Anda di halaman 1dari 29

Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

DESKRIPSI SINGKAT

Pelayanan terhadap jamaah haji merupakan kegiatan yang


memerlukan seni dan keterampilan tersendiri, karena dilakukan
dengan jumlah jamaah yang begitu banyak serta dalam waktu
yang bersamaan serta berada di negeri orang. Khusus bagi tenaga
kesehatan yang tergabung dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia
(TKHI) memegang peranan yang sangat vital karena berurusan
dengan keselamatan jiwa jamaah. Disisi lain ratio jumlah tenaga
kesehatan dan jumlah jamaah terlihat kurang memadai, oleh
karena itu dalam melaksanakan tugasnya TKHI harus mampu
memanfaatkan unsur-unsur jejaring kerja yang ada. Pemanfaatan
unsur jejaring kerja ini dapat optimal jika petugas kesehatan dapat
mengembangkan tim kerja dengan baik.

Pengembangan tim dalam jejaring kerja merupakan keterampilan


tersendiri yang harus dipersiapkan melalui pelatihan sebelum yang
bersangkutan melaksanakan tugas. Dalam materi ini akan dibahas
tentang (1) membangun tim jejaring kerja pelayanan haji yang
efektif, (2) mengembangkan pola pikir dalam membangun
komitmen jejaring kerja pelayanan haji dan (3) menyelesaikan
konflik dalam tim jejaring kerja pelayanan haji secara “win-win”

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 169


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

POKOK BAHASAN

Konsep Dasar Tim Jejaring Kerja Yang


Efektif

A. Prinsip Dasar membangun Tim Jejaring Kerja


Dalam membangun jejaring kerja dalam pelaksanaan tugas
diperlukan adanya prinsip-prinsip yang harus disepakati
bersama agar terjalin kuat dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip
dasar tersebut diantaranya :

1. Kesamaan Tujuan
Jejaring tim hendaknya dibangun atas dasar kesamaam
tujuan yang akan dicapai. Kesamaan tujuan menjadi
motivasi dan perekat jejaring tim tersebut. Petugas
pendamping dalam penyelenggaraan ibadah haji
mempunyai tujuan akhir yang sama yakni menghantar
jamaah haji menjadi haji yang mabrur, sehingga jejaring
tim ini dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama.
2. Kepercayaan (trust)
Setelah adanya kesamaan tujuan maka prinsip berikutnya
adalah adanya rasa saling percaya antar pihak yang
berjejaringmenjadi sebuah tim. Kepercayaan adalah modal
dasar dalam membangun timjejaring yang sinergis dan
mutualis. Untuk dapat dipercaya, maka relasi yang dibangun
harus dilandasi oleh itikad (niat) yang baik dan menjunjung
tinggi kejujuran dalam tim jejaring

3. Saling Menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat
dalam membanguntim jejaring. Jika dalam berjejaring ada

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 170


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

salah satu pihak yang merasa dirugikan ataupun merasa


tidak mendapat manfaat lebih, maka akan mengganggu
keharmonisan dalam kerja sama tim. Antara pihak yang
berjejaring harus saling memberi kontribusi sesuai peran
masing-masing dan harus saling merasa diuntungkan dengan
adanya jalinan jejaring yang menjadi sebuah tim kerja

4. Azas Efisiensi dan Efektifitas


Dengan menjalin jejaring, maka akan dapat mensinergikan
beberapa sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan
yang sama dengan harapan mampu meningkatkan efisiensi
waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi tersebut tentu saja tidak
mengurangi kualitas proses dan hasil, justru sebaliknya
malah dapat meningkatkan kualitas proses dan poduk yang
dicapai. Tingkat efektifitas pencapaian tujuan menjadi lebih
tinggi jika proses kerja tim mampu memanfaatkanjalinan
jejaring. Dengan berjejaring dapat dicapai kesepakatan-
kesepakatan dari anggota tim jejaring tentang siapa
melakukan apa sehingga pencapaian tujuan diharapkan
akan menjadi lebih efektif.

5. Komunikasi Dialogis
Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas
dasar saling menghargai satu sama lainnya. Komunikasi
dialogis merupakan pondasi dalam membangun kerjasama
dalam tim jejaring. Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi
dominasi pihak yang satu terhadap pihak yang lainnya yang
pada akhirnya dapat merusak tim jejaring yang sudah
dibangun.

B. Konsep Dasar Tim Efektif


Selama ini orang beranggapan bahwa “tim” dan “kelompok”
adalah sama, ternyata dalam kenayataannya sangatlah
berbeda. Hal ini dapat tergambar dalam pengertian beberap
ahli seperti di bawah ini :

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 171


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

 Kurt Lewin berpendapat bahwa "The essence of a group is


not the similarity or dissimilarity of its members but their
interdepence"; "

 W. H. Y. Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai


beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain

 H. Smith menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan


kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa
individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat
dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar
kesatuan persepsi.

 Juni Pranoto berpendapat bahwa yang dinamakan


kelompok adalah sekumpulan dua orarng atau lebih yang
satu sarna lain saling berinteraksi dalam mencapai tujuan
bersama.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan kelompok adalah suatu unit yang merupakan
sekelompok/ sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama
lain saling berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu.
Dari pengertian itu, maka kelompok memiliki ciri – ciri sebagai
berikut :
 Keberadaannya memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas-tugas organisasi atau pekerjaan-
pekerjaan yang mungkin saling berkaitan atau tidak
berkaitan sama sekali

 Orang-orang yang ditunjuk oleh organisasi yang


bersangkutan untuk menjalankan peran resmi tertentu
yang sudah dirinci misalnya sebagai Ketua Kloter, Dokter
kloter dan lain sebagainya

 Memiliki struktur, hubungan tugas dan hirarkis yang telah


digariskan secara jelas.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 172


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

Dari pengertian di atas muncul dalam benak kita “apakah


kelompok sama dengan Tim?” Dari beberapa kajian mendalam
didapatkan “Kelompok” belum tentu merupakan “Tim”, namun
Tim pasti merupakan suatu kelompok. Ini berarti bahwa
kelompok akan menikmati keberhasilan yang luar biasa jika
menjadi satu kesatuan yang lebih produktif yang disebut dengan
“Tim” yang membentuk jejaring kerja. Tim lebih merupakan
kumpulan orang-orang yang memiliki kebutuhan tertentu dalam
jalinan jejaring kerja. Lalu apakah perbedaan antara kelompok
dengan Tim? Robert B. Maddux dalam bukunya "Team Building"
membedakan ke duanya seperti uraian di bawah ini.

KELOMPOK, cenderung memiliki ciri – ciri sebagai berikut :


a. Anggota menganggap pengelompokan mereka semata-
mata untuk kepentingan administratif. Individu bekerja
secara mandiri, kadang-kadang berbeda tujuan dengan
individu yang lainnya walaupun berada dalam suatu
jejaring kerja
b. Anggota cenderung memperhatikan dirinya sendiri karena
tidak dilibatkan dalam penetapan sasaran. Kadang-
kadang pendekatannya hanya sebagai tenaga yang
menerima bayaran untuk menjalankan salah satu fungsi
yang terdapat dalam jejaring kerja
c. Anggota diperintah untuk mengerjakan pekerjaan, bukan
diminta saran untuk mencapai sasaran yang terbaik dan
anggota tidak di dorong untuk ikut ambil bagian dalam
pengambilan keputusan yang terjadi di jejaring kerja
d. Anggota tidak percaya pada motiv rekan-rekan sekerjanya
karena tidak memahami peran anggota lainnya, walaupun
mereka sama-sama dalam suatu jejaring kerja, oleh
karena itu menyatakan pendapat atau menyampaikan
kritik dianggap sebagai upaya memecah belah, karena
kurangnya rasa toleransi dalam pelaksanaan tugas.
Sehingga anggota terkadang berada dalam suatu konflik
tanpa mengetahui sebab dan cara pemecahan
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 173
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

masalahnya.

TIM EFEKTIF, merupakan sebuah kelompok dengan ciri-ciri


yang dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Anggota menyadari ketergantungan diantara mereka dan
memahami bahwa sasaran pribadi maupun Tim paling
baik dicapai dengan cara saling mendukung. Waktu akan
sangat efektif karena masing-masing sangat memahami
dan tidak mencari keuntungan diatas anggota Tim yang
lain;
b. Anggota Tim ikut merasa memiliki pekerjaan dan
organisasinya karena mereka memiliki komitmen terhadap
sasaran yang akan dicapai, oleh karena itu anggota
memiliki kontribusi terhadap keberhasilan organisasi;
c. Anggota bekerja dalam suasana saling percaya dan
didorong untuk mengungkapkan ide, pendapat, ketidak
setujuan serta mencetuskan perasaan secara terbuka.
Pertanyaan yang muncul akan disambut dengan baik,
dengan demikian anggota akan menjalankan komunikasi
dengan tulus karena mereka saling memahami sudut
pandang masing-masing
d. Para anggota didorong untuk menambah ketrampilan dan
mene-rapkannya dalam Tim, mereka menerima dukungan
penuh dari Tim sehingga anggota akan berpartisipasi aktif
dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi Tim.
Meskipun demikian mereka tetap menyadari bahwa
keputusan tetap ditangan pemimpin apabila Tim menemui
jalan buntu.
e. Mereka menyadari bahwa konflik dalam Tim merupakan
hal yang wajar, karena dengan konflik merupakan
kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan ide dan
kreativitas. Apabila terjadi suatu konflik akan diselesaikan
secara konstruktif.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 174


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

C. Komponen Jejaring Kerja Pelayanan Haji di Kelompok


Terbang (Kloter)
Tim Pelayanan Haji di kloter merupakan bagian dari
Pelayanan Haji secara keseluruhan, secara skema dapat
digambarkan sebagai berikut:

Ka. Daker

Bidang Pelayanan Bidang Pelayanan Bidang Pelayanan


Bimb. Ibadah Umum Kesehatan

Seksi Seksi Apt& Seksi


YanKes Alkes San-Sur
SEKTOR

Seksi Seksi Sub Si Kes


Yanum YanBimDah  BP Sektor
 Apt. Sektr
 Sansur Sktr

KLOTER

TPHI TPIH TKHI

ROMBONGAN

REGU

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 175


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

Kloter sebagai sebuah tim yang akan bertugas melayani jamaah


haji dalam melaksanakan prosesi ibadah terdiri dari :

1. TPHI (Tenaga Pembimbing Haji Indonesia)


Tenaga ini direkrut oleh Kementerian Agama dengan tugas
pokok melayani kebutuhan jamaah haji di kloter selama
melaksanakan prosesi ibadah

2. TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia)


Tenaga ini terdiri dari dokter dan perawat/ bidan yang
direkrut oleh Kementrian Kesehatan dengan tugas
memberikan pelayanan bidang kesehatan semenjak
embarkasi hingga debarkasi

3. Ka Rom (Ketua Rombongan)


Tenaga ini diambil dari jamaah haji yang diperkirakan
mampu menjadi pemimpin setiap 50 jamaah dalam
melaksanakan prosesi ibadahnya

4. Ka Ru (Ketua Regu)
Tenaga ini diambil dari jamaah haji yang diperkirakan mampu
menjadi pemimpin setiap 10 jamaah dalam melaksanakan
prosesi ibadahnya yang dikoordinasikan dengan Ka Rom

Keberhasilan organisasi kloter ini sangat ditentukan oleh kerjasama


diantara anggota tim kloter dan antara tim kloter dengan jejaring
kerja pelayanan jamaah haji secara keseluruhan. Dalam tim kloter
sebagai suatu tim kerja yang melayani 300 – 400 orang jamaah haji
dituntut untuk bertanggung jawab secara penuh melalui peran dan
fungsi : membina, melindungi dan menghantar jamaah haji selama
prosesi ibadah haji. Oleh karena itu tim ini bukan hanya sebagai
“kelompok terbang” semata, melainkan harus memiliki keterikatan
dan interaksi yang harmonis agar dapat memacu terjadinya
perubahan dari “kelompok” menjadi “tim kerja efektif”. Keterikatan
dan interaksi yang harmonis tersebut akan muncul dalam bentuk

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 176


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

keterpaduan pola pikir (way of Thinking), pola emosi dan motivasi


(way of feeling) dan pola tindak (way of Action) (Prajudi
Atmosoedirdjo : 1989).

Adanya keterpaduan pola pikir, pola emosi, motivasi dan persepsi


serta pola tindak, akan memudahkan terjadinya titik temu berbagai
keinginan dan interest tugas sektor/ kementrian masing-masing
kedalam tujuan bersama (common goal), yakni terlayaninya
kebutuhan jamaah akan rasa aman, nyaman, dan kesehatan
secara optimal.
Masalah paling rawan dalam organisasi tim kloter adalah apabila
keinginan dan interest individu petugas dalam organisasi tim kloter
saling menganggap dirinya yang paling berkuasa terhadap suatu
persoalan yang muncul atau sebaliknya justru lepas tanggung
jawab ketika terjadi permasalahan. Jika hal ini terjadi maka
sebenarnya secara fakta petugas kloter hanyalah kumpulan
beberapa orang yang masing-masing mempunyai otorita untuk
mempertahankan kekuasaan sektor/ kementrian masing-masing.
Dengan demikian tujuan diadakannya Tim Petugas pendamping
Kloter menjadi sia-sia belaka, karena jamaah haji tidak akan
mendapat pelayanan sebagaimana mestinya. Bahkan lebih jauh
yang akan terjadi adalah tiada hari tanpa protes jamaah sebagai
bentuk manifestasi rasa kekecewaannya terhadap pelayanan
petugas dan hal ini sangat merugikan citra bersama. Untuk
mengantisipasi kejadian di atas ada baiknya kita gunakan “tujuh
resep habits” yang perlu dimiliki oleh individu yang ingin memiliki
keefektifan yang tinggi seperti yang diutarakan oleh Steven Covey
(1997) yaitu : (1) Pro aktif, (2) Mendahulukan yang utama, (3)
Selalu memulai dengan tujuan akhir, (4) Pendekatan menang-
menang, (5) Berusaha mengerti orang lain sebelum dimengerti
oleh orang-orang lain, (6) Selalu menciptakan sinergi, keterpaduan
dan kebersamaan serta, (7) Selalu mengasah dan
mengembangkan diri baik fisik, sosial maupun nilai-nilai. Dari
ketujuh habits tersebut yang menonjolkan adanya Tim adalah
pendekatan menang-menang (win-win), mengerti orang lain dan
selalu bersinergi.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 177


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu manusia perlu
melaksanakan kegiatan bersama secara efektif sehingga pekerjaan
akan berjalan dengan efektif, oleh karena itu diperlukan sebuah
Tim yang efektif. Mengapa ada Tim yang mampu bertahan lama
dan ada yang tidak dapat bertahan lama? Apabila berbicara
tentang Tim, maka ada Tim yang dapat mencapai suatu prestasi
yang tinggi, namun juga ada yang hanya bertahan beberapa hari
saja. Untuk itu maka diperlukan suatu usaha bersama secara
optimal untuk menciptakan Tim yang dinamis.

Tim Dinamis adalah Tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi
dengan memanfaatkan segala energi yang ada dalam Tim tersebut
untuk menghasilkan sesuatu. Tim dinamis merupakan Tim yang
penuh dengan rasa percaya diri, Tim yang para anggotanya
menyadarikekuatan dan kelemahannya untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Untuk mencapai tim dinamis
seperti yang diuraikan di atas maka sebaiknya setiap anggota
hendaknya menyadari dan memahami akan manfaat tim dinamis
seperti berikut:

a. Beroperasi secara kreatif


Dalam pelaksanaan kerja Tim Pelayanan Haji memerlukan daya
kreatif dan dinamis untuk menghadapi tugas di Arab Saudi
dengan memperhitungkan resiko yang ada dan selalu mencoba
cara berbeda dalam melakukan sesuatu. Mereka tidak boleh
takut menghadapi kegagalan-kegagalan dan harus selalu
mencari-cari peluang untuk mengimplementasikan kreatifitas
untuk menghadapi tantangan sebagai akibat dari kebijakan
pemerintah setempat yang selalu berubah-ubah.

b. Memfokuskan pada hasil


Tim yang dinamis mampu menghasilkan melampaui
kemampuan jumlah individu yang menjadi anggotanya. Para
anggota Tim secara terus menerus memenuhi komitmen waktu,
anggaran, produktivitas dan mutu. "Produktivitas Optimum"

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 178


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

merupakan tujuan bersama

c. Memperjelas peran dan tanggungjawab


Peran dan tanggung jawab anggota Tim jelas. Setiap anggota
Tim mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari dirinya,
dan mengetahui dengan jelas peran temannya dalam Tim. Tim
yang dinamis selalu memperbaharui peran dan tanggungjawab
anggotanya sesuai dengan perubahan tuntutan, sasaran dan
teknologi.

d. Diorganisasikan dengan baik .


Tim dinamis menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan
baik, menetapkan prosedur secara jelas serta kebijakan dengan
jelas, Tim juga menginventarisir jenis ketrampilan yang dimiliki
oleh para anggota Timnya.

e. Dibangun diatas kekuatan individu


Kompetensi individu sangat diperhatikan, sehingga pimpinan
Tim memahami betul kekuatan dan kelemahan anggota Timnya.
Pimpinan Tim sangat memperhatikan bagaimana
memberdayakan Timnya, sehingga dalam pemberdayaan
disesuaikan dengan kompetensi masing–masing anggota Tim.
f. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain
Dalam Tim yang dinamis kepemimpinan dibagi diantara para
anggotanya. Dalam hal ini tidak ada pimpinan yang mutlak.
Setiap anggota Tim memiliki kesempatan yang sama untuk
menjadi Pimpinan Tim manakala dibutuhkan

g. Mengembangkan iklim Tim


Tim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara
antusias bekerja bersama dengan tingkat keterlibatan dan energi
kelompok yang tinggi (bersinergi).

h. Menyelesaikan ketidak sepakatan


Perbedaan persepsi dan ketidak sepakatan akan terjadi dalam
setiap Tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 179


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

suatu wahana untuk pembelajaran hal-hal yang lebih positif.


Segala konflik akan diselesaikan dengan pendekatan secara
terbuka dengan teknik kolaborasi.

i. Berkomunikasi secara terbuka


Pembicaraannya secara “asertif” yakni bicara yang lugas, jujur
tetapi tidak melukai pihak lain. Masing-masing anggota
kelompok saling memberi dan menerima saran dari anggota
kelompok yang lain, komunikasi dilakukan secara timbal balik
dan selalu berpikir untuk kepentingan bersama.

j. Membuat keputusan secara obyektif


Dalam pemecahan masalah menggunakan pendekatan yang
proaktif. Keputusan dicapai melalui konsesus. Setiap anggota
kelompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut.
Anggota kelompok bebas mengutarakan pendapat dan ide-
idenya dan mendukung rencana yang telah ditetapkan.

k. Mengevaluasi efektifitasnya sendiri


Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan
untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan rencana salama ini.
Penyempurnaan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan
manajemen proaktif. Apabila muncul masalah kinerja, mereka
bisa segera memecahkannya sebelum berkembang menjadi
permasalahan yang serius

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 180


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

POKOK BAHASAN

Polapikir Dalam Membangun Komitmen Tim


Jejaring Kerja

A. Konsep Dasar Polapikir

Polapikir erat kaitannya dengan proses berpikir, berpikir adalah


suatu kegiatan mental yang melibatkan kinerja otak (Alek sobur,
2003). Di dalam berpikir setiap individu menggunakan pola-pola
pikir tertentu. Pola pikir adalah pola -pola dominan yang menjadi
acuan utama seseorang untuk bertindak(Workshop
Pengembangan Jati Diri dan Pola Pikir Bagi para pejabatstruktural
dan Fungsional, 2003).

Pola-pola yang dominan ini cenderung menetap dalam pikiran


bawah sadar seseorang (mind setting, LPCD, 2005).Pikiran bawah
menurut Mel sandy dalam bukunya The piece of mind dikatakan
bahwa pikiran bawah sadar adalah gudang dimana seluruh
informasi tersimpan. Seluruh informasi, kejadian dan fenomena
yang pernah ditangkap melalui 5 indera akan menjadi pengalaman-
pengalaman dalam hidup yang direkam secara permanen pada
pikiran bawah sadar. Pengalaman yang direkam dalam pikiran
bawah sadar inilah yang membentuk pola pikir seseorang.
Rekaman bawah sadar yang terekam dalam pikiran bawah sadar
seseorang ini dapat bersifat positif dan juga negatif.

Polapikir seseorang akan nampak ketika yang bersangkutan


merespon, menanggapi dan bertindak tentang kejadian/ fenomena
yang tengah dihadapi. Dengan demikian karakter, kebiasaan dan
value/ norma yang ditampilkan saat ini merupakan cerminan
rekaman atau “file” yang sudah ada di dalam pikirannya. Lebih

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 181


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

lanjut jika ingin mempunyai polapikir yang ideal makaketika


menghadapi suatu kejadian/ fenomena tertentu sebaiknya apa
yang dipikirkan jangan selalu ditanggapi dengan menggunakan
rekaman/ file yang sudah ada di pikiran kita, karena dapat
melahirkan “asumsi”. Untuk dapat memiliki polapikir yang
idealsebaiknya setiap menghadapi kejadian/ fenomena tetentu
maka yangharus kita lakukan adalah menelaah lebih lanjut, apa
yang sebenarnya terjadi (?). Hal ini untuk menghindari “asusmsi”
yang belum tentu kejadian/ fenomena itu sama dengan yang ada
di pikiran bawah sadar yang telah kita miliki selama ini.

Dengan demikian polapikir yang “ideal” adalah apa yang kita


pikirkan dalam menanggapi suatu kejadian/ fenomena “sesuai”
dengan kenyataan atau minimal “mendekati” kenyataan.
Polapikir ideal ini merupakan pondasi dalam membangun
komitmen tim jejaring, karena jika polapikir yang digunakan tidak
ideal atau terlalu banyak menggunakan asumsi, maka komitmen
tim dalam jejaring kerja tidak akan terbentuk secara optimal.
Sedangkan proses terbentuknya polapikir secara umum dapat
dibedakan 3 (tiga) proses yaitu:

1. Bersumber dari keturunan secara genetika.


Seorang anak pasti mewarisi watak dari kedua orang tuanya,
dan terkadang dominan ke salah satunya saja, contoh normal
anak lelaki akan mewarisi cara berpikir ayahnya yang mampu
bekerja keras dan bertanggung jawab terhadap
keluarga.Sedangkan anak perempuan biasanya mewarisi cara
berpikir ibunya yang lembut dan penuh dengan kasih serta
mengatur rumah. Namun demikian adakalanya terjadi
penyimpangan, hal ini dapat dikarenakan adanya keadaan yang
tidak normal baik secara fisik dan psikologis. Kejadian-kejadian
yang bertubi-tubi dan dalam jangka waktu lama secara intens
dapat membentuk polapikir yang menyimpang, misalkan anak
lelaki berkarakter seperti perempuan atau sebaliknya. Hal ini
dikenal dengan proses “imprint”, yakni peristiwa masa lalu yang
sangat membekas

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 182


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

2. Bersumber dari proses “penanaman” (imprint).


Terbentuknya polapikir melalui proses “imprint” (penanaman)
adalah satu reaksi tingkah laku yg diperoleh orang selama usia
masih sangat muda dalam kehidupan dan berlangsung sangat
intens dan bahkan “traumatis” dapat bersifat positif dan negatif
(International Thinking Training & Consultancy, Mind Setting).
Polapikir yang dibentuk secara proses imprint ini dapat berubah
ketika individu yang bersangkutan menghendaki dan tumbuh
dalam lingkungan yang sesuai.

3. Bersumber dari proses sosial.


Polapikir yang tebentuk karena pengaruh lingkungan yang
berlangsung terstruktur dan berlangsung lama. Individu ini
dibentuk oleh lingkungan tanpa disadarinya bahkan pelan-
pelan dalam dirinya telah melekat kebiasaan ini menjadi
value/ norma bahkan menjadi budaya yang harus di yakini
kebenarannya. Polapikir yang bersumber dari proses sosial
ini relatif sulit dirubah, walaupun yang bersangkutan ingin
merubahnya.

B. Pengembangan Polapikir Komitmen Tim Jejaring Kerja


Komitmen merupakan sikap kesediaan diri untuk memegang
teguh kesepakatan serta kemauan untuk mengerahkan seluruh
usaha dalam melaksanakan tugas. Komitmen tim tidak akan
tumbuh dengan sendirinya, ada hubungan signifikan antara
polapikir dengan komitmen tim kerja (Robbins & Judge 2007).
Munandar (2004), komitmen tim dalam organisasi adalah sifat
hubungan seorang individu dengan organisasi dengan
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
 Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi
 Mempunyai keinginan berbuat untuk organisasinya
 Mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap bersama
dengan organisasinya

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 183


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

Sedangkan Lawrence (1998) mengatakan bahwa untuk


memunculkan komitmen tim dalam jalinan jejaring kerja
membutuhkan polapikir yang sesuai sebagai persyaratan kondisi
tertentu. Jika polapikir yang digunakan masih bertumpu pada
polapikir masing-masing tanpa mau beranjak dari kondisi
semula (Iam in my position) komitmen yang terbangun hanya
sebatas formalitas saja. Untuk itu 6 (enam) kondisi di bawah ini
harus diciptakan secara sungguh-sungguh agar komitmen tim
jejaring kerja dapat terwujud senyatanya.

1. Valid information : untuk dapat menumbuhkan


komitmen tim jejaring kerja secara nyatapada proses
kegiatan jejaring harus tersedia informasi yang valid.
Informasi yang valid harus dipandang sebagai sesuatu
yang bernilai tinggi karena sebagai bahan pengambilan
keputusan tim.
Komitmen tim jejaring kerja akan rendah atau sulit
terbentuk secara optimal jika terkait dengan informasi
terjadi hal-hal seperti di bawah ini :
 Informasi diragukan kebenarannya
 Informasi tidak lengkap / kurang
 Informasi dari sumber yang tidak jelas
 Informasi membingungkan
 Informasi sulit diperoleh/ hanya dikuasai pihak
tertentu/ disembunyikan
 Informasi yang terlambat/ kedaluwarsa

2. Choice :untuk dapat memunculkan komitmen timjejaring


kerja, setiap anggota tim diberi ruang untuk menentukan
pilihan.Ruang pilihan yang disediakan dapat
dimanfaatkan oleh anggota/ unit kerjasepanjang pilihan
itu dapat dipertanggung-jawabkan latar belakangnya dan
masih dalam kerangka keutuhan dan demi kemajuan tim
jejaring kerja. Perlu disadari bersama walaupun dalam
tim jejaring kerja memerlukan kebersamaan, namun
karakteristik individu atau karakteristik mitra jejaring

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 184


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

masih terdapat perbedaan terutama yang menyangkut


spesifikasi pekerjaan/ tugas dan fungsinya. Untuk itu
ruang pilihan untuk berbeda tetap masih diperlukan
sepanjang masih dalam koridor kesepakatan bersama.
Komitmen tim jejaring kerja akan rendah atau sulit terbentuk
secara optimal jika terkait dengan kebebasan pilihan terjadi
hal-hal seperti di bawah ini :
 Semua serba keharusan [ paksaan ]
 Tidak tersedia alternatif pilihan
 Segala sesuatu ditetapkan oleh pihak lain
 Tidak bekerja sesuai dengan bakat dan minat
 Sulit mengembangkan potensi diri
 Semua serba kaku tanpa fleksibilitas
 Keseragaman menjadi tujuan utama
 Tidak mampu menerima perbedaan
 Kreativitas tidak diberi peluang berkembang
 Pengawasan menjadi metoda utama
 Melakukan kesalahan sangat ditakuti

3. Trust, :Dalam tim jejaring kerja harus berkembang


budaya saling dapat dipercaya dan saling dapat
mempercayai. Saling mempercayai sesama anggota tim
akan memunculkan rasa senasib sepenanggungan. Hal
ini dibutuhkan karena dalam tim jejaring kerja terdiri dari
berbagai macam unit kerja yang memiliki tugas pokok
dan fungsi yang beraneka ragam yang memerlukan
sumber daya yang berbeda-beda. Dalam kaitan ini
komitmen akan terwujud jika masing-masing anggota
tim/ mitra jejaring kerja saling mempercayai terutama
dalam hal penggunaan sumberdaya, durasi waktu yang
dibutuhkan, tingkat kesulitan pelaksaan tugas dsb.
Komitmen tim jejaring kerja akan rendah atau sulit
terbentuk secara optimal jika yang terkait dengan
kepercayaan terjadi hal-hal seperti di bawah ini :
 Semua pihak saling tidak mempercayai
 Semua pihak tidak dapat dipercaya
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 185
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

 Berkembangnya suasana saling curiga


 Semua tidak menghargai kepercayaan yang diberikan
oleh orang lain
 Kejujuran bukan lagi merupakan nilai bersama yang
dijunjung tinggi
 Berkembangnya kebiasaan saling menuduh dan
memfitnah

4. Openness :keterbukaan sesama anggota tim jejaring


kerja menjadi persyaratan mutlak jika yang diharapkan
adanya komitmen yang utuh, karena tanpa keterbukaan
diantara anggota tim maka komitmen tidak terwujud
secara baik. Keterbukaan yang dapat mengeratkan rasa
komitmen terutama dalam hal ketersediaan sumber daya
(tenaga, biaya, sarana). Jika dalam proses kegiatan
jejaring kerja tidak terjadi saling tolong-menolong, tidak
saling peduli, tidak saling mengakui kelemahan/
kelebihan, maka sesungguhnya komitmen yang ada
hanyalah sebatas formalitas saja.
Komitmen tim jejaring kerja akan rendah atau sulit
terbentuk secara optimal jika yang terkait dengan
keterbukaan terjadi hal-hal seperti di bawah ini :
 Tidak ada suasana saling memberi/ menerima
 Tidak ada suasana saling peduli & menolong
 Tidak ada toleransi, merasa diri paling mampu/ benar
 Tidak mampu mengakui kelebihan pihak lain
 Tidak mau mengakui kelemahan diri sendiri
 Tidak siap untuk selalu belajar dan berubah

5. Responsibility : dalam komitmen tim jejaring kerja


masing-masing anggota harus diberi tanggung jawab
yang jelas, spesifik dan terukur. Pemberian tanggung
jawab ini berkaitan erat dengan wewenangnya dalam
sebuah tim. Dalam jalinan jejaring kerja yang sering
terjadi unit kerja anggota tim hanya dituntut pertanggung-
jawaban saja tanpa diberikan wewenang termasuk
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 186
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

delegasi otoritas. Atau terkadang sebaliknya hanya diberi


wewenang tetapi pertanggung-jawabannya tidak pernah
dinilai, alias boleh melakukan semau-maunya sendiri,
sehingga komitmen yang bersangkutan lambat laun akan
terkikis/ luntur
Komitmen tim jejaring kerja akan rendah atau sulit
terbentuk secara optimal jika yang terkait dengan
wewenang dan tanggung jawab terjadi hal-hal seperti di
bawah ini :
 Tidak diberi tanggung jawab sama sekali
 Tanggung jawab yang diterimanya tidak jelas
 Tidak diberi wewenang sesuai tanggung jawab
 Tidak dimintai pertanggungjawaban kerja
 Tidak ditentukan ukuran keberhasilan kinerja
 Tidak dikembangkan budaya tanggung jawab
 Tanggung jawab hanya kewajiban pemimpin
 Tidak ada perhargaan terhadap hasil tanggung jawab
seseorang

6. Involvement :setiap anggota tim jejaring kerja harus


dilibatkan secara total pada seluruh proses kegiatan tim,
sekecil apapun kegiatan itu. Pelibatan total setiap
anggota tim jejaring ini sangat berpengaruh pada derajat
komitmen yang berhasil dibangun, karena semakin
sedikit pelibatan anggota tim jejaring akan semakin
rendah derajat komitmen yang dilakukan oleh yang
bersangkutan. Pelibatan seluruh anggota/ unit jejaring
harus dilakukan sedini mungkin mulai dari perencanaan
sampai dengan evaluasi hasil kerja. Setiap persoalan
yang muncul walaupun hanya menyagkut salah satu unit
kerja anggota jejaring sebaiknya menjadi area bersama
untuk mencari solusi dan pengambilan keputusan.
Seluruh anggota/ unit jejaring kerja mempunyai
kesempatan untuk berperan secara seimbang karena
pelibatan inilah sebenarnya yang membuat perekat
dalam menjaga komitmen tim jejaring kerja.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 187


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

Komitmen tim jejaring kerja akan rendah atau sulit


terbentuk secara optimal jika yang terkait dengan
keterlibatan terjadi hal-hal seperti di bawah ini :
 Keputusan ditentukan oleh pemimpin sendiri
 Tidak semua tahapan proses melibatkan anggota tim
 Anggota tim hanya dilibatkan dalam pelaksanaan saja
 Tidak dikembangkan budaya partisipatif
 Banyak anggota tim hanya menunggu secara pasif
 Anggota tim tidak diberi peluang untuk sumbang saran
(buah pikiran)

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 188


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

POKOK BAHASAN

Penyelesaian Konflik Dalam Tim Jejaring


Kerja

A. Penyebab Terjadinya Konflik dalam Tim Jejaring Kerja

Dalam suatu Tim Jejaring Kerja yang berinteraksi satu sama lain
dalam mencapai tujuannya hampir selalu mengalami perbedaan
pendapat. Perbedaan Pendapat yang berlarut-larut akan
menyebabkan konflik. Anggota Tim perlu memahami bahwa konflik
atau ketidak-sepakatan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan
dan tidak memiliki sifat baik atau buruk (konflik bersifat netral).

Konflik akan menghancurkan kemajuan Tim jika dibiarkan atau


tidak dkelola dengan baik. Tetapi konflik juga dapat mengarah pada
pengambilan keputusan yang baik jika dikelola secara efektif. Hasil
dari suatu konflik sangat tergantung pada bagaimana Tim
mengelolanya.

Lalu apa sebanarnya yang dimaksud dengan konflik ? Isyarat


apakah yang merupakan gejala konflik dalam suatu Tim?
Bagaimana konflik merebak dan bagaimanakah respon terhadap
konflik? Dalam uraian di bawah ini akan membahas hal tersebut.

Kata konflik menimbulkan kesan tidak menyenangkan. Reaksi kita


pada umumnya adalah negatif. Pada umumnya konflik merupakan
bahaya dan menyakiti perasaan orang lain. Kita cenderung
menghubungkan konflik dengan kekerasan, krisis, perkelahian,
perang, kalah, menang, kehilangan kendali dan lain sebagainya.

Konflik selalu melibatkan dua orang atau lebih (perorangan atau

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 189


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

kelompok) yang terjadi apabila salah satu pihak merasa


kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi.
Selanjutnya Hanmer dan Hogan dalam bukunya How to Manage
Conflik mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konflik adalah
segala macam bentuk pertikaian yang terjadi dalam organisasi,
baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
maupun antar kelompok yang bersifat antagonis.

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konflik


terkait dengan “persepsi” pihak yang bersangkutan yang merasa
kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi,
terlepas dari ada atau tidak ada halangan tersebut secara nyata.
Apabila konflik ini kita biarkan maka akan menghancurkan
kemajuan Tim, tetapi konflik juga dapat mengarahkan pada
pengambilan keputusan yang baik bila dikelola dengan baik dan
tepat.

Menurut Bolton dalam bukunya “Manajemen Konflik” sumber-


sumber yang biasanya dapat memicu terjadinya konflik diantaranya
sebagai berikut:
 Menghalangi pencapaian sasaran perorangan;
 Kehilangan status;
 Kehilangan otonomi atau kekuasaan;
 Kehilangan Sumber-sumber;
 Merasa diperlakukan tidak adil;
 Mengancam nilai dan norma;
 Perbedaan persepsi
 dan lain-lainnya.

Hasil dari suatu konflik tergantung pada bagaimana mengelolanya.


Untuk itu perlu mengenali isyarat – isyarat adanya konflik tersebut
secara dini sebagai berikut :
 Anggota Tim memberikan komentar dan saran dengan
penuh emosi.
 Anggota Tim menyerang gagasan orang lain sebelum

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 190


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

gagasan tersebut dijelaskan secara tuntas.


 Anggota Tim saling menuduh bahwa mereka tidak
memahami masalah yang sebenamya.
 Anggota Tim selalu menolak untuk berkompromi.
 Anggota Tim saling menyerang secara langsung pada
pribadinya.
 Suasana yang terbangun mengarah pada tindakan
bermusuhan :
 Anggota Tim memasuki permainan menang kalah.
 Mereka lebih senang memenangkan kemenangan
pribadi dari pada memecahkan masalah.
 Suasana yang ditonjolkan pihak yang sedang berkonflik
masing-masing memegang teguh pada posisinya (I’m in
my position) sehinggamempersempit celah komunikasi
dan membatasi keterlibatan yang lain. Anggota Tim tidak
melihat perlunya mencapai tujuan yang menguntungkan,
mereka bersikukuh dan berdiri teguh pada posisinya.

B. Langkah Penyelesaian Konflik Tim Jejaring Kerja

Agar konflik tidak menghasilkan kondisi yang merugikan tim


secara keseluruhan, maka konflik perlu di tangani secara benar
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
langkah – langkah menyelesaikan konflik

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 191


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

Langkah 1: Mengakui adanya koflik.


Langkah ini merupakan langkah awal untuk penyelesaian konflik,
tanpa ada yang mengakui adanya suatu konflik maka masalah
tidak akan terpecahkan. Tim yang dinamis akan membahas konflik
secara dini karena kearifan dari semua pihak sangat diperlukan.

Langkah 2 : Mengidentifikasi konflik secara benar.


Langkah ini dalam kegiatan penelitian sering disebut dangan
identifikasi masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan
memerlukan keahlian khusus. Mengapa demikian ? Konflik dapat
muncul dari akar masalah, tetapi juga karena masalah emosi. Oleh
karena itu perlu memilah antara masalah inti dangan masalah
emosional. Masalah inti adalah masalah yang mendasari suatu
konflik (misalnya ketidak sepakatan adanya tugas) sedangkan isu
emosional merupakan masalah yang akan memperumit masalah
tersebut. Misalnya salah satu anggota Tim mendapat tugas yang
sangat penting (masalah inti), orang lain merasa tersinggung
(masalah emosional), Untuk hal ini maka hendaknya kita
"mengatasi masalah yang inti” terlebih dahulu.

Langkah 3: Dengar semua pendapat.


Lakukan kegiatan sumbang saran. Libatkan mereka yang terlibat
Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 192
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

dalam konflik untuk megungkapkan pendapatnya, hindarilah


pendapat benar dan salah. Bahas juga mengenai dampak konflik
terhadap Tim serta kinerja Tim. Fokuskan pembicaraan pada fakta
dan perilaku bukan pada perasaan atau unsur pribadi. Hindari
mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi temukan mana yang
terbaik jika dipandang dari sisi positif.

Langkah 4: Bersama-sama mencari cara menyelesaikan konflik


Dalam kegiatan ini dilakukan melalui diskusi terbuka sangat
diharapkan. Karena dengan diskusi terbuka dapat memperluas
informasi dan alternatif serta dapat mengarahkaan pada rasa
percaya dan hubungan yang sehat diantara yang terlibat konflik.
Dalam Tim yang efektif tidak seluruh anggota kelompok menyukai
satu sama lain, tetapi yang utama adalah mampu bekerja sarna
secara efektif.

Langkah 5 : Mendapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk


menemukan solusi.
Memaksakan kesepakatan akan berakibat fatal. Oleh karena itu
doronglah mereka untuk bekerjasama memecahkan permasalahan
secara jitu. Buatlah semua anggota Tim senang terhadap solusi
yang dihasilkan. Oleh karena itu solusi harus diusahakan secara
bersama-sama. Salah satu cara yang disarankan agar orang lain
menerima saran yang diajukan adalah memposisikan dirinya pada
peran orang lain, dengan kata lain setiap anggota
mempresentasikan pendapat orang lain.

Langkah 6 : Menjadwal sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.


Pemberian tanggung jawab untuk melaksanakan komitmen sangat
dihargai oleh anggota Tim. Mengkaji resolusi sangat diperlukan
untuk mengetahui tingkat keefektifan resolusi yang telah diberikan.

Gaya Tanggapan seseorang terhadap Konflik


Tidak setiap orang merespon adanya konflik dengan cara yang
sama, respon-respon tersebut antara lain : (1) konfrontasi agresif,

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 193


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

(2) melakukan manufer negatif, (3) penundaan terus menerus serta


(4) bertempur secara pasif. Namun terkadang ada pula anggota
Tim meresponnya dari segi positif dan apabila hal ini yang terjadi
maka pemecahan konflik mengarah ke hal yang positif. Dengan
demikian konflik yang terjadi harus diarahkan dengan
menggunakan energi secara sehat dan langsung untuk
memecahkan masalah, dengan kata lain tidak ada reaksi secara
emosional, melakukan upaya dengan menanggapinya secara
rasional. Respon yang tepat ini akan memperkuat Tim kerja dan
melancarkan jalan untuk mengatasi konfllk.

Konflik yang gagal dikelola dengan baik maka akan berdampak ter-
hadap keefektifan suatu Tim sehingga produktivitas Tim akan
menurun. Sebaliknya konflik akan menjadi sehat apa bila pihak-
pihak yang terlibat mau menjajaki ide-ide baru, menguji posisi dan
keyakinan mereka serta memperluas wawasan imajinasi mereka.
Konflik yang ditangani secara “konstruktif” akan merangsang
anggota Tim lebih kreatif sehingga akan memperoleh hasil yang
terbaik. Oleh karena itu setiap anggota Tim dalam menghadapi
suatu konflik menurut Robert B. Maddux dalam bukunya Team
Building mengklasifikasikan ke dalam 5 (lima) gaya tanggapan
sebagai berikut:

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 194


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

Gaya Tanggapan Seseorang Terhadap Konflik Yang Terjadi


Dalam Tim Kerjanya

CIRI PERILAKU ALASAN


GAYA
PENYESUAIAN

 Tidak mau  Perbedaan yang ada


berkonfrontasi. terlalu kecil atau
terlalu besar untuk
 Mengabaikan atau
diselesaikan.
melewatkan pokok
Menghindar

permasalahan.  Usaha penyelesaian


mungkin
 Menyangkal bahwa
mengakibatkan
hal tersebut
rusaknya hubungan
merupakan
atau justru
masalah
menciptakan
masalah yang lebih
kompleks

 Bersikap Tidak sepadan


menyetujui dan risikonya, jika
Mengakomodasi

tidak agresif mengambil resiko justru


akan merusak
 Kooperatif bahkan
hubungan dan
terkadang dengan
menimbulkan ketidak-
mengorbankan
selarasan secara
keinginan priadi.
keseluruhan

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 195


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

CIRI PERILAKU ALASAN


GAYA
PENYESUAIAN

 Konfrontatif,  Pihak yang kuat akan


Menang/Kalah

menuntut dan menang.


agresif
 Harus membuktikan
 Harus menang superioritas
dengan cara
 Paling benar secara
apapun.
etis dan profesi.

 Mementingkan  Tidak ada ide


pencapaian perorangan yang
sasaran utama sempurna.
semua pihak serta
 Seharusnya ada
Kompromi

memelihara
lebih dari satu cara
hubungan baik.
yang baik dalam
 Agresif namun melakukan sesuatu.
kooperatif
 Anda harus
barkorban untuk
dapat menerima.

 Kebutuhan kedua Jika pihak-pihak yang


belah pihak adalah terlibat mau
Penyelesaian Masalah
(Kolaborasi win-win)

sah dan penting. membicarakan secara


terbuka pokok
 Penghargaan yang
permasalahannya,
tinggi terhadap
biasanya solusi yang
sikap saling
saling menguntungkan
mendukung.
dapat ditemukan tanpa
 Tegas dan satu pihakpun merasa
kooperatif dirugikan.

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 196


Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja dalam Yankes Haji

REFERENSI

1. Kemenkes RI, 2014. Bahan Bacaan Peserta Pelatihan


Tim Kesehatan Haji.
2. Hardjana AM. komunkasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Jakarta: Kanisius. 2001.
3. Lawrence, Human Capital, Sidney, 1998.
4. LAN-RI, Membangun Tim Efektif, , Jakarta, 2010.
5. LAN-RI, Pola Pikir PNS, Jakarta, 2010

Bahan Bacaan Pelatihan Tim Kesehatan Haji Indonesia 197

Anda mungkin juga menyukai