Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GLAUKOMA

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. ENY ERLINDA W, M.Kep.,Sp.Kep.MB

DISUSUN OLEH :

FITHRIAH RAMADHANI

191440110

PRODI D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


1. DEFINISI GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata (Sidarta Ilyas, 2000). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang
ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (Long Barbara, 1996). Glaukoma adalah
suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan
pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra,
2009).
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan
(Sidarta Ilyas, 2004). Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),
bahwa Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan
intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil
syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan.
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi. Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala
peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang
permanen. (Mansjoer, Arif : 2001).

2. ETIOLOGI GLAUKOMA
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi
keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan. Peningkatan
tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian
belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel
sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik
buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu
diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa
menyebabkan kebutaan.
3. KLASIFIKASI GLAUKOMA
1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua
mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan
lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan
iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola
mata, yang menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari dalam
mata . Misalnya glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa,
katarak instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap
kelainan mata sistemik jarang (0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran
mata (bulfamos), lakrimasi.
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan
total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma
absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta
ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar,
alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak
berfungsi dan memberikan rasa sakit. (Sidarta Ilyas, 2003).

Berdasarkan lamanya glaukoma dibedakan menjadi :


1. Glaukoma akut
Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak
sangat tinggi.
2. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

4. TANDA GEJALA / MANIFESTASI KLINIS


1) Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
 Kerusakan visus yang serius
 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
 Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
 Pandangan kabur
 Sakit kepala
 Mual, muntah
 Kedinginan
 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat
 sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan
 lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
2) Glaukoma sekunder
 Pembesaran bola mata
 Gangguan lapang pandang
 Nyeri didalam mata
 Glaukoma kongential
 Gangguan penglihatan

5. PATOFISIOLOGI
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos
humor dari mata. TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi
didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh
peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera
occuli anterior (COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama.
Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai
dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf optic
serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan,
glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya
titik buta pada lapang pandang.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa,
mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi
pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat
dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan
siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah
tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau
jalan optik.
2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai mencurigakan
apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg.
(normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas,
2004) : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu
memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan
oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi : Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
8. PENATALAKSANAAN
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama dengan
mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh).
a. Obat Sistemik
 Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang akan
mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%,
menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi
hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh
parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
 Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah
glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat
ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif
lagi.
b. Obat Tetes Mata Lokal
 Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan
TIO.
 Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
2) Terapi Bedah
a. Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan
depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya
dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50%
atau gagal dengan iridektomi.
9. PATHWAY

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid Jangka Panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi Peningkatan tekanan


Jaringan Trabekuler Vitreus
Trabekuler

Hambatan Pengaliran Pergerakan iris kedepan


Cairan Humor Aqueous

Nyeri TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Tindakan operasi
Gangguan saraf optik

Gangguan
persepsi Kurang
Perubahan pegelihatan Ansietas pengetahuan
sensori
perifer
pengelihatan

Kebutaan
10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Mengkaji data identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi dan
diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri
hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah
terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau
horisontal memiliki penyakit yang serupa.

3. Pemeriksaan Data Dasar


a. Pola Aktivitas/Latihan
 Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
 Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gordon)
 Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
 Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau
keluarganya (perhatikan respon verbal dan non verbal klien)
 Kaji kekuatan tonus otot
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari.
Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya
matahari

b. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan


 Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.
 Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat
stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

c. Pola Nutrisi dan Metabolisme


 Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
 Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
 Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka (cepat / lambat)
 Bagaimana nafsu makan klien
 Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan
nafsu makan
 Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir Biasanya
pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual muntah

d. Pola Eliminasi
 Kaji kebiasaan defekasi
 Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
 Kaji kebiasaan miksi
 Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi
 Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).

e. Pola Istirahat Tidur


 Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
 Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
 Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien
sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga
pola tidur klien tidak normal.

f. Pola Kognitif Persepsi


 Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
persepsi nyeri, bahasa dan memori
 Status mental
Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
 Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
 Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
 Pendengaran : DBN / tidak
 Peglihatan :DBN / tidak
 Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
 Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi
nyeri saat nyeri terjadi
 Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
 Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan.
 Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.

g. Pola Persepsi Konsep Diri


 Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
 Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
 Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien
sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.
 Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri
karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak
 PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan
pada persepsi dan konsep diri.
h. Pola Peran Hubungan
 Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
 Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
 Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu
dll
 Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
 Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
 Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social Klien dengan
glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan
 dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan
klien malu berhubungan de ngan orang lain.
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya

i. Pola Koping dan Toleransi Stress


 Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
system pendukung
 Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
bulan terakhir
 Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada
keluarga / orang lain
 Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
 Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
 Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien
mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

j. Pola Reproduksi dan Seksualitas


 Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
 Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
 Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan
penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat
melakukan hubungan intim
 Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan
terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka
yang mengalami penyakit mata.

k. Pola Keyakinan Nilai


 Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam
hidup
 Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
 Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting
dalam hidup
 Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah
seharihari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan
mengganggu ibadahnya.

Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan
lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor
keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap
cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami
peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan
pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut
ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal
sudutnya sempit.

B. Diagnosa Keperawatan
a) Pre Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
2) Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut
saraf oleh karena peningkatan TIO.
3) Cemas berhubungan dengan Penurunan ketajaman penglihatan, Kurang
pengetahuan tentang prosedur pembedahan
4) Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang
b) Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi
2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1 Gangguan rasa Tujuan : 1) Kaji tingkat nyeri. 1) Memudahkan tingkat
nyaman (nyeri) Nyeri hilang atau 2) Pantau derajat nyeri nyeri untuk intervensi
berhubungan berkurang dalam mata setiap 30 mentit selanjutnya.
dengan waktu 1x24 jam. selama masa akut. 2) Untuk
peningkatan Kriteria hasil: 3) Siapkan pasien untuk mengidentifikasi
TIO  Klien dapat pembedahan sesuai kemajuan atau
mengidentifikasi peranan. penyimpanan dari
penyebab nyeri. 4) Pertahankan tirai baring hasil yang
 Klien ketat pada posisi semi diharapkan.
menyebutkan fowler. 3) Setelah TIO pada
faktor-faktor yang 5) Berikan lingkungan glaukoma sudut
dapat gelap dan terang. terbuka, pembedahan
meningkatkan 6) Berikan analgesic yang harus segera
nyeri. diresepkan peran dan dilakukan secara
 Klien mampu evaluasi efektifitasnya permanent
melakukan menghilangkan blok
tindakan untuk pupil.
mengurangi nyeri. 4) Pada tekanan mata
sudut ditingkatkan
bila sudut datar.
5) stress dan sinar
menimbulkan TIO yang
mencetuskan nyeri.
6) untuk mengontrol nyeri,
nyeri berat menentukan
menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
2 Penurunan Tujuan : 1) Kaji dan catat 1) Menentukan
persepsi Peningkatan ketajaman kemampuan visual.
sensori visual / persepsi sensori penglihatan 2) Memberikan
penglihatan dapat berkurang 2) Kaji tingkat keakuratan terhadap
berhubungan dalam waktu 1 x 24 deskripsi penglihatan dan
dengan serabut jam. fugnsional perawatan.
saraf oleh Kriteria hasil : terhadap 3) Meningkatkan self
karena  Klien dapat penglihatan dan care dan mengurangi
peningkatan meneteskan obat perwatan ketergantungan.
tekanan intra mata dengan 3) Sesuaikan 4) Meningkatkan
okuler. benar lingkungan dengan rangsangan pada
 Kooperatif kemampuan waktu kemampuan
dalam tindakan penglihatan. penglihatabn
 Menyadari 4) Kaji jumlah dan menurun.
hilangnya tipe rangsangan 5) Mengetahui kondisi
pengelihatan yang dapat dan perkembangan
secara permanen diterima Klien. klien secara dini.

 Tidak terjadi 5) Observasi TTV. 6) Untuk mempercepat

penurunan visus 6) Kolaborasi dengan proses penyembuhan

lebih lanjut tim medis dalam


pemberian terapi.

3 Cemas Tujuan : 1) Hati-hati 1) Jika klien belum siap


berhubungan Cemas klien dapat penyampaian akan menambah
dengan berkurang dlam hilangnya kecemasan.
penurunan waktu 1 x 24 jam penglihtan secara 2) Mengekspresikan
penglihatan, Kriteria Hasil : permanen. perasaan membantu
kurang  Berkurangnya 2) Berikan Klien
pengetahuan perasaan gugup kesempatan klien mengidentifikasi
tentang  Posisi tubuh mengekspresikan sumber cemas.
pembedahan rileks tentang kondisinya. 3) Rileks dapat
 Mengungkapkan 3) Pertahankan menurunkan cemas.
pemahaman kondisi yang rileks. 4) Untuk mengetahui
tentang rencana 4) Observasi TTV. TTV dan per-
tindakan 5) Siapkan bel kembangannya.
ditempat tidur dan 5) Dengan memberikan
instruksi Klien perhatian akan
memberikan tanda menambah
bila mohon kepercayaan klien.
bantuan. 6) Diharapkan dapat
6) Kolaborasi dengan mempercepat proses
tim medis dalam penyembuhan
pemberian terapi
4 Gangguan rasa Nyeri berkurang, 1) Kaji derajat nyeri 1) Normalnya, nyeri
nyaman (nyeri) hilang, dan setiap hari. terjadi dalam waktu
berhubungan terkontrol. 2) Anjurkan untuk kurang dari 5 hari
dengan post Kriteria hasil : melaporkan setelah operasi dan
tuberkulectomi perkembangan berangsur
 Klien
iriodektomi. nyeri setiap hari menghilang. Nyeri
mendemonstrasi-
atau segera saat dapat meningkat
kan teknik
terjadi peningkatan sebab peningkatan
penurunan nyeri
nyeri mendadak. TIO 2-3 hari pasca
 Klien melaporkan
3) Anjurkan pada operasi. Nyeri
nyeri berkurang
klien untuk tidak mendadak
atau hilang.
melakukan gerakan menunjukan
tiba-tiba yang peningkatan TIO
dapat memicu masif.
nyeri. 2) Meningkatkan
4) Ajarkan teknik kolaborasi ,
distraksi dan memberikan rasa
relaksasi. aman untuk
5) Lakukan tindakan peningkatan
kolaboratif dalam dukungan psikologis.
pemberian 3) Beberapa kegiatan
analgesik topikal/ klien dapat
sistemik. meningkatkan nyeri
seperti gerakan tiba-
tiba, membungkuk,
mengucek mata,
batuk, dan mengejan.
4) Mengurangi
ketegangan,
mengurangi nyeri.
5) Mengurangi nyeri
dengan meningkatan
ambang nyeri.
5 Resiko infeksi Tujuan : 1) Diskusikan tentang 1) Meningkatkan
berhubungan Tidak terjadi cedera rasa sakit, kerjasama dan
dengan luka mata pascaoperasi pembatasan pembatasan yang
insisi operasi Kriteria Hasil : aktifitas dan diperlukan.
 Klien pembalutan mata. 2) Istirahat mutlak
menyebutkan 2) Tempatkan klien diberikan 12-24 jam
faktor yang pada tempat tidur pasca operasi.
menyebabkan yang lebih rendah 3) Mencegah/
cedera. dan anjurkan untuk menurunkan risiko
 Klien tidak membatasi komplikasi cedera.
melakukan pergerakan 4) Tindakan yang dapat
aktivitas yang mendadak/ tiba- meningkatkan TIO
meningkatkan tiba serta dan menimbulkan
resiko cedera menggerakkan kerusakan struktur
kepala berlebih. mata pasca operasi
3) Bantu aktifitas antara lain:
selama fase  Mengejan
istirahat. Ambulasi (valsalva
dilakukan dengan maneuver)
hati-hati.  Menggerakan
4) Ajarkan klien kepala mendadak
untuk menghindari  Membungkuk
tindakan yang terlalu lama 
dapat  Batuk
menyebabkan 5) Berbagai kondisi
cedera. seperti luka menonjol,
5) Amati kondisi mata bilik mata depan
: luka menonjol, menonjol, nyeri
bilik mata depan mendadak, hiperemia,
menonjol, nyeri serta hipopion
mendadak, nyeri mungkin menunjukan
yang tidak cedera mata pasca
berkurang dengan operasi.
pengobatan, mual
dan muntah.
Dilakukan setiap 6
jam pasca operasi
atau seperlunya.

D. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencan aasuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan
yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi (Tarwoto dan Wartonah, 2003).
Adapun prinsip-prinsip dalam implementasi menurut Hidayat, 2007 antara lain :
1. Mempertahankan keamanan klien
Keamanan adalah fokus utama perawat dalam melakukan suatu tindakan. Dalam
hal ini, jika seorang perawat dalam melakukan suatu tindakan membahayakan
pasien maka hal tersebut akan dianggap sebagai pelanggaran etika standar
keperawatan profesional, tetapi itu juga merupakan tindakan hukum yang dapat
menuntut perawat tersebut.
2. Memberikan asuhan yang efektif
Asuhan yang efektif merupakan asuhan yang harus sesuai dengan apa yang
dilakukan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seorang perawat maka
akan semakin efektif asuhan yang diberikan kepada pasien.
3. Memberikan asuhan seefisien mungkin
Asuhan yang efisien merupakan asuhan yang diberikan perawat menggunakan
waktu yang sebaik mungkin sehingga dapat menyelesaikan masalah.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan yang intelektual dalam melengkapi sebuah proses
keperawatan yang menandakan dalam keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Dalam tahap evaluasi memungkinkan bagi
seorang perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama pengkajian, analisis,
perencanaan dan implementasi evaluasi (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2007. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Ilyas S, Tansil M and Salamun ZA. 2000. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI

Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai