Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GASTROINTERITIS

LAPORAN PENDAHULUAN

oleh :
Yudha Ferdian Firmansyah
172310101018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GASTROENTERITIS

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing:
Ns. Ana Nistiandani, S.Kep., M.Kep

oleh:
Yudha Ferdian Firmansyah
172310101018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gastroenteritis”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari
banyak pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Jon Hafan S., M.Kep., Sp. Kep. MB sebagai PJMK Keperawatan
Medikal
2. Ns. Ana Nistiandani, S.Kep., M.Kep sebagai Dosen Pembimbing
3. Seluruh rekan kelas A angkatan 2017
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
“sempurna” untuk itu kami sebagai penulis menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun. Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi kami sebagai penulis pada khususnya.

Jember, 10 September 2019

Yudha Ferdian Firmansyah


172310101018

iii
Daftar Isi

Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
Daftar Isi................................................................................................................iv
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT................................................................1
1.1 Review Anatomi Fisiologi..........................................................................................1
1.2 Definisi.....................................................................................................................2
1.3 Penyebab / etiologi..................................................................................................2
1.4 Epidemiologi.............................................................................................................3
1.5 Patofisiologi gastroenteritis......................................................................................3
1.6 Manifestasi Klinis......................................................................................................4
1.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................5
1.8 Penatalaksanaan......................................................................................................6
1.9 Pathway..................................................................................................................10
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN..................................11
2.1 Pengkajian Keperawatan........................................................................................11
2.2 Diagonosa Keperawatan.........................................................................................16
2.3 Intervensi Keperawatan..........................................................................................17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................27
3.1 Pengkajian keperawatan........................................................................................27
3.2 Analisa Data............................................................................................................37
3.3 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................38
3.4 Intervensi keperawatan..........................................................................................39
3.5 Catatan Perkembangan..........................................................................................42
BAB IV PENUTUP..............................................................................................45
4.1 KESIMPULAN..........................................................................................................45
4.2 SARAN....................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46

iv
BAB I KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Review Anatomi Fisiologi

Lambung adalah organ endokrin-eksokrin campuran yang mencerna


makanan dan mensekresi hormon. Lambung adalah bagian saluran cerna yang
melebar dengan fungsi utama menambahkan cairan asam pada makanan yang
masuk, mengubahnya melalui aktifitas otot menjadi massa kental (khimus) dan
melanjutkan proses pencernaan yang telah dimulai dalam rongga mulut dengan
menghasilkan enzim proteolitik pepsin. Lambung juga membentuk lipase
lambung yang menguraikan trigliserida dengan bantuan lipase lingual
(Junqueira et al., 2012)
Lambung adalah perluasan organ berongga besar menyerupai kantung
dalam rongga peritoneum yang terletak diantara esofagus dan usus
halus. Dalam keadaan kosong, lambung menyerupai tabung bentuk J,
dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa. Lambung terdiri
dari antrum kardia (yang menerima esofagus), fundus besar seperti
kubah, badan utama atau korpus dan pylorus (Junqueira et al., 2012)

1
1.2 Definisi
Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan
khususnya lambung dan usus. Infeksi ini dapat disebabkan oleh 3 faktor, yaitu
virus (rotavirus, norovirus, hepatitis A), bakteri (Salmonella, Campylobacter,
Shigella), dan parasit (Giardia, Cryptosporidium) (Government of Western
Australia Departement of Health, 2017).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular yang menyerang lambung
dan usus, yang ditandai dengan adanya bercak- bercak encer lima kali atau
lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari
dapat atau tanpa lender dan darah (Murwani, 2009). Gastroenteritis akut adalah
suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan
erosi pada bagian superficial (Mattaqin &Kumala, 2011).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2000)

1.3 Penyebab / etiologi


Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare sekresi
(secretory diarrhoea) dan diare osmotis (osmotic diarrhea). Diare sekresi dapat
disebabkan oleh faktor-faktor antara lain (Sodikin, 2011) :
1. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti
keadaan gizi/gizi buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan
penduduk, sosial budaya, dan sosial ekonomi).
2. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang pedas atau
terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin atau alergi, dan sebagainya.
3. Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipatgandanya bakteri atau flora usus dan jamur
(terutama Candida).

2
Sementara Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi
makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah
(BBLR), dan bayi baru lahir (Sodikin, 2011)

1.4 Epidemiologi
. Gastroenteritis terjadi pada anak dengan jumlah 3-5 miliar setiap tahun
dan menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per tahun atau merupakan 12
% dari seluruh penyebab kematian pada anak-anak pada usia di bawah 5 tahun
(Chow etal., 2010). Menurut CDC, diare akut yang terjadi pada anak – anak di
AmerikaSerikat menyumbang lebih dari 1,5 juta kunjungan rawat
jalan,200.000 rawat inap, dan sekitar 300 kematian per tahun. Di negara
berkembang,diare adalah penyebab umum kematian di kalangan anak-anak
yang lebih muda dari usia 5tahun, dan diperkirakan terjadi 2 juta kematian
setiap tahun (Villar. D.G., 2015).
Sementara di Negara Indonesia pada tahun 2010 peringkat pertama pada
pasien rawat inap adalah paseien dengan penyakit diare dan Gastroenteritis,
yaitu sebanyak 96.278 kasus dengan angka kematian sebesar 1,92%
(kemenkes RI, 2011). Di Negara ini, penyakit diare merupakan penyakit
endemis dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2016 terjadi 3 kali KLB
diare yang tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten, dengan jumlah penderita 198
orang dan kematian 6 orang (Kemenkes RI, 2017).

1.5 Patofisiologi gastroenteritis


Gastroenteritis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat
asimtomatik. Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan
mukus. Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi
dari asam lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri ke lapisan mukosa yang
menyebabkan terjadinya kontak dengan sel-sel epithelial lambung dan
terjadi adhesi (pelengketan) sehingga menghasilkan respons peradangan
melalui pengaktifan enzim untuk mengaktifkan IL-8. Hal tersebut

3
menyebabkan fungsi barier lambung terganggu dan terjadilah gastroenteristis
akut (Muttaqin & Kumala, 2011). Widagdo (2011) menjelaskan bahwa
penyebaran Gastroenteritis akibat virus adalah dengan cara fekal-oral
bersama makanan dan minuman, dari beberapa ditularkan secara airborne yaitu
norovirus, Virus penyebab diare secara selektif menginfeksi dan merusak sel-
sel di ujung jonjot yang rata disertai adanya sel radang mononuclear pada
lamina propania sedang pada mukosa lambung tidak terdapat perubahan
walaupun penyakit dikenal sebagai gastroenteristis.
Menurut Muttaqin (2011), peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin
dan/atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan
sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi
dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Adapun mekanisme dasar yang
menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar
diserap oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus,
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare.

1.6 Manifestasi Klinis


Ditandai dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses ,
pasienterlihat sangat lemas, kesadaran menurun, kram perut, demam,

4
muntah,gemuruh usus (borborigimus), anoreksia, dan haus. Kontraksi
spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat
terjadi setiapdefekasi.Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi
cepat, tekanandarah turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan
didapatkantanda dan gejala dehidrasi, meliputi: Turgor kulit menurun <3 detik,
padaanak-anak ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan di
sertaipenurunan berat badan akut, keluar keringat dingin (Muttaqin, 2011).
Penyakit akibat infeksi ini ditandai dengan adanya muntah atau diare akut,
disertai demam, mual nyeri perut, penurunan nafsu makan, dan lemah badan
atau rasa tidak enak.Pada infeksi akibat virus, diare tidak disertai darah hampir
disemua kasus, namun pada infeks akibat bakteri, diare sering disertai darah
pada daerah inflamasi (Setiati, 2015).
Menurut Sodikin (2011), tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare
e. Feses makin cair, terkadang mengandung darah dan atau lendir
f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada
bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut
dan bibir terlihat kering
i. Berat badan menurun
j. Pucat, lemah

1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk melaporkan kasus gastroenteritis harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Untuk pemeriksaan antigen rotavirus
dapat dilakukan pemeriksaan Enzyme Immunoassay (EIA) yang dapat

5
mendeteksi antigen rotavirus tipe A. Teknik pemeriksaan penunjang lain yang
dapat digunakan yaitu mikroskop electron, RT-PCR (reverse transcription
polymerase chain reaction), hibridisasi asam nukleat, analisis sekuensial, dan
kultur (Setiati, 2015).
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada gatroenteristis akut
menurut IDAI (2011) adalah sebagai berikut :
a. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kulturdan tes
kepekaan terhadap antibiotika.
b. Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadapantibiotika.
c. Tinja :
1) Pemeriksaan makroskopik : tinja perlu dilakukan pada semua
penderita diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak
dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah
biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa, atau
disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja
yangmengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi
bakteriyang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus.
2) Pemeriksaan mikroskopik : untuk mencari adanya leukosit dapat
memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis
serta adanya proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja
diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang
mukosa kolon.

1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada Gastroenteriris menurut Farthing
(2013), adalah sebagai berikut:
1. Penggantian Cairan dan Elektrolit
Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan

6
rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua pasien, kecuali jika tidak
dapatminum atau diare hebat membahayakan jiwa yang memerlukan
hidrasi intavena. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram
natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida,
dan 20 gram glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara
komersial dalam paket yang mudah disiapkan dengan dicampur air. Jika
sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat
dibuat dengan menambahkan ½ sendok the garam, ½ sendok teh baking
soda, dan 2-4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir
jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan
tersebut sebanyak mungkin sejak merasa haus pertama kalinya. Jika terapi
intravena diperlukan, dapat diberikan cairan normotonik, seperti cairan
salin normal atau ringer laktat, suplemen kalium diberikan sesuai panduan
kimia darah.
Status hidrasi harus dipantau dengan baik dengan memperhatikan
tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, serta penyesuaian infus jika
diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera
mungkin.Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
memakai rumus :

Kebutuhan cairan = BD plasma – 1,025 X berat badan (kg) X 4 ml

0,001

Metode pierce berdasarkan keadaan klinis:

- Dehidrasi ringan : kebutuhan cairan 5% X kgBB


- Dehidrasi sedang : kebutuhan cairan 8% X kgBB
- Dehidrasi berat : kebutuhan cairan 10% X kgBB

2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarangdiindikasikan pada diare
akut infeksi, karena40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3hari
tanpa pemberian antibiotik. 2Antibiotik diindikasikan pada pasien

7
dengangejala dan tanda diare infeksi, sepertidemam, feses berdarah,
leukosit pada feses,mengurangi ekskresi dan kontaminasilingkungan,
persisten atau penyelamatanjiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong,dan pasien immunocompromised.
3. Obat Anti-Diare Kelompok Anti-sekresi Selektif
Terobosan terbaru milenium ini adalah mulaitersedianya secara luas
racecadotril yangbermanfaat sebagai penghambat enzim enkephalinase,
sehingga enkephalin dapatbekerja normal kembali. Perbaikan
fungsiakanmenormalkan sekresi elektrolit, sehingga keseimbangan cairan
dapat dikembalikan. Hidrasec sebagai generasi pertama jenis obatbaru
anti-diare dapat pula digunakan danlebih aman pada anak.
a. Kelompok Opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat,loperamid HCl, serta
kombinasi difenoksilatdan atropin sulfat. Penggunaan kodeinadalah 15-60
mg 3x sehari, loperamid2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek kelompokobat
tersebut meliputi penghambatanpropulsi, peningkatan absorbsi
cairan,sehingga dapat memperbaiki konsistensifeses dan mengurangi
frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar cukup aman dandapat
mengurangi frekuensi defekasi sampai80%. Obat ini tidak dianjurkan pada
diareakut dengan gejala demam dan sindrom disentri.
b. Kelompok Absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau
smektit diberikan atasdasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap
bahan infeksius atau toksin. Melaluiefek tersebut, sel mukosa usus
terhindarkontak langsung dengan zat-zat yang dapatmerangsang sekresi
elektrolit.
c. Zat Hidroflik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dariPlantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis, dan Catechu dapat membentuk
koloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi
dan konsistensi feses, tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan

8
elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 mL/2 kali sehari dilarutkan dalam air
atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
d. Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bif dobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan
memiliki efek positifkarena berkompetisi untuk nutrisi danreseptor saluran
cerna. Untuk mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam
jumlah adekuat

9
1.9 Pathway Faktor infeksi (Virus, bakteri dan parasit)
masuk saluran cerna

Berkembang dalam saluran cerna

Mengiritasi otot dan lapisan mukosa intestinum

Inflamasi mukosa saluran pencernaan Infeksi / iritasi saluran pencernaan NYERI

Penyerapan dalam usus terganggu Tekanan osmotik


Akumulasi monosit, makrofag, sel T helper, dan fibrosit
Respon dinding lambung Respon terhadap toksin
dan usus
Peristaltik usus Pergeseran cairan dan elektrolit menuju usus
Hipersekresi air dan elektrolit
Sinyal mencapai syaraf pusat
Anoreksia
DIARE
Pembentukan prostaglandin otak
MUAL
Merangsang hipotalamus meningkatkan suhu basal Frekuensi BAB meningkat Penyerapan nutrisi dalam usus menurun Kurang informasi terkait
Enggan makan gejala, proses, komplikasi
dan penanganan diare
Peningkatan Iritasi area perianal
HIPERTERMI KETIDAKSEIMBANGAN Malnutrisi
kehilangan cairan dan
NUTRISI : KURANG DARI
elektrolit
KEBUTUUHAN
Metabolisme menurun

Risiko defisien Kehilangan HCO3- Turgor kulit KELETIHAN


volume cairan (bikarbonat) menurun

10
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

RISIKO KETIDAKSEIMBA RESIKO KERUSAKAN


KETIDAKSEIMBANGAN NGAN DEFISIEN
2.1 Pengkajian Keperawatan INTREGITAS KULIT
PENGETAHUAN
ELEKTROLIT ELEKTROLIT
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga,
tenaga kesehatan) kemudian data dianalisis sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Potter dan Perry, 2005).
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register,
tanggal datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
1. Nama dan jenis kelamin
Jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang terkena gastroenteritis.
2. Umur dan tanggal lahir
Pada usia lansia lebih rentan terkena gastroenteritis karena sistem imun
yang melemah.
3. Status perkawinan
Status perkawinan tidak mempengaruhi seseorang terkena
gastroenteritis.
4. Pendidikan
Seseorang yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang pentingnya
gaya hidup sehat serta menjaga pola makan maka akan rentan terkena
gastroenteritis.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan dari
singkatan-singkatan atau istilah medis terkait gastroenteritis.

11
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling mengganggu yang dirasakan klien sehingga
klien datang ke rumah sakit. Keluhan utama yang dialami oleh
penderita gastroenteritis biasanya mengalami dehidrasi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang sekarang
dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya sampai klien
memutuskan ke rumah sakit. Kronologis kejadian yang harus
diceritakan meliputi waktu kejadian, cara/proses, tempat, suasana,
manifestasi klinis, riwayat pengobatan, persepsi tentang penyebab dan
penyakit. Jika terdapat keluhan nyeri maka disertai pengkajian nyeri
PQRST. Biasanya tanda yang awal muncul pada penderita
gastroenteritis adalah mual, muntah, demam tinggi, serta dehidrasi.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Adanya riwayat terkena gastroenteritis sebelumnya, penanganan yang
telah didapat, riwayat pengguaan obat-obatan dan lainnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ada tidaknya yang pernah gastroenteritis dan
digambar melalui genogram minimal 3 generasi terdahulu dan diberi
tanda sesuai format yang ditentukan.
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan.
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan kesejahteraan
klien. Contohnya menjelaskan pada saat klien sakit apa klien lakukan
memilih berobat dengan meminum obat yang dibeli di warung atau ke
klinik terdekat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan makanan. Pada klien dengan gastroenteritis biasanya
mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan ada sensasi mual.

12
3. Pola Eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau, berat
jenis. Selain itu gangguan BAK dan BAB perlu diperhatikan. Pada
klien dengan gastroenteritis mengalami peningkatan frekuensi BAB.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien dengan gastroenteritis kurang beraktivitas dikarenakan dia
merasa lemah.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan gastroenteritis kemungkinan akan terganggu saat istirahat
karena adanya ad a perubahan pola eliminasi.
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan gastroenteritis biasanya
masih tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran
masing-masing individu. Pada klien dengan penyakit gastroenteritis
tidak memiliki gangguan persepsi diri.
8. Pola peran dan hubungan sesama
Klien dengan gangguan gastroenteritis tidak memiliki masalah dengan
hubungan dengan sesamanya.
9. Pola seksualitas
Penderita gastroenteritis tidak mengalami gangguan pada seksual
reproduksinya.
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan gastroenteritis stresor yang mungkin
perlu ditanggulangi mengenai masalah gambaran diri dan harga diri.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada gastroenteritis ini berkaitan
dengan klien percaya ia dapat sembuh atau tidak dan ia mampu
melakukan semua tindakan untuk kesembuhan dirinya.

13
d. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum
Pada klien gastroenteritis, klien akan merasa kesakitan karena adanya
penekanan tekanan, tampak pucat karena ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya karena adanya mual.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pada klien dengan gastroenteritisjuga sama dengan klien lainnya
pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah, pola
pernapasan, dan suhu tubuh.  
3. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti adanya edema periorbita, eksoftalmus (mata
menonjol), anemis (+), kesulitan memfokuskan mata, dan hilangnya
alis mata.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan lidah
klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.

14
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g) Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum
bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas cepat, krepitasi
serta dapat dilihat batas ada saat perkuasi didapatkan (bunyi
perkusinya sonor). Pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang
denyut apeks atau dikenal dengan siklus kordis dan aktivitas artikel,
bunyi jantung lebih cepat.
h) Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk perut,
dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta dilakukan
palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih, yang
ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut,
kemudian pada daerah anus, rectum, dan genitalia.
i) Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang
gerak keseimbangan dan gaya berjalan, biasanya pada klien dengan
gastroenteritis tidak mengalami keluhan apapun
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna kulit
normal, warna kuku sedikit pucat serta CRT > 2 detik.
k) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi local.
e. Pengkajian Diagnostik dan Laboratorium
Menurut Muttaqin 2011 pengkajian diagnostic yaitu dengan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :
1. Pemeriksaan darah rutin untuk mendeteksi kadar BJ plasma dan
mendeteksi adanya kelainan pada peningkatan kadar leukosit

15
2. Pemeriksaan analisis gas darah, untuk mengidentifikasi gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah
3. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalsium, kalium,
dan fosfat
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal
5. Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi agen penyebab
6. Pemeriksaan enzim, untuk menilai keterlibatan roravirus dengan
enzim linked immunosorbent assay

2.2 Diagonosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis atas respon
pasien, keluarga, atau komunitas terhadap kesehatan dan proses
kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan
dasar atas pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang mana perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
Berikut adalah diagnosa keperawatan klien gastroenteritis menurut
NANDA (2018) :
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
mual
b. Defisien pengetahuan b.d ketidaktahuan penyakit yang diderita
c. Nyeri akut b.d infeksi abdomen
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d diare
e. Ketidakseimbangan elektrolit dan cairan b.d diare
f. Hipertermi b.d dehidrasi
g. Mual b.d sensasi muntah
h. Diare b.d nyeri abdomen
i. Keletihan b.d kurangnya nutrisi tubuh
j. Resiko kerusakan intregitas kulit b.d adanya iritasi pada anus

16
2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (perencanaan) merupakan kegiatan keperawatan yang mencakup peletakan pusat tujuan pada pasien,
menetapkan hasil yang akan dicapai, dan memilih intervensi agar tujuan tercapai. Pada tahap intervensi adalah pemberian
kesempatan pada perawat, pasien dan keluarga atau orang terdekat pasien untuk merumuskan suatu rencana tindakan keperawatan
agar masalah yang dialami pasien dapat teratasi. Intervensi adalah peruntuk tertulis yang memberikan gambaran tepat tentang
rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien berdasarkan diagnosa keperawatan, sesuai kebutuhan.

No. Hari/tgl/ jam Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

1. Senin, 10 Domain 12. NOC No. 2109 1. Manajemen Nyeri (1400)


September Kenyamanan Setelah dilakukan a. Lakukan pengkajian nyeri
2019 Kelas 1. Kenyamanan tindakan keperawatan konprahensif yang meliputi
Fisik selama 1x24 jam lokasi, karakteristik, durasi,
(00123) diharapkan nyeri dapat frekuensi, kualitas,
Nyeri akut b.d infeksi berkurang Dengan intensitas, atau berat nyeri
abdomial kriteria hasil : dan faktor pencetus
Definisi : pengalaman 1. Nyeri dipertahankan b. Gunakan strategi
sensori dan emosional pada skala 2 komunikasi terapeutik
tidak menyenangkan ditingkatkan ke skala untuk mengetahui

17
berkaitan dengan 5 (210901) pengalaman nyeri dan
kerusakan jaringan 2. Meringis sampaikan penerimaan
actual/potensial, atau dipertahankan pada pasien terhadap nyeri
yang digambarkan skala 2 ditingkatkan c. Pertimbangkan pengaruh
sebagai kerusakan ke skala 5 (210918) budaya terhadap respon
dengan durasi kurang nyeri
dari 3 bulan d. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
2. Senin, 10 Domain 2. Nutrisi NOC no. 1014 1. Manajemen nutrisi (1100)
September Kelas 1. Makan Setelah dilakukan a. Tetntukan status gizi pasien
2019 (00002) tindakan keperawatan dan kemampuan klien untuk
Ketidakseimbangan selama 3x24 jam memenuhi kebutuhannya.
nutrisi : kurang dari diharapkan status nutrisi b. Tentukan preferensi
kebutuhan tubuh b.d dapat diperbaiki. Dengan makanan bagi klien
mual kriteria hasil: c. Bantu klien dalam
Definisi : asupan nutrisi a. Hasrat untuk makan menentukan pedoman

18
tidak cukup untuk dipertahankan pada makanan yang cocok dalam
mememnuhi kebutuhan skala 2 ditingkatkan mememnuhi kebutuhan
metabolik di skala 5 (101401) nutrisi
b. Intake nutrisi 2. Konseling nutrisi( 5246)
dipertahankan pada a. Kaji asupan makan dan
skala 2 ditingkatkan kebiasaan makan pasien.
di skala 5 (101407) b. Fasilitas untuk
mengidentifikasi perilaku
makan yang harus
dirubah.
c. Gunakan standar gizi yang
bisa diterima untuk
membantu pasien
mengevaluasi intake diet
yang adekuat.
3. Senin, 10 Domain 5. Persepsi NOC No.1803 1. Pengurangan kecemasan.
September Kelas 4. Kognisi Setelah dilakukan (5820)
2019 (00126) tindakan keperawatan a. gunakan pendekatan yang
Defisien pengetahuan selama 1x24 jam tenang dan menyakinkan

19
b.d ketidaktahuan akan diharapkan defisien b. jelaskan semua prosedur
penyakit yang diderita pengetahuan dapat termasuk sensai yang dirasakan
Definisi : ketiadaan teratasi. Dengan kriteria oleh klien
atau defisiensi hasil: 2. bimbingan antisipatif (5210)
informasi kognitif yang 1. Faktor-faktor penyebab a. instruksikan klien mengenai
berkaitan dengan topic dan faktor yang perilaku dan perkembangan
tertentu. berkontribusi dengan cara yang tepat.
dipertahankan pada skala b. latih teknik yang digunakan
2 ditingkatkan ke skala 5 untuk beradaptasi terhadap
( 180303) perkembangan situasi krisis
2. Faktor resiko dengan klien secara tepat.
dipertahankan pada skala
2 di tingkatkan ke skala 4
(180304)
4. Senin 10 Domain 2. Nutrisi NOC no. 0601 1. Manajemen Elektrolit (2000)
September Kelas 5. Hidrasi Setelah dilakukan a. Berikan cairan sesuai resep
2019 (00195) tindakan keperawatan jika diperlukan
Resiko selama 3x24 jam b. Monitro manisfestasi
Ketidakseimbangan diharapkan Resiko ketidakseimbangan elektrolit

20
Elektrolit b.d diare Ketidakseimbangan c. Berikan suplemen elektrolit
Definisi : rentan Elektrolit dapat teratasi d. Berikan elektrolit terikat /
mengalami perubahan Dengan kriteria hasil : elektrolit terikat zat
kadar elektrolit serum 1. Keseimbangan intake e. Monitor kehilangan cairan
yang menggangu dan output dalam 24 jam yang kaya dengan elektrolit
kesehatan di pertahankan pada skala
2 ditingkatkan ke skala 5
(060107)
5. Senin, 10 Domain 2. Nutrisi NOC no. 0601 1. Menejemen elektrolit / cairan
September Kelas 5. Hidrasi Setelah dilakukan (2080)
2019 (00027) tindakan keperawatan a. monitor perubahan status paru
Ketidakseimbangan selama 3x24 jam / jantung yang menunjukkan
Elektrolit dan Cairan diharapkan kelebihan cairan atau dehidrasi
b.d diare Ketidakseimbangan b. Tingkatkan intake / cairan per
Definisi : penurunan Elektrolit dapat teratasi oral
carian intrs vaskuler, Dengan kriteria hasil : c. Berikan serat yang diresepkan
interstisial, dana tau 1. Keseimbangan intake untuk pasien
intraseluler. Ini dan output dalam 24 jam d. Jaga pencatatan intake /
mengacu pada di pertahankan pada skala asupan dan output yang akurat

21
dehidrasi, kehilangan 2 ditingkatkan ke skala 5
cairan saja tanpa (060107)
perubahan kadar
natrium.
6. Domain 11. NOC no. 0800 1. Manajemen cairan (4120)
Keamanan atau Setelah dilakukan a. Jaga intake dan asupan yang
perlindungan tindakan keperawatan akurat dan catat output
Kelas 6. Termolegulasi selama 1x24 jam b. Monitor TTV
(00007) diharapkan Hipertermi c. Berikan cairan dengan tepat
Hipertermia b.d dapat teratasi Dengan d. Monitor makanan / cairan
dehidrasi kriteria hasil : yang dikonsumsi dan hitung
Definisi : suhu inti 1. Dehidrasi asupan kalori harian
tubuh diatas kisaran dipertahankan pada skala 2. Pengaturan Suhu (3900)
normal diurnal karena 2 dan ditingkatkan pada a. Monitor suhu dan kulit
kegagalan skala 5 (080014) b. Tingkatkan intake cairan dan
termoregulasi 2. Peningkatan suhu kulit nutrisi
dipertahankan pada skala c. Sesuaikan suhu lingkungan
2 dan ditingkatkan ke untuk kebutuhan pasien
skala 5 (080001)
7. Domain 12. NOC no. 1014 1. Manajemen mual (1450)

22
Kenyamanan Setelah dilakukan a. Dorong pasien untuk
Kelas 1. Kenyamanan tindakan keperawatan memantau pengalaman diri
Fisik selama 3x24 jam terhadap mual
(00134) diharapkan status nutrisi b. Mengobservasi tanda – tanda
Mual b.d sensai muntah dapat diperbaiki. Dengan non verbal dari
Definisi : suatu kriteria hasil: ketidaknyamanan
fenomena subjektif a. Hasrat untuk makan c. Dapatkan riwayat lengkap
tentang rasa tidak dipertahankan pada skala terkait mual
nyaman pada bagian 2 dan ditingkatkan pada d. Identifikasi faktor – faktor
belakang tenggorokan skala 5 (101401) yang dapat menyebabkan mual
atau lambung, yang b. Intake nutrisi 2.Manajemen nutrisi (1100)
dapat atau tidak dipertahankan pada skala a. Tetntukan status gizi pasien
mengakibatkan muntah 2 dan ditingkatkan pada dan kemampuan klien
skala 5 (101407) untuk memenuhi
kebutuhannya.
b. Tentukan preferensi
makanan bagi klien
c. Bantu klien dalam
menentukan pedoman

23
makanan yang cocok
dalam mememnuhi
kebutuhan nutrisi

8. Domain 3. Eleminasi NOC no. 2102 1. Manejemen Diara (0460)


dan Pertukaran Setelah dilakukan a. Tentukan riwayat diare
Kelas 2. Fungsi tindakan keperawatan b. Ajari pasien cara penggunaan
Gastrointestinal selama 1x24 jam obat anti diare secara tepat
(00013) diharapkan tingkat nyeri c. Anjurkan pasien menghindari
Diare b.d nyeri dapat diperbaiki. Dengan makanan pedas dan menimbul
abdomen kriteria hasil : gas dalam perut
Definisi : pasase feses a. berkeringat berlebihan d. Identifikasi faktor yang bisa
yang lunak dan tidak dipertahankan pada skala menyebabkan diare
terbentuk 2 dan ditingkatkan ke e. Anjurkan pasien untuk
skala 5 (210226) mencoba menghindari makanan
yang mengandung laktosa
9. Domain 4. Aktivitas / NOC no. 1009 1. Manajemen Energi (0180)
Istirahat Setelah dilakukan a. Kaji status fisiologis pasien
Kelas 3. tindakan keperawatan yang menyebabkan kelelahan
Keseimbangan Energi selama 3x24 jam dengan konteks usia dan

24
(00093) diharapkan asupan nutrisi perkembangan
Keletihan b.d dapat diperbaiki. Dengan b. Gunakan instrument yang
kurangnya nutrisi tubuh kriteria hasil: valid untuk kelelahan
Definisi : keletihan a. Asupan serat c. Perbaiki defisit status
terus menerus dan dipertankan dari skala 2 fisiologis
penurunan kapasitas ke skala 5 (100910) d. Monitor intake / masukan
kerja fisik dan mental nutrisi untuk mengetahui sumber
pada tingkat yang lazim energi yang adekuat
10. Domain 11. NOC no. 1908 1. Pengecekan Kulit (3590)
Keamanan/perlindun Setelah dilakukan a. gunakan alat pengkajian untuk
gan tindakan keperawatan mengidentifikasi pasien yang
Kelas 2. Cedera Fisik selama 1x24 jam mengalami kerusakan kulit
(00047) diharapkan iritasi dapat (skala braden)
Resiko Kerusakan diatasi. Dengan kriteria b. lakukan langkah-langkah
Intregitas Kulit b.d hasil : untuk mencegah kerusakan lebih
adanya iritasi pada anus a. mengenali tanda dan lanjut (misalnya, melapisi Kasur,
Definisi : rentan gejala yang menjadwalkan reposisi)
mengalami kerusakan mengidentifikasi resiko
epidermis/atau dermis, dipertahankan pada skala

25
yang dapat menggangu 2 dan ditingkatkan pada
kesehatan skala 5
b. melakukan
pemeriksaan mandiri
sesuai waktu yang
dianjurkan dipertahankan
pada 2 dan ditingkatkan
pada skala 5
a.

26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian keperawatan


I. Identitas Klien

Nama : Ny.T No. RM : 02078


Umur : 30 tahun Pekerjaan : IRT
Jenis : Perempuan Status : Menikah
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS :11 September 2019
Pendidikan : SMP Tanggal :11 September 2019
Pengkajian
Alamat : Antirogo Sumber Informasi : Klien, keluarga,
rekam medik
II. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik :
Gastrointeritis
2. Keluhan Utama:
Klien mengatakan bahwasannya dirinya merasakan nyeri
3. Riwayat penyakit sekarang:
- Klien mengatakan pada sore hari tgl 10 September 2019 mengeluh
BAB encer sebanyak 5x dan lendir, badan merasa lemas, perut mual,
kembung, nyeri bagian atas perut setelah makan dengan porsi yang
berlebihan antara 2-3 sendok makan. Pada tanggal 10 September 2019
klien mengalami BAB encer sebanyak 2x setelah shalat shubuh. Klien
tampak menahan nyeri dan ekspresi wajah tampak meringis sesudah
BAB, klien mengatakan bahwasannya dia tidak mengerti akan
pengertian, penyebab, dan tanda gejala terkait penyakit yang
dialaminya, serta cara untuk mengatasinya.

4. Riwayat kesehatan terdahulu :

27
a. Penyakit yang pernah dialami :
Klien mengatakan bahwa ini yang pertama kali dialaminya
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll) :
Keluarga dan klien mengataka bahwa klien tidak memiliki alergi
c. Imunisasi :
Keluarga klien mengatakan tidak tahu tentang imunisasi apa saja yang
pernah diberikan
d. Kebiasaan / pola hidup / life style :
Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien merupakan orang yang
sangat senang terhadap makanan yang sedikit pedas
e. Obat-obat yang digunakan :
Keluarga mengatakan bahwa klien tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat
penyakit menular maupun penyakit keturunan didalam keluarganya.
Genogram:

Keterangan:

: perempuan : klien

: laki-laki : tinggal bersama

: laki-laki meninggal dunia : berpisah

: perempuan meninggal dunia

III. Pengkajian Keperawatan

28
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan :
Klien dan keluarga sadar akan pelayan kesehatan yang ada
Interpretasi :

Keluarga mengatakan bahwa bila sakit, harus segera diatasi, baik dengan
cara-cara tradisional, dan jangkauan pelayanan kesehatan. Klien dan
keluarga juga menganggap bahwa kesehatan itu penting, namun apabila
tidak ada yang memberi tahu tentang penyakit yang di alami, klien dan
keluarga tidak dapat mengerti tentang apa penyakit yang diderita.

2. Pola nutrisi / metabolik (ABCD)


- Antropometeri
BB: 57 kg menjadi 55 kg
Tinggi badan 157 cm
- Biomedical sign : -
Interpretasi : -
- Clinical Sign :
- Warna wajah sedikit pucat
- Mukosa sedikit pucat
- Ekspresi wajah meringis menahan nyeri
Interpretasi :
Klien terlihat cukup lemah dan kurang berenergi, serta klien
tampak meringis menahan nyeri
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Klien dapat makan dengan normal segala jenis makanan
Interpretasi :
Klien memakan apa saja makanan yang dia inginkan seseuai
dengan porsi dan kebutuhan

3. Pola eliminasi:

29
BAK
- Frekuensi : 4 - 5 kali sehari
- Jumlah : 500 cc
- Warna : kuning jernih
- Bau : bau khas urin.
- Karakter :-
- BJ :-
- Alat Bantu :-
- Kemandirian : mandiri
- Lain :-
BAB
Klien BAB sebanyak 2-5 kali dalam sehari dengan kondisi feses sedikit
encer

4. Pola aktivitas & latihan


Klien melakukan aktivitas dengan mandiri tanpa bantuan keluarga ataupun
alat bantu lainnya
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:


dibantu alat, 4: mandiri

5. Pola tidur & istirahat

30
Durasi : Klien mengatakan bahwasannya durasi untuk tidur
sudah normal yaitu 6-8 jam dalam sehari
Gangguan tidur : -
Keadaan bangun tidur : Klien bangun dengan tenang
Interpretasi : Klien mengatakan bahwasannya mulai tidur malam
dari jam 21.00 – 04.00, untuk tidur siang mulai dari jam
13.00 – 14.00

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori :
Sebelum dan saat MRS kognitif klien tetap baik, dan masih dapat
diajak bicara dan memberikan timbal balik yang tepat, dan ingatan klien
baik saat dilakukan pengkajian
Fungsi dan keadaan indera :
Klien dan keluarga mengatakan sebelum dan saat MRS, seluruh indera
klien masih normal berfungsi sesuai dengan fungsinya
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
Klien mengatakan bahwasannya tidak ada masalah terhadap gambaran
dirinya
Identitas diri :
Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih mmiliki
orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri
Harga diri :
Klien mengatakan percaya diri terhadap penampilan tubuhnya
Ideal Diri :
Ideal diri klien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk sehat
kembali
Peran Diri :
Klien merupakan orang tua didalam keluarga tersebut

Interpretasi :

31
Meski sekarang dalam keadaan sakit namun klien harus tetap
melakukan kewajibannya sebagai seorang ibu

8. Pola seksualitas & reproduksi


Keluarga klien mengatakan bahwa klien sangat menyayangi kedua
anaknya dan suaminya oleh karena itu klien ingin cepat sembuh dan
bersama kembali dengan keluarganya di rumah
9. Pola peran & hubungan
- Keluarga klien mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan
anggota keluarga yang lain baik, sehingga keluarga klien ingin klien
segera pulang agar dapat berjumpa lagi dengan anggota keluarga dan
saudara-saudaranya yang lain
- Klien mengatakan bahwa dirinya sangat disayangi oleh anak dan
suaminnya
- Terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di Rumah Sakit
10. Pola manajemen koping-stress
Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap
sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan dijalani sehingga
bagaimanapun keadannya harus diterima dan disyukuri
11. System nilai & keyakinan
Keluarga klien mengatakan saat sebelum sakit klien melakukan sholat
5 waktu dengan baik, saat ini klien tetap melaksanakannya 5 waktu
meskipun sambil menahan nyeri
IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : GCS = 4 – 5 – 6

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 100/70 mm/Hg


- Nadi : 86 X/mnt
- RR : 22 X/mnt
- Suhu : 37,5º C

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

32
1. Kepala
Kepala simetris, tidak ada jejas, distribusi rambut normal, rambut hitam,
ada sedikit rambut yang putih, rambut berminyak, tidak ada lesi, tidak
ada massa.
2. Mata
Sklera bening, konjungtiva tidak pucat, pupil isokor, distribusi bulu mata
merata, bagian kelopak dalam mata bersih, penglihatan mata normal,
mata simetris.
3. Telinga
Bagian luar telinga kanan dan kiri terlihat bersih, tidak ada kelainan
bentuk, tidak ada massa serta menurut keluarga klien pendengaran
normal, warna kulit telinga sama dengan warna kulit sekitarnya.
4. Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung
normal, tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa, warna kulit hidung
sama dengan warna di sekitarnya, tidak terdapat mucus.
5. Mulut
Mukosa bibir kering, warna sedikit pucat, bibir simetris, tidak ada massa,
tidak ada luka,
6. Leher
Leher pasien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi, tidak ada
benjolan ataupun pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit dileher sama
dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
7. Dada
I : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas
maupun lesi, iktus kordis tidak nampak, tidak ada pembesaran
P : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian kanan,
di area jantung pekak
P : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada massa
A : Suara nafas vesikuler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar jelas, dan
tidak ada bunyi jantung tambahan
8. Abdomen

33
I : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada jaringan parut, tidak terdapat
penonjolan di bagian perut, umbilicus letak simetris, perut
cembung
A : Terdengar bising usus 16x per menit
P : Bunyi sedikit timpani di setiap lapang perut
P : Tidak teraba massa, perut terasa keras
- Pengkajian nyeri :
P : Infeksi pada lambung
Q : Skala nyeri 7 dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS),
nyeri seperti di tekan dan tertusuk

R : Nyeri pada abdomen, tanpa adanya penyebaran nyeri


S : Kesadaran composmentis
T : Sewaktu - waktu
Skala nyeri yang di rasakan oleh klien adalah 7
9. Urogenital
- Klien tidak terpasang selang kateter
- Klien BAK ± 500 cc/ hari, warna kuning
- Klien BAB 2-5x dalam sehari
10. Ekstremitas
- Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infuse. Warna kulit merata.
- Ekstremitas bawah : Kaki kiri dan kanan dapat bergerak normal.
- kemampuan otot
5 5
5 5
4 4

11. Kulit dan kuku

34
Kulit pasien terlihat lembab, turgor kulit cukup. Kuku pendek, dan
sedikit pucat, CRT > 3 detik.
12. Keadaan lokal
Klien terlihat terbaring di tempat tidur dengan posisi supinasi dengan
sudut flexi 15-30°, terpasang infus ditangan sebelah kanan.
V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

N Jenis Nilai normal Hasil


o pemeriksaan (rujukan)
(10 Oktober 2015)

Nilai Satuan

1. Hematologi

Hemoglobin 11,5-16,5 Gr/dL 11,7

109 Lekosit 4,5-11,0 /L 7,8

Hematokrit 37-43 % 38

109 Trombosit 150-450 /L 359

2. Faal Hati

SGOT U/L
10-35 14
(30ºC)

SGPT U/L
9-43 19
(30ºC)

Albumin 3,4-4,8 Gr/dL 3,7

4. Elektrolit

Natrium 135-155 mmol/L 100

Kalium 3,5-5,0 mmol/L 3,0

Chlorida 90-110 mmol/L 85

Calsium 2,15- mmol/L 2,05

35
1,57

5. Faal Ginjal

Kreatinin serum 0,6-13 mg/dL 5,2

BUN 6-20 mg/dL 15

Urea 26-43 gr/24 h 36

Asam Urat 2,3-6,1 Mg/dL 2,8

3.2 Analisa Data


No Masalah
Hari/Tgl/Jam Data Etiologi
. keperawatan

36
1. Senin, 11 DS: Nyeri pada bagian Nyeri Akut
September 1. Klien mengatakan perut atas (00132)
2019 adanya nyeri pada
bagian perut atas Ekspresi wajah
DO: meringis ketika
1. Skala nyeri klien menahan nyeri
terukur yaitu 7
2. Ekpresi klien Skala nyeri pada klien
meringis ketika adalah 7
menahan nyeri
Nyeri Akut

2. Senin, 11 Ds: Mual, lemas Ketidakseimba


September 1. Klien ngan nutrisi :
2019 mengatakan Wajah dan mukosa kurang dari
bahwasannya sedikit pucat kebutuhan
dirinya merasa tubuh (00002)
mual, lemas, BAB encer 2-5x/hari
2. Klien
mengatakan Ketidakseimbangan
bahwasannya nutrisi : kurang dari
dirinya BAB kebutuhan tubuh
encer 2-5x dalam
sehari
Do:
1. Wajah klien
tampak pucat
2. Kondisi mukosa
klien sedikit pucat
3. Senin, 11 Ds: Tidak tahu akan Defisiensi
September 1. Klien tidak penyakit yang Pengetahuan
2019 mengerti akan dideritanya (00126)
pengertian dan

37
tanda gejala Tidak tahu akan apa
penyakit yang yang harus dilakukan
dialaminya terkait penyakitnya
2. Klien juga
mengatakan Defisiensi
bahwasannya Pengetahuan
dirinya tidak tahu
apa yang harus
dilakukan dengan
penyakit yang
dialaminya

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d infeksi abdomial
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b.d tubuh tidak mampu menyerap nutrien
3. Defisien pengetahuan b.d ketidaktahuan tentang
proses penyakit.

38
3.4 Intervensi keperawatan

Diagnosa Paraf dan


No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan Nama
1. Nyeri akut NOC. 1605 1. Manajemen nyeri (1400) 1. Manajemen nyeri
Setelah dilakukan a. Lakukan pengkajian a. Untuk mengetahui nyeri ¥
tindakan keperawatan nyeri secara yang dirasakan klien (Yudha)

selama 1X24 jam komprehensif meliputi b. Agar klien mengerti apa saja
tdiharapkan nyeri dapat lokasi, frekuensi tentang nyeri
teratasi dengan kriteria b. Berikan informasi c. Agar klien dapat
hasil mengenai nyeri, seperti memanajemen nyerinya
a. Menggunakan penyebab nyeri, berapa secara mandiri
tindakan pengurangan lama nyeri akan
nyeri tanpa analgesic dirasakan
dipertahankan pada c. Dorong pasien untuk
skala 2 ditingkatkan monitor nyeri dan
ke skala 5 (160504) menangani nyerinya
dengan tepat.

39
2. Ketidakseimbangan NOC no. 1004 1. Manajemen nutrisi (1100) 1. Manajemen nutrisi
nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan a. Tentukan status gizi klien a. Untuk mengetahui status ¥
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan dan kemampuan klien gizi klien (Yudha)

selama 3x24 jam dalam memenuhi kebutuhan b. Untuk mengetahui


diharapkan status nutrisi gizinya apakah klien memiliki
dapat diperbaiki. Dengan b. Identifikasi adanya alergi alergi atu tidak
kriteria hasil: atau intoleransi makanan c. Untuk memenuhi jumlah
a. asupan gizi yang imiliki klien kalori dan jenis nutrisi
dipertahankan pada c. Tentukan julmah kalori dan apa yang dibutuhkan
skala 2 ditingkatkan jenis nutrisi yang klien untuk mememnuhi
ke skala 5 (100401) dibutuhkan untuk gizinya.
b. asupan cairan memenuhi persyaratan gizi
dipertahankan pada 2. Manajemen cairan
skala 2 ke skala 5 2. Manajemen cairan (1120) a. Untuk mengetahui status
(100408) a. Monitor status hidrasi. nutri klien
b. Berikan cairan dengan b. Untuk mengetahui
tepat jumlah makanan dan
c. Tawari makanan ringan cairan yang masuk
(misalnya minuman kedalam tubuh klien

40
ringan dan buah-buahan setiap harinya
segar/jus buah). c. Untuk memenuhi jumlah
d. Monitor reaksi pasien kalori dan nutrisi yang
terhadap terapi elektrolit diperlukan oleh klien.
yang diresepkan.
3. Defisien NOC No.1803 1. Pengajaran proses penyakit 1. Pengajaran proses penyakit
Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan (5602) a. Perawat mengetahui ¥
keperawata selama 1X24 a. Kaji tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan klien (Yudha)

jam defisien pengetahuan pasien terkait proses b. Klien mengetahui tanda


klien dapat diatasi penyakit yang spesifik dan gejala penyakit yang
dengan b. Jelaskan tanda dan gejala diderita
Kriteria hasil: yang umum dari penyakit. c. Klien menjadi tahu proses
a. Faktor-faktor c. Jelaskan mengenai proses penyakit.
penyebab dan faktor penyakit. d. Agar klien bisa menangani
yang berkontribusidi d. Edukasi pasien mengenai apabila terjadi gejala yang
pertahankan pada tindakan untuk mengontrol/ sama.
skala 2 ditingkatkan meminimalkan gejala.
ke skala 4 (180303).

41
3.5 Catatan Perkembangan

No Diagnosa
Hari/Tgl Implementasi keperawatan Evaluasi sumatif Paraf
. keperawatan
1. Senin, 10 Nyeri Akut a. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
Septembe komprehensif meliputi lokasi, klien mengatakan bahwa nyeri ¥
r 2019 frekuensi sudah berkurang (Yudha)

Pukul R:- O:
07.00 b. Memberikan informasi mengenai nyeri, - Wajah klien sudah tidak
seperti penyebab nyeri, berapa lama terlalu pucat lagi
nyeri akan dirasakan - TD 110/70 mmHg, RR
R: pasien memahami informasi yang 22X/menit, Nadi:
diberikan 104X/menit, suhu 36⁰c
c. Mendorong pasien untuk monitor nyeri A:
dan menangani nyerinya dengan tepat. Masalah teratasi sebagian
R: pasien memahami cara untuk P:
meminimalkan gejala yang ada. Lanjutkan intervensi 1-3

42
2. Senin, 10 Ketidakseimbangan 1. Menentukan status gizi klien dan S :
Septembe Nutrisi : Kurang kemampuan klien dalam memenuhi Klien mengatakan bahwa rasa ¥
r 2019 Dari Kebutuhan kebutuhan gizinya. mual sudah sedikit berkurang (Yudha)

Pukul Tubuh. R: - namun terkadang muncul


10.00 2. Mengidentifikasi adanya alergi atau kembali
intoleransi makanan yang imiliki klien O:
R: klien tidak memiliki alergi - sudah tidak pucat
3. Menentukan jumlah kalori dan jenis - mukosa bibir terlihat
nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi merah muda
persyaratan gizi A:
R:- masalah teratasi sebagian
4. Memonitor status hidrasi. P:
R:- lanjutkan intervensi 4-7
5. Memberikan cairan dengan tepat
R: -
6. Menawari makanan ringan (misalnya
minuman ringan dan buah-buahan
segar/jus buah).
R : klien mengatakan suka makan buah

43
7. Memonitor reaksi pasien terhadap terapi
elektrolit yang diresepkan.
R: klien tidak menunjukkan reaksi
penolakan.
3. Senin, 10 Defisien a. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien S :
Septembe Pengetahuan terkait proses penyakit yang spesifik. klien mengatakan sudah ¥
r 2019 R: pasien mampu memahami yang mengetahui proses penyakit (Yudha)

Pukul dijelaskan oleh perawat yang dialaminya


14.00 b. Menjelaskan tanda dan gejala yang O :
umum dari penyakit. wajah klien sudah tampak
R: pasien memahami tenang dan mampu mamahami
c. Menjelaskan mengenai proses yang dijelaskan oleh perawat.
penyakit. A:
R: pasiem mampu memahami masalah teratasi
d. Mengedukasi pasien mengenai P :
tindakan untuk mengontrol/ hentikan intervensi.
meminimalkan gejala
R: pasien mampu memahami

44
BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan
khususnya lambung dan usus. Infeksi ini dapat disebabkan oleh 3 faktor, yaitu
virus (rotavirus, norovirus, hepatitis A), bakteri (Salmonella, Campylobacter,
Shigella), dan parasit.

Banyak penyebab yang dapat menimbul penyakit ini seperti contohnya


yaitu infeksi kuman, hygene dan sanitasi, ketidakseimbangan nutrisi yang
masuk. Dengan tanda dan gejala yaitu mual, diare, mudah letih, turunnya
nafsu makan dll

Cara paling mudah untuk menghindarinya adalah dengan menjaga


kebersihan lingkungan, kemudian gaya hidup sehat, mengatur asupan nutrisi
yang masuk dalam tubuh

4.2 SARAN
a. Untuk penderita gastroenteritis
Mengontrol pola makan yang benar kemudian menjaga kebersihan
sekitar baik makanan maupun lingkungan
b. Untuk keluarga
Selalu beri dukungan bagi penderita karena dapat mempercepat proses
penyembuhannhya
c. Untuk tenaga kesehatan
Selalu memberikan pelayan kesehatan yang prima kepada seluruh
klien guna untuk meningkatkan status kesehatan setiap individu

45
DAFTAR PUSTAKA

Chow,C.M, Leung, A.K.C., Hon, K.L., 2010. Acute gastroenteritis: from


guidelines to

Government of Western Australia Departement of Health. 2017. Gastroenteritis.


http://healthywa.wa.gov.au/~/media/Files/HealthyWA/New/gastroenteriti
s-fact-sheet.pdf

Junqueira LC, Carneiro J. 2012. Histologi Dasar. Edisi 12. Jakarta : EGC.

Farthing M, Salam MA, Lindberg G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo E, et al.


Acute diarrhea in adults and children: A global perspective. World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines.
J Clin Gastroenterol. 2013; 47(1): 12-20

IDAI. (2011). Buku ajar nutrisi pediatric dan penyakit metabolik. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI.

Khairani N. 2015. Hipertermi pada kasus An. M Gastroenteritis Akut diruang


cempaka rumah sakit umum daerah Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga . http://repository.ump.ac.id/1416/

Muttaqin, A.,& Kumala, S. (2011). Gangguan gastrointestinal aplikasi asuhan


keperawtan medical bedah. Jakarta : Salemba Medika

Sodikin. (2011). Asuhan keperawatan anak : Gangguan sistem gastrointestinal


dan hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.

Setiati, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta:
Interna Publishing.

46
Villar. D.G., De-Sautu, B.C., dan Granados, A. 2015. Gastrointestinal Disorders:
Acute Gastroenteritis. Pediatric in Review.Vol. 33(11).

Widagdo. (2011). Masalah dan tatalaksana penyakit infeksi pada anak. Jakarta :
CV. Sagung Seto

47

Anda mungkin juga menyukai