Anda di halaman 1dari 15

MENTEOLOGIKAN DEMOKRASI:

PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG ISLAM


DAN DEMOKRASI

Syarafuddin H.Z.
Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah
Jl. Singosari Raya No. 33 Semarang
E-mail: Syarifuddin_ums@yahoo.com

Abstract: Islam and democracy has fundamental differences. The most fundamental prob-
lems that both can yet be confronted lay on both ideally fundamental thought. Islam lays
its fundamental thought on transcendental revelation while democracy lays on its humani-
tarian views. This article will discuss to Nurcholish Madjid’s, dubbed as Cak nur views on
Islam and democracy. Cak Nur has tried to play important role on how Islam and democ-
racy can be encountered. He tried to theologize democracy with Islamic doctrine to unite
the fundamental differences thought between Islam and Democracy. He used apologetic
approach to engage liberal democracy inherence with Islam. His apologetic approach
affirms that Islam is universal in nature that equals with democracy principals and secu-
larization that means separating religion and politic. Nevertheless, his views on Islam and
democracy have a blind spot. This article will argue that he has failed to pull both Islam
and democracy as universality rather his concept of universalism has trapped to its par-
ticularity. In addition his view on secularism is problematic if it collides to the current
phenomena of democratic ideal principle on political plurality.

Key words: democracy, secularization, political plurality.

Abstrak: Islam dan demokrasi dalam hubungan diskursus pemikiran memiliki perbedaan
cukup mendasar. Perbedaan yang mendasar adalah terletak pada landasan ideal yang
mana konsep Islam selalu dikaitkan dengan kewahyuan yaitu transendensi, sementara di
lain pihak ide dasar dari demokrasi adalah kemanusiaan yaitu dari manusia untuk manusia.
Artikel ini akan membahas mengenai pemikiran Nurcholis Madjid atau biasa disebut dengan
Cak Nur mengenai diskursus Islam dan Demokrasi. Cak Nur mencoba memainkan suatu
pemikiran tentang bagaimana supaya konsep yang berbeda antara Islam dan demokrasi
dapat dipertemukan. Cara yang ditempuhnya tidak lain adalah dengan menteologisasi
demokrasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Islam. Ia menggunakan metode
apologetik yaitu memaksakan prinsip-prinsip dalam demokrasi (liberal) inheren dalam Is-
lam. Pemikiran apologetic Nurcholish mengafirmasi bahwa Islam adalah universal yang
sesuai dengan prinsip-prinsip dalam demokrasi dan ide mengenai sekularisasi yaitu
pemisahan. Meski begitu pandangan ini terkandung beberapa kelemahan, yang akan
disimpulkan dalam artikel ini, bahwa alih-alih menarik ke-universalannya, maka Islam dan
“demokrasi Islam” yang ia upayakan justru terjebak pada ke-partikularitasannya sendiri.
Selanjutnya bahwa ide sekularisasi juga dapat dipersoalkan jika dibenturkan dengan
konsep ideal demokrasi terhadap pluralitas politik masyarakat.

Kata kunci: demokrasi, sekularisasi, pluralitas politik.

50 Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012


PENDAHULUAN tentang bagaimana supaya konsep yang berbeda
Islam banyak dipahami dengan tidak antara Islam dan demokrasi dapat dipertemu-
memberikan tempat untuk demokrasi. Namun kan. Cara yang ditempuhnya tidak lain adalah
melihat perkembangan politik di negara-negara dengan menteologisasi demokrasi dengan
Islam, demokrasi bahkan telah menjadi tuntutan menggunakan prinsip-prinsip dalam Islam. Ia
untuk kebebasan dalam menyatakan pendapat, menggunakan metode apologetik yaitu
pers, mendapatkan keadilan tanpa pandang memaksakan prinsip-prinsip dalam demokrasi
kelompok, ras, gender dan golongan, dan (liberal) inheren dalam Islam. Pemikiran
keadilan dalam politik. Di negara-negara Islam, apologetik Nurcholish mengafirmasi bahwa Is-
kasus Musim Semi Arab dapat dijadikan lam adalah universal yang sesuai dengan prinsip-
contoh. Gejolak politik di negara-negara Arab prinsip dalam demokrasi dan ide mengenai
yang dimulai dari Lapangan Tahrir di Mesir, Tu- sekularisasi yaitu pemisahan. Meski begitu
nisia, Yaman, Bahrain, Damaskus, Syria hingga pandangan ini terkandung beberapa kelemahan,
Libya menandakan bahwa demokrasi, hak asasi yang akan disimpulkan dalam artikel ini, bahwa
manusia terutama mengenai kebebasan alih-alih menarik ke-universalannya, maka Islam
berpendapat, kesetaraan terhadap hak dan dan “demokrasi Islam” yang ia upayakan justru
kewajiban dalam hukum, pemilihan umum, dan terjebak pada ke-partikularitasannya sendiri.
keadilan untuk mendapatkan pemenuhan Selanjutnya bahwa ide sekularisasi juga dapat
kesejahteraan, menjadi tuntutan. Selain itu dipersoalkan jika dibenturkan dengan konsep
terdapat tuntutan dari mereka untuk mereformasi ideal demokrasi atas pluralitas politik masyarakat.
sistem pemerintahan otoritarian yang selama ini
berlaku di negara-negara itu dan menggantikan- DISKURSUS ISLAM DAN DEMO-
nya dengan sistem yang lebih demokratis. KRASI: BAGAIMANA PANDANGAN
Jika melihat realitas umum masyarakat UMUMNYA?
muslim atas responnya terhadap demokrasi, Demokrasi sendiri merupakan konsep
maka demokrasi bisa jadi sudah sesuai dengan yang masih dan sedang dalam pencarian
kebutuhan dan tuntutan. Melihat fenomena yang bentuknya. Hal ini terkait karena tidak adanya
tengah terjadi, kita bisa mengandaikan bahwa konsep baku mengenai demokrasi itu sendiri.
tidak ada persoalan antara demokrasi dalam Demokrasi tidak sama diterapkan oleh negara-
kehidupan masyarakat Muslim. Persoalannya negara manapun di dunia, hal ini disebabkan
akan berbeda ketika mengangkat demokrasi adanya faktor sosial, politik, kultural, ekonomi
dan Islam dalam hubungan diskursus pemikiran. masing-masing negara. Tidak dapat dilupakan
Perbedaan yang mendasar adalah terletak pada juga adalah peranan aktor-aktor baik intelektual
landasan ideal yang mana konsep Islam selalu maupun politik yang merumuskan demokrasi
dikaitkan dengan kewahyuan yaitu transendensi, dengan menyesuaiakan dengan faktor-faktor di
sementara di lain pihak ide dasar dari demokrasi atas. Maka dari itu tidak benar tentang adanya
adalah kemanusiaan yaitu dari manusia untuk anggapan bahwasanya demokrasi adalah murni
manusia. ala barat. Penafsiran konsep ini terbuka untuk
Dari persoalan diatas, artikel ini akan digunakan sebagai salah satu cara suatu
membahas mengenai pemikiran Nurcholis masyarakat untuk menjalankan dan menentukan
Madjid atau biasa disebut dengan Cak Nur kebijakan bagi negaranya masing-masing.
mengenai diskursus Islam dan Demokrasi. Cak Secara ideal demokrasi dalam pengertian
Nur mencoba memainkan suatu pemikiran demokrasi merupakan konsep yang meliputi tiga

Syarafuddin H.Z., Menteologikan Demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid ... (50-64) 51


prinsip: “prinsip tentang kekuasaan umum, Melihat fenomena negara-negara Mus-
prinsip kemerdekaan, dan prinsip tentang lim akan tuntutan dalam demokrasi, maka dapat
kesetaraan. Ketiga prinsip-prinsip di atas dilihat seolah-olah respon muslim terhadap
mengemukakan akan pilihan manusia sebagai demokrasi tidak ada pertentangan. Namun,
dasar atas legitimasi pembuat kebijakan politik. demokrasi akan menjadi suatu persoalan adalah
Kemerdekaan atau kebebasan kehendak ketika meletakkan demokrasi dalam satu
manusia untuk mengekspresikan pilihan diskursus pemikiran. Ini berarti adalah
politiknya dan bahwa semua pilihan maupun menghubungkan antara demokrasi dengan Is-
pendapat individu diperlakukan sama dan lam dalam tataran idealisme. Persoalannya
sederajat. Sekarang nampak jelaslah mengenai secara ideal ada perbedaan pemikiran yang
dasar dari ide demokrasi, tidak lain adalah mendasari keduanya. Prinsip-prinsip dasar Is-
konsep kemanusiaan yang dipahami sebagai lam yang dipahami secara normatif bersifat
prinsip-prinsip secara esensial “universal” dalam kewahyuan atau vertical-transcendental.
kehidupan umat manisia. Sementara demokrasi ada pada ranah horizontal
Di lain pihak demokrasi juga sebatas yakni pada ranah kemanusiaan.
dipahami secara praksis dengan memper- Selama ini ada tiga tipologi diskursus
timbangkan kegunaan atau keampuhan mengenai Islam dan Demokrasi di kalangan
demokrasi dalam suatu masyarakat. Hashemi intelektual Muslim.2 Pertama, kelompok
menekankan delapan garansi bagi suatu institusi apologetik. Pandangan ini mencoba memaksa-
(baca Negara) agar sukses dalam pelaksanaan kan bahwa demokrasi dan prinsip-prinsip
demokrasinya, antara lain: (1) adanya kebebas- kebebasan inheren dalam Islam. Pemikiran ini
an untuk membentuk dan bergabung dalam sepenuhnya menerima suatu gagasan bahwa
organisasi, (2) kebebasan berekspresi (3) prinsip-prinsip demokrasi sudah diterima dalam
memiliki hak pilih yang sama dan terbuka, (4) Islam. Atau dengan kata lain gagasan ini
hak untuk menjalankan organisasinya (5) menganggap bahwa Islam sudah demokratis.
kebebasan bagi pimpinan poltik untuk Poin penting pemikirannya terletak pada
berkompetisi mendapatkan dukungan dan suara pandangan bahwa Islam adalah universal.
(6) ketersediaan informasi alternatif (7) Universalisme Islam memandang bahwa
pemilihan umum yang bebas dan adil (8) manusia memiliki kedudukan yang sama dan
eksistensi institusi pembuat kebijakan peme- pada akhirnya berujung pada pengakuan hak-
rintah menjalankannya berdasarkan aspirasi hak asasi manusia.
masyarakat.1 Apa yang disodorkan oleh Kedua, penolak demokrasi. Penolakan
Hashemi tersebut adalah melihat pada sistem terhadap demokrasi didasarkan pada anggapan
yang bekerja pada masyarakat yang plural. Ia bahwa demokrasi berasal (baca diimpor) dari
lebih melihat pada sisi fungsi dan kegunaan dari Barat. Pandangan ini juga menolak demokrasi
sistem demokrasi itu sendiri yang mungkin bisa dengan alasan bahwa demokrasi a historis
diterapkan di dalam masyarakat manapun, dalam Islam. Argumen utamanya terletak pada
bahkan pada suatu negara dengan landasan Is- ke dua dasar filosofis yang berbeda. Islam
lam sekalipun. menyusun suatu masyarakat dan bahkan

1
Nadher Hashemi, Islam, Secularisme and Liberal Democracy: Toward a Democratic Theory for Muslim
Society. ( New York: Oxford University Press, 2009), hlm. 7.
2
Masdar Hilmy, Islamism and Democracy in Indonesia. (Singapore: Institute of South East Asian Studies
and National University of Singapore, 2010).

52 Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012


dianggap mampu membentuk sebuah tatanan dua terma utama, yakni universalitas Islam dan
masyarakat jika dan hanya jika sesuai dengan sekularisasi. Pertama, ia berpendapat bahwa
prinsip-prinsip ke-wahyuan (transcendental). Islam bersifat universal, yakni bahwa ide dasar
Begitu juga dengan kekuasaan,Islam hanya dalam Islam adalah universal dan bersifat
mengakui bahwa kekuasaan hanyalah di tangan kemanusiaan. Ia menafsirkan universalitas Is-
Allah SWT. Sementara dasar demokrasi sendiri lam tidak hanya pada tataran yang prinsipil
adalah bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat. namun juga pada keluasan makna Islam yang
Karena di tangan rakyat maka dalam demokrasi tidak terbatas pada sekat-sekat institusi. Dari
terjadi proses sekularisasi dengan memisahkan dasar ini dan apologinya terhadap teks suci, ia
institusi agama dengan Negara. Karena menunjukkan bahwa Islam tidak asing terhadap
persoalan inilah mereka mengaggap praktek- demokrasi. Kedua, pandangannya didasarkan
praktek demokrasi memiliki potensi untuk pada ide sekularisasi yakni ide pemisahan antara
membuat kekacauan. Islam dan politik agar tetap menjaga kesucian
Ketiga rekonstruksionisme. Pandangan dari Islam itu sendiri. Menurutnya, agama perlu
ini telah melampaui cara-cara apologetik yang dipisahkan dengan pelaksanaan politik
mencari kecocokan antara demokrasi dengan kenegaraan.
Islam, namun lebih dari itu. Pandangan ini bah- Menurut Nurcholish esensi demokrasi
kan mencoba mengapropriasikan nilai-nilai adalah proses menuju ke arah yang lebih baik.
demokrasi ke dalam Islam. Dan yang mem- Suatu negara dapat disebut demokratis jika
bedakannya dengan penganut apologetik, padanya terdapat proses perkembangan yang
adalah cara induksi yang mereka kemukakan. melaksanakan prinsip-prinsip kemanusiaan dan
Mereka tidak memandang prinsip-prinsip memberi hak kepada masyarakat secara
dalam demokrasi dan Agama yang mengatur individu maupun sosial tanpa memandang ras,
tentang masyarakat adalah absolute. Oleh bahasa, agama dan ekonomi. Demokrasi adalah
sebab itu mereka beranjak dari kontekstualisasi upaya manusia yang bermuara pada kebaikan
untuk dibenturkan antara prinsip-prinsip bersama. Sedangkan Islam, diartikan oleh
demokrasi dengan Islam sehingga tercipta Nurcholish, bersifat universal, yakni sebagai
sintesa antara keduanya. Selanjutnya tulisan ini rahmat bagi seluruh alam yang mengayomi
nanti akan membahas mengenai pemikiran Cak seluruh bentuk rupa manusia dan makhluk hidup
Nur tentang Islam dan demokrasi yang mana lainnya di alam semesta (Al Quran, Al Anbiya/
dirinya lebih condong pada ciri yang pertama 21:107). Islam sendiri diartikannya sebagai
yakni apologetik. sebuah bentuk totalitas kepasrahan kepada
Allah SWT yang diaplikasikannya melalui
LANDASAN ISLAM DAN DEMO- konsep tauhid. Tauhid yang sebenarnya
KRASI MENURUT NURCHOLISH diartikan bahwa Yang Absolut adalah milik Al-
MADJID lah SWT, maka daripada itu ia menolak
Nurcholish membantah pendapat para keabsolutan yang lain selain dari Allah.
intelektual muslim yang tidak sepakat dengan Absolutisme yang lain contohnya adalah tirani
demokrasi. Mereka yang tidak sepakat menilai kekuasaan dan bahkan klaim kebenaran dalam
bahwa demokrasi dan Islam adalah hal yang satu kelompok agama tertentu Prinsip-prinsip
berbeda sehingga demokrasi merupakan hal keadilan dan kesetaraan adalah fitrah atau
yang asing dengan Islam. Pemikiran Nurcholish hukum tuhan yang diberlakukan oleh Tuhan
tentang Islam dan demokrasi, didasarkan pada kepada manusia. Oleh sebab itu agama

Syarafuddin H.Z., Menteologikan Demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid ... (50-64) 53


menjamin keadilan dan kesetaraan untuk seluruh berdasarkan Islam, maka jelaslah ide itu
manusia, atau dengan kata lain Islam merupakan sekarang tidak lagi dalam keadaan menarik.
agama fitrah bagi kemanusiaan3. Dengan perkataan lain ide-ide dan pemikiran
Meskipun tidak asing terhadap demo- Islam itu sekarang menjadi absolute memfosil,
krasi, Islam mesti dipisahkan dari urusan politik kehilangan dinamika. Ditambah lagi partai-partai
bernegara. Menurutnya agama tidak mengatur Islam tidak berhasil membangun image positif
tata pelaksanaan suatu negara, melainkan dapat dan simpatik bahkan yang ada ialah image
menjadi acuan prinsip dan sebagai pembatas sebaliknya. (reputasi sebagian umat Islam di
dari perbuatan manusia yang tidak sempurna. bidang korupsi, umpamanya semakin lama
Kesempurnaan agama terletak pada prinsip- semakin menanjak)4
prinsip esensialnya, bukan pada bentuk
formalnya. Ia menolak konsep negara Islam APOLOGI PRINSIP ISLAM DAN
maupun syariahisasi hukum Islam dalam DEMOKRASI
konstitusi suatu negara karena Islam sebagai Menurut Nurcholish Islam menghendaki
agama yang universal akan terjebak pada kebaikan bersama yang mana ukuran kebaikan
penyempitan makna Islam itu sendiri. Menurut- tersebut meliputi kebaikan antar sesama
nya, urusan negara dan tata pelaksanaan manusia dan antara manusia dengan makhluk
demokrasi adalah urusan duniawi (terrestrial), hidup lainnya5. Dari situlah terdapat titik temu
dan agama secara universal melampaui urusan bahwa antara demokrasi dengan agama adalah
duniawi untuk menembus tujuan ukhrawi (ce- idealitas untuk mewujudkan kebaikan bagi
lestial). semua. Nurcholish sama seperti halnya Gus Dur
Menurutnya memasukkan Islam dalam menyatakan bahwa prinsip-prinsip pokok
suatu pelaksanaan perebutan kekuasaan berarti terhadap demokrasi adalah seperti kebebasan
mempolitisasikan agama sehingga menyempit- individu di hadapan kekuasaan negara,
kan makna Islam yang universal. Hal ini keadilan, syuro/musyawarah memiliki kesamaan
menurutnya akan sangat berbahaya karena Is- yang kuat dengan misi agama sebab agama
lam hanya akan dijadikan sebagai jargon untuk pada dasarnya hadir untuk mewujudkan
kepentingan beberapa gelintir elit yang mengatas keadilan bagi kesejahteraan rakyat, karena itu
namakan Islam untuk kepentingan pribadi keduanya sepakat bahwa demokrasi tidak
maupun kelompoknya saja, bahkan malah bisa bertentangan dengan Islam6.
terjebak pada praktik-praktik yang justru Prinsip dalam demokrasi adalah terdapat
mengotori ajaran Islam itu sendiri karena Islam jaminan atas kebebasan dan hak. Prinsip-
adalah untuk kebaikan bersama tanpa me- prinsip demokrasi itu sudah sesuai dengan
mandang golongan tertentu. Ide sekularisasinya ajaran Islam. Manusia dilahirkan dalam keadaan
diwujudkan dalam jargon “Islam yes Partai Is- merdeka terhadap dirinya. Memang manusia
lam No”. Mengenai hal ini ia mengungkapkan: tidak memiliki pilihan oleh Tuhan mengapa
Jadi, jika partai-partai Islam merupakan mereka hidup di muka bumi, namun oleh Tuhan
wadah ide-ide yang hendak diperjuangkan manusia diberikan kebebasan dan pilhan dalam

3
Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina 1995), hlm. xiv.
4
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan Pustaka 1987), hlm. 205.
5
Ibid., hlm. 234.
6
Abdurrahman Wahid, “Agama dan Demokrasi”, dalam Y.B Mangun Wijaya, Agama dan Aspirasi Rakyat.
(Yogyakarta: Interfidei,1994), hlm. 273.

54 Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012


menjalani kehidupannya (hak atas hidup). peran manusia sebagai khalifah (pemimpin) di
Pandangannya mengenai kebebasan secara muka bumi. Kebebasan adalah lawan dari tirani.
ontologis dapat ditelusuri dari pandangannya Kebebasan menurut Cak Nur adalah hak yang
yang menolak teologi Jabariah yang me- paling dasar yang dimiliki manusia dalam
mandang manusia hanyalah menjalankan apa hidupnya. Selain itu agama dengan tauhidnya
yang menjadi ketetapan Tuhan yang berarti bertentangan dengan tirani (tughyan) manusia.
keterpaksaan manusia di hadapan Tuhan yang Semangat tauhid digunakan Musa dalam
ia nyatakan sebagai teologi penguasa tiran. membebaskan masyarakatnya dari tirani
Teologi jabariah digunakan untuk menjustiikasi Fir’aun. Menurutnya, kebebasan tidaklah tidak
kedzaliman pada masa dinasti Umayah sebagai terbatas. Kebebasan dibatasi oleh kesadaran
kehendak Tuhan 7. dan rasa tanggung jawab sosial yang meliputi
Kami mengartikulasikan gagasan Cak kewajiban setiap individu maupun organisasi di
Nur secara implisit mengenai prinsip kebebasan dalamnya memiliki kewajiban untuk bertindak
adalah suatu kehendak manusia untuk bebas demi kebaikan bersama antara sesama manusia
menjalankan kehidupannya namun tetap dan antara manusia dan lingkungannya. Manusia
dibatasi oleh kehendak Tuhan berupa ketetap- memiliki potensi untuk menjadi tiran ketika
anNya. Selain itu kebebasan manusia dibatasi manusia kehilangan kesadaran sosial. Sebagai
tata nilai mengenai baik dan buruk dalam agama manusia, tanggung jawab sosial berarti meng-
yang mana perbuatan manusia kelak akan ingatkan sesamanya untuk tidak melakukan
dipertanggung jawabkan. Manusia memiliki tindakan semena-mena tehadap manusia yang
kebebasan karena dibekali oleh Tuhan rasio lainnya, sebagaimana firman Allah8:
yang menentukan kehendak sekaligus
digunakan untuk menimbang atas perbuatannya. Ingatlah sesungguhnya manusia itu pasti
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebebasan bertindak tirani saat ia melihat dirinya
manusia dengan rasionya tetap dibatasi oleh serba kecukupan” (QS. Al-Alaq, 96:6-
kehendak Tuhan sebagaimana tercermin dalam 7)
makna Islam yang diartikannya sebagai
ketertundukan dan kepasrahan manusia Al Quran mengajarkan akan kebebasan
terhadap ketetapanNya. Ketetapan Tuhan yang namun dibatasi oleh tanggung jawab individual
membatasi kebebasan manusia tidak lain adalah sebagai bagian dari universalitas kemanusiaan
sunnatulah itu sendiri. Manusia ditetapkan dan alam, seperti halnya dalam Q.S. al-An’am/
sebagai pemimpin yang pada dasarnya memiliki 6: 94 yang artinya:
sifat hanif (baik), untuk itu pendayagunaan
seluruh potensi akal yang dimilikinya diperlukan Dan sesungguhnya kamu datang kepada
untuk menjaga keseimbangan kehidupan seluruh Kami sendiri-sendiri sebagai-mana
umat manusia dan menjaga alam semesta. kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan
Selain dibatasi oleh ketetapan Tuhan, kamu tinggalkan di belakangmu (di
kebebasan manusia dibatasi oleh tanggung dunia) apa yang telah Kami karuniakan
jawab kemanusiaan individual terhadap orang kepadamu.
lain dan alam sekitar. Hal ini tidak lain karena

7
Budi Munawar Rahman (ed), Ensiklopedia Nurcholish Madjid. (Jakarta: Paramadina, 2007), hlm. 1216-
1219.
8
Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi. (Jakarta: Paramadina 1999), hlm. 383.

Syarafuddin H.Z., Menteologikan Demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid ... (50-64) 55


Prinsip kebebasan dalam demokrasi adalah tingkat ketakwaannya. Pada hakikatnya
adalah adanya jaminan terhadap kebebasan manusia ketika akan dilahirkan tidak dapat
beragama. Agama merupakan hak asasi memilih untuk menjadi laki-laki ataupun
manusia. Manusia memiliki pilihan untuk memilih perempuan dan untuk memilih dilahirkan dari
agama dan menjalankan agama. Dalam ras/suku bangsa tertentu maupun agama
demokrasi terdapat prinsip untuk menjaga hak tertentu. Diciptakannya berbagai macam ras,
seseorang dalam beragama, begitu juga dengan agama, bahasa dan bangsa manusia oleh tuhan
Islam. Ajaran Islam menurut Nurcholish adalah wujud diversitas kultural yang harus
sesungguhnya menjamin kebebasan seseorang dijaga melalui perdamaian. Keadilan sendiri
untuk beragama, karena perbedaan dalam adalah upaya manusia dalam mewujudkan
agama sendiri sejatinya merupakan ketentuan kedamaian.
Allah. Seperti dalam al-Quran: Agama hadir sebagai upaya untuk
mengembalikan manusia kepada fitrah
keadilannya. Islam memerintahkan untuk
berbuat adil. Menurut Nurcholish perintah
keadilan dalam Islam menyangkut keadilan bagi
seluruh umat manusia dan dengan alamnya.
Dan jika Allah menghendaki maka Keadilan dalam islam tidak memandang jender,
beriman semua orang di muka bumi ras, bahasa bahkan agama. Selanjutnya perlu
seluruhnya. Maka apakah kamu hendak juga diingat bahwa manusia diperintahkan untuk
memaksa manusia supaya mereka menjadi berbuat adil terhadap alamnya yakni dengan
orang-orang benar semuanya (Q.S Yunus, menjaga alam untuk keseimbangannya.
10: 99). Keadilan merupakan cara untuk menuju pada
keseimbangan, dan dengan keseimbangan akan
Prinsip berikutnya dari demokrasi adalah selalu tercipta keadilan. Ia mengungkapkan:
adanya keadilan dan persamaan. Menurut
Nurcholish bahwa mewujudkan keadilan Sebagai Sunnatullah, kemestian me-
merupakan upaya manusia yang tidak berhenti negakkan keadilan adalah kemestian yang
untuk diperjuangkan manusia dalam sejarah merupakan hukum yang obyektif, tidak
kehidupan. Keadilan berarti adalah fitrah tergantung kepada kemauan pribadi
manusia karena keadilan tidak dapat dilepaskan manusia siapapun juga, dan immutable
daripada hakikat kemanusiaan itu sendiri. (tidak berubah). Ia disebut dalam Al Quran
Manusia memiliki kedudukan yang sama sebagai bagian dari hukum kosmis, yaitu
(persamaan manusia) di hadapan Tuhan. hukum keseimbangan (al mizan) yang
Manusia diciptakan ke muka bumi (termasuk menjadi hukum jagad raya (universe).
jin) menurut Nurcholish adalah adanya Karena hakikatnya yang obyektif dan im-
perjanjian antara Allah dengan manusia sebagai mutable itu maka menegakkan keadilan
hubungan primordial antara manusia dengan akan menciptakan kebaikan, siapapun yang
Tuhannya yang merupakan hakikat kemanusiaan melaksanakannya, dan pelanggaran
9
. Jadi, seluruh anak dari semua bangsa memiliki keadilan akan mengakibatkan malapetaka
derajat yang sama dan yang membedakannya siapapun yang melakukannya. Karena itu

9
Nurcholish Madjid, Agama, Kemanusiaan dan Keadilan…, hlm. 210.

56 Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012


keadilan ditegaskan dalam al Quran harus “Musyawarah yang benar, yaitu musya-
dijalankan dengan teguh sekalipun warah yang terjadi atas dasar kebebasan
mengenai karib-kerabat dan sanak family dan tanggung jawab kemanusiaan, adalah
ataupun teman-teman sendiri, dan jangan juga dasar tatanan masyarakat dan Negara
sampai kebencian kepada suatu golongan demokrasi. Maka demokrasi sebagai-
membuat orang tidak mampu menegakkan mana dikehendaki oleh logika musya-
keadilan10. warah itu sendiri senantiasa menuntut dari
masing-masing pihak yang bersangkutan
Mengenai musyawarah, ia mengatakan untuk bersedia dengan tulus bertemu dalam
bahwa masyarakat demokratis lahir dari adanya titik kesamaan, kebaikan bagi semua dalam
musyawarah. Musyawarah adalah hubungan semangat member dan mengambil yang
interaktif untuk saling mengingatkan tentang dijiwai oleh pandangan kemanusaiaan yang
kebaikan, kebenaran, membutuhkan kesabaran optimuis dan positif. Oleh karena itu pula
serta kedudukan yang sama dalam menyelesai- demokrasi dengan musyawarah yang benar
kan masalah. Musyawarah yang ideal harus sebagai landasannya itu tidak akan
dilandasi dengan semangat beriktiar mencari terwujud tanpa pandangan persamaan
kebenaran dan mengupayakan kesabaran dari manusia atau egalitarianism yang kuat dan
pada ego dan kepentingan pribadi. Nurcholish akan kandas oleh adanya stratifikasi sosial
mengutip al-Quran surat Al-Asyr/103:1-3 yang kaku dan apriori dalam sistem
mengenai perintah Allah kepada manusia untuk paternalistik dan feodalistik”11.
saling nasehat menasehati dalam menaati
kebenaran dan saling menasehati dalam Menurut Nurcholish, musyawarah pada
menetapi kesabaran. Menurutnya musyawarah prakteknya merangkul dan mengakui semua
seagai jalan pada upaya pencarian manusia suara, baik minoritas maupun mayoritas, seperti
terhadap kebijaksanaan. Ia mengutip al-Quran: halnya yang dipraktekkan oleh Nabi
Muhammad Saw. Nabi mencontohkan
Serulah manusia kepada jalan tuhanmu bagaimana mengambil keputusan dengan
dengan hikmah dan pelajaran yang musyawarah dengan mengajak sahabat-
baik dan bantahlah mereka dengan cara sahabatnya untuk membahas urusan dunia
yang baik (Q.S An Nahl/16:125). termasuk dalam bidang politik. Nabi
Muhammad sangat terbuka terhadap pendapat
Lebih jauh mengenai kedudukan para dari sahabat-sahabatnya, seperti ungkapan
peserta musyawarah dibutuhkan prinsip Nabi yang selalu ia kutip, “kamu lebih
egalitarianisme yakni kedudukan yang sama mengetahui urusan duniamu”12. Menariknya
meliputi hak dan kewajiban dalam menyelesalan dalam dunia Islam terdapat kesepakatan
masalah antara para peserta musyawarah. mengenai istilah musyawarah ini, sebaliknya
Musyawarah dapat berarti juga adalah suatu istilah demokrasi cenderung tidak sepakat.
cara untuk memberikan hak kebebasan dalam Nurcholish Madjid seperti mengutip
menyatakan pendapat yang disebabkan oleh Bellah bahwa pelaksanaan demokrasi telah
persamaan manusia. Ia mengungkapkan: dicontohkan oleh Nabi Muhammad melalui

10
Ibid.
11
Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi …, hlm. 191.
12
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan …, hlm. 252-285.

Syarafuddin H.Z., Menteologikan Demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid ... (50-64) 57


piagam Madinah. Melalui piagam madinah dapat bukanlah menghambat kebijakan peme-
diambil pelajaran bahwa Muhammad telah rintah untuk perkembangan Negara namun
meletakkan dasar-dasar etika demokrasi yang saling dukung mendukung untuk mem-
berlandaskan pada prinsip universalitas, bangun tata pemerintahan yang lebih baik.
kebebasan kesetaraan dan persamaan dan Dengan demikian ia sangat mendukung
keadilan yang dibingkai oleh semangat dan pelaksanaan demokrasi liberal, dengan
komitmen untuk melibatkan setiap golongan penekanan bahwa kekuasaan ada di tangan
orang dalam menjalankan masyarakatnya rakyat. Menurutnya tujuan suatu Negara
disertai dengan sikap inklusif, keterbukaan, dan adalah untuk mewujudkan keadilan untuk
toleransi dalam menerima dan mengakomodasi rakyatnya. Untuk mewujudkan keadilan
perbedaan. Nabi sebagai pemimpin dalam hal diperlukan partisipasi rakyat dalam kekua-
ini tidak memeberikan otoritas mutlak pada saan. Jadi Negara Islam yang mendasarkan
keluarga maupun kelompok tertentu. Piagam pada kekuasaan Tuhan tidak diperlukan.
madinah merupakan dokumen pertama dalam Kekuasaan Tuhan atas kekuasaan suatu
sejarah umat manusia yang menerapkan negara adalah abstraksi yang sulit
demokrasi modern yang memberi penekanan dibayangkan. Meski kekuasaan itu
dengan pluralitas masyarakat sebagai cirinya13. mengatas namakan Tuhan namun tetap saja
pada dasarnya adalah penafsiran manusia
MENUJU TATANAN DEMOKRATIS terhadap kitab suci, hal ini sama halnya
Nurcholish Madjid tidak berhenti pada dengan memanipulasi kekuasaan Tuhan
mengapologikan Islam inheren terhadap untuk kekuasaan golongan elit tertentu.
demokrasi. Ia mencoba menjelaskan bahwa Untuk memperkuat argumen penolakan
demokrasi tidak terbantahkan sebagai upaya Negara Islam, ia mengutip konsep Ibnu
manusia menuju kepada sebuah tatanan Taimiyah mengenai keadilan: “bahwa Al-
masyarakat yang lebih baik. Lantas untuk dalam lah akan meridhai suatu pemerintahan yang
mewujudkan cita-cita itu, demokrasi diterapkan penuh dengan keadilan meskipun bukan
sebagai: Negara Islam, dan tidak meridhai suatu
1. Struktur kenegaraan (demokrasi sebagai pemerintahan yang penuh dengan korupsi
kebiasaan konstitusional). Demokrasi meskipun itu Negara Islam”.
diterapkan sebagai struktur dalam kene- 2. Demokrasi diterapkan sebagai pandangan
garaan berarti adanya mekanisme check hidup masyarakat. Demokrasi adalah
and balance yang harus dipertahankan sebagai suatu pengetahuan untuk di
untuk mencegah penyalahgunaan kekuasa- mengerti, dihayati dan diijewantahkan
an mayoritas untuk menekan mayoritas. dalam kehidupan sipil. Oleh sebab itu
Oleh sebab itu ia menghendaki perlunya Nurcholish mengutip Bellah bahwa
oposisi resmi dalam parlemen. Dalam demokrasi tidak lagi berarti kata benda
pengertian positif oposisi bukan berarti melainkan sudah harus menjadi kata kerja,
tidak taat kepada pemerintah namun dalam artian bahwa demokrasi bukan lagi
sebagai penyeimbang, menjadi pengingat menjadi sebuah abstraksi namun sudah
untuk pemerintah untuk tetap pada jalurnya menjadi praksis. Demokrasi pada
yang benar. Peran oposisi dalam demokrasi kehidupan sipil yang ditekankan antara lain:

13
Madjid, dari Syukron Kamil, Islam dan Demokrasi: Telaah Konseptual dan Historis. (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2002), hlm. 83.

58 Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012


kesadaran terhadap perbedaan, kebijak- demokrasi yakni proses penyadaran kepada
sanaan dalam permusyawaratan, cara-cara masyarakat agar prinsip-prinsip demokrasi
berarti menentukan tujuan, kejujuran, dapat tertanam dalam diri mereka.
kebebasan, dan kebutuhan terhadap pen-
didikan demokrasi14. AMBIVALENSI PEMIKIRAN NUR-
Kesadaran terhadap perbedaan berarti CHOLISH MADJID DALAM DIS-
menganggap perbedaan adalah sebagai sebuah KURSUS TENTANG ISLAM DAN
fitrah dari manusia. Perbedaan bukanlah untuk DEMOKRASI
dipertentangkan, ia mengaharapkan setiap or- Ada beberapa kritik yang dialamatkan
ang untuk merayakan perbedaan itu dengan kepada Nurcholish mengenai dasar pemikiran-
sikap saling toleransi dan menghargai mereka nya secara umum. Kritik kepadanya sejauh yang
yang berbeda. Kebijaksanaan dalam permusya- dapat ditelusuri berkisar pada dua perspektif.
waratan berarti adalah mementingkan Pertama, liberalisme yang ditawarkan oleh
musyawarah untuk mufakat. Setiap kelompok Nurcholish dianggap terlalu westernis. Hal ini
yang berbeda tentunya memiliki kepentingannya membuat terusik para intelektual dari kelompok
masing-masing. Guna dari musyawarah adalah Media Dakwah. Dengan pendekatan konspirasi
untuk mengakomodasi setiap kepentingan yang mereka mengkritik ide Nurcholish sebagai
berbeda menjadi kepentingan bersama. Prob- pesanan barat untuk merongrong Islam politik
lem dari demokrasi adalah tidak diakomodasi- dari dalam. Kedua, Nur Chalik Ridwan
kannya kepentingan maupun hak minoritas, misalnya, dengan pendekatan klas, mengkritik
melalui musywarah mufakat hak dan kepenting- bahwa ide-ide Nurcholish tidak memiliki
an minoritas tidak perlu terkalahkan oleh hak sensitifitas pembebasan kepada kelompok
dan kepentingan mayoritas. mustadzafin, dan menjadi hanya menjangkau
Melalui musyawarah mufakat, mayoritas kelas borjuis, karena pemikirannya selalu
tidak sepenuhnya mengambil kepentingannya dibahas dan diperdebatkan di seminar-seminar
namun antara mayoritas dan minoritas sama- yang diselenggarakan di hotel-hotel ber-
sama mendapatkan hak dan terwujud suatu bintang15.
kepentingan bersama. Cara menentukan tujuan Berbeda dari dua pendekatan di atas,
berarti bahwa prinsip-prinsip yang baik dalam tulisan ini menyajikan beberapa kritik terhadap
demokrasi harus diiringi oleh cara-cara yang pemikiran Cak Nur dengan melihat pada
baik dalam mewujudkannya. Sebaliknya cara premis-premisnya dalam menyusun kerangka
yang tidak baik maka tujuan demokrasi tidak pemikirannya mengenai demokrasi. Dengan
akan tercapai dengan baik, seperti halnya politik melihat dasar dari kerangka pikirnya mengenai
uang yang hanya akan berujung pada terjadinya demokrasi, yakni melalui konsep universalisme
korupsi. Kebebasan berarti masyarakat yang dan sekularisasi, diharapkan mampu merang-
demokrasi tidak adanya intimidasi dan paksaan kum ide besar dari pemikiran Cak Nur,
dari kelompok lain dalam menjalankan haknya, meskipun kami sadar hal ini mustahil untuk dapat
ia mencontohkan seperti terciptanya kebebasan meihat secara keseluruhan apa yang ada dalam
beragama dan hak menyampaikan pendapat pikiran Nurcholish. Kami berkesimpulan bahwa
dan pilihan politik tanpa adanya intimidasi. ide Cak Nur mengenai Islam dan demokrasi
Terakhir adalah perlu adanya pendidikan terdapat beberapa ambivalensi. Di satu sisi ia
14
Masdar Hilmy, Islamism and Democracy in Indonesia …, hlm. 57.
15
Nurchalik Ridwan, Pluralisme Borjuis. ( Jogjakarta: Galang Press, 2002).

Syarafuddin H.Z., Menteologikan Demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid ... (50-64) 59


menginginkan Islam sebagai sebuah konsep Ketika apa yang disebut sebagai univer-
universal, namun dengan pandangan teologis sal merupakan konstruksi, maka suatu
yang tidak terbantakan dari Islam sebagai pemahaman terhadapnya masih bersifat par-
agama justru terjebak pada partikularitasnya. ticular, ada keterbatasan-keterbatasan konsep
Sementara ide dasar sekularisasinya yang yang diusungnya, meskipun mengatakan hal ini
bertujuan agar terhindar dari politik sektarian adalah universal. Pandangan Nurcholish sangat
justru adalah pemaksaan terhadap seseorang kental dengan konstruksi pandangan agama-
yang juga berhak menyalurkan aspirasi politik agama Semit terhadap Tuhannya. Lantas
berdasarkan entitas yang melekat terhadapnya. bagimana dengan agama-agama Pagan yang
Problem pertama dari pemikiran Cak memiliki konsep adanya kesatuan kosmos
Nur terletak pada konsepnya mengenai dalam alam semesta bukan kepada subyek
universalitas Islam yang mengandaikan Tuhan itu sendiri? Bahkan Buddhism sekalipun
hilangnya sekat-sekat agama sebagai institusi yang masih dalam perdebatan pada masalah
yang telah mapan. Universalitas Cak Nur ini penciptaan, yakni yang berpendapat mengenai
diinspirasi oleh pemikiran W.C Smith yang adanya Sang Pencipta yang perlu dipuja dan
mengatakan bahwa asal-usul agama dibentuk pendapat lain yang mengatakan bahwa
dari proses reifikasi (konstruksi manusia atas memikirkan siapa Pencipta tidaklah penting
suatu obyek). Agama yang semula, pada awal karena untuk menjaga keseimbangan harus
didirikan, adalah sebagai seperangkat ke- dimulai dari dirinya sendiri. Nampak sekali
percayaan dan tata cara peribadatan, kemudian konstruksi agama Semit dalam konsep Tauhid
keduanya dibakukan dan diperlakukan sebagai dan ikatan primordialnya, sekali lagi hal ini masih
sebuah institusi, untuk berbeda dengan yang lain. menyisakan partikularitas dalam konsep yang
Agama yang semula menunjukkan kesalehan dipakainya.
personal menjadi suatu entitas kelompok 16. Selanjutnya universalitas Islam itu
Dan ide yang ditawarkan oleh Cak Nur tidak mengandaikan perenialisme (kesatuan agama-
hanya mengkondisikan agama agar pada agama). Tujuan dari Nurcholish dalam idenya
substansinya dan bahkan juga merekonstruksi- tidak lain adalah sebagai penyadaran akan
kannya sebagai suatu yang obyektif bahwa hakikat islam yang inklusif, mementingkan esensi
agama berifat universal yang melingkupi: (1) daripada “label” formalnya. Nampaknya
kepasrahan dan ketundukan manusia terhadap konsep ini menjadi kontroversi di kalangan
Tuhannya yang tercermin dari konsep Tauhid muslim sendiri, banyak yang tidak sepakat
(keesaan Tuhan), (2) seluruh manusia secara karena sangat dekonstruktif terhadap
alamiah memiliki ikatan primordial antara dirinya pemahaman agama Islam adalah eksklusif milik
dengan Tuhannya, (3) manusia adalah satu di Muslim. Perenialisme justru bisa menjadi
hadapan Tuhan (4) dan agama-agama manusia identitas jika melalui rutinisasi atas pahamnya.
hakikatnya bertemu pada satu titik yakni Tuhan Dan apa yang menjadi cita-cita konsep ini bisa
Yang Esa17. Jadi, jika ditelusuri pemikiran Cak jadi akan terjebak pada fundamentalisme ketika
Nur tentang universalitas Islam adalah dipaksakan kepada mereka yang tidak sepakat.
merekonstruksi lagi Islam yang telah lama Maka hal ini justru dikhawatirkan akan
dikonstruksikan terhadapnya. bertentangan dengan cita-cita inklusifitas atas

16
W.C Smith, The Meaning and End of Religion. (t.t.: Fortress Press, 1991).
17
Farish Noor. New Voices of Islam. ( Leiden:ISIM, 2002), hlm. 39.

60 Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012


pemahamannya sendiri. Menurut kami menganggap kehidupan dunia adalah negative,
universalitas Islam itu tidak terletak pada konsep bahkan Nurcholish mengkritik pandangan
genesisnya namun sudah cukup terletak pada tentang kehidupan dunia adalah negative yakni
konsep Rahmatan lil Alaminnya, bahwasanya dunia diandaikan sebagai tempat dimana
Islam mampu mengayomi, membawa kese- kehinaan itu berada, sedang akhirat adalah
imbangan, dan kebahagiaan bagi seluruh umat tempatnya kesucian (lihat pemikiran Augustine).
manusia dan bagi makhluk hidup lainnya. Menurutnya, Islam tidak mengandaikan dunia
Cak Nur belum mengelaborasikan secara sebagai yang hina namun justru pada dasarnya
luas problem pluralitas kultural, komplesitas adalah baik (toyib) meskipun memiliki potensi
masalah sosial dan politik di Indonesia. Pertama, untuk menjadi buruk. Menurutnya, sekularisasi-
pandangannya tentang demokrasi belum nya berbeda dengan sekularisasi barat, yang lahir
sepenuhnya mampu memecahkan problem akibat dari “disenchantment of the world”
pluralitas cultural seperti tercermin dari (kekecewaan terhadap dunia). Namun sekulari-
konsepnya mengenai kebebasan beragama. sasi yang dimaksudkannya adalah sebuah
Menurutnya kebebasan beragama yang adalah proses untuk membumi. Menurutnya untuk
salah satu fondasi dari masyarakat demokratis. dapat membumi perlu pemaksimalan ilmu
Nurcholish masih terbatas mengelaborasikan pengetahuan untuk konsen pada pengejaran
konsep itu dalam ranah hubungan antar agama- cita-cita yang tinggi dari pada pencapaian
agama besar dunia (world religion), bahkan tujuan. Selanjutnya agama diletakkan pada
cenderung fokus pada relasi Muslim-Kristen18. kesuciaannya agar tidak salah mengambil
Ia tidak banyak berbicara soal eksistensi tempat di dunia ini (desakralisasi). Pengertian
agama-agama lokal yang posisinya semakin sekularisasi menurutnya adalah “proses
marjinal setelah pemerintah hanya mengakui mendesakralisasikan sesuatu yang benar-benar
agama resmi (official religion) di Indonesia tidak suci”. Ide Nurcholish mengenai
adalah lima agama besar dunia (orde baru) dan sekularisasi, meskipun di klaim berbeda dengan
ditambah enam agama (reformasi). (lihat Sita paham sekularisme barat, akan tetapi titik
Hidayah, 2008). Menurut hemat kami keter- tekannya tetap pada pembedaan agama dan
batasan Cak Nur, seperti disinggung di atas, urusan dunia. Jadi ia memahami bahwa
disebabkan karena keterbatasannya yang sekularisasi adalah ide universal.
memandang agama dari sisi teologis agama Problem mengenai sekularisasi Nur-
Semit. Akan lebih baik jika agama tidak hanya cholish, menurut Ismail, berupa kerancuan terma
dipandang dari sisi teologis dan juga dari sisi ini yang berpangkal dari caranya memposisiskan
kultural untuk memberikan pemahaman yang istilah sekularisasi sebagai sesuatu yang “nature”
lebih luas akan diversitas entitas agama-agama. dalam Islam. Pangkal tolak sekularisasi menurut
Kedua, problem pemikiran Nur Cholish Nurcholish adalah berasal dari Tauhid (keesaan
terletak pada idenya mengenai sekularisasi. Tuhan). Tauhid mengandaikan sebuah ke-
Sekularisasi secara etimologis berasal dari kata sempurnaan dan kesuciaan, dan yang selain itu
saeculum (saat ini) dan merupakan lawan kata merupakan ketidak sempurnaan dan punya
dari eternum (akhirat). Menurut Greg Barton, potensi untuk tidak suci. Sementara menurut
Nurcholish tidak menyebutkan bahwa ia Ismail bahwa pangkal tolak sekurasisasi bukan

18
Martin Van Bruinessen, Nurcholish Madjid a Muslim Intelectual. (Leiden: ISIM Review 17: 2006), hlm.
22.

Syarafuddin H.Z., Menteologikan Demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid ... (50-64) 61


dari Tauhid namun justru dari sikap kekecewa- Indonesia. Dari sini terlihat kegagalan
an terhadap agama. Kedua dengan tauhid ini Nurcholish memberikan batasan-batasan yang
Nurcholish mempersepsikan sekularisasi jelas mengenai ide sekularisasinya. Jika poin
sebagai yang diperintahkan dalam agama, penting sekularisasi adalah pemisahan institusi
ibarat konversi animis (kepercayaan terhadap agama dan politik, mengapa ia tidak langsung
dunia sebagai suatu kesatuan kosmos) kepada merujuk pada konsep sekularisasi institusi?
paham Tauhid. Apa yang dikritik oleh Ismail Karena kerancuan pemikiran Nurcholish ini,
adalah bahwa tauhid tidak pernah meng- maka Nur Chalik Ridwan mencurigai bahwa
konversi menjadi sekulerisasi namun kepada agenda sekularisasi melalui ungkapan “Islam Yes
Islamisasi 19. Menurut penulis istilah konversi Partai Islam No” yang ditawarkannya adalah
Nurcholish memiliki dua premis yang tidak untuk memiliki kepentingan kelompoknya (neo
hanya menuju pada sebuah proses islamisasi masyumi) agar dapat lebih dekat dengan
(dari panteisme menuju ke monoteisme)20 kekuasaan, yang mana rezim Suharto menutup
melainkan juga sebagai salah satu proses, yang rapat-rapat peluang bagi Islam politik untuk
luput dari kritik Ismail, untuk menjadi modern tumbuh.
(dari mitos ke rasional). Hal ini cukup nampak Terakhir, ide sekularisasi Nurcholish
terang dalam pidatonya di Taman Ismail sangat problematik dalam sebuah masyarakat
Marzuki, bahwa sekularisasi merupakan suatu demokrasi Indonesia yakni penolakan terhadap
keharusan dalam pembaruan Islam. keberadaan partai Islam. Penolakan itu sendiri
Menurut kami, istilah konversi yang berdasarkan pada tujuannya yakni untuk
diusung oleh Nurcholish sangat bertentangan menghindarkan polarisasi berdasarkan aliran-
dengan konsep universalisme. Selain itu, aliran yang akan menimbulkan ketegangan-
Nurcholish luput dalam menangkap bahwa ketegangan sektarian. Namun begitu, dalam
sekularisasi, dengan konsep Weberian, adalah demokrasi juga perlu mempertimbangkan akan
sebagai salah satu hasil dari masyarakat mod- entitas dan keberadaan golongan-golongan
ern yang ditandai oleh menguatnya rasionalisasi dalam masyarakat. Justru dengan melihat
dan mengenal perspektif sains, dan bukan diversitas yang ada di Indonesia perlu kiranya
sebagai cara untuk menjadi modern. Ia lupa ada upanya untuk mengakomodasi kepentingan
membaca data bawa kekalahan demi dari kelompok-kelompok itu dalam sebuah
kekalahan partai Islam dari awal berdirinya re- payung besar demokrasi. Ketika adanya
public ini termasuk ciri dari masyarakat yang tuntutan untuk menyuarakan aspirasi dalam
sedang mengalami proses sekularisasi sebuah partai Islam bukankah itu juga sebagai
(mundurnya agama dalam ranah public) yang salah satu hak pilih rakyat yang harus dilindungi?
seiring juga dengan perkembangan pengetahu- Selanjutnya yang perlu juga dilihat ulang
an dan teknologi. adalah bahwasanya partai-partai Islam dengan
Namun di sisi lain dalam ranah privat, kaku dilihat akan memperjuangkan terbentuk-
agama justru menguat. Ini ditandai dengan nya suatu pemerintahan Islam. Dalam
munculnya gerakan-gerakan keagamaan baru. demokrasi, partai politik akan selalu melihat
Survai juga menunjukkan tentang semakin kearah mana yang menjadi tuntutan
menguatnya identitas Islam dalam masyarakat konstituennya, bukan sekedar kepentingan elit

19
Faisal Ismail, Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid Seputar Isu Sekularisasi dalam
Islam. (Yogyakarta: Laswell Visitama, 2010).
20
Greg Barton,Gagasan Islam Liberal di Indonesia. (Jakarta: Paramadina , 1999), hlm. 219.

62 Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012


partai belaka. PKS dalam hal ini dapat dijadikan getic yaitu memaksakan prinsip-prinsip dalam
contoh bahwa partai ini lebih banyak mengusung demokrasi (liberal) inheren dalam Islam.
agenda anti korupsi pada awal kemunculannya. Pemikiran apologetic Nurcholish mengafirmasi
Partai ini pun menggantikan agenda partai bahwa Islam adalah universal yang sesuai
sebelumnya yang bernama PK (Partai Keadilan) dengan prinsip-prinsip dalam demokrasi dan ide
dengan agenda Islam formalnya. PKS bahkan mengenai sekularisasi yaitu pemisahan .
mengakomodasi siapa saja tanpa memandang Meski begitu pandangan ini terkandung
golongan untuk terlibat dalam partai. Artinya apa beberapa kelemahan, yang akan disimpulkan
yang digulirkan oleh Nurcholish tentang idenya dalam artikel ini, bahwa alih-alih menarik ke-
itu dan apa saja yang menjadi kekhawatiranya universalannya, maka Islam dan “demokrasi
masih bersifat abstraksi. Namun begitu, ide-ide Islam” yang ia upayakan justru terjebak pada
yang dilontarkannya melalui seminar-seminar ke-partikularitasannya sendiri. Selanjutnya
merupakan dobrakan besar dan sentilan kepada bahwa ide sekularisasi juga dapat dipersoalkan
muslim Indonesia khususnya agar melihat kambali jika dibenturkan dengan konsep ideal
bahwa diversitas bangsa ini perlu dirawat dan demokrasi dengan pluralitas masyarakatnnya.
dijaga sebagai khasanah budaya bangsa. Terakhir dengan mengetahui pemikiran apolo-
getic Nurcholish tersebut, artikel ini bertujuan
KESIMPULAN untuk setidaknya sebagai catatan kritis
Cak Nur mencoba memainkan suatu mengenai perlunya melihat hubungan Islam dan
pemikiran tentang bagaimana supaya konsep Demokrasi bukan dicari kecocokannya secara
yang berbeda antara Islam dan Demokrasi apologetis, namun lebih kepada upaya melihat
dapat dipertemukan. Cara yang ditempuhnya masyarakat yang lebih baik dengan memper-
tidak lain adalah dengan menteologisasi temukan nilai-nilai Islam yang mengafirmasi
demokrasi dengan menggunakan prinsip-prinsip keampuhan sistem demokrasi yang bekerja
dalam Islam. Ia menggunakan metode apolo- sesuai konteks masyarakat Muslim khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Barton, Greg, 1999, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Jakarta: Paramadina


Bruinessen, Martin Van. 2002. Nurcholish Madjid a Muslim Intelectual, Leiden: ISIM Review 17
Hidayah, Sita. 2008, Religion In The Proper Sense of The Word: The Discourse of Agama in
Indonesia, Yogyakarta: CRCS Master Thesis (tidak dipublikasikan)
Hilmy, Masdar. 2010, Islamism and Democracy in Indonesia, Institute of South East Asian Studies:
National University of Singapore
Ismail, Faisal, 2010, Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid Seputar Isu
Sekularisasi dalam Islam, Yogyakarta: Laswell Visitama
Kamil, 2002, Islam dan Demokrasi: Telaah Konseptual dan Historis, Jakarta: Gaya Media
Pratama
Ridwan, Nurchalik. 2002, Pluralisme Borjuis, Jogjakarta: Galang Press
Rahman, Budi Munawar (ed), 2007, Ensiklopedia Nurcholish Madjid, Jakarta: Paramadina

Syarafuddin H.Z., Menteologikan Demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid ... (50-64) 63


Madjid, Nurcholish. 1999, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta: Paramadina
Madjid, Nurcholish. 1994, Agama, Kemanusiaan dan Keadilan, http://www.mail archive.com/
sarikata@yahoogroups.com/msg02639.html, diakses 10/03/2012
Madjid, Nurcholish, 1995, Islam Agama Kemanusiaan, Jakarta:Yayasan Wakaf Paramadina
Madjid, Nurcholish. 1987, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan Pustaka
Noor, Farish. 2002, New Voices of Islam, Leiden: ISIM
Smith. W.C, 1991, The Meaning and End of Religion (1962), Fortress Press
Wahid, Abdurrahman. 1994, Agama dan Demokrasi, dalam Y.B Mangun Wijaya, Agama dan
Aspirasi Rakyat, Yogyakarta: Interfidei,

64 Ishraqi, Vol. 10, No. 1, Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai