Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
perekonomian masyarakat. Hal ini terutama bila dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat
dan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil dan menengah tersebut. Selain memiliki
arti strategis bagi pembangunan, usaha kecil menengah juga berfungsi sebagai sarana untuk
memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai (Lumbanraja P, 2017)
Pengembangan ekonomi nasional di Indonesia, yang menjadi prioritas yaitu Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). UMKM menjadi tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan untuk mengurangi
permasalahan kemiskinan dan pengembangannya mampu memperluas basis ekonomi serta dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian daerah dan ketahanan
ekonomi nasional. (Kurniawan,2011).
Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus
mampu menghadapi tantangan global, seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan
sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk
menambah nilai jual UMKM, utamanya agar dapat bersaing dengan produk produk asing yang kian
membajiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang
mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto 2011).
UMKM merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UMKM
mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional karena selain memberi
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga dapat menyerap tenaga kerja dalam
jumlah yang besar. Data yang dipublikasikan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UMKM menunjukkan
bahwa tenaga kerja yang bekerja pada sektor UMKM mencapai 96% (2012-2014) terhadap total tenaga
kerja yang tersebar di sembilan sektor ekonomi Indonesia. UMKM juga memberikan kontribusi terhadap
produk domestik bruto sebesar 40% serta mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting
pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor non migas. Meski mempunyai peran yang strategis,
mengembangkan kinerja UMKM bukan hal yang mudah.
Perkembangan UMKM di Indonesia mengharuskan para pelaku UMKM untuk bertahan dan siap dalam
persaingan dengan UMKM lainnya. Hal ini memacu para pelaku UMKM agar menciptakan usaha-usaha
yang baru dan berbeda, tentunya dengan kinerja yang baik. Kebanyakan pemilik UMKM tidak memiliki
pandangan dan pengetahuan yang luas, sehingga kurang berorientasi jangka panjang. Upaya untuk
meningkatkan kinerjanya cenderung bersifat konvensional karena kurangnya pengetahuan dalam
bidang manajemen. Masalah yang sering dihadapi oleh para pelaku UMKM antara lain mengenai
pemasaran produk, teknologi, pengelolaan keuangan, kualitas SDM, dan permodalan. Beberapa masalah
tersebut apabila tidak ditangani maka akan berdampak pada kinerja UMKM.
Pengembangan ekonomi nasional di Indonesia, yang menjadi prioritas yaitu Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM). UMKM menjadi tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan untuk mengurangi
permasalahan kemiskinan dan pengembangannya mampu memperluas basis ekonomi serta dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian daerah dan ketahanan
ekonomi nasional. (Kurniawan,2011).
Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus
mampu menghadapi tantangan global, seperti meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan
sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk
menambah nilai jual UMKM, utamanya agar dapat bersaing dengan produk produk asing yang kian
membajiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang
mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto 2011).
Memperkuat UMKM agar dapat menguasai pasar domestik dan global menjadi tujuan besar untuk
didapatkan, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan peluang besar untuk segala
bentuk kerjasama yang dapat mendorong UMKM dalam memperluas usahanya. Selain itu, segala
permasalahan yang menghambat perkembangan UMKM juga menjadi sebuah perhatian khusus,
disebutkan bahwa terdapat kendala dalam pengembangan UMKM, yaitu dimana UMKM dinilai sulit naik
tingkat untuk dapat mendominasi pasar maupun menembus tingkat global (Ukmindonesia.Id, 2018).
Di era industri 4.0 sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa kualitas sumber daya manusia telah
memerankan peran penting yang dibutuhkan oleh organisasi dalam hal pemanfaatan dan menguasai
penggunaan IPTEK serta dalam berinovasi. Pada era ini menjadi peluang besar bagi pelaku usaha untuk
meningkatkan daya saing dan memperluas pemasaran produk agar dapat menjangkau pasar sampai ke
pelosok negeri, bahkan dapat menembus batas sampai ke luar negeri (Perindustrian et al., 2019).
Namun demikian, dampak lain dari era 4.0 ini adalah terjadinya persaingan yang lebih kompetitif dan
sangat kuat, diakibatkan karena adanya orientasi pasar dan kebutuhan pelanggan yang mengalami
perubahan (Mishra, 2016) sehinga, sektor UMKM yang berorientasi pada perubahan dan yang
mendukung nilai inovasi berkelanjutan mendapatkan keuntungan yang lebih besar (Sahoo & Yadav,
2017). Oleh karena itu diperlukan pengembangan orientasi kewirausahaan sebagai suatu konsep yang
dapat membantu dalam mengurangi tekanan kompetitif sehingga dapat meningkatkan kemampuan
organisasi dalam bersaing dengan kompetitiornya (Wiklund & Shepherd, 2011).
Orientasi kewirausahaan itu sendiri terbentuk dari gagasan yang menerangkan tentang manajemen
spesifik serta pembuatan proses strategi secara bersama dan mengombinasikan pengetahuan dari
masing-masing anggota sehingga menjadikannya sebuah produk baru dalam kegiatan operasional
(Gupta & Batra, 2016b; Wiklund & Shepherd, 2011). Di sisi lain orientasi kewirausahaan telah dipelajari
secara luas di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kemudian dengan cepat diikuti
oleh negara lain seperti Brasil, Rusia, India, dan China, atau yang biasa disebut dengan negara-negara
BRIC (Gupta & Batra, 2016b; O’Neill, 2003). Secara konseptual berbicara tentang orientasi
kewirausahaan akan mengarah pada kinerja yang lebih unggul (Covin & Lumpkin, 2011; Edmond &
Wiklund, 2010; Gupta & Batra, 2016b; Sahoo & Yadav, 2017) yaitu dimana UMKM yang telah
menerapkan orientasi kewirausahaan dengan kuat akan lebih baik dari pada mereka yang tidak
menerapkannya, sedangkan keberhasilan suatu wirausaha yang paling utama tergantung pada tindakan,
sikap, komitmen, pengetahuan serta pengalaman dari manajemen puncak.
Masuknya era industry baru yakni program pemerintah UMKM Go Online di Indonesia mulai tahun 2017
membuat Pemerintah Indonesia perlu melakukan gerakan cepat untuk dapat menangkap peluang
tersebut sebagai langkah untuk terus dapat bersaing dan berkolaborasi secara global. Menurut
Kementerian Perindustrian terdapat empat strategi Indonesia untuk masuk kedalam revolusi industry
keempat, yang pertama adalah mendorong angkatan kerja untuk meningkatkan keterampilan terutama
dalam penggunaan internet of things, yang kedua pemanfaatan teknologi digital untuk mendorong
produktivitas dan daya saing bagi industry kecil dan menengah (IKM) untuk menembus ekspor, yang
ketiga adalah penggunaan digital technology, serta yang keempat adalah inovasi teknologi.
Di Indonesia, UMKM merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki peranan cukup penting bagi
pertumbuhan ekonomi, selain itu UMKM juga memiliki andil dalam penyerapan tenaga kerja dan
distribusi hasil-hasil pembangunan. Dalam sepuluh tahun terakhir, pertumbuhan jumah unit UMKM
tahun 2016 – 2019 mengalami peningkatan sebesar 4,2 persen setiap tahunnya dan rata-rata kontribusi
UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 3 tahun terakhir lebih dari 50 persen.
Hal ini membuktikan bahwa UMKM mampu mendongkrak sekotor perekonomian masyarakat secara
mandiri dan mendukung laju pertumbuhan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Karena itulah UMKM
menjadi salah satu sektor usaha yang diunggulkan oleh Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, di sektor jasa karena memiliki kontribusi yang meningkat terhadap perekonomian serta
perdagangan indonesia.
Namun begitu berbagai macam kendala masih dihadapi pelaku UMKM. Kendala muncul bersifat internal
antara lain Sumber Daya Manusia (SDM), modal, akuntabilitas dan hukum. Disisi lain, kendala eksternal
meliputi akses, iklim usaha dan infrastruktur (LPPI & Bank Indonesia, 2015).
Beberapa faktor tersebutlah yang menghambat munculnya keunggulan bersaing dari pelaku bisnis. Agar
dapat memunculkan daya saing pada UMKM, perlu diterapkan konsep keunggulan bersaing melihat
semakin banyaknya pesaing dengan jenis usaha yang sama. Hal tersebut dilakukan guna menumbuhkan
perekonomian serta berakhir pada ketahanan bisnis (Zultaqawa, Alexandri, & Hardinata, 2019). Salah
satu usaha untuk dapat meningkatkan keunggulan bersaing khususnya pada bisnis UMKM adalah
dengan memaksimalkan potensi dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya dalam meningkatkan
daya saing perusahaan. Dalam bisnis, SDM atau Pelaku UMKM dituntut untuk mampu melakukan
inovasi, meningkatkan pertumbuhan bisnis, menciptakan produk dan pelayanan yang terdiferensiasi
serta kemampuan mengurangi biaya dalam aktivitas bisnis yang didukung dengan penggunaan teknologi
untuk mendapatkan keunggulan bersaing (Xuhua et al., 2019). Namun melihat keadaan saat ini UMKM
masih terkendala terkait kapasitas dan kualitas khususnya dari segi kompetensi yang dimiliki serta dari
segi keterbatasan sumber daya produktif seperti informasi, pengetahuan, keterampilan dan teknologi
(BAPPENAS, 2014). Sejalan dengan itu data menunjukan 36 % pelaku UMKM di Indonesia masih
menerapkan bisnis secara offline. Di samping itu, sebesar 37 % dari pelaku UMKM memiliki kemampuan
online yang sangat mendasar, sebesar 18 % memiliki kemampuan online menengah dan sebesar 9%
sudah menjalankan bisnis online yang berkelanjutan (Deloitte, 2015). Seperti yang dijelaskan pada
penelitian Vieru et al (2015) menyebutkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah masih kekurangan SDM
yang memiliki kemampuan kompetensi digital yang memadai. Hal tersebut memperlihatkan bahwa SDM
pada UMKM masih belum optimal dalam menguasai teknologi, informasi serta komunikasi.
Keterbatasan lainnya yang dihadapi UMKM adalah rendahnya kemampuan dalam hal meningkatkan
sikap orientasi kewirausahaanya (Ashariyadi, 2016). Padahal orientasi kewirausahaan sangat penting
bagi usaha dengan skala UMKM.
Orientasi kewirausahaan itu sendiri membahas mengenai kemampuan dari perusahaan untuk mampu
mengubah peluang kewirausahaan menjadi lebih kebaruan. Hal tersebut berhubungan dengan sikap
berinovasi, proaktif dan mampu mengambil resiko yang ada. Pelaku usaha yang terampil dalam
melakukan inovasi, proaktif dan mampu mengambil resiko maka akan mampu menciptakan ide-ide yang
kebaruan. Sikap-sikap tersebut yang ada pada pelaku usaha serta dianggap penting untuk mencapai
pertumbuhan dan keunggulan bersaing dari bisnis (Meutia, Ismail, & Ummi, 2017). Salah satu aspek
pendukung orientasi kewirausahaan adalah inovasi, karena dalam meningkatkan keunggulan bersaing
dapat dilihat dari kemampuan individu dalam meningkatkan inovasinya (Herliana, 2015). Namun aspek
inovasi ini belum menyebar keseluruh pelaku UMKM industri pengolahan di Kota Bandung melihat laju
pertumbuhannya yang semakin menurun.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam menopang pertumbuhan
ekonomi nasional setelah terdampak pandemi Covid-19. Hal itu terlihat dari kontribusi UMKM terhadap
PDB Indonesia terus meningkat sampai sekitar 60% di masa pra pandemi.
Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga sangat tinggi dan terus bertumbuh mencapai 96,99% –
97,22% dengan jumlah pelaku UMKM mencapai 62 juta atau sekitar 98% dari pelaku usaha nasional.
peran penting UMKM dalam perekonomian nasional mencerminkan peran penting UMKM dalam
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di
Indonesia.
UMKM dapat menjadi garda terdepan dalam pencapaian pilar ekonomi SDGs dengan penciptaan
lapangan kerja, penciptaan kondisi kerja yang layak, inovasi bisnis, adaptasi dan mitigasi dampak negatif
ekonomi, sosial dan lingkungan paa operasi bisnis untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan.
UMKM menjadi penopang 64% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2019 lalu. Tak hanya itu,
UMKM juga menyumbang 95% penyerapan tenaga kerja se-nusantara.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu kelompok usaha yang mampu bertahan bahkan
ketika gejolak ekonomi melanda tanah air. Di banyak negara jumlah unit usaha kecil dan menengah
terus meningkat dan memberikan kesempatan kerja yang stabil. Namun, bagaimanapun, ini masih
dianggap sebagai industri operasi yang lemah dan sekunder. Saat ini Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Mereka juga memiliki
posisi yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional dan dinilai terutama dari kontribusinya
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.
Usaha Kecil dan Menengah dapat memperluas operasi bisnisnya dan memberikan kontribusi jasa
ekonomi kepada masyarakat. Mereka dapat memainkan peran penting dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengarah pada
terpeliharanya peran mereka dalam membawa stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi
pada khususnya. Ketersediaan bahan baku untuk industri kecil dan menengah lokal merupakan
keunggulan tersendiri yang memungkinkan mereka beroperasi secara efisien. Kebutuhan modal kerja
yang kecil memberikan peluang kepada masyarakat yang memiliki motivasi wirausaha untuk mendirikan
unit usaha dengan tingkat kecanggihan teknis dan produksi yang terjangkau. Dalam batasan tertentu
kegiatan industri kecil dan menengah, kemungkinan pengurangan impor makanan dan minuman di kota
Medan Indonesia menurunkan kebutuhan devisa pasar.
Selaras dengan program pembangunan ekonomi pemerintah Indonesia yang titik awalnya diarahkan
pada peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi,
diperkirakan Indonesia membutuhkan sekitar 20 juta unit usaha baru di luar sektor pertanian.
Diharapkan dalam 15 tahun ke depan dapat mendongkrak daya dukung pertumbuhan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Artinya negara harus mengembangkan 1,3 juta
unit usaha baru setiap tahunnya (BPS, 2016). Namun infrastrukturnya relatif terbatas. Pengembangan
usaha baru terkait dengan upaya menumbuhkan lingkungan usaha yang kondusif, menumbuhkan
kemauan masyarakat untuk berwirausaha dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
berwirausaha (Kadir, 2015; Syihabuddin dan Saefudin, 2012; BPS, 2016).