulletin of Economic Studies, 32, 71-96.
Holly, B. (1996). Restructuring the Production System. In: Daniels, P. and Lever, W. (Eds.)
The Global Economy in Transition (pp. 24-39). Harlow: Addison-Wesley.
Hoyle, B.S. (1989). The Port-city Interface: Trends, Problems and Examples. Geoforum, 20,
429-435.