Disusun Oleh :
Daliah
Fauziah Aprilia Effendi
Ranti Rosaliani
Leolita Zetira Matalih
Maryati
Siti Khotijah Yusup
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1. Latar Belakang..................................................................................................1
2. Tujuan...............................................................................................................1
3. Manfaat Penulisan............................................................................................2
4. Sistematika Penulisan.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
1. Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever......................................................3
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................................5
3. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................7
4. Perencanaan Keperawatan..............................................................................8
5. Pelaksanaan Keperawatan.............................................................................10
6. Evaluasi Keperawatan....................................................................................11
7. Dokumentasi Keperawatan.............................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................12
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................26
1. Kesimpulan.....................................................................................................26
2. Saran..............................................................................................................27
DAFTAR PUSAKA.....................................................................................................28
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti )
yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena
banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia
berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang
disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah
meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya
pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana
sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan.Sedangkan di Indonesia,
Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan
tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama
dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan
data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Potensi
penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat
banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi
komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya
permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan
muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar
getah bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok
hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat
lambatnya penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada
klien An. D dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini
mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien An. D dengan Dengue Hemorrhagic
Fever ( DHF ).
2. Tujuan
Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar
dapat diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF,
kelompok akan dapat :
a. Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia
prasekolah tentang penyakit DHF
b. Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika
1
seorang anak terinveksi virus dengue.
c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
d. Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan
DHF
e. Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF
f. Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF
setelah melakukan pengevaluasian dari semua tindakan.
3. Manfaat Penulisan
Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan
asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung. Laporan makalah ini diharapkan
dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya meningkatkan kemampuan penulis dalam
melakukan asuhan keperawatan keluarga.
4. Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan urutan :
Bab 1 Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Terdiri dari Pengertian, Etiologi, Patofisiologi.
Bab 3 Tinjauan Kasus
Terdiri dari uraian asuhan keperawatan yang berisi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini
telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari
arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus
dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes
albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000
m di atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur
hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang
menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong
telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup
Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2
minggu. ( Hadinegoro, 1999 )
3. Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi
berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui
gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang
endotoxin,selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan
interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil,
3
demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress,
merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi
lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD
dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
6. Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus
dilakukan adalah :
a. Tirah baring
b. Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk
minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ).
Atau air tawar yang ditambahkan dengan garam saja.
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan
kompres es di kepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan
asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya
pendarahan.
d. Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus
menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau
didapatkan nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan
yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah
4
tetesan 16 x/ menit.
7. Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
b. Biologis
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan
cupang )
c. Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
V. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
10
dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 )
a) Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan
keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan
lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.
b) Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja
dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan
bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien
11
BAB 3
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
An. D berumur 4 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 20 September 2016.
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami demam secara mendadak naik turun
disertai mual, muntah dan tidak adanya nafsu makan selama 5 hari. Ibu klien
mengatakan bahwa sudah lama mengalami demam tetapi ia hanya menganggap
demam biasa.
2. Identitas klien
Nama ibu dari An. W adalah Ny. A berusia 30 tahun. Pendidikan terkhir ibu
klien adalah SLTA. Sehari-hari ibu klien bekerja sebagai wiraswasta. Ny. A sendiri
beragama islam dan bertempat tinggalDs. Gadingrejo RT 02 RW 01 Juwana.
Menggigil
Demam
2 DS : “ anak saya sering Tubuh yang telah Defisit volume
kehausan, badannya digigit nyamuk cairan
lemah sekali, dia gelisah“ Virus masuk ke
DO : dalam aliran darah
1). Kulit kering Infeksi virus dengue
2). Membran mukosa Terbentuknya
kering kompleks antibody
3). Peningkatan Aktivasi system
frekuensi nadi komplemen C3a dan
4). Penurunan turgor C5a
kulit Menyerang sel
trombosit
Pelepasan histamine
san serotonin
Permeabilitas kapiler
meningkat
Kebocoran plasma
Ekstravasi cairan
vaskuler
Rejatan hipovolemik
Defisit volume
cairan
Kurang nafsu makan
Intake nutrisi kurang
Akumulasi gas
Perut kembung
Mual muntah
3.1.6.
3.1.6. Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
DS : “ Badan anak saya hangat, kulitnya merah-merah, dan kadang kejang- kejang”
DO : 1). Konvulsi
2). Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
3). Takikardia
4). Takipnea
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan butuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
DS : “ anak saya tidak mau makan karena tidak ada nafsu, perutnya sakit,BAB terus, ada
sariawan “
DO : 1) Berat badan 20 % dibawah berat badan ideal
2). Stretorea
3). Bising usus hiperaktif
4). Tonus otot menurun
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
DS : “ Bagaimana keadaan anak saya sus, sakitnya parah atau tidak, saya takut sekali jika
anak saya kenapa-kenapa“
DO : 1). Ketikakuratan mengikuti perintah
2). Ketidakakuratan performa uji
3.1.7. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
Peningkatan Klien akan dapat Ukur tanda-tanda vital ( Suhu 38,90c-41,10c,
suhutubuh melaporkan suhu suhu ) menunjukkan proses
berhubungan tubuh normal dalam Berikan kompres penyakit infeksi akut
dengan waktu 1 x 24 jam hangat Kompres hangat akan
peningkatan laju dengan criteria hasil : Tingkatkan intake terjadi perpindahan
metabolism 1. Badan hangat cairan panas konduksi
2. Kulit normal Untuk mengganti
3. Tidak terjadi cairan tubuh yang
kejang hilangakibatevaporasi
3.1.8. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal DX Implementasi Keperawatan Hasil
21 september 2016 I 1. Mengukur tanda-tanda vital
08.00 ( suhu ) 1. Suhu tubuh 37,5
09.00 2. Memberikan kompres hangat 2. Badan klien Panas
3. Meningkatkan intake cairan 3. Cairan tubuh yang
10.00 hilang tidak adekuat
12.05
I
1. Mengukur tanda-tanda vital
2. Memberikan kompres hangat
22 september 2016
08.30 3. Meningkatkan intake cairan 1. Suhu tubuh 36,5 c
2. Badan sudah tidak
12.00 panas lagi
3. Intake cairan
1. Mengobservasi tanda-tanda vital terpenuhi
12.45
II setiap tiga jam atau sesuai
indikasi
23 September 2016 2. Mengobservasi dan catat intake 1. Suhu tubuh normal
output 36,5 c
08.00 2. Intake dan output
09.00 3. Intake dan output adekuat, klien adekuat, klien minum
minum -6 gelas / hari -6 gelas / hari
10.00 3. IV RL 20 tetes/menit
23 September 2016
08.30
12.00
12.45
9. Evaluasi keperawatan
HARI 1 21 September 2016
DX I
S : “ badan anak masih panas“
O : suhu tubuh klien 37,5 c
A : Suhu tubuh tidak normal
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
2) Memberikan kompres hangat
3) Meningkatkan intake cairan
21 September 2016
DX 2
S : “ anak saya hanya minum sedikit “
O : - Mukosa bibir kering, minum sehari 1-2 gelas
A : Volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2) Mengobservasi dan cata intake dan output
3) Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
21 Sepetember 2016
DX 3
S : “ anak saya belum mau makan “
O : BB 16,0 kg
A : Kebutuhan nutrisi tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2) Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
3) Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
21 september 2016
DX 4
S : “ saya sudah mengetahui tentang penyakit anak saya “
O : Ibu klien melakukan tindakan mandiri dan tidak terlihat bingung
23
A : Pengetahuan adekuat
P : Pertahankan intervensi
22 September 2016
DX 2
S : “ anak saya sedikit minum sus “
O : minum 3-4 gelas /hari, turgor kulit jelek
A : volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1) Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2) Mengobservasi dan cata intake dan output
3) Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
22 September 2016
DX 3
S : “ anak saya makan sedikit saja “
O : berat badan 17 kg, makan setengah dari porsi yang disediakan
A : Nutrisi tidak adekuat
P :Lanjutkan intervensi
1) Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2) Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
3) Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
DX 3
S : “ anak saya sudah mau makan sus “
O : Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan
Klien tidak ada muntah
Berat badan klien 18 kg
A : Nutrisi terpenuhi/ adekuat
P : Pertahankan intervensi
25
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan gejala DHF,
adanya demam tinggi, badan lemas, mukosa bibir kering disertai sedikit minum dan tidak
nafsu makan. Terjadi penurunan berat badan hingga 2 kg. Klien di diagnose medis DHF
akibat terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
b. Pada diagnose keperawatan yang penyusun dapatkan pada An. W ada 4 diagnosa yaitu :
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, defisit volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
c. Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan keperawatan.
Pada diagnose hipertermi intervensi yang dibuat adalah Ukur tanda-tanda vital ( suhu ),
Berikan kompres hangat, Tingkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan intervensi
yang dibuat adalah Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan Observasi
dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
intervensi yang dibuat adalah Timbang berat badan, Monitor pemberian cairan melalui
intravena setiap jam, Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, Ciptakan
lingkungan yang nyaman, Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi, Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap, Anjurkan kebersihan oral, Timbang
berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama.Diagnosa
defisiensi pengetahuan intervensi yang dibuat adalah Tentukan kemampuan dan kemauan
untuk belajar, Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat
sesuai resep, Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.
d. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah diagnose hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolism tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya adalah mengukur tanda-tanda vital ( suhu ), memberikan kompres hangat,
meningkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya adalah mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan
mengobservasi dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah menimbang berat badan,
memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam, menimbang berat badan setiap hari
atau sesuai indikasi, menciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan makanan yang
disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi, menganjurkan
kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara
bertahap, menganjurkan kebersihan oral, menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang
sama dan dengan skala yang sama. Diagnosa defisiensi pengetahuan tindakan yang dilakukan
untuk mengatasinya adalah menentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar,
26
menjelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai
resep, dan tidak lupa memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.
e. Pada tahap akhir, yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 4 diagnosa yang ada telah diatasi semua
selama tiga hari perawatan pada An. W yaitu diagnose. Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolism, ditandai dengan suhu tubuh kembali normal 36,5 C. Defisit
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan tidak muntah lagi
dan minum 5-6 gelas/hari. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan ditandai dengan berat badan kembali
normal 18 kg,tidak ada muntah, dan menghabiskan porsi makan yang disediakan. Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi ditandai dengan
dapat melakukan tindakan mandiri, mengerti tentang penyakit anaknya.
2. Saran
a. Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk meningkatkan kemampuan
penulis sehingga dapat memecahkan adanya masalah yang ada di rumah sakit.
b. Hendaknya masyarakat dapat menyebutkan tanda-tanda DHF sehingga komplikasi DHF
dapat diidentifikasi sedini mungkin.
c. Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi perawat melalui uji
kompetensi yang dilakukan pada setiap perawat sehingga perawat terampil dalam
memberikan asuhan keperawatan.
27
DAFTAR PUSTAKA