Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KERANGKA DASAR AJARAN AGAMA ISLAM

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Friska Adelia (30020013)

Dosen Pengampu :

Dr. H. Suroso, M.Pdi

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat kesehatan yang di berikan sehingga saya bisa
membuat makalah ini serta berkahnya lah yang telah memberikan saya kemudahan untuk
dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Kerangka Dasar Ajaran Islam” ini
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan rahmat Allah SWT tidak
mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya
seperti sekarang ini.

Tujuan dari penyusunan makalah ilmiah ini adalah untuk pemenuhan tugas Mata Kuliah Aqidah
yang diampu oleh Bapak dosen Dr. H. Suroso, M.Pd.i di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang. Saya sangat mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran
beliau, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini.Dalam makalah ilmiah ini saya
memaparkan bagaimana kerangka dasar ajaran islam.

Saya dengan penuh kesadaran, menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna bahkan masih banyak sekali kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran sebagai
masukan bagi saya kedepannya dalam pembuatan makalah ilmiah sangatlah berarti.Akhir
kata saya mengucapkan mohon maaf bila ada kata-kata dalam penyampaian yang kurang
berkenan.Sekian dan terima kasih.

Palembang, Januari 2020

Friska Adelia

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................4

1.1 Latar
Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................................5
1.3 Tujuan
Penulisan.................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................6

2.1 Pengertian Kerangka Dasar Ajaran Islam.............................................................................6

2.2 Klasifikasi Pokok Ajaran Islam ...........................................................................................7

2.3 Hubungan Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak dalam Perilaku


Manusia.......................................8
2.4 Pengertian
Aqidah..................................................................................................................9

2.5 Pengertian
Syari’ah...............................................................................................................10

2.6 Pengertian
Akhlak................................................................................................................11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................12

Kesimpulan ..............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................14

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam merupakan agama yang memiliki ajaran yang sangat sempurna dan
mencakup segala panduan atau pedoman yang dibutuhkan umat manusia. Proses
perkembangan agam Islam tidak terlepas dari perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Sehingga perkembangan Islam masih ada sampai sekarang dan berkembang sangat pesat.
Islam bermakna sebagai sebuah ketundukan dan penyerahan diri seorang hamba saat
berhadapan dengan Tuhannya. Hal ini maksudnya adalah harusnya seorang hamba harus
merasa kecil dan lemah dalam berhadapan dengan Tuhannya.

Banyak umat Islam tidak menjalankan perintah Allah SWT dengan benar karena
tidak mengetahui dan memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Oleh karena itu
untuk memahami ajaran agama Islam secara keseluruhan perlu dipahami dulu dasar-dasar
agama Islam atau biasa disebut kerangka dasar ajaran agama Islam. dengan memahami
kerangka dasar ajaran agama Islam, kita dapat memahami ajaran agama Islam secara
Keseluruhan. Dengan mengikuti sistematik Iman, Islam, dan Ikhsan yang berasal dari
hadits Nabi Muhammad, kerangka dasar agama Islam terdiri dari (1) Akidah, (2) Syariah
dan (3) Akhlak. Dengan adanya artikel ini di harapkan dapat memberikan pemahaman
tentang agama Islam khususnya kerangka dasar agama dan ajaran Islam, Hukum,
Hukm/ahkam, Syariah dan Fiqh.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa pengertian Kerangka Dasar Ajaran Islam?


2) Apa pengertian hukum islam?
3) Bagaimana syariah islam?
4) Apa pengertian fiqh?

4
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kerangka Dasar Ajaran Islam
2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hukum Islam
3 Untuk memahami bagaimana Syariah islam
4 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Fiqh

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

Ruang-lingkup agama dan ajaran Islam tersebut didukung dan jelas kelihatan
pada kerangka dasarnya. Oleh karena itu, ada baiknya kalau kerangka dasar agama dan
ajaran Islam di jelaskan pula disini. Yang penting dipahami ialah agama Islam
bersumber dari wahyu (Al-Qur‟an) dan sunnah (Al-Hadits), ajaran Islam bersumber dari

5
ra’yu (akal pikiran) manusia melalui ijtihad. ajaran Islam adalah penjelasan agama
Islam. 1 Dengan mengikuti sistematik Iman, Islam, dan Ikhsan yang berasal dari hadits
Nabi Muhammad, kerangka dasar agama Islam terdiri dari (1) Akidah, (2) Syariah dan
(3) Akhlak. Pada komponen syariah dan akhlak ruang-lingkupnya jelas mengenai
ibadah, muamalah dan sikap terhadap khalik (Allah) serta makhluk. Pada komponen
akidah, ruang-lingkup itu akan tampak pula jika dihubungkan dengan Iman kepada
Allah dan para Nabi serta Rasul-Nya.

Yang dimaksud dengan (1) Akidah, secara etimologis (menurut ilmu bahasa yang
menyelidiki asal-usul kata serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna)
adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis makna akidah adalah Iman,
keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama Islam. akidah, karena
itu, selalu dikaitkan dengan rukun Iman atau arkanul iman yang merupakan asas
seluruh ajaran islam. Pembahasan tentang akidah dilakukan oleh ilmu tersendiri yang
disebut „ilmu kalam‟ (ajaran Islam) yakni ilmu yang membahas dan menjelaskan
tentang Kalam ilahi (mengenai akidah), atau „ilmu tauhid‟ karena membahas tentang
keesahan Allah (tauhid) atau „usuluddin‟ karena membahas dan memperjelas asas
agama Islam. Menurut Ibnu Khaldun, ilmu kalam adalah ilmu yang membahas akidah
untuk mempertahankan iman dengan mempergunakan akal pikiran (Gazalba,
1975:213).

Yang dimaksud dengan (2) syariah, dalam pengertian etimologis adalah jalan
yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam). dalam arti teknis, syariah adalah
seperangkat norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan
manusia dengan manusia lain dalam kehidupan sosial, hubungan sosial dengan benda dan alam
lingkungan hidupnya. Norma ilahi yang mengatur tata hubungan itu berupa (a) „kaidah ibadah‟
dalam arti khusus atau yang disebut juga kaidah ibadah murni, mengatur cara dan hubungan
langsung manusia dengan Tuhan, dan (b) „kaidah muamalah‟ yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat

Kaidah ibadah‟ (a), yakni norma yang mengatur cara dan tata cara manusia
berhubungan langsung dengan Tuhan, tidaka boleh ditambah-tambah atau dikurangi.
Sebabnya karena tata hubungan dengan Tuhan itu tetap, tidak boleh diubah-ubah.
Ketentuannya telah pasti diterapkan oleh Allah sendiri dan dijelaskan kemudian secara
rinci oleh Rasul-Nya. Tentang (b) „kaidah-kaidah muamalah‟ hanya pokok-pokoknya
saja yang ditentukan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad. Perinciannya
„terbuka‟ bagi akal manusia yang memenuhi syarat untuk „berijtihad‟ (berusaha
sungguh-sungguh dengan mempergunakan seluruh kemampuan) mengaturnya lebih
lanjut dan menentukan kaidahnya menurut ruang dan waktu.

Karena itu pula mengenai hubungan sosial manusia kaidahnya dapat saja
berubah dan diadakan perubahan melalui, misalnya, penafsiran (interpretasi) yang
perumusannya disesuaikan dengan masa dan tempat tertentu. Sebagai contoh dapat
dikemukakan misalnya mengenai (perubahan) kaidah yang membolehkan seorang laki-
laki beristri lebih dari seorang yang tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-Nisa (4) ayat 3
dihubungkan dengan ayat 129 surat yang sama, yang kini dapat dibaca dalam semua
undang-undang perkawinan umat Islam.4 ketetapan Allah yang langsung berhubungan

6
dengan kehidupan masyarakat (bidang muamalah) ini terbatas pada yang pokok-pokok
saja. Penjelasan Nabi, kalaupun ada, tidak terinci seperti dalam bidang ibadah. Karena
itu, seperti telah disinggung di atas, sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui
ijtihad manusia yang memenuhi syarat untuk pengembangan itu. Karena sifatnya yang
demikian, dalam semua perbuatan „boleh‟ dilakukan, kecuali kalau tentang perbuatan
itu telah ada larangan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad. Untuk menyebut
sekedar contoh, misalnya, kaidah larangan membunuh, mencuri, merampok, berzina,
menuduh orang lain melakukan perzinaan, meminum minuman yang memabukkan,
memakan riba (QS. 2:178-179, 5:39, 5:33, 24:4, 2:219, 3:130), dan sebagainya.

Sekedar mengikuti pembagian hukum perdata dan hukum publik seperti yang
diajarkan di Fakultas Hukum di tanah air kita, kaidah-kaidah muamalah ini dapat dibagi
ke dalam dua bagian besar, yakni (1) kaidah yang mengatur hubungan perdata,
misalnya hukum-hukum, (a) munakahat: hukum perkawinan, (b) wirasah: hukum
kewarisan, (c) dan lain-lain; (2) kaidah-kaidah yang mengatur hubungan publik,
misalnya hukum-hukum (a) jinayat: hukum pidana, (b) khilafah atau al-ahkam as-
sulthaniyah: hukum ketatanegaraan, (c) siyar: hukum internasional, (d) dan sebagainya;
serta (e) mukhasamat: hukum acara.

Di samping akidah dan syariah, baik ibadah maupun muamalah tersebut di atas,
agama islam meliputi juga (3) akhlak. Akhlak berasal dari khuluk yang berarti perangai,
sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan
sikap, perangai, tingkah laku atau budi pekerti manusia terhadap Khalik (pencipta alam
semesta) dan makhluk (yang diciptakan). Karena itu , sama halnya dengan syariah,
dalam garis-garis besarnya ajaran akhlak juga di dapat di bagi dua yakni yang
berkenaan dengan sikap dan perbuatan manusia terhadap (a) Khalik, Tuhan Maha
Pencipta, dan (b) terhadap sesama makhluk (segala yang diciptakan oleh Khalik itu).
Sikap terhadap sesama makhluk dapat di bagi dua pula, yaitu (1) akhlak terhadap
manusia yakni diri sendiri, keluarga, tetangga dan masyarakat, dan (2) akhlak terhadap
makhluk bukan manusia yang ada di sekitar lingkungan hidup kita. Yang disebut
terakhir ini dapat di bagi lagi menjadi akhlak terhadap (a) tumbuh-tumbuhan dan (b)
akhlak terhadap hewan, bahkan (c) akhlak terhadap bumi dan air serta udara yang ada
di sekitar kita.

Mengenai (a) sikap terhadap Allah, Pencipta, Pemelihara dan Penguasa alam
semesta, ilmu yang mempelajarinya disebut „ilmu tasawuf‟ (ajaran Islam). Perkataan
tasawuf, yang di dalam bahasa asing, disebut mystic atau sufism, berasal dari kata suf
yakni wol kasar yang dipakai oleh Muslim dan Muslimat yang berusaha dengan
berbagai upaya yang telah ditentukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Orang
yang melakukan upaya demikian disebut sufi dan ilmu yang menjelaskan upaya-upaya
serta tingkatan-tingkatan yang harus di tempuh untuk mencapai tujuan. dinamakan
ilmu tasawuf.

Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menjelaskan tata cara pengembangan rohani
manusia dalam rangka usaha mencari dan mendekatkan diri dengan Allah. Dengan
pengembangan rohani, kaum sufi ingin menyelami makna syariat tersebut di atas
secara lebih mendalam dalam rangka menemukan hakikat agama Islam. mengenai (b)

7
sikap terhadap sesama makhluk dapat dibagi dua, yakni (1) sikap terhadap sesama
manusia, dan (2) sikap terhadap makhluk yang bukan manusia. Sikap terhadap sesama
manusia disebut akhlak. Padanannya dalam bahasa asing adalah ethic. Ilmu yang
menjelaskan sikap terhadap sesama manusia disebut ilmu akhlak (ajaran islam) atau
ethics (R.Rachmat Djatnika,1985:31). Dalam ilmu akhlak terdapat istilah-istilah baik dan
buruk. Istilah-istilah itu dan istilah-istilah keakhlakan yang lain, dijelaskan oleh ilmu
akhlak agar singkat itu dapatlah dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan ilmu akhlak
dalam tulisan ini adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, serta segala
sesuatu yang berkenaan dengan sikap yang seyogianya diperlihatkan manusia terhadap
manusia lain, dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.

Uraian sistematik bagian-bagian kerangka dasar agama dan ajaran Islam di atas,
di pandang dari segi pertumbuhan kesadaran hukum, dapat saja di ubah dengan
susunan lain, yakni (1) akidah, (2) akhlak, dan (3) syariah dengan penjelasan isi (dengan
sedikit perubahan) seperti yang telah diuraikan. Dari paparan tersebut dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa Islam sebagai agama mempunyai sistem sendiri yang bagian-
bagiannya saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan sumbernya adalah tauhid
yang menjadi inti akidah. Dan akidah itu mengalir syariah dan akhlak Islami. Ketiganya
(akidah, syariah, akhlak), seperti telah disebut di muka mengatur perbuatan dan sikap
seseorang baik di lapangan ibadah maupun di lapangan muamalah.

2.2  Hukum

Jika kita berbicara tentang hukum, secara sederhana segera terlintas dalam
pikiran kita peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkahlaku
manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang
dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya mungkin
berupa hukum yang tidak tertulis seperti hukum adat, mungkin juga berupa hukum
tertulis dalam peraturan perundang-undangan seperti hukum Barat.

Adapun berapa ahli hukum yang memberikan difinisi hukum untuk dijadikan
sebagai pedoman dalam tulisan ini dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut: E
Utrecht dalam bukunya tersebut memberikan definisi hukum sebagai kaidah (normal)
yaitu sebagai berikut: “Sebagai kaidah (normal) hukum dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Hukum adalah himpunan petunjuk hidup-perintah dan larangan- yang mengatur


tata tertib dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan oleh pemerintah atau penguasa masyarakat itu”.

Selanjutnya Van Kan dalam bukunya yang terkenal (Inleiding Tot De


Rechtswensenchap). Juris dari Negeri Belanda ini mendefinisikan hukum sebagai

8
berikut: “Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia dalam masyarakat”.

Untuk memudahkan memahami pengertian hukum, berikut ini akan di


ketengahkan definisi hukum secara sederhana, yaitu: “Seperangkat peraturan tentang
tingkah-laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat; disusun orang-orang yang
diberi wewenang oleh masyarakat itu,; berlaku dan mengikat untuk seluruh
anggotanya”. Di samping itu, ada konsepsi hukum lain, di antaranya adalah konsepsi
hukum Islam. dasar dan kerangka hukumnya di tetapkan oleh Allah, tidak hanya
mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi
juga hubungan-hubungan lainnya, karena manusia yang hidup dalam masyarakat itu
mempunyai berbagai hubungan. Hubungan-hubungan itu,

seperti telah berulang disinggung di muka, adalah hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dan
hubungan manusia dengan benda dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Interaksi
manusia dalam berbagai tata hubungan itu di atur oleh seperangkat ukuran tingkah-
laku yang di dalam bahasa Arab disebut hukm jamaknya ahkam.

2.3 Hukum dan Ahkam

1.     Trial and Error

Salah satu kemungkinan strategi pemecahan masalah adalah trial and error sederhana.
Akan tetapi strategi ini biasanya akan menghabiskan waktu lama sampai kemudian muncul
pemecahan masalahnya. Dengan cara ini banyak masalah dapat pula justru tidak terpecahkan
secara sempurna.

Untuk memecahkan masalah-masalah yang sulit, perlu untuk memiliki beberapa strategi
selain trial and error. Strategi yang ada seharusnya dijadikan pijakan pada pengkategorian dan
penggambaran yang akurat dari suatu masalah. Tetapi hal ini juga harus melalui perhitungan batas
ingatan jangka pendek. Kita harus dapat menyelamatkan informasi dan pekerjaan kita tanpa harus
dibatasi oleh ruang kerja yang terlalu sumpek dengan ingatan jangka pendek. Dengan cara ini kita
akan dapat menggunakan strategi lain selain trial and error.

2.     Informational Retrieval

Dalam beberapa kasus, pemecahan terhadap suatu masalah dapat menjadi sederhana
seperti mengingat kembali informasi (Informational Retrieval) dari ingatan jangka panjang.
Informational Retrieval adalah suatu pilihan penting ketika suatu pemecahan masalah harus
ditemukan dengan cepat. Sebagai contoh seorang pilot dapat mengingat dengan cepat yang
dibutuhkan untuk menerbangkan maupun mendaratkan pesawat. Ketika seorang pilot
membutuhkan informasi, maka ia tidak punya cukup waktu untuk duduk dan menghitung jawaban
benar karena waktu adalah hal yang esensial. Oleh karena itu ia gunakan ingatan jangka panjang
untuk suatu jawaban segera. Cara ygn digunakan inilah merupakan suatu informational retrieval.

3.     Algoritma

9
Algoritma adalah metode pemecahan masalah yang menjamin suatu pemecahan
masalah jika tersedia kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkannya. Sebagai contohnya
adalah algoritma untuk memecahkan anagram, yaitu suatu kelompok huruf-huruf yang dapat
diatur kembali menjadi suatu bentuk suatu kata. Katakanlah kita diberi huruf a, l, dan t.  Lalu kita
coba alt, atl, lta, tla, tal, dan akhirnya kita temukan lat (terlambat) sehingga masalahnya
terpecahkan. Contoh lain adalah untuk memindahkan suhu Fahrenheit ke Celcius maka kita dapat
menggunakan rumus = 5/9 x (F-32). Formula ini sebagaimana halnya formula yang lain merupakan
suatu algoritma.

4.     Heuristic

Heuristic adalah suatu hukum yang terutama membantu kita untuk


menyederhanakan masalah. Metode ini meski tidak menjamin suatu pemecahan masalah, tetapi
akan mencoba atau berusaha untuk mencapainya. Suatu metode heuristic mungkin hanya dapat
bekerja dengan baik untuk situasi tertentu, sementara metode yang lain mungkin hanya
digunakan untuk tujuan-tujuan khusus. Akan tetapi metode heuristic secara umum dapat
digunakan untuk masalah-masalah manusia yang lebih luas.

2.4  PROSES PEMECAHAN MASALAH

1.     Penafsiran Masalah : Disebut juga dengan mendefinisikan masalah  dengan cara berpikir 
kreatif.

2.     Strategi Pemecahan Masalah : Membuat seleksi terhadap strategi pemecahan masalah yang


terbaik.

2.5 LANGKAH – LANGKAH PROSES BERFIKIR

Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :

1. Pembentukan Pengertian
    Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan,
sebagai berikut:

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur -
unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia
dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :

 Manusia Indonesia, ciri - cirinya :


* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya

10
 Manusia Eropa, ciri - cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya

 Manusia Negro, ciri - cirinya:


* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya

 Manusia Cina, ciri - cirinya:


* Mahluk Hidup
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
Dan manusia yang lain - lainnya lagi.

b. Membanding - bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana
yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan
mana yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri
yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.

2.Pembentukan Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau
subyek dan sebutan atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Pendapat positif, yaitu
pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan
sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas
menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si
Ani Malas dan sebagainya.c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang
menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ;
misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan


Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu

a. Keputusan induktif

11
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum.
Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan
memuai (Umum)

b. Keputusan Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan
keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah
logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia
terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.

c. Keputusan Analogis
Keputusan Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau
menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok anak pandai,
naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan kami diatas, dapat kami simpulkan bahwa berfikir adalah proses
tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna an pemahaman terhadap
sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau penyelesaian masalah.

12
          Pemecahan masalah adalah tindakan memberi respon terhadap masalah untuk
menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang.  Macam – macam berfikir tebagi
menjadi dua yaitu berfikr asosiatif dan berfikir terarah. Langkah – langkah proses berfikir
yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan atau
pembentukan keputusan. Ada dua strategi dalam pemecahan masalah yaitu strategi
menyeluruh dan strategi detailistis. Selain itu ada beberapa strategi pemecahan masalah
yang sering digunakan yaitu Trial  and error, Informational Retrieval,Algoritma, dan
Heuristic. Proses pemecahan masalah jaga terbagi menjadi 2 yaitu penafsiran masalah dan
strategi pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.psb-psma.org/content/blog/proses-berfikir

https://www.tugaskuliah.info/2009/06/makalah-psikologi-umum-berfikir-danhtml

https://www.psikologizone.com/pengertian-ilmu-psikologi/0651110

13
14

Anda mungkin juga menyukai