Disusun Oleh:
Aza Behira Damaiyanti Sibuea
190600090
Kelompok 9
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan rongga mulut yang baik merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan
(Integral Component) dari kesehatan umum yang baik (Malik,2008). Apabila kesehatan gigi dan
mulut ini diabaikan dapat menimbulkan penyakit sistemik lainnya yang berkesinambungan.
Penyakit gigi-geligi meliputi gigi dan jaringan pendukungnya yang merupakan proses biologis
yang fase awalnya tidak dapat ditentukan secara klinis. Suatu proses perjalanan penyakit akan
menyebabkan perubahan patologis yang dapat diamati secara obyektif. Pada umumnya pasien
tersebut baru sadar akan adanya kelainan pada gigi setelah timbulnya rasa sakit pada gigi
maupun jaringan pendukungnya.
Menurut sebuah penelitian,kesehatan gigi dan mulut memang tidak bisa dipisahkan dari
kesehatan bagian tubuh lainnya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa peradangan gusi bisa
memperburuk kondisi penyakit, salah satunya diabetes. Begitu juga sebaliknya, penderita
diabetes ternyata lebih rentan terhadap penyakit gusi atau periodontal.Tanda-tanda awal penyakit
HIV juga muncul di dalam mulut. Sementara sariawan bisa menandakan adanya
penyakit Crohn,yaitu penyakit radang usus kronis. Selain itu,gusi berdarah juga bisa
menandakan adanya gangguan di sistem peredaran darah.
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal,maka harus dilakukan perawatan
secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan,pembersihan plak dan
sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, pembersihan karang gigi dan penambalan gigi
yang berlubang oleh dokter gigi,serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi
dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik
ada keluhan ataupun tidak ada keluhan.
B. Deskripsi Topik
Narasumber : Dr. Filia Dana T, drg., M.Kes.; Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., Sp.
PMM; Rehulina, drg., M.Si.
Skenario
Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke praktik dokter gigi, dengan keluhan gusi
sering mengalami pembengkakan, berdarah, nafas berbau dan tidak nyaman, gigi goyang, mulut
kering dan selalu terasa haus, serta sering buang air kecil. Hasil pemeriksaan intraoral, gigi 32-
31-41-42 mobility grade 2, mulut kering dan kebersihannya buruk. Terlihat adanya plak supra
dan subgingiva, gingiva berwarna merah, mudah berdarah dan sakit. Terlihat juga adanya atrofi
papila lidah. Hasil pemeriksaan laboratorium didapati kadar gula darah 400 mg/dL. Dokter
mencurigai adanya kelainan patologis klinis. Untuk mendukung pemeriksaan klinis dilakukan
foto rontgen; dari pemeriksaan tersebut ditemukan adanya resesi tulang alveolar pada regio
rahang bawah anterior.
Pertanyaan
PEMBAHASAN
1. Jelaskan penyakit sistemik yang diderita pasien di atas!
Sumber:
Sumber:
1. Pinatih MN, Pertiwi NK, Wihandani DM. Hubungan karakteristik pasien diabetes melitus
dengan kejadian xerostomia di RSUP Sanglah Denpasar. Bali Dental Journal. 2019 Aug
2;3(2):79-84.
2. Lubis I. Manifestasi Diabetes melitus dalam rongga mulut.
Sumber:
Sumber:
1. Humairo I, Apriasari ML. Studi deskripsi laju aliran saliva pada pasien diabetes melitus
di RSUD Ulin Banjarmasin. J. PDGI. 2014;63(1):8-13.
2. Hasibuan S, Sasanti H. Xerostomia: Faktor Etiologi, Etiologi dan Penanggulangan.
Journal of Dentistry Indonesia. 2000;7(2):241-8.
5. Bagaimana hubungan antara saliva dengan TLA/ TLM pada kasus di atas? Beri
alasan.
Traffic Light Matrix (TLM) adalah pemeriksaan risiko karies gigi dengan model
tabel lampu lalu lintas menggunakan indikator warna merah,kuning dan hijau dengan
penilaian yang tersedia pada table untuk mengetahui gambaran penilaian volume,laju
alir,pH saliva terstimulasi
• Pemeriksaan hidrasi saliva
Unstimulated saliva memiliki peran penting untuk hidrasi dan kenyamanan
rongga mulut karena stimulated saliva hanya diproduksi selama mastikasi.
Kelenjar saliva minor menghasilkan 15% dari seluruh produksi saliva harian, dan
kelenjar submandibular merupakan kelenjar yang memberi kontribusi utama. Terdapat
banyak variasi flow rate pada kelenjar saliva minor yang terdapat pada berbagai macam
area dalam mulut.
Penurunan flow rate unstimulated saliva pada kelejar saliva minor di
daerah palatum dapat terjadi seiring pertambahan usia individu,namun tidak terdapat
perubahan yang berhubungan dengan usia dari kelenjar-kelenjar minor yang terdapat
pada daerah bukal dan labial,sehingga pemeriksaan dilakukan pada kelenjar saliva minor
yang terdapat pada bagian dalam bibir bawah.
Merah menunjukkan tidak adanya fungsi kelenjar saliva minor yang dapat
disebabkan oleh dehidrasi parah,kerusakan kelenjar saliva karena radioterapi atau
karena proses patologis,ketidakseimbangan hormonal, dan efek samping obat. Kuning
menunjukkan lambatnya produksi saliva (level ringan) yang dapat disebabkan oleh
dehidrasi dan efek samping obat. Hijau menunjukkan fungsi normal kelenjar saliva
minor.
Sumber:
1. Young DA, Buchanan PM, Lubman RG, Badway NN. New directions in interorganizational
collaboration in dentistry: the cambra coalition model. J Dent Educ, 2009; 71:595-600.
Sumber:
7. Jelaskan pengaruh usia pasien terhadap kondisi saliva dan kelainan gigi pada kasus
di atas.
Usia lanjut merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yang dimulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Proses penurunan fungsi alami pada
manusia usia lanjut (manula) merupakan suatu desintergrasi kontrol keseimbangan dan
organisasi pada organ atau jaringan yang mulai terjadi pada usia dewasa muda. Pada
masa ini terjadi proses menua dari jaringan tubuh yang merupakan keadaan yang wajar
terjadi dalam kehidupan manusia. Pada usia lanjut,proses penuaan yang terjadi akan
berdampak pada berbagai aspek kehidupan,baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan.
Hal ini dikarenakan dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan
semakin menurun (degenerasi organ) baik karena faktor alamiah maupun penyakit. Salah
satu hal yang terkait dengan degenerasi pada usia lanjut yaitu keluhan mulut kering
(xerostomia). Xerostomia disebabkan karena terjadinya atropi pada kelenjar saliva yang
akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya. Seiring dengan
meningkatnya usia,terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva,dimana
parenkim kelenjar akan hilang dan digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan lemak.
Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Selain itu,penyakit
sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan untuk perawatan
dapat memberikan pengaruh mulut kering pada usia lanjut. Hal ini juga berdampak pada
penyakit mulut lainnya seperti peridontitis. Seperti ciri-ciri yang dialami pasien pada
skenario bahwa gigi pasien mengalami mobilitas,gusi berdarah,dan sebagainya,hal ini
berhubungan dengan xerostomia dimana kurangnya saliva pada mulut menyebabkan
munculnya karang gigi yang dapat berdampak pada penyakit gigi dan mulut lainnya
seperti periodontitis.
Sumber:
1. Tawas S. Xerostomia pada Usia Lanjut di Kelurahan Malalayang Satu Timur. 2018Jan;6.
2. Kost K. Xerostomia in the Elderly. Geriatric Otolaryngology. 2006;:303–12.
Kuat dugaan dari ciri-ciri yang disebutkan di skenario,yaitu gigi yang mobile
(goyang karna kehilangan perlekatan),resesi tulang alveolar,serta ditemukannya
akumulasi plak pada supragingiva dan subgingiva,pasien mengalami periodontitis.
Periodontitis adalah salah satu penyakit periodontal yang diawali dengan gingivitis,pada
periodontitis struktur penyangga gigi mengalami kerusakan yang dapat berakibat pada
hilangnya gigi. Berikut perbandingan jaringan periodontal sehat/normal (Gambar A)
dengan jaringan periodontal pasien yang sudah memgalami periodontitis (Gambar B).
Ket :
Perubahan histopatologis yang terlihat nyata adalah tampak adanya bacterial biofilm,
PMN, dan inflammatory cells.
Sumber:
1. Yossi A. Hubungan antara periodontitis kronis dan hipertensi: Analisis Kartu Rekam
Medis di Puskesmas Kelurahan Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, Periode September-
Desember 2015 (Laporan Penelitian). SKRIPSI-2016. 2017 May 23.
2. Kumar V, Abbas AK, Aster JC, Cornain S, Nasar IM, editors. Buku ajar patologi
Robbins. Elsevier (Singapore); 2015.
3. Könönen E, Gursoy M, Gursoy UK. Periodontitis: A multifaceted disease of tooth-
supporting tissues. Journal of clinical medicine. 2019 Aug;8(8):1135.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit sistemik dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Pada penyakit sistemik
seperti Diabetes Melitus, pasien mengalami sejumlah gejala pada pembuluh darah dan saraf yang
salah satunya adalah neuropati. Neuropati pada kasus ini mempengaruhi kerja saraf yang
mengontrol diuretik tubuh. Sehingga pasien penderita DM dapat mengalami penurunan produksi
saliva yang menyebabkan mulut kering (xerostomia) dan poliuria. Selain diuretik
tubuh,neuropati pada penderita DM juga mempengaruhi fungsi pengecapan pada lidah.
Xerostomia memiliki banyak sekali dampak pada rongga mulut.
Saliva merupakan lubrikan dan protektor dari bakteri yang dapat berakumulasi dan
menginfeksi gigi,gingiva, dan jaringan periodontal. Sehingga dapat menyebabkan kemerahan
pembengkakan,karies, dan mobility (gigi goyang). Komplikasi dari DM yang terdapat pada
rongga mulut lainnya adalah periodontitis yakni peradangan pada jaringan periodontal yang juga
disebabkan oleh infeksi akumulasi bakteri oleh kurangnya kadar saliva dalam rongga mulut.
Untuk membuktikan meningkatnya resiko karies pada penderita DM, dapat dilakukan uji
TLM/TLA.
Apabila terbukti terdapat peningkatan resiko karies maka skor TLM/TLA akan
meningkat pula. Selain menggunakan TLM/TLA, pada penderita DM dengan xerostomia dan
periodontitis ditemukan gambaran histopatologis adanya bacterial biofilm,PMN, dan
inflammatory cells. Timbulnya xerostomia juga dipengaruhi oleh faktor usia. Semakin lanjut
usia,degenerasi organ semakin meningkat sehingga terjadi perubahan dan kemunduran fungsi
kelenjar saliva. Kelenjar saliva yang dominan dibentuk oleh jaringan parenkim akan digantikan
oleh jaringan ikat dan lemak. Hal ini tentunya berpengaruh pada penurunan produksi saliva.
DAFTAR PUSTAKA