Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERMASALAHAN KOORDINASI PEMERINTAHAN

(TINJAUAN KONSEPTUAL DAN TEORITIS)

Oleh :

Ranggi Ade Febrian


Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisipol UIR
Abstract

The problem of coordination is one of the issues most important rule, the more so after the
first world war increasingly difficult but also the greater meaning. In governance,
coordination becomes a dominant factor several unsuccessful government in carrying out the
functions of development, service delivery, and empowerment functions. Ego sectoral owned
government institutions, which impressed prestige to work, ask for help or just inquire with
other government agencies is a problem of coordination of government. Coordination role
has always been the pivot, and guard the balance and smoothness of rotation of the
"machine" that there diseputarnya government, for example, coordinating the development of
local governance in Indonesia in Indonseia from time to time. Orientation on common goals
is one way to reduce sectoral ego and imitate the Prophet Muhammad's leadership in the
implementation of government coordination made will be solutions to problems of
coordination of government.

Keywords : Coordination , Government , Sectoral Ego

A. Ruang Lingkup Masalah Koordinasi koordinasi dapat disebutkan bahwa


Pemerintahan masalah perihal kerjasama antara aparatur
Diawal penulis mengutip tulisan pemerintahan dan pertaliannya satu sama
Van Poelje dalam Syafrudin dibukunya lain merupakan masalah koordinasi
Pengaturan Koordinasi Pemerintahan di pemerintahan.
Daerah (1976:67) “Bahwa masalah Lebih lanjut syafrudin (1976:67)
koordinasi adalah salah satu dari pada menulis ruang lingkup masalah kerjasama
masalah-masalah pemerintahan yang termaksud dirumuskan dalam tiga
terpenting, yang lebih-lebih sesudah rumusan masalah pertanyaan, diantaranya
perang dunia pertama semakin bertambah :
sukar tetapi pula semakin besar artinya.” 1. Bagaimana dapat menjamin kepaduan
Fakta yang terjadi dalam dalam tujuan dan bekerjanya semua
penyelenggaraan pemerintahan, aparatur pemerintahan yang ada dalam
koordinasi menjadi faktor dominan hidup bersama kita dewasa ini yang
ketidak berhasilan pemerintah dalam telah demikian terindustrialisasi, dimana
menjalankan fungsi pembangunan, fungsi untuk setiap kepentingan dibutuhkan
pelayanan, dan fungsi pemberdayaan. organisasi tersendiri yang dapat bekerja
Kesukaran yang diprediksi oleh Polje lancar, serasi dan kuat; dimana
dalam tulisannya seakan terbukti dengan lingkungan kepentingan-kepentingan,
ego sektoral yang dimiliki lembaga- yang harus menjadi pusat perhatian
lembaga pemerintah, yang terkesan gengsi penguasa senantiasa bertambah luas; di
untuk bekerjasama, meminta bantuan atau mana kekusutan hubungan-hubungan
sekedar bertanya dengan lembaga- dan masalah-masalah di mana-mana
lembaga pemerintah lainnya. Sehingga memerlukan pengetahuan kejuruan yang
apa yang dimaksud dengan masalah

41
khusus dan aparatur yang khusus untuk publik adalah sentral, maka menjadikan
itu. administrator publik sebagai profesional
2. Bagaimana usaha yang dapat dijalankan yang proaktif adalah mutlak, yaitu
agar supaya memperoleh hasil yang administrator publik yang selalu berusaha
sebanyak-banyaknya dengan biaya yang meningkatkan responsibilitas obyektif dan
sedikit-dikitnya. subyektifnya serta meningkatkan
3. Bagaimana usaha untuk mencegah aktualisasi dirinya.” Berkaitan dengan hal
jangan sampai para sarjana dan akhli tersebut, maka menjadi sangat mendesak
terlalu jauh terpisah dari para warga perlunya profesionalitas aparatur
masyarakat lainnya dalam hidup pemerintah daerah di samping kesiapan
bersama. aspek lainnya dalam melaksanakan
kewenangan pemerintah daerah, sehingga
Masalah kerjasama antara aparatur menarik untuk dikaji apakah dari aspek
pemerintahan dan pertaliannya satu sama sumber daya manusia aparatur pemerintah
lain, ini oleh Van Poelje dinyatakan sebagai daerah telah siap melaksanakan paradigma
masalah koordinasi pemerintahan yang baru penerapan otonomi daerah tersebut.
sangat penting dan sangat besar artinya, hal Atau apa kriteria profesionalitas aparatur
ini disebabkan karena kebutuhan akan pemerintah daerah yang sangat didambakan
adanya koordinasi itu dianggap sebagai semua orang, agar penyelenggaraan
akibat dari adanya kekuatan-kekuatan yang wewenang pemerintah daerah di dalam
memancar yang hidup dalam lingkungan memberikan pelayanan kepada masyarakat
lembaga-lembaga pemerintahan yang dapat memuaskan sesuai dengan pesan
banyak jumlah dan corak ragamnya yang agenda reformasi. Aspek
seringkali kelihatan bahwa dalam perubahan mendasar “sikap” dan
penyelenggaraan tugasnya berlawanan “karakter” Aparatur Pemerintah Daerah
antara satu sama lain. dalam Pelaksanaan Paradigma Baru
Otonomi Daerah, sebagai salah satu
Masalah koordinasi pemerintahan
cerminan kriteria profesionalisme dalam
ini terdapat pada tingkat pemerintahan di
pelaksanaan wewenang pemerintah daerah,
pusat dan di daerah, baik di tingkat
mengingat profesionalisme merupakan
provinsi, tingkat kabupaten/kota serta
perwujudan sikap atau karakter seseorang.
tingkat kecamatan atau sampai tingkat desa.
Pembahasan tentang aparatur pemerintah
Dalam penyelenggaraan kegiatan
tidak terlepas dari bahasan peranan
pemerintahan daerah, masalah koordinasi
birokrasi pemerintah. Dapat dikatakan apa
pemerintahan dan hal yang berpengaruh
yang seharusnya dilakukan atau tidak
terhadap terlaksananya koordinasi adalah
dilakukan oleh aparatur pemerintah adalah
kesiapan sumber daya manusia aparatur
apa dan bagaimana peranan birokrasi
pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pemerintah. Hakekat terdalam dari esensi
kewenangan atributif atau delegatif yang
pengertian birokrasi menurut teori Max
diemban. Profesionalitas aparatur
Weber dalam karyanya “The theory of
pemerintah merupakan suatu tuntutan agar
Economic and Social Organization” pada
memiliki kemampuan pelaksanaan tugas,
dasarnya adalah sebagai sebuah organisasi
adanya komitmen terhadap kualitas kerja,
yang disusun atas dasar rasionalitas,
dedikasi terhadap kepentingan masyarakat
bermakna pengorganisasian yang tertib,
sebagai pihak yang dilayani oleh
teratur dalam hubungan kerja yang
pemerintah daerah.
berjenjang berdasarkan tata kerja atau
Dalam konteks teoritis Islamy prosedur kerja yang jelas.
dalam bukunya Prinsip – Prinsip
Dengan demikian makna birokrasi
Perumusan Kebijaksanaan Negara
pada sektor pemerintahan mencakup bidang
(2000:12) menulis “ Kalau kepentingan

42
tugas yang sangat luas, kompleks dan berorientasi pada kepentingan publik dan
melibatkan bentuk organisasi yang berskala masalah-masalah publik. Misalnya
besar dengan jumlah personil yang banyak melaksakan kegiatan pembangunan infra
untuk melaksanakan penyelenggaraan struktur dasar seperti jalan, jembatan,
negara, pemerintahan, termasuk rumah sakit, gedung sekolah, kegiatan
pelayananan umum dan pembangunan. pelayananan bantuan penanggulangan
Dengan lebih tegas lagi, bahwa peran korban bencana serta pelayanan umum
birokrasi pemerintah dipandang sebagai lainnya untuk memenuhi kepentingan aatau
yang bertanggung jawab dalam masalah publik. Dengan demikian jelas
pelaksanaan pembangunan suatu negara, pada tataran praktis masalah koordinasi
maupun untuk memenuhi segala kebutuhan pemerintahan akan berdampak pada
dan kepentingan masyarakat. Pada kegiatan pelayanan publik oleh pemerintah
kenyataan dalam praktek sering terdapat guna memberikan pelayanan pemenuhan
pandangan bahwa birokrasi pemerintah kepentingan publik maupun masalah-
atau setiap berhubungan dengan birokrasi masalah publik.
pemerintah untuk mendapatkan suatu
pelayanan menunjukkan gejala yang
mengecewakan, berbelit-belit, lama, mahal B. Beberapa Pandangan Tentang
dan tidak memuaskan termasuk kurangnya Koordinasi Pemerintahan.
koordinasi. Mengapa terjadi demikian salah Di dalam tulisan van Poelje yang
satu kelemahan adalah masalah koordinasi. berjudul “Algemene Inleiding tot
Penyakit yang masih belum berkurang pada bestuurkunde” pembahasan masalah
jajaran birokrasi yakni jika terjadi “ego koordinasi pemerintahan ditempatkan
sektoral”. hampir di tengah-tengah yaitu pada BAB
IV. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang
Syafrudin (1976:70) dalam bukunya peran koordinasi selalu menjadi poros, dan
menegaskan permasalah ini dengan penjaga keseimbangan serta kelancaran
tulisannya “Jika sikap pejabat atau petugas berputarnya “mesin” pemerintahan yang
yang bersangkutan masabodoh terhadap ada diseputarnya. (Syafrudin, 1976:79).
tugas kewajiban, wewenang serta peranan Menurut Handoko (2003:196)
pejabat atau petugas lain padahal ada kebutuhan akan koordinasi tergantung pada
sangkut paut dengan tugas dia sendiri, ini sifat dan kebutuhan komunikasi dalam
akan merupakan persaingan yang negatif. pelaksanaan tugas dan derajat saling
Maka jika itu terjadi, berarti bahwa dalam ketergantungan bermacam-macam satuan
pembinaan masyarakat ada kesimpang pelaksanaannya. Menurut G.R. Terry
siuran, hambatan-hambatan antara kegiatan koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron
yang sama dengan yang lain, pemborosan dan teratur untuk menyediakan jumlah dan
waktu, tenaga dan biaya serta lebih jauh waktu yang tepat, dan mengarahkan
akan timbul bentrok-bentrok psychologis pelaksanaan untuk menghasilkan suatu
antara para pejabat dan masyarakat menjadi tindakan yang seragam dan harmonis pada
segan untuk memilih mana yang sebetulnya sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan
harus ditaati perintahnya atau mana yang menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah
harus didahulukan jika semuanya harus mengimbangi dan menggerakkan tim
ditaati. Ini merupakan ciri tidak adanya dengan memberikan lokasi kegiatan
atau lemahnya koordinasi.” pekerjaan yang cocok dengan masing-
Berdasarkan pemaparan diatas masing dan menjaga agar kegiatan itu
penulis mengambil sebuah kesimpulan dilaksanakan dengan keselarasan yang
bahwa ruang lingkup permasalahan semestinya di antara para anggota itu
koordinasi pemerintah akan berdampak sendiri (Hasibuan, 2007:85).
pada kegiatan pelayanan publik yang

43
Sementara itu, Handoko (2003:195) yang ada di bawah wewenang
mendefinisikan koordinasi (coordination) dan tanggung jawabnya.
sebagai proses pengintegrasian tujuan- 2. Koordinasi horizontal adalah
tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan- mengkoordinasikan tindakan-
satuan yang terpisah (departemen atau tindakan atau kegiatan-kegiatan
bidang-bidang fungsional) suatu organisasi penyatuan, pengarahan yang
untuk mencapai tujuan organisasi secara dilakukan terhadap kegiatan-
efisien. Menurut Handoko (2003:196) kegiatan penyatuan, pengarahan
kebutuhan akan koordinasi tergantung pada yang dilakukan terhadap
sifat dan kebutuhan komunikasi dalam kegiatan-kegiatan dalam tingkat
pelaksanaan tugas dan derajat saling organisasi (aparat) yang
ketergantungan bermacam-macam satuan setingkat.
pelaksananya.
Menurut Hoogerwerf (1978:520), Berdasarkan kedua tipe koordinasi
koordinasi merupakan penyesuaian satu di atas, maka dapat ditelusuri Sifat – Sifat
sama lain dari berbagai kesatuan Koordinasi , yakni: Menurut Hasibuan
sehubungan dengan aktivitas-aktivitas (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi,
masing-masing di suatu bidang tertentu. yaitu:
Koordinasi juga berfungsi sebagai salah
1. Koordinasi adalah dinamis
satu sarana untuk menanggulangi
bukan statis
problematika dalam struktur organisasi,
2. Koordinasi menekankan
karena masing-masing kesatuan memiliki
pandangan menyeluruh oleh
tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan
seorang koordinator (manajer)
khusus yang dapat bertentangan dengan
dalam rangka mencapai sasaran
tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan
3. Koordinasi hanya meninjau
dari kesatuan-kesatuan lainnya.
suatu pekerjaan secara
Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch
keseluruhan.
(Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4
(empat) tipe perbedaan dalam sikap dan Pertanyaan yang diajukan jika
cara kerja yang mempersulit tugas demikian apa Syarat – Syarat Koordinasi,
pengkoordinasian, yaitu: menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4
1. Perbedaan dalam orientasi (empat) syarat koordinasi, yaitu:
terhadap tujuan tertentu;
2. Perbedaan dalam orientasi 1. Sense of cooperation (perasaan
waktu; untuk bekerja sama), ini harus
3. Perbedaan dalam orientasi dilihat dari sudut bagian per-
antar-pribadi; bagian bidang pekerjaan, bukan
4. Perbedaan dalam formalitas orang per-orang;
struktur. 2. Rivalry, dalam perusahan-
perusahan besar sering
Perbedaan di atas memberikan diadakan persaingan antara
pemahaman tentang Tipe – Tipe bagian-bagian, agar bagian-
Koordinasi, yakni: Menurut Hasibuan bagian ini berlomba-lomba
(2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe untuk mencapai tujuan;
koordinasi, yaitu: 3. Team spirit, artinya satu sama
1. Koordinasi vertikal adalah lain pada setiap bagian harus
kegiatan-kegiatan penyatuan, saling menghargai;
pengarahan yang dilakukan oleh 4. Esprit de corps, artinya bagian-
atasan terhadap kegiatan unit- bagian yang diikutsertakan atau
unit, kesatuan-kesatauan kerja dihargai, umumnya akan

44
menambah kegiatan yang C. Koordinasi Pemerintahan Daerah di
bersemangat. Indonesia dari masa ke masa.
Merubah pandangan ini tidaklah
Beberapa pandangan tentang mudah, perlu adanya pembuktian
koordinasi diatas dilihat dalam konteks pelaksanaan peran birokrasi pemerintah
konseptual yang dihubungkan dengan yang berpihak pada masyarakat yang
pengertian organisasi. Dalam tulisan ini dilayani dengan dilandasi semangat
penulis ingin menghubungkan koordinasi pembaharuan yang mendasar sebagai
dengan pemerintahan dalam mewujudkan identitas baru birokrasi pemerintah. Pada
tertib pemerintahan. Bagaimana peran era saat ini penyelenggaraan pemerintahan
kedudukan dan peran pemerintah jika daerah dengan paradigma baru otonomi
dilihat dalam organisasi negara. Meskipun daerah merupakan salah satu bagian pesan
pemerintah adalah pemegang pucuk reformasi terhadap aktualisasi peran
pimpinan tertinggi, akan tetapi dalam pemerintah daerah dalam penerapan
melaksanakan kekuasaannya dibatasi dan fungsinya untuk memberikan pelayanan
karenanya harus tunduk kepada ketentuan- atas kepentingan masyarakat dan
ketentuan hukum baik hukum tertulis menyelesaikan masalah-masalah dalam
maupun hukum tidak tertulis. masyarakat ( public affairs ).
Sebuah negara pasti mengalami Perkembangan konsep koordinasi
pertumbuhan dan perkembangan, makin secara empiris di Indonesia juga mengalami
maju suatu masyarakat, maka makin perubahan. Dalam penyelenggaraan
beraneka ragam kegiatannya disertai pemerintahan daerah di Indonesia
dengan spesialisasi bidang pekerjaan dan contohnya sebagai berikut :
keahlian yang semakin mendalam dan
khusus. Untuk memadukan dan 1. Koordinasi pemerintahan menurut
menyelaraskan aktivitas tersebut diperlukan undang-undang nomor 5 tahun 1974
generalis yang berfungsi sebagai tentang otonomi daerah.
koordinator. Di bidang pemerintahan, juga Dalam sistem desentralisasinya,
telah terjadi spesialisasi bidang-bidang undang-undang ini menganut pendekatan
pekerjaan, yang dari waktu ke waktu uniteritorial dan unipersonal sebagai
menjadi semakin spesifik. Untuk konsekuensi logis dari prinsip integrated
pencapaian tujuan pemerintahan, field administration. Kepala Daerah karena
diperlukan adanya koordinator. jabatannya adalah juga Kepala Wilayah.
Bagi penyelenggaraan pemerintahan Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah
terutama di daerah, pandangan tentang Kepala Wilayah menjalankan fungsi
koordinasi pemerintahan bukan hanya koordinasi terhadap semua instansi vertikal
bekerjasama, melaikan juga integrasi dan dan dinas daerah yang ada diwilayahnya.
sinkronisasi yang mengandung keharusan Untuk memudahkan komunikasi dibangun
penyelarasan unsur-unsur jumlah dan forum yang dinamakan musyawarah
penentuan waktu kegiatan di samping pimpinan daerah (MUSPIDA).
penyesuaian perencanaa, dan keharusan Berdasarkan Keputusan Presiden
adanya komunikasi yang teratur diantara Nomor 10 Tahun 1976, Pimpinan
sesama pejabat/petugas yang bersangkutan Muspida secara ex-officio dijabat oleh
dengan memahami dan mengindahkan Kepala Wilayah dengan keanggotaan dari :
ketentuan hukum yang berlaku sebagai -Pimpinan unsur Pertahanan (AD,
suatu peraturan pelaksanaan. AL, AU);
- Pimpinan unsur Kepolisian;
- Pimpinan unsur Peradilan;
- Unsur Kejaksaan;

45
Kepala Wilayah secara ex-officio Vertikal (IV) yang ada di Daerah.
menjabat sebagai Pimpinan MUSPIDA. Kedudukan Bupati/Walikota sebagai
Koordinasi jauh lebih mudah dilaksanakan koordinator pemerintahan di daerahnya
karena adanya satu garis komando dari
tidak diatur secara jelas di dalam UU
masing-masing pimpinan instansi yang
semuanya bermuara di tangan Presiden. Nomor 22 Tahun 1999. Karena
Wibawa Kepala Wilayah sebagai Pimpinan Bupati/Walikota bukan lagi sebagai Kepala
MUSPIDA disegani karena dilengkapi Wilayah/Wakil Pemerintah Pusat di
dengan kewenangan yg bersifat desisif. Daerah, maka komposisi dan hubungan
kerja dalam Forum MUSPIDA perlu ditata
2. Koordinasi pemerintahan menurut ulang. Terlebih lagi setelah adanya
undang-undang nomor 22 Tahun
perubahan paradigma kekuasaan di tingkat
1999 tentang pemerintahan daerah.
Undang-undang ini menggunakan nasional.
prinsip kompetensi umum (general
3. Koordinasi Pemerintahan menurut
competence principles) dengan memberi
kewenangan yang luas kepaa daerah dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004
rangka desentralisasi dengan membatasi Tentang Pemerintahan Daerah.
asas dekonsentrasi. Di tingkat Pengaturan koordinasi
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota tidak pemerintahan dalam undang-undang
lagi menjabat sebagai Kepala Wilayah. nomor 32 tahun 2004 sama tidak jelasnya
Begitu juga di tingkat kecamatan, Camat dengan pengaturan pada undang-undang
bukan lagi Kepala Wilayah melainkan sbg
Perangkat Daerah. Fungsi Gubernur sbg nomor 22 tahun 1999. Pada undang-undang
Wakil Pemerintah Pusat di Daerah adalah : ini, kedudukan Gubernur sbg Wakil
a. melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat lebih kuat dibandingkan
instansi vertikal yang ada di tingkat masa undang-undang nomor 22 tahun 1999.
provinsi. Gubernur mempunyai kewenangan untuk
b. melakukan pembinaan, pengawasan mengevaluasi dan bahkan membatalkan
dan fasilitasi penyelenggaraan Perda APBD Kabupaten/Kota. Gubernur
otonomi daerah di kabupaten/kota juga mempunyai kewenangan untuk
diwilayahnya. Fungsi ini dikaburkan melakukan evaluasi terhadap usulan
dengan bunyi pasal 4 ayat (2) pengisian jabatanb eselon II di tingkat
undang-unadang nomor 22 Tahun Kabupaten/Kota.
1999 yang mengatakan tidak adanya Menurut undang-undang nomor 32
hierarkhi antara Daerah Provinsi Tahun 2004, Bupati/Walikota tidak lagi
dengan Daerah Kabupaten/Kota. berkedudukan sebagai Kepala Wilayah.
Dengan demikian tidak otomatis
Bagi Gubernur PP Nomor 6 Tahun mempunyai kewenangan melakukan
1988 masih dapat digunakan sebagai dasar koordinasi instansi vertikal di daerah.
hukum untuk melaksanakan koordinasi Koordinasi yang dijalankan saat ini,
horisontal maupun vertikal ke bawah. Di termasuk forum MUSPIDA hanyalah
tingkat Kabupaten/ Kota, Bupati/Walikota meneruskan praktik pemerintahan yg
bukan lagi sebagai Kepala Wilayah, selama ada tetapi tanpa dasar hukum yg
sehingga PP Nomor 6 Tahun 1988 tidak jelas. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
dapat digunakan sbg landasan hukum 1988 tidak berlaku lagi untuk Bupati/
melakukan koordinasi dengan Instansi Walikota maupun Camat. Di dalam pasal

46
25 undang-undang nomor 32 Tahun 2004 dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 32
yang mengatur mengenai tugas dan Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
wewenang Kepala Daerah sama sekali sebagaimana telah diubah beberapa kali,
tidak disinggung kewenangan mengenai terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
melakukan koordinasi pemerintahan. Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Siapa yang melakukan koordinasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pemerintahan di daerah pada tataran tentang Pemerintahan Daerah, perlu
Provinsi bukankah tugas koordinasi, menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
pembinaan dan pengawasan itu menjadi Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Tugas Gubernur berdasarkan UU No 32 Wewenang serta Kedudukan Keuangan
Tahun 2004 sebagaimana dinyatakan Pasal Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di
37 ayat (1) Gubernur yang karena Wilayah Provinsi.
jabatannya berkedudukan juga sebagai Kecamatan bukan lagi wilayah
wakil Pemerintah di wilayah provinsi yang administrasi pemerintahan melainkan
bersangkutan. Ayat (2) Dalam lingkungan kerja perangkat daerah. Camat
kedudukannya sebagaimana dimaksud pada bukan lagi Kepala Wilayah melainkan
ayat (1), Gubernur bertanggung jawab sebagai perangkat Daerah. Pada pasal 126
kepada Presiden. Kemudian Pasal 38 ayat ayat (3) undang-undang nomor 32 tahun
(1) Gubernur dalam kedudukannya 2004 disebutkan bahwa Camat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 menjalankan fungsi koordinasi terhadap
memiliki tugas dan wewenang: a penyelenggaraan pemerintahan di tingkat
pembinaan dan pengawasan kecamatan yang diatur dalam Peraturan
penyelenggaraan pemerintahan daerah Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang
kabupaten/kota; b koordinasi Kecamatan.
penyelenggaraan urusan Pemerintah di
daerah provinsi dan kabupaten/kota; c D. Meredam Ego Sektoral dalam
koordinasi pembinaan dan pengawasan Koordinasi Pemerintahan.
penyelenggaraan tugas pembantuan di Pada pembahasan sebelumnya
daerah provinsi dan kabupaten/kota. (2) penulis telah menjelaskan prihal kenyataan
Pendanaan tugas dan wewenang Gubernur dalam praktek sering terdapat pandangan
bahwa birokrasi pemerintah atau setiap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berhubungan dengan birokrasi pemerintah
dibebankan kepada APBN. Ayat (3) untuk mendapatkan suatu pelayanan
Kedudukan keuangan Gubernur menunjukkan gejala yang mengecewakan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur berbelit-belit, lama, mahal dan tidak
dalam Peraturan Pemerintah. Ayat (4) Tata memuaskan termasuk kurangnya
cara pelaksanaan tugas dan wewenang koordinasi. Mengapa terjadi demikian salah
Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat satu kelemahan adalah masalah koordinasi.
Penyakit yang masih belum berkurang pada
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
jajaran birokrasi yakni jika terjadi “ego
Dan Peraturan Pemerintah yang dimaksud sektoral”.
Pasal 38 ayat (4) UU No 32 Tahun 2004 Secara etimologi “Pemerintah” atau
adalah PP No 19 Tahun 2010, sebagaimana “pemerintahan”, adalah dua kata yang
dinyatakan konsideran Menimbang PP No berasal dari suku kata “perintah” yang
19 Tahun 2004 : bahwa untuk berarti sesuatu yang harus dilaksanakan.
melaksanakan ketentuan Pasal 38 ayat (3) Ada dua kelompok yang memerintah dan

47
yang diperintah dengan karakter yang sangat berat dan rumit, namun Beliau
berbeda tentunya meiliki ego yang berbeda. mampu mangatasi permasalahan dengan
Pemerintah dalam arti paling dasar kebijaksanaan dan cara berpikir yang
didefinisikan sebagai sekumpulan orang mantap dan sempurna, rencana dan usaha
yang memiliki mandat yang absah dari yang matang dan terarah. Al-Maliky dalam
rakyat untuk menjalankan wewenang- bukunya Insan Kamil (1999:233)
wewenangnya dalam urusan-urusan menjelaskan “ Nabi SAW membangun
pemerintahan. Defenisi ini menunjukkan sebuah masjid, disamping berfungsi
gambaran adanya hubungan “kontrak sebagai tempat ibadah, sekaligus menjadi
sosial” antara rakyat sebagai pemberi pempinan. Dari ruang lingkupnya
mandat dan pemerintah sebagai pelaksana diletakkan dasar-dasar ajaran agama dan
mandat. disebarluaskan dakwah. Dari sana pula
Setiap lembaga-lembaga negara kader-kader beliau menerima santapan
memiliki kewenangan yang berbeda sesuai rohani, pengarahan, bimbingan dan
dengan tugas dan fungsinya yang diatur pendidikan akhlak bersumber dari pada
dalam peraturan perundang-undangan. wahyu Allah dan sunnah Rasulnya. Di
Walau pun memiliki perbedaan dalam ruang masjid itu pula kemudian
konteks kewenangan, tetapi setiap direncanakan berbagai kebijaksanaan, dan
lembaga-lembaga negara memiliki tujuan yang menyangkut urusan kemasyarakatan,
yang sama yaitu untuk memajukan negara pemerintahan dan taktik perang untuk
dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. menghadapi musuh yang datang
Kesadaran akan tujuan bersama menyerang. Demikian pula di masjid itu
inilah yang menjadi sumber kekuatan untuk Nabi SAW menerima kedatangan para
meredam ego sentral yang menjadi utusan dan rombongan tamu, dari berbagai
penghambat koordinasi pemerintahan. pelosok untuk bermacam-macam
Sosok pemimpin dalam pemerintahan juga kepentingan.”
menjadi faktor penting untuk meredam ego Nabi Muhammad SAW sebenarnya
sektoral. Pemimpin yang merangkul dan sudah mengajarkan bagaimana cara
memiliki etika yang baik akan mudah berkoordinasi dalam pemerintahan yang
membangun koordinasi antar sektor yang baik. Mulai dari meredam ego sektoral
ada, bahkan menjalin koordinasi dengan dengan menjadikan Ridho Allah sebagai
oposisi dalam konteks strategi tujuan utama bersama, kemudian dengan
kepemimpinan. kebjiaksanaan beliau membangun masjid
Nabi Muhammad SAW adalah sebagai pusat kegiatan umat agar mudah
contoh kepemimpinan dengan koordinasi dalam pengarahan, bimbingan dan
pemerintahan terbaik dan diakui oleh pendidikan yang mana kegiatan itu adalah
dunia. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab termasauk dalam proses koordinasi.
yang dikarang oleh Sayyid Muhammad Sehingga strategi Nabi SAW bisa
Alwy Al Malik yang berjudul Insan Kamil menjawab pertanyaan terkait koordinasi
Sosok Keteladanan Muhammad SAW yaitu siapa yang berkoordinasi? siapa yang
(1999:232) “ pada hakikatnya mengkoordinir? Siapa yang dikoordinir?
kepemimpinan Rasulullah SAW kepada Apa yang dikoordinir? Bagaimana cara
umat sebagai kepala negara dan sekaligus berkoordiniasi? dan dimana berkoordinasi?.
sebagai penegak risalah serta pengemban Semoga kita mampu mencontoh
amanah atau tugas suci dan tuhan, adalah kepemimpinan Nabi SAW dalam
bukti yang nyata, dan contoh yang baik, penyelenggaraan pemerintahan terutama
bagi setiap penguasa disetiap tempat dalam mengoptimalkan koordinasi
disepanjang zaman”. pemerintahan yang menjadi tema dalam
Nabi Muhammad SAW tulisan ini. Amin.
menghadapi berbagai permasalahan yang

48
E. Kesimpulan Nabi Muhammad SAW dalam
Koordinasi pemerintahan tentunya pemerintahan yang sudah diakui
menghadapi tantangan yang besar, yang kebijaksanaannya oleh dunia. Tulisan ini
disebabkan oleh masalah-masalah yang setidaknya menjadi sumbangan pemikiran
dihadapi dalam pelaksanaannya. Yang dalam konteks konseptual dan teoritis bagi
dimaksud dengan masalah koordinasi dapat pemerintah untuk mengevaluasi metode
disebutkan bahwa masalah perihal dan implikasi koordinasi pemerintahan
kerjasama antara aparatur pemerintahan yang telah dilaksanakan selama ini.
dan pertaliannya satu sama lain. Koordinasi
pemerintahan menjadi faktor dominan
ketidak berhasilan pemerintah dalam DAFTAR KEPUSTAKAAN
menjalankan fungsi pembangunan, fungsi Al-Maliky, Sayyid Muhammad Alwy.
pelayanan, dan fungsi pemberdayaan. 1999. Insan Kamil Sosok Keteladanan
Kesukaran yang diprediksi oleh Polje Muhammad SAW. Surabaya. PT.Bina
dalam tulisannya seakan terbukti dengan Ilmu
ego sektoral yang dimiliki lembaga-
lembaga pemerintah, yang terkesan gengsi Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen
untuk bekerjasama, meminta bantuan atau Personalia dan Sumber Daya Manusia.
sekedar bertanya dengan lembaga-lembaga Yogyakarta: BPFE.
pemerintah lainnya. Dalam kajian
konseptual dan teoritis dalam tulisan ini Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen
penulis melihat konsep yang dituangkan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
oleh Van Poelje yang berjudul “Algemene Aksara.
Inleiding tot bestuurkunde” yang
Hoogerwerf, A. 1978. Ilmu Pemerintahan.
menunjukkan bahwa pemegang peran
Jakarta. Penerbit Erlangga
koordinasi dalam pemerintahan selalu
menjadi poros, dan penjaga keseimbangan Islamy, Irfan. 2000. Prinsip – Prinsip
serta kelancaran berputarnya “mesin” Perumusan Kebijaksanaan Negara,
pemerintahan yang ada diseputarnya. Jakarta, Bumi Aksara.
Perkembangan koordinasi pemerintahan di
Indonseia dari masa ke masa khususnya Syafrudin, Ateng. 1976. Pengaturan
pada penyelenggaraan pemerintahan dearah Koordinasi Pemerintahan di Daerah.
sebagai contoh praktis. Konsep koordinasi Bandung. Penerbit Tarsito.
juga bisa diadobsi dari Kepemimpinan

49

Anda mungkin juga menyukai