Anda di halaman 1dari 2

PEMIBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

Kultur jaringan adalah suatu metode untuk memisahkan/mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sel, jaringan atau organ (daun, akar, batang, tunas dan sebagainya) serta membudidayakannya
dalam lingkungan yang terkendali [secara in vitro] dan aseptik sehingga bagian tanaman tersebut
dapat memperbanyak diri/beregenerasi menjadi tanaman lengkap.

Teknik kultur jaringan berkembang dari adanya teori totipotensi sel oleh Schwann dan
Schleiden, tahun 1838 yang menyatakan didalam masing-masing sel tumbuhan mengandung
informasi genetik dan sarana fisiologis tertentu yang mampu membentuk tanaman lengkap bila
ditempatkan dalam lingkungan yang sesuai.

Hal ini didukung penemuan zat pengatur tumbuh oleh Skoog dan Miller, tahun 1957, penemuan
bahwa regenerasi tunas dan akar secara in vitro dikendalikan secara hormonal oleh zat pengatur
tumbuh sitokinin dan auksin.

Keuntungan Dan kelemahan Teknik Kultur Jaringan

Kelebihan kultur jaringan dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara konvensional adalah;
perbanyakan bibit dapat dilakukan dengan cepat dan dalam skala banyak, kontinuitas
ketersediaan bibit akan terjaga sepanjang waktu, tanpa harus menunggu musim berbuah, bibit
yang dihasilkan akan sama dengan induknya, tingkat keseragaman pertumbuhan bibit di
lapangan tinggi, hemat biaya pengiriman/transportasi, dan bebas hama penyakit.

Kelemahan kultur jaringan antara lain; Membutuhkan biaya operasional dan fasilitas produksi
yang mahal, membutuhkan tenaga kerja yang khusus dan terampil, dan harga bibit kultur
jaringan lebih mahal.

Kegunaan Kultur Jaringan

Selain untuk perbanyakan bibit unggul, kegunaan kultur jaringan di bidang lainnya, yaitu:

1. Dibidang pemuliaan tanaman untuk meningkatkan keragaman genetik, seperti induksi


variasi somaklonal, induksi mutasi.
2. Dibidang bioteknologi tanaman, teknik kultur jaringan sangat diperlukan untuk
meregenerasikan sel tanaman yang telah direkayasa genetiknya menjadi tanaman
transgenik.  
3. Dibidang pengendalian penyakit tanaman, kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman
yang bebas patogen yaitu melalui kultur meristem.
4. Dibidang konservasi, dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman yang hampir
punah, atau untuk penyimpanan plasma nutfah.
Secara umum terdapat berbagai teknik kultur jaringan untuk penyediaan bibit tanaman, tetapi
teknik yang sering digunakan: 1. Teknik Kultur tunas 2. Teknik Organogenesis 3. Teknik
Somatik embryogenesis.

Kultur tunas adalah perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan (proliferasi)
tunas aksiler atau lateral yang sudah ada pada eksplan. Memiliki keuntungan diantaranya: paling
sering digunakan untuk produksi bibit secara komersial, lebih mudah dilakukan pada banyak
jenis tanaman, dan lebih menjamin kestabilan genetik pada bibit tanaman yang dihasilkan.
Sebagai contoh tanaman pisang, jati, eucalyptus, dan lain sebagainya.

Organogenesis adalah proses pembentukan tunas dari eksplan yang tidak memiliki jaringan
meristematik. Tunas yang dihasilkan disebut tunas adventif. Dapat kita terapkan untuk kultur
tanaman caladium/keladi, nanas.

Emriogenesis somatik adalah proses pembentukan embrio dari jaringan somatik tanaman. Sel-sel
somatik berkembang melalui pembelahan sel dan membentuk embrio yang sama dengan embrio
zigotik, yaitu mempunyai struktur bipolar yang terdiri dari jaringan meristem tunas dan meristem
akar. Semua sel somatik dalam tanaman mengandung seluruh set informasi genetik yang
diperlukan untuk berdiferensiasi menjadi tanaman utuh. Perubahan pola ekspresi gen tersebut
bisa diinduksi oleh ZPT auksin. Lazim diterapkan pada tanaman kurma ,rumput laut, kelapa
sawit, coklat/kakao.

Anda mungkin juga menyukai