Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan pasar modal saat ini memiliki pertumbuhan yang sangat

besar bagi pemilik dana atau investor untuk melakukan investasi. Pasar modal

merupakan wadah bagi para investor untuk mencari informasi dan wadah para

perusahaan untuk mencari dana. Pasar modal akan mempertemukan pihak yang

akan melakukan investasi (invenstor) dengan pihak yang menerima investasi.

Saham perusahaan pertambangan menjadi sasaran utama bagi para

investor dalam negeri maupun investor asing di pasar modal, karena menjanjikan

dua keuntungan dalam investasi berupa saham perusahaan yang telah

pertambangan yaitu Dividen dan Capital Gain. Para investor dapat mengambil

keputusan mengenai saham perusahaan yang terdapat di bursa efek, baik untuk

membeli, menjual, mempertahankan maupun menambah jumlah saham yang

dimiliknya. Bursa efek adalah suatu lembaga keuangan dibawah pasar modal yang

merupakan tempat penawaran atau penjualan efek (Ali Akbar Yulianto,2010).

Pasar modal di Indonesia mengeluarkan peraturan yang mengharuskan

seluruh perusahaan yang telah Pertambangan wajib menyediakan informasi

kondisi keuangan maupun kinerja perusahaan untuk keperluan para investor

secara jujur tanpa ada rekayasa. Informasi – informasi ini berguna untuk para

investor, karena investor harus memahami dengan baik kondisi – kondisi yang

sedang terjadi di pasar modal dan di dalam perusahaan itu sendiri yang akan

1
2

digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk menanamkan

modalnya kepada perusahaan.

Investasi yang diharapkan oleh para investor adalah investasi pada

perusahaan yang memiliki peluang atau diprediksi menunjukkan perkembangan

yang baik dan menghasilkan keuntungan dengan resiko rendah. Tinggi rendahnya

harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli atau penjual

tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan (Nurfauziah, 2005 : 54). Dengan

semakin baiknya kondisi internal dan eksternal perusahaan ataupun sebaliknya,

secara tidak langsung mempengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran yang

dilakukan oleh para investor untuk mempercayakan modalnya kepada perusahaan

yang berpengaruh kepada harga saham.

Kekuatan permintaan dan penawaran yang dilakukan para investor

dipengaruhi oleh analisis yang baik dalam menganalisis kondisi dalam

perusahaan. Terdapat banyak cara dalam menganalisis saham, salah satunya

adalah analisis fundamental yang merupakan analisis yang wajib dipergunakan.

Analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis

laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan dapat

menggambarkan kondisi perusahaan dalam satu periode tertentu. Oleh karena itu

para analis menjadikan laporan keuangan sebagai informasi utama dalam proses

pengambilan keputusan.

Maka dari itu laporan keuangan perusahaan menjadi hal yang sangat

penting dalam aktivitas ekonomi dalam pasar modal. Walaupun demikian,

fenomena membuktikan bahwa para investor di pasar modal cenderung tidak


3

memiliki rujukan bagaimana menilai kinerja saham perusahaan Pertambangan

melalui analisis keuangan, bahkan cenderung mengandalkan intuisi dalam

membuat keputusan menjual atau membeli suatu saham dan akhirnya terjebak

dalam perilaku yang mengarah kepada tindakan spekulasi, terutama dalam

menentukan tingkat pengembalian modal yang dalam hal ini tercermin dalam

harga saham perusahaan.

Dalam melakukan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu

perusahaan, seorang analis keuangan memerlukan suatu ukuran tertentu, ukuran

yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio keuangan. Rasio

keuangan ada banyak macamnya, salah satunya adalah rasio ROE. Rasio ROE

adalah rasio yang berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja perusahaan

dalam menghasilkan laba, diantaranya Return On Asset (ROA), , dana Earning

Per Share (EPS).

Pada umumnya investor tertarik pada EPS (Earning Per Share) karena

menunjukkan besarnya bagian keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap

lembar saham. Jika EPS naik maka akan menarik para investor untu berinvestasi

pada perusahaan sehingga harga saham naik dan return saham pun naik.

Adapun ROA (Return On Asset), ROA adalah rasio yang menunjukkan

hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA

memberikan ukuran yang lebih baik atas ROE perusahaan karena menjadi

indikator efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh

pendapatan (Kasmir, 2012 : 201).


4

Sedangkan ROE (Return On Equity) menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memberi keuntungan bagi pemegang saham (investor) dengan

menunjukkan persentase laba bersih yang tersedia untuk modal pemegang saham

yang telah dipergunakan oleh perusahaan.

Tabel 1.1

Data Laba Per Lembar Saham, profitabilitas dan Harga Saham pada
Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI Periode 2014-2018

HARGA
NAMA EPS
N ROE SAHAM
PERUSAHAAN TAHUN (Rp)
O (Rp)
2014 116,50 35,15 2013 1.090
2015 88,70 28,77 2014 1.040
2016 69,17 30,24 2015 515
1 ADARO ENERGY, 2017 65,74 32,80 2016 1.695
TBK 2018 140,56 25,62 2017 1.695
2014 3.697,46 3.130,00 2013 28.500
2015 942,68 1.989,00 2014 15.375
2 INDO 2016 2.203,61 1.745,00 2015 5.725
2017 818,60 812,56 2016 16.875
TAMBANGRAYA
2018 800,52 434,32 2017 15.000
MEGAH, TBK
2014 1.258,66 720,25 2013 10.200
2015 792,55 461,97 2014 12.500
2016 875,02 324,57 2015 4.525
3 TAMBANG 2017 883,59 289,73 2016 12.500
BATUBARA BUKIT 2018 456,46 - 2017 11.600

ASAM, TBK
2014 228,13 75,00 2013 2.050
2015 211,88 100,00 2014 1.005
2016 100,43 - 2015 420
4 RESOURCES ALAM 2017 83,80 20,00 2016 1.500
INDONESIA, TBK 2018 94,03 - 2017 1.745
2014 28,75 - 2013 2.000
2015 22,68 3,40 2014 1.400
5
2016 5,03 - 2015 2.700
5

GOLDEN ENERGY 2017 76,68 99,71 2016 2.750


2018 175,52 67,95 2017 2.550
MINES, TBK
2014 113,06 - 2013 920
2015 113,25 39,83 2014 675
6
2016 82,71 7,68 2015 1.245
TOBA BARA 2017 18,67 - 2016 2.070
SEJAHTRA, TBK 2018 106,29 - 2017 2.600
Sumber : www.idx.co.id

Dikutip dari detik.com, harga batubara di pasar internasional terus anjlok.

Hal ini membuat banyak perusahaan batubara yang berhenti beroperasi dan tutup

sementara.Ketika ditemui di Balai Kartini, Gatot Subroto, Rabu (11\/9\/2013),

Ketua Komite Komersil Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI)

Pandu Sjahrir mengatakan bahwa saat ini sektor pertambangan batubara dalam

kondisi kritis akibat terus turunnya harga komoditas batubara.

Selain itu, indonesia investments.com juga memberitakan terjadinya

penurunan harga batu bara. Masalah yang paling problematik adalah bahwa

perekonomian RRT, negara yang membeli hampir setengan kargo-kargo batubara

dan bijih di dunia, diperkirakan terus melambat menyentuh level pertumbuhan

ekonomi paling lambat dalam 25 tahun terakhir pada tahun 2015. Sementara itu,

para pembuat kebijakan di RRT menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%

(year-on-year) untuk tahun ini, target pertumbuhan RRT yang paling rendah

selama 15 tahun terakhir. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di RRT, negara

dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dan mitra dagang paling penting bagi

Indonesia, membawa dampak-dampak negatif karena permintaan akan produk-

produk ekspor Indonesia menurun tajam dan menyebabkan tekanan pada neraca

perdagangan Indonesia (dan juga neraca transaksi berjalan Indonesia) serta nilai
6

tukar rupiah. Sementara itu, para eksporter Indonesia yang bergantung pada

permintaan dari RRT akan mengalami penurunan pendapatan.

Kelebihan suplai di pasar RRT, permintaan batubara di Cina jatuh

sebanyak 22 juta ton pada 2014. Faktor-faktor lain yang berkontribusi pada

perlambatan permintaan batubara dari RRT adalah beberapa kebijakan baru yang

bertujuan membatasi impor batubara, termasuk pajak impor batubara yang baru

menerapkan pajak impor 6% untuk batubara termal dan juga kontrol-kontrol

kualitas yang baru.

Harga Batubara Acuan (HBA) yang digunakan Pemerintah Indonesia

menurun 27% pada 2014. Tahun ini, HBA terus menurun karena kelebihan suplai

global. Menurunnya harga batubara dunia disebabkan karena kelebihan suplai dan

kelebihan kapasitas di pasar. Namun, dalam upaya mengurangi dampak

penurunan harga batubara, para penambang Indonesia cenderung menaikkan

tingkat produksi (dan karenanya menekan harga lebih lanjut).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : Pengaruh Return On Asset (ROA), , Dan Earning

Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Retail yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap harga

saham perusahaan Retail di Bursa Efek Indonesia (BEI)


7

2. Apakah berpengaruh secara parsial terhadap harga saham perusahaan

Retail di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial terhadap

harga saham perusahaan Retail di Bursa Efek Indonesia (BEI)

4. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara Return On Asset (ROA),

dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan

Retail di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh dari Return On Asset (ROA)

terhadap harga saham pada perusahaan Retail yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2014-2016

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh dari terhadap harga saham pada

perusahaan Retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh dari Earning Per Share (EPS)

terhadap harga saham pada perusahaan Retail yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2014-2016

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap hasil dari penelitian ini

dapat berguna bagi :

1. Penulis
8

Dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui lebih lanjut kaitan teori

dengan praktik yang sebenarnya terjadi di dunia nyata, dan untuk

memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sarjana ekonomi program

studi akuntansi di Universitas Widyatama.

2. Bagi penulis lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan referensi dan informasi

pendukung kepada penelitian selanjutnya khususnya untuk mengetahui

faktor faktor yang mempengaruhi harga saham.

3. Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat membawa manfaat bagi

perusahaan yang bersangkutan dalam menentukan kebijakan di masa yang

akan datang.

4. Investor

Untuk membantu para calon investor sebagai salah satu bahan tambahan

dalam mengevaluasi dalam keadaan harga yang berfluktuasi.

1.5 Lokasi dan waktu penelitian

Penulis melakukan penelitian pada perusahaan Pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs


9

WWW.IDX.CO.ID dan menggunakan data laporan keuangan ICMD. Waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai dengan selesai.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan

pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja

perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan salah satu informasi utama

yang dapat diakses oleh pihak pihak pemegang kepentingan seperti para investor,

kreditur, petinggi perusahaan, dan sebagainya. Informasi akuntansi berguna untuk

menjadi acuan pemegang kepentingan dalam mengambil keputusan. Laporan

keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas

penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam PSAK No. 1,

2009 disebutkan bahwa “laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.” Harahap (2002 : 105)

menyatakan bahwa laporan keuangan yaitu “Laporan keuangan menggambarkan

kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka

waktu tertentu.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

merupakan suatu informasi yang menggambarkan keadaan mengenai kondisi

perusahaan pada periode tertentu yang berguna bagi pihak yang membutuhkan

untuk pengambilan keputusan.

10
11

2.1.1.1 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2009)

adalah :

“menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan

arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna

laporan dan pembuat keputusan ekonomi.”

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah manajemen atau

pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya. Pengguna laporan keuangan ingin melihat pertanggung jawaban

manajemen selama ini agar mereka dapat membuat keputusan. Keputusan

tersebut, seperti, keputusan menahan atau menjual investasi yang mereka tanam

dalam perusahaan, atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti

manajemen perusahaan.

2.1.1.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Menurut Pura (2013 : 11), karakteristik merupakan ciri khas yang

memberikan informasi laporan keuangan berguna bahi pemakai. Laporan

keuangan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut. Sesuai

dengan itu, ada beberapa standar kualitas yang harus dipenuhi, yaitu :
12

A. Dapat dipahami

Laporan keuangan disajikan dengan cara yang mudah dipahami, dengan

anggapan bahwa pemakainya telah memiliki pengetahuan yang memadai

tentang aktivitas ekonomi dan bisnis.

B. Relevan

Bahwa informasi keuangan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan

pemakai dan dapat membantu pemakai dalam mengevaluasi peristiwa

masa lalu serta masa yang akan datang.

C. Keandalan/Reabilitas

Informasi keuangan yang dihasilkan suatu perusahaan harus diuji

kebenarannya oleh seorang pengukur yang independen dengan metode

pengukuran yang tetap.

D. Dapat dibandingkan/Komparbilitas

Penyajian laporan keuangan dapat membandingkan laporan keuangan

antar periode, sehingga dapat mengidentifikasi kecenderungan posisi dan

kinerja keuangan.

E. Netral

Informasi keuangan harus ditujukan kepada tujuan umum pengguna,

bukan ditujukan kepada pihak tertentu saja. Laporan keuangan tidak boleh

berpihak pada salah satu pengguna laporan keuangan tersebut.


13

F. Tepat Waktu

Laporan keuangan harus dapat disajikan sedini mungkin, agar dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sesuai dengan waktu

dibutuhkannya informasi tersebut.

G. Lengkap

Informasi keuangan harus menyajikan semua fakta keuangan yang

penting, sekaligus menyajikan fakta-fakta tersebut sedemikian rupa

sehingga tidak akan menyesatkan pembacanya.

2.1.1.3 Pengguna Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia (2008) mengemukakan bahwa pemakai

laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan,

memberi pinjaman, pemasok, dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah,

serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan

keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa

kebutuhan ini meliputi :

A. Investor

Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan

risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka

lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan

apakah harus membeli, menahan, atau menjual investai tersebut.

Pemegang saham juga tertarik pada infomasi memungkinkan mereka

untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.


14

B. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada

informasi mengenai stabilitas dan ROE perusahaan. Mereka juga tertarik

dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan

kesempatan kerja.

C. Pemberi Pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta

bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

D. Pemasok dan Kreditur Usaha Lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang

akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada

perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi

pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada

kelangsungan hidup perusahaan.

E. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan

hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka

panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.


15

F. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan

dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk

mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai

dasar menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

G. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.

Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada

perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan

perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat

membantuk masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan

(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta

rangkaian aktivitasnya.

2.1.1.4 Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap dapat dilihat dalam Standar Akuntansi

Keuangan No. 1 (2009) yang terdiri dari :

A. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

B. Laporan laba rugi komperhensif selama periode

C. Laporan perubahan ekuitas selama periode

D. Laporan arus kas selama periode

E. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi

penting dan informasi penjelasan lainnya, dan


16

F. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan

ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif

atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika

entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

2.1.2 Rasio

Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi

keuangan perusahaan. Adapun definisi dari rasio keuangan menurut Harahap

(2004) :

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari

satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan

yang releban dan signifikan.”

2.1.2.1 Jenis Rasio Keuangan

Pada umumnya rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan

adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas. Namun sebenarnya

masih banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan keuangan yang dapat

memberikan informasi bagi analis, misalnya rasio leverage, rasio produktivitas,

rasio pasar modal, rasio pertumbuhan, dan sebagainya. Adapun rasio keuangan

yang sering digunakan menurut Harahap (2004) adalah :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Beberapa rasio likuiditas ini

adalah :
17

a. Rasio Lancar

b. Rasio Cepat

c. Cash Ratio

2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila

dilikuidasi. Rasio solvabilitas antara lain :

a. Rasio Utang Atas Modal

b. Debt Service Ratio

3. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio ROE menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,

jumlah cabang, dan sebagainya.

a. Margin Laba

b. Return On Asset

c. Return On Investment

d. Return On Equity

e. Earning Per Share

5. Rasio Leverage

Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh liabilitas

atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh

modal (ekuitas).
18

6. Rasio Aktivitas

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan baik dalam

kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini antara

lain :

a. Inventory Turn Over

b. Receivable Turn Over

c. Fixed Asset Turn Over

d. Total Asset Turn Over

2.1.3 Return On Asset (ROA)

Menurut M. Hanafi (2008 :42) Return On Asset (ROA) adalah mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang

tertentu.

Sedangkan menurut Kasmir (2012 : 201) Return On Asset (ROA) adalah

rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas ROE

perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan

aktiva untuk memperoleh pendapatan.”

Adapun menurut Sutrisno (2013 : 222) Return On Asset (ROA) adalah

ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva

yang dimilik perusahaan.

Adapun formula yang dapat dipakai dalam menghitung Return On Asset

(ROA):
19

Earning After Tax


ReturnOn Asset=
Total Assets

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ROA

merupakan rasio yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan

menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba setelah

pajak.

2.1.4 Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan salah satu alat utama investor yang paling

sering digunakan dalam menilai suatu saham. Dalam perhitungannya, secara

umum Return On Equity dihasilkan dari pembagian laba dengan equitas selama

setahun terakhir. Menurut Brigham (2010) para pemegang saham melakukan

investasi untuk mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini

menunjukkan seberapa baik mereka telah melakukan hal tersebut dari kacamata

akuntansi.

Return On Equity bisa memberikan gambaran, seperti :

1. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability)

2. Efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (asset management)

3. Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage)

Makin tinggi rasio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik

perusahaan akan semakin kuat dan akan meningkatkan daya tarik perusahaan

terhadap investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar (Ang,2005).

hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut
20

meningkat, sehingga Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan.

Menurut Harahap (2004) adalah :

“Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh

perusahaan bila diukur dari nilai aktivanya.”

Sedangkan menurut Kasmir (2014 : 115) adalah:

“ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi modal sendiri, semakin
tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya.”

Adapun formula yang dipakai dalam menghitung Return On Equity :

Earning After Tax


Return On Equity=
Total Equity

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Return On Equity

merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

menggunakan modal yang dimilikinya untuk menghasilkan laba setelah pajak.

2.1.5 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share adalah tolak ukur ROE modal yang telah ditanamkan

para pemegang saham.

Definisi Earning Per Share menurut Tandelilin (2010 : 373) adalah :

“EPS adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada para pemegang

saham, dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan.”

Sementara itu menurut PSAK No. 56 tentang Laba Per Saham revisi 2012

paragraf 7 menyatakan bahwa :


21

“Saham biasa berhak mendapat bagian laba untuk suatu periode tertentu.
Entitas mungkin memiliki lebih dari satu kelas saham biasa. Saham biasa
yang mempunyai kelas yang sama memiliki hak yang sama untuk
menerima dividen.”

Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan

kenaikkan nilai saham dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, para pemegang

saham biasanya tertarik dengan Earning Per Share yang dilaporkan perusahaan.

Angka Earning Per Share biasanya disajikan paling bawah laporan laba rugi dan

karenanya sering disebut bottom line.

Earning Per Share menunjukkan jumlah pendapatan yang dimiliki untuk

setiap lembar saham biasa. Pada saat saham preferen terdapat pada struktur modal,

laba bersih harus dikurangai oleh dividen saham preferen untuk menentukan

besarnya jumlah pendapatan bagi saham biasa. Namun bila tidak terdapat saham

preferen pada struktur modal perusahaan, Earning Per Share merupakan laba

bersih dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.

Maka formula yang digunakan dalam menghitung Earning Per Share :

Laba Bersih
Earning Per Share=
Jumlah Saham Biasa yang Beredar

Semakin tinggi nilai Earning Per Share yang dimiliki suatu perusahaan

menunjukkan semakin besar pula keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan

tersebut untuk setiap lembar sahamnya. Dengan demikian semakin banyak pula

investor yang akan membayar atas saham perusahaan. Untuk keperluan analisis,

kita perlu memperhatikan Earning Per Share dimasa yang akan datang, bukan

Earning Per Share yang telah diperoleh.


22

2.1.4 Investasi

2.1.4.1 Pengertian Investasi

Investasi menggambarkan kegiatan penanaman modal untuk satu aset atau

lebih yang dimiliki dan biasanya dalam jangka waktu panjang dengan harapan

mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Menurut PSAK No. 13 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober

2009 investasi adalah suatu aset yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan

kekayaan melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, loyalti, dividen, dan

uang sewa) untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan

yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.

2.1.4.2 Jenis-jenis Investasi

Keputusan investasi dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang

mempunyai kelebihan dana. Menurut Fahmi dan Lavianti (2009) investasi dalam

arti luas terdiri dari :

1. Investasi dalam bentuk aset riil (real assets) berupa aset berwujud

2. Investasi dalam bentuk surat berharga (financial assets) berupa surat-surat

berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aset riil yang dikuasai

oleh entitas.

2.1.4.3 Tujuan Investasi

menurut Fahmi dan Lavianti (2009) ada beberapa tujuan seseorang

melakukan investasi :
23

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa mendatang. Seseorang

yang bijaksana akan berfikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya

dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha untuk

mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada saat ini agar tidak

berkekurangan dimasa mendatang.

2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan investasi, dalam memilih perusahaan

atau objek lain, seseorang dapat menghindari diri agar kekayaan atau harta

yang dimilikinya tidak merosot nilainya karena terkikis oleh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak

melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di

masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat

yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu.

2.1.5 Pasar Modal

2.1.5.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal menggambarkan suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang

disiapkan guna perdagangan saham-saham, obligasi, dan jenis surat berharga

lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.

Menurut Sunariyah (2004) definisi pasar modal :

“Tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga.”

Sedangkan menurut Fahmi dan Lavianti (2009) pasar modal :

“sebuah pasar tempat dana-dana modal, seperti equitas dan hutang

diperdagangkan.”
24

Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan

usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam

surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula

perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara

listing terlebih dahulu pada badan otorisasi di pasar modal sebagai emiten.

Transaksi dalam pasar modal diatur dalam kerangka sistem yang terpadu

yang secara legal dijamin oleh undang-undang negara. Tanpa jaminan kepastian

hukum dari negara, maka transaksi investasi tidak akan terlaksana dan tidak akan

menghasilkan iklim yang kondusif. Jaminan yang diberikan negara akan

mendorong pasar modal menjadi efisien.

2.1.5.2 Peranan Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada

dasarnya mempunyai kesamaan antara suatu negara dengan negara lain. Hampir

semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan

fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi

permintaan dan penawaran modal.

Menurut Sunariyah (2004) peranan pasar modal pada suatu negara :

1. sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk

menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. Pasar

modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga

kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka.

2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan

hasil (return) yang diharapkan. Dan menciptakan peluang bagi perusahaan


25

untuk memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan dividen,

dan stabilitas harga saham.

3. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali

saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan

beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga

yang dimilikinya tersebut setiap saat.

4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.

2.1.5.3 Instrumen Pasar Modal di Indonesia

Instrumen yang diperdagangkan di bursa efek menurut Sunariyah (2004) :

1. Saham Biasa (Common Stock)

Diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal,

saham biasa adalah yang paling dikenal masyarakat. Diantara emiten

(perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga

merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari

masyarakat. Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau pemilikan

seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan.

2. Saham Preferen (Preferen Stock)

Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik

gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan

pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak

mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen

serupa dengan saham biasa karena dua hal yaitu mewakili kepemilikan
26

ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas

lembaran saham tersebut dan membayar dividen.

3. Obligasi (Bond)

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak

antara pemberi dana (pemodal) dengan yang diberi dana (emiten). Penerbit

membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah

ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang

tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok

pinjaman ditambah bunga yang terutang.

4. Obligasi Konversi (Convertible Bond)

Obligasi konversi sekilas tidak ada perbedaan dengan obligasi

biasa. Hanya saja pada obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu bisa

ditukas dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum

persyaratan untuk melakukan konversi.

5. Right

Right merupakan surat berharga yang memberikan hak bagi

pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Kebijakan

untuk melakukan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah

saham yang beredar guna menambah modal perusahaan. Sebab dengan

pengeluaran saham baru itu , berarti pemodal harus mengeluarkan uang

untuk membeli Right karena merupakan hak, investor tidak wajib untuk

membelinya.
27

6. Waran

Waran seperti halnya right adalah hak untuk membeli saham biasa

pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual

bersamaan dengan surat berharga lainnya, misal obligasi atau saham.

Waran diterbitkan agar pemodal tertarik membeli obligasi atau saham

yang diterbitkan emiten.

7. Reksadana

Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi

masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak

memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas

investasi mereka. Selanjutnya akan diinvestasikan dalam portofolio efek

oleh manajer investasi.

2.1.6 Saham

2.1.6.1 Pengertian Saham

Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak

diminatin oleh investor, karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang

menarik. Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama

perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah dijelaskan kepada

setiap pemegangnya (Irham, 2012:81).

Sedangkan menurut Fahmi dan Lavianti (2009), Saham adalah :

1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan.


28

2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan

dan diikuti dengan hak dan kewajibannya yang dijelaskan kepada setiap

pemegangnya.

Dan menurut Sunariyah (2004) saham adalah surat berharga yang sebagai

bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan

oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan

penyertaan modal dan sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaaan berbentuk

Perseroan Terbatas (PT).

2.1.6.2 Harga Saham

Harga saham perusahaan pertambangan selalu berfluktuasi naik dan turun,

dan hal inilah yang menjadi daya tarik para investor melakukan investasi, karena

disamping dividen yang diperoleh, juga memungkinkan untuk memperoleh capital

gain dari fluktuasi tersebut. Banyak investor yang bingung dan panik, karena

fluktuasi harga saham dalam hitungan jam atau hari dapat turun drastis, walaupun

secara fundamental kinerja perusahaan dinyatakan cukup atau baik (Simatupang

Mangasa, 2010 : 71)

Harga saham didefinisikan sebagai nilai pasar (market Value) yang

merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan

oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang

bersangkutan di pasar modal (Jogiyanto, Hartono, 2009:46). “upaya untuk

merumuskan bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya, telah

dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh
29

tingkat keuntungan yang menarik. Meskipun demikian, dari hipotesa pasar modal

yang efisien sangatlah sulit bagi pemodal untuk terus menerus bisa

“mengalahkan” pasar dan memperoleh tingkat keuntungan diatas normal (Husnan,

Suad, 2002:285).”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memperoleh

keuntungan diatas normal atas saham yang diperjualbelikan maka akan lebih

tinggi pula risiko yang dihadapi. Oleh karena itu para investor harus dapat

melakukan penilaian saham. Menurut Tandelilin, Eduardus (2010:301) dalam

penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai :

1. Nilai buku, yaitu nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan

penerbit saham (emiten).

2. Nilai pasar, yaitu nilai saham di pasar yang dapat dinilai pada harga saham

di bursa efek.

3. Nilai intrinsik (teoritis) saham, yaitu nilai saham yang sebenarnya atau

harusnya terjadi. Meskipun semuanya dinyatakan per lembar saham

namun ketiga jenis nilai tersebut ditambah nilai nominal umumnya adalah

tidak sama besarnya.

Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai

sebenarnya atas saham yang diperjualbelikan adalah

A. Analisis fundamental

Menurut Sunariyah (2004) adalah suatu pendekatan untuk menghitung

nilai intrinsik saham biasa dengan menggunakan data keuangan

perusahaan. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham


30

di masa mendatang dengan mengestimasikan nilai faktor-faktor

fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.

Di dalam membuat model peramalan tersebut, hal-hal yang terpenting

adalah menganalisis faktor-faktor fundamental perusahaan seperti

penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan dividen, dan lain-lain

yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.

B. Analisis teknikal

Menurut Sunariyah (2004), analisis teknikal merupakan suatu teknik

analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri

untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham

tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini

menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume

perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-

faktor lain yang bersifat teknis. Beberapa kesimpulan menyangkut

pendekatan analisis teknikal adalah sebagai berikut :

1. Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan

2. Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu

3. Teknikal analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui

analisis pergerakan di dalam pasar dan/atau suatu saham.

Perbedaan analisis fundamental dan analisis teknikal dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :


31

Tabel 2.1

Perbedaan Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal

No Variabel Fundamental Teknikal


(overvalued atau Timing (upward atau
1 Fokus perhatian harga
undervalued) downward)
Jangka menengah dan
2 Horison Investasi Jangka pendek
panjang
3 Informasi utama Perusahaan atau emiten Psikologis investor
Dividen dan
4 Motif utama Capital gain
pertumbuhan
5 Strategi utama Beli dan simpan Berpindah
Perdagangan
6 Karakter investor Menabung dan investasi
institusional

2.1.7 Kerangka Pemikiran

Dengan berkembangnya pasar modal di Indonesia, banyak perusahaan

yang berkesempatan untuk memperoleh modal. Suatu perusahaan yang telah

pertambangan atau telah menawarkan efeknya kepada masyarakat melalui pasar

modal haruslah memberikan laporan keuangan secara berkala untuk pengawasan

para emiten dan informasi yang berguna mengenai nilai harga saham yang

dimiliki investor.

Dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1 tentang laporan keuangan,

tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi

keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengambil keputusan

ekonomi. Laporan keuangan tersebut digunakan dan dianalisis oleh semua pihak

yang terkait baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan untuk

mendapatkan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan.


32

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi keuangan, analis keuangan

memerlukan tolak ukur. Tolak ukur yang sering digunakan diantaranya adalah

Return On Asset (ROA), , dan Earning Per Share (EPS).

Bagi para investor untuk melakukan kegiatannya di pasar modal dalam

mengambil keputusan agar mendapat return yang tinggi dengan risiko seminimal

mungkin memerlukan suatu analisis yang akurat dari suatu informasi yang relevan

dan terpercaya.

Menurut Sudana (2011 : 22) definisi Return On Asset adalah

“Return On Asset adalah merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk

menghasilkan laba setelah pajak.”

Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam

memperoleh keuntungan bersih dan akan meningkatkan daya tarik perusahaan

kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan

tersebut semakin dimintai oleh investor, karena tingkat pengembalian akan

semakin besar, sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan (Nurhasanah, 2014 : 26).

Menurut Van Horne dan John (2013 : 183) definisi Return On Equity

adalah

“Rasio yang membandingkan laba neto setelah pajak dengan ekuitas yang

telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan.”

Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2010 : 133), rasio yang paling

penting adalah, pemegang saham pastinya ngin mendapatkan tingkat


33

pengembalian modal yang tinggi atas modal yang mereka investasikan dan ROE

menunjukkan tingkat pengembalian yang mereka peroleh. Semakin tinggi ROE

maka semakin tinggi pula harga saham dimata investor dan calon investor dan

mengakibatkan harga saham meningkat.

Selain diukur dengan tingkat return, keberhasilan kinerja suatu perusahaan

dapat ditunjukkan oleh besarnya Earning Per Share (EPS) dari suatu perusahaan

yang bersangkutan. Earning Per Share merupakan suatu analisis yang

menggambarkan mengenai jumlah keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap

lembar sahamnya. Jadi dengan mengetahui Earning Per Share kita dapat

mengetahui berapa kira-kira hasil berupa rupiah yang kita terima, jika seandainya

kita menjadi seorang investor saham.

Seorang investor akan percaya kepada perusahaan yang memiliki tingkat

kinerja yang baik dalam mengelola hutang dan investasinya, sehingga bersedian

menanamkan sejumlah dana dengan memiliki sahamnya, hal ini akan

mengakibatkan kenaikan harga saham. Sedangkan apabila investor menilai bahwa

suatu perusahaan menunjukkan kinerja yang kurang baik, maka para investor

kurang berminat dengan saham yang diterbitkan sehingga terjadi penurunan harga

saham.

Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja

emiten yang tercermin dalam kinerja keuangan yang mendasarkan pada laporan

keuangan.

Sedangkan faktor teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga

saham dengan mengamati perubahan harga diwaktu lalu sehingga perubahan


34

harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang.

Analisis utamanya adalah grafik (chart) yang akan membantu untuk mengetahui

tren harga saham.

Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat dalam gambar 2.1

Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran

Pasar Modal Indonesia


(BEI)

Emiten
Investor

Menilai saham melalui


Laporan
pendekatan fundamental
keuangan

- ROA (X1)
-EPS (X2)

Menilai saham melalui


pendekatan teknikal Harga saham (Y)

Anda mungkin juga menyukai