Anda di halaman 1dari 6

RESUME

“PENDEKATAN DAN MODEL PELAYANAN BK POLA 17 PLUS DAN JENIS


LAYANAN ”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling yang
Diampu oleh Prof. Dr. Herman Nirwana, M.Pd, Kons.

Ratih Ratna Sari


17016070/2017

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. Pendekatan dan Model Pelayanan BK Pola 17 Plus

Setiap organisasi pendidikan perlu melakukan suatu perencanaan dalam setiap


kegiatan organisasinya. Baik berupa perencanaan kegiatan, perencanaan kurikulum, program
Pembelajaran maupun perencanaan kegiatan konseling di sekolah.
Perencanaan (planning) merupakan proses dasar bagi organisasi untuk memilih
sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, perencanaan dalam
pendidikan harus menetapka tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan
proses perencanaan yang lain, termasuk juga dalam hal ini adalah perencanaan kegiatan
bimbingan dan konseling.
Konsep perencanaan menurut T. Hani Handoko (dalam indra kusuma, 2014)
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses menentukan bagaimana sistem manajemen akan mencapai tujuan
dalam menentukan bagaimana organisasi dapat meraih apa yang ingin ditujunya.
b. Proses menetapkan tujuan-tujuan dan rancangan tindakan, membangun peraturan-
peraturan dan prosedur, dan memperhitungkan hasil-hasil yang akanterjadi di waktu
yang akan datang
c. Proses perencanaan tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan, namun
perlu terus dimodifikasi sesuai dengan temuan-temuan baru di lapangan yang
membawa pada efektivitas dan efisiensi organisasi.
Menurut Prayitno (dalam indra kusuma,2014) sejak tahun 1993 penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah memperoleh perbendaharaan istilah
baru,yaitu BK Pola-17. Istilah tersebut memberikan warna tersendiri bagi arah dan bidang,
jenis layanan dan kegiatan serta substansi pelayanan BK di jajaran pendidikan dasar dan
menengah.
Seiring dengan mulai dikenalnya BK pola 17 waktu itu, kini berkembang menjadi
BK Pola-17 plus, terutama apabila kegiatan BK mengacu kepada sasaran pelayanan yang
lebih luas, sehingga mencakup peserta didik di perguruan tinggi dan warga masyarakat luas.
B. Jenis layanan
1. Layanan orientasi
Hallen (2002:83) menegaskan bahwasanya layanan orientasi adalah layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan
yang baru dimasukinya.
Menurut Prayitno (2017:74) (dalam Syafaruddin, 2019:58) bahwa layanan
orientasi adalah sebuah layanan yang diberikan kepada klien untuk memberikan
pemahaman kepada klien agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik ke depan.
Secara umum dapat dimaknai bahwa orientasi berarti kedepan atau kearah yang baru.
Dalam hal ini berarti layanan orientasi adalah layanan yang diberikan oleh
konselor kepada klien untuk memberikan hal-hal yang kemungkinan tingkah laku
yang akan ditampilkannya ke depan. Perjalanan kehidupan manusia selalu mengarah
ke depan. Untuk menyikapi ini maka layanan orientasi sangat dibutuhkan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Layanan informasi
Menurut prayitno (dalam Syafaruddin, 2019:59) Layanan informasi merupakan
salah satu layanan yang sangat penting dilaksankan, mengingat tidak semua masalah
dapat diselesaikan dengan menggunakan layanan orentasi. Oleh karena itu, seorang
konselor dapat memberikan layanan informasi. Setiap orang membutuhkan informasi,
dengan informasi, setiap individu mendapatkan berbagai kondisi tentang sesuatu,
sehingga dengan informasi itu, individu mendapatkan berbagai hal untuk menambah
wawasan, pemahaman yang lebih mantap. Pelaksanaan layanan informasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan dua cara yang pertama yaitu dengan cara diminta
oleh klien berbagai informasi kepada konselorya dan yang kedua adalah dengan cara
konselor itu sendiri yang memberikannya kepada klien. Pada pelaksanaan cara yang
kedua, konselor tidak hanya memberikan begitu saja kepada klien, tetapi konselor
memberikannya atas dasar analisis yang dilakukan oleh konselor bahwa klien benar-
benar membutuhkan informasi yang ingin disampaikan oleh konselor.
3. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan Penempatan dan Penyaluran perlu diselenggarakan secara terencana
dan tertib sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah sistematika strategis. Langkah
pengkajian kondisi merupakan dasar bagi arah penempatan yang dimaksud sebelum
melanjutkan ketahap selanjutnya.
Menurut Mulyadi (dalam Syafaruddin, 2019:59) menjelaskan bahwa layanan
penempatan dan penyaluran merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat
(misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau
program studi, program latihan, magang, kegiatan ekstrakurikuler) sesuai dengan
potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya.
Layanan Penempatan dan Penyaluran adalah suatu kegiatan bimbingan yang
dilakukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami mismatch
(ketidak sesuaian antara potensi dengan usaha pengembangan), dan penempatan
individu pada lingkungan yang cocok bagi dirinya serta pemberian kesempatan
kepada individu untuk berkembang secara optimal. Layanan penempatan dan
penyaluran yang dilakukan oleh konselor sebaiknya dilaksanakan dengan baik dan
tepat. Dalam hal ini, penempatan adalah tempat yang disediakan oleh konselor untuk
klien. Dimana tempat ini adalah tempat yang dijadikan oleh klien sebagai wadah
untuk mengasah bakat, minat, keterampilan dan lain-lain agar segala kemampuan
yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Selanjutnya penyaluran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh konselor untuk menyalurkan klien sesuai dengan
tempatnya masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk memfasilitasi klien agar
selalu mengalami perkembangan kearah yang lebih baik. Oleh karenanya konselor
harus memahami apa potensi yang dimiliki oleh klien.
4. Layanan Penguasaan Konten
Menurut Tohirin (2007) Layanan penguasaan konten adalah layanan yang
diberikan kepada klien agar klien dapat melakukan sesuatu dengan terampil. Layanan
penguasaan konten sejak awal disebut dengan layanan pembelajaran. Tetapi, sesuai
dengan perkembangan ilmu bimbingan dan konseling yang disesuaikan dengan
perkembangan kehidupan manusia, maka layanan ini diganti dengan sebutan layanan
penguasaan konten.
Menurut Prayitno (2017) bahwa layanan penguasaan konten merupakan sebuah
layanan yang diberikan kepada klien agar klien dapat menguasai konten tertentu dan
selanjutnya dapat dilaksanakannya dalam kehidupannya sehari-hari. Layanan ini
diberikan agar klien memiliki keterampilan tertentu. Sehingga untuk ke depannya
para klien memiliki keahlian-keahlian yang dapat dijadikan sebagai kemampuan
pribadinya. Layanan ini perlu diberikan kepada klien agar wawasan, kemampuan,
pemahaman klien semakin bertambah sesuai dengan tuntutan masyarakatnya.

5. Layanan Konseling Individual

Hallen (2002) mengungkapkan bahwa layanan konseling individual yaitu


layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendapat
layanan langsung tatap muka dengan guru BK. Dalam hal ini pemberian bantuan
dilakukan secara face to face relationship (hubungan muka ke muka, atau hubungan
empat mata) antara konselor dengan individu untuk tujuan konseling

Konseling individu merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam


pelaksanaan fungsi penyelesaian masalah klien. Dengan demikian konseling
perorangan merupakan ”jantung hati”, maksudnya seorang konselor telah menguasai
dengan baik apa, mengapa dan bagaimana pelayanan konseling itu (memahami,
menghayati dan menerapkan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan dengan
berbagai teknik dan teknologinya), maka diharapkan ia dapat menyelenggarakan
layanan-layanan bimbingan lainnya tanpa mengalami banyak kesulitan.

Banyak peserta didik yang tidak mau membicarakan masalah pribadi atau
urusan pribadi mereka dalam diskusi kelas dengan guru. Beberapa dari mereka ragu
untuk berbicara di depan kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, konseling
individu dalam sekolah-sekolah, tidak terlepas dari psikoterapi, didasarkan pada
asumsi bahwa klien itu akan lebih suka berbicara sendirian dengan seorang konselor.
Selain itu, kerahasiaan, selalu dianggap sebagai dasar konseling. Akibatnya, muncul
asumsi bahwa siswa membutuhkan pertemuan pribadi dengan seorang konselor untuk
mengungkapkan pikiran mereka dan untuk meyakinkan bahwa pengungkapan mereka
akan dilindungi. Tidak ada yang lebih aman dari pada konseling individu. Secara
menyeluruh dan umum, proses konseling individu dari kegiatan paling awal sampai
kegiatan akhir, terdapat lima tahap yaitu: tahap pengantaran (introduction), tahap
penjajagan (insvention), tahap penafsiran (interpretation), tahap pembinaan
(intervention) dan tahap penilaian (inspection).

Kepustakaan

A.Hallen.2002. Bimbingan Dan Konseling. Ciputat Pers : Jakarta.

Kusuma,Indra.2014. Pengembangan Model Perencanaan Himpunan Data Dan Aplikasi


Instrumentasi Berbasis Pola Tujuh Belas Plus. Jurnal Pendidikan Islam.
Https://Journal.Walisongo.Ac.Id/Index.Php/Nadwa/Article/View/595/541.

Prayitno. 2017. Konseling Profesional Yang Berhasil. Rajawali Press: Jakarta.

Syafaruddin. 2019. DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING Telaah Konsep, Teori


Dan Praktik. Medan : PERDANA PUBLISHING.

Tohirin. 2007. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasisintegrasi). Raja
Grafindo Persada: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai