Anda di halaman 1dari 12

BIOSCIENTIAE

Volume 9, Nomor 1, Januari 2012, Halaman 8-19


http://www.unlam.ac.id/bioscientiae
KANDUNGAN KIMIA DAN SIFAT SERAT
ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) SEBAGAI GAMBARAN
BAHAN BAKU PULP DAN KERTAS

Budi Sutiya1, Wiwin Tyas Istikowati1, Adi Rahmadi1, Sunardi2


1
Jurusan Teknologi Hasil Hutan , Universitas Lambung Mangkurat
2
Program Studi Kimia, FMIPA,Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani km. 35,8 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

ABSTRACT

Imperata grassland can be found in South Kalimantan in great amount and is known as
a nuisance weed plants. The research is conducted to find out reed’s chemical content and its
properties to know the description of the nature of the fiber as raw material for pulp and
paper. The result of the research shows the water content of Imperata grassland is 97.76%,
extractive content is 8.09%, the lignin content is 31.29%; 59.62% of holocellulose, 40.22%
of alphacellulose, and 18.40% of pentosan. The second phase of the study of Imperata
grassland fiber anatomy have been completed with the results of the fiber diameter is equal to
20 μm; 8.75 μm of lumen diameter, cell wall thickness is 5.65 μm and fiber length is 2.19
mm mm. Value of the derivative dimension of the Imperata grassland fiber obtained as
follows: runkel ratio is 1.29; 42.24 (%) of mulstep number, power loom is 109.37, the value
of flexibility is 0.44 and stiffness coefficient is 0.28.

Key words: Imperata grassland, Chemical Wood, pulp and paper.


kebutuhan akan kayu tetap tinggi untuk
PENDAHULUAN
berbagai kebutuhan misalnya bahan
Luas areal hutan di Provinsi
bangunan, furnitur, kayu lapis,
Kalimantan Selatan pada tahun 2007
moulding, pulp dan kertas sehingga
adalah 1.659.003 ha termasuk
perlu dilakukan penghematan
didalamnya; hutan lindung, hutan alam,
pemakaian kayu untuk mengurangi
hutan produksi tetap, hutan produksi
kerusakan hutan. Salah satunya dengan
terbatas, hutan konversi dan hutan
mencari subtitusi bahan baku yang
bakau. Luas lahan kritis di Kalimantan
diperlukan dalam penggunaan kayu
Selatan adalah sebesar 500.077 ha atau
antara lain dalam industri pulp dan
sekitar 30,14 persen sehingga perlu
kertas.
adanya rehabilitasi lahan dengan serius
Jenis Bahan baku pulp yang
(Anonim, 2007). Di sisi lain
dikehendaki sebagai bahan baku pulp
BIOSCIENTIAE. 2012

dan kertas adalah yang sifat fisik tinggi jika diolah menjadi lembaran
maupun kimianya seseragam mungkin, pulp atau kertas yang bermanfaat.
serta dapat secara kontinyu tersedia METODE PENELITIAN
dalam jumlah yang cukup. Di Penelitian dilakukan dengan
Indonesia bahan baku pulp ini didapat metode eksperimen dan dilaksanakan
dari kayu (kayu daun lebar maupun di Laboratorium Kimia Kayu Fakultas
kayu daun jarum), bambu, bagasse, Kehutanan UNLAM.
alang-alang serta residu hasil pertanian
dan perkebunan seperti merang, jerami, 1. Persiapan Bahan Baku
batang semu pisang (Anonim, 1995). Alang-alang dibersihkan daunnya
Luas lahan alang-alang di dan dibuat serpih dengan ukuran
Kalimantan Selatan mencapai 525.000 panjang 3 cm untuk analisis sifat
ha yang sebagian besar berada di serat dan untuk analisis komponen
kabupaten Takisung, Tanah Bumbu kimia, serpih dibuat serbuk
dan Tanah Laut yang pada dasarnya berukuran lolos di saringan 40
merupakan lahan kritis dan tidak mesh dan tertahan di sarinagn 60
dimanfaatkan untuk kegiatan produksi mesh.
(Mulyani, 2005). Sampai saat ini, 2. Analisis Sifat Kimia Kayu
pemanfaatan alang-alang masih sangat a. Kadar Ekstraktif larut
terbatas, meskipun alang-alang bisa Etanol-Toluena
dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp Analisis zat ekstraktif larut
dan kertas sebagai alternatif atau etanol-toluena dilakukan dengan
subtitusi bahan baku kayu. Dengan menggunakan standar ASTM D
memanfaatkan alang-alang sebagai 1107 – 96, dengan mengekstraksi
bahan baku pulp dan kertas maka serbuk kayu dengan etanol toluena
penggunaan kayu akan berkurang selama 4-6 jam. Kadar ekstraktif
sehingga kerusakan hutan pun dapat larut dalam etanol-toluena dihitung
ditekan. Selain itu alang-alang yang dengan rumus :
semula hanya dianggap sebagai gulma
bisa memberikan nilai ekonomis yang

9
BIOSCIENTIAE. 2012

Kadar ekstraktif (%) = Keterangan :


[( Bkt ) x(1  Ka)] Bkt α = berat kering tanur α-
1- x 100% selulosa
Bb
Bb = berat serbuk awal
holoselulosa (g)
Keterangan : KaSBE = kadar air serbuk
Bkt = berat kering tanur setelah selulosa
ekstraksi d. Penentuan Kadar Pentosan
Bb = berat serbuk awal (2 g)
Ka = kadar air sebelum ekstraksi Penentuan kadar
pentosan dilakukan dengan
b. Penentuan Kadar Holoselulosa
standar ASTM 1105-56
Analisis kandungan
Kadar pentosan dihitung dengan
holoselulosa menggunakan standar
rumus berikut :
ASTM D 1104-56. Kadar
Kadar pentosan (%) =
holoselulosa dinyatakan dalam
Bktx(1  Ka )
persen berat kayu kering tanur. x100%
Bb
Kadar Holoselulose (%) = Keterangan :
Bkt = berat kering tanur pentosan
Bkthx(1  KaSBE ) Bb = berat serbuk awal
x100% holoselulosa kering tanur
Bb
(g)
Ka = kadar air serbuk
Keterangan : holoselulosa SBE
Bkt h = berat kering tanur e. Penentuan Kadar Lignin
holoselulosa
Bb = Berat basah Analisis kadar lignin
Ka SBE = Kadar air sebelum ekstraksi
menggunakan standar ASTM D
c. Penentuan Kadar α- Selulosa 1106-56.
Analisis kandungan α- Kadar lignin dihitung dengan
selulosa dalam kayu dilakukan rumus sebagai berikut :
dengan menggunakan standar Kadar lignin =
ASTM D 1103-60 . Penghitungan BktLx (1  KaSBE )
x100%
Bb
berat α- selulosa sebagai persen Dimana :
Bkt L = berat kering tanur lignin
dari berat kering tanur.
Bb = berat serbuk awal bebas
Kadar α-selulosa (%) = ekstraktif
Ka SBE = kadar air serbuk bebas
Bktx(1  Ka) ekstraktif.
x100%
bb

10
BIOSCIENTIAE. 2012

f. Penentuan Kelarutan dalam pengukuran awal 100 serat yang


NaOH 1 % dihitung menggunakan rumus :
Penentuan kelarutan 4S 2
N= dimana
dalam NaOH dilakukan dengan L2
menggunakan standar ASTM
( fixi ) 2
1109 – 56. Kadar kelarutan  fixi 2

S2 = n
NaOH 1% dihitung n 1
menggunakan rumus :
 fixi 2
L= x 0,05
Kelarutan NaOH (%) = n
W1W 2
x100% Dimana :
W1
N = jumlah serat yang akan
Dimana : diukur
W1 = berat serbuk awal dalam n = jumlah 100 serat pengukuran
kondisi kering tanur (g) awal
W2 = berat serbuk kering tanur S = standar deviasi
(g) L = nilai rerata panjang serat
3. Pengukuran Dimensi Serat fi = frekwensi serat
xi = panjang serat
Struktur anatomi yang diukur
Pengukuran dimensi serat dan
dalam penelitian ini adalah dimensi
lebar lumen dilakukan langsung pada
serat yang meliputi panjang serat,
tiga tempat dalam arah panjang serat
diameter serat, diameter lumen, tebal
yaitu tengah dan kedua ujungnya.
dinding sel dan menghitung nilai
Untuk tebal dinding sel pengukuran
turunan dimensi seratnya yaitu
dilakukan dengan menghitung selisih
bilangan runkel, bilangan muhlstep,
rata-rata diameter serat dan diameter
daya tenun, nilai fleksibilitas dan
lumen dengan menggunakan rumus :
koefisien kekakuan.
a.Maserasi dan Pengukuran Dimensi d l
W=
2
Serat
Dimana :
Jumlah serat yang harus diukur
W = tebal dinding sel
pada masing-masing contoh uji d = diameter serat
ditentukan berdasarkan hasil l = lebar lumen

11
BIOSCIENTIAE. 2012

b. Nilai Turunan Dimensi Serat d = diameter serat


l = lebar lumen
Perhitungan nilai turunan dimensi
w = tebal dinding sel
serat dilakukan dengan
menggunakan rumus :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bilangan Runkel
2W Kandungan kimia alang-alang
=
l diperoleh dengan menyerbukkan alang-
Bilangan
alang dan menyaringnya dengan
d2 l2
Mulstep(%) = x100% saringan 40 mesh dan 60 mesh. Serbuk
l2
Daya Tenun yang dipakai sebagai sampel analisis
L
= adalah yang serbuk yang lolos saringan
d
Nilai Fleksibilitas 40 mesh tetapi tertahan di saringan 60
l mesh. Data yang diperoleh dari
=
d
Koefisien Kekakuan pengukuran kandungan kimia alang-
w alang adalah sebagai berikut :
=
d
Dimana :
L = panjang serat

Tabel 1. Kandungan kimia alang-alang


Kandungan Kimia Alang-Alang Persentase (%)
Kadar Air 93,76
Ekstraktif 8,09
Lignin 31,29
Holoselulosa 59,62
Alfa Selulosa 40,22
Pentosan/Hemiselulosa 18,40

Kadar air alang-alang sebesar 93,76 jumlah air akan menyebabkan


%. Besar kadar air ditentukan berdasarkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga
lokasi tumbuh dan keadaan lingkungan. menganggu penyerapan unsur hara oleh
Kadar air tumbuhan, lebih tinggi di tempat akar tumbuhan. Moenandir (1993)
basah/lembab dibandingkan di tempat menambahkan bahwa kadar air dalam
kering. Menurut Santosa (1995) rendahnya tumbuhan hendaknya dalam keadaan

12
BIOSCIENTIAE. 2012

seimbang, karena selain diperlukan oleh atau penumpulan alat-alat yang


tumbuhan, air juga berperan sebagai digunakan dan adanya bercak-bercak
pengangkut unsur hara dan pelarut zat-zat pada kertas (Sutopo, 2005).
yang diperlukan oleh tumbuhan. Kadar air Dalam pengolahan pulp, lignin
alang-alang relatif tinggi akan tetapi kadar sangat berpengaruh terhadap warna
air bukan merupakan faktor utama dalam pulp, menyukarkan penggilingan dan
penentuan kualitas bahan baku industri pulp menghasilkan lembaran yang
dan kertas (Junidi dan Yunus, 2009). Kadar berkekuatan rendah (Siagian dkk.,
air di sini untuk memprediksi penggunaan 2003). Lignin berfungsi sebagai perekat
bahan kimia untuk pulp dan kertas. untuk mengikat sel-sel secara bersama-
Zat ekstraktif atau komponen sama. Dalam dinding sel, lignin sangat
luar bukan merupakan bagian integral erat hubungannya dengan selulosa dan
dari dinding sel, tetapi diendapkan di berfungsi untuk memberikan ketegaran
dalam rongga-rongga mikro dalam pada sel. Lignin juga berpengaruh dalam
dinding sel. Oleh karena itu komponen- memperkecil perubahan dimensi
komponen ini mudah dipisahkan dari sehubungan dengan perubahan
dinding sel dengan pelarut yang sesuai kandungan air, lignin juga mempertinggi
tanpa menimbulkan perubahan pada sifat racun kayu yang membuat kayu
susunan kimia kayu maupun struktur tahan terhadap serangan cendawan dan
fisik dinding selnya (Junaidi dan serangga (Haygreen dan Bowyeer, 1989).
Yunus, 2009). Kadar ekstraktif Lignin dapat diisolasi dari dari
alkohol benzene yang didapatkan pada serbuk bebas ekstraktif sebagai sisa yang
batang alang-alang sebesar 8,09% yang tidak terlarut setelah penghilangan
termasuk kategori kelas tinggi (>5). polisakarida dengan hidrolisis. Secara
Kadar ekstraktif pada tumbuhan kuantitatif, lignin dapat dihidrolisis dan
berkisar 1-10% diekstraksi dari kayu atau diubah menjadi
(Prawirohatmodjo,1997). Kadar turunan yang mudah larut (Casey, 1980;
ekstraktif yang tinggi akan berpengaruh Achmadi 1990). Besarnya kadar lignin
kurang baik pada industri pulp umumnya berbanding terbalik dengan
dikarenakan akan menimbulkan pitch besarnya kadar selulosa artinya semakin

13
BIOSCIENTIAE. 2012

tinggi kadar ligninnya maka semakin kadar holoselulosa yang tinggi, karena
rendah kadar selulosanya. Dalam industri akan memberikan kekuatan yang baik.
pulp dan kertas, lignin adalah komponen Kadar holoselulosa alang-alang sebesar
yang harus dihilangkan agar sel-sel kayu 59,62%, sedikit lebih rendah
dapat terurai (Junaidi dan Yunus, 2009). dibandingkan dengan kayu dengan
Hasil yang diperoleh, penentuan analisis kisaran 60-80%. Akan tetapi jika
lignin alang-alang sebesar 31,29%. Nilai dilihat, alang-alang merupakan bahan
kandungan lignin didapatkan sebesar bukan kayu sehingga sangatlah wajar
31,29% termasuk kategori kelas sedang jika nilai kandungan holoselulosa
jika dibandingkan dengan kandungan dibawah kandungan holoselulosa kayu
kimia pada kayu jarum berkisar yaitu tetapi tidak jauh sehingga masih
berkisar 25-35% memungkinkan untuk digunakan
(Prawirohatmodjo,1997). Hal ini sebagai bahan baku pulp dan kertas.
menunjukkan bahwa ditinjau dari segi Alfa selulosa merupakan
kandungan ligninnya, alang-alang akan selulosa murni, sangat penting dalam
memerlukan bahan kimia pemasak yang industri pulp dan kertas karena derajat
sedang dalam industri pulp dan kertas. polimerisasinya yang panjang.
Kandungan lignin yang tinggi akan Kandungan selulosa di bawah 40%
menghasilkan mutu/kualitas pulp dan kurang baik untuk digunakan sebagai
kertas yang kurang baik. Karena lignin bahan baku pembuatan pulp dan kertas.
yang tinggi akan mempertinggi Kandungan selulosa di atas 40%
pemakaian bahan kimia sehingga tidak memberikan gambaran positif sebagai
efisien dan memberikan sifat kaku pada bahan baku untuk pulp dan kertas
produk pulp. dengan baik (Kasmudjo,1982). Dari
Kadar holoselulosa dalam kayu hasil yang diperoleh, penentuan
menyatakan jumlah senyawa analisis selulosa alang-alang sebesar
karbohidrat atau polisakarida terdiri 40,22% sehingga masih memenuhi
dari selulosa, hemiselulosa dan pektin syarat untuk digunakan sebagai bahan
(Prawirohatmodjo, 1997). Pada baku pulp dan kertas ditinjau dari kadar
pembuatan pulp dan kertas diperlukan selulosa. Kandungan selulosa dalam

14
BIOSCIENTIAE. 2012

kayu dapat digunakan untuk Hemiselulosa berfungsi sebagai


memperkirakan besarnya rendemen pengikat pada pembuatan pulp dan
pulp yang dihasilkan dalam proses kertas sehingga semakin tinggi
pulping, dimana semakin besar kadar kandungan hemiselulosa akan semakin
selulosa dalam kayu maka semakin baik kualitas pulp dan kertasnya.
besar pula rendemen pulp yang 5.2. Dimensi Serat dan Nilai
dihasilkan (Casey, 1980).
Turunannya
Untuk memproduksi pulp,
Pengukuran dimensi serat
kadar hemiselulosa bahan baku akan
meliputi panjang serat,diameter serat,
mempengaruhi rendemen pulp dan sifat
diameter lumen dan tebal dinding sel.
fisik lembaran yang dihasilkan. Dalam
Data awal diperoleh dari pengukuran
penelitian ini penetapan kandungan
100 serat dan dicari jumlah yang
hemiselulosa ditetapkan melalui
diperlukan dengan rumus yang telah
penetapan kadar pentosan, karena
dikemukakan alam metode dan
merupakan bagian dari hemiselulosa
diperlukan jumlah serat sebanyak 8
kayu. Kadar hemiselulosa alang-alang
serat. Data dimensi serat (Tabel 2)
sebesar 18,40% yang termasuk tinggi
serat alang-alang termasuk serat
dalam kisaran hemi selulosa tumbuhan
panjang yaitu lebih dari mm yang akan
yaitu berkisar 15-19 %
memberikan pengaruh yang baik pada
(Prawirohatmodjo, 1997).
daya tenunnya.
Tabel 2. Dimensi Serat Alang-Alang
Diameter Tebal Dinding
Panjang Serat Diameter Serat
No Lumen Sel
(mm) (μm)
(μm) (μm)
1 2,05 20 5 7,5
2 1,75 25 15 5
3 2,00 20 5 7,5
4 1,90 15 5 5
5 2,50 20 10 5
6 2,38 25 15 5
7 2,43 15 5 5
8 2,50 20 10 5

Total 17,51 160 70 45


Rerata 2,19 20 8,75 5,625

15
BIOSCIENTIAE. 2012

Nilai turunan dimensi serat diperoleh berdasar dimensi seratnya dan diperoleh
nilai turunan dimensi serat yang ditampilkan pada Tabel.3
Tabel 3. Nilai turunan dimensi serat

Sampel Bilangan Bilangan Nilai Koefisien


Daya Tenun
Alang-Alang Runkel Mulstep (%) Fleksibilitas Kekakuan
1,29 42,24 109,37 0,44 0,28

Tabel 4. Persyaratan dan nilai serat kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas (Vademenkum
Kehutanan)
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Syarat Nilai Syarat Nilai Syarat Nilai Syarat Nilai
Panjang 2,2 100 1,6-2,2 75 0,9-1,6 50 <0,9 25
Serat(mm) <0,25 100 0,25-0,5 75 0,5-1 50 >1,00 25
Bil. Runkel <30 100 30-60 75 60-80 50 >80 25
Bil.Mulstep (%) >90 100 70-90 75 40-70 50 <40 25
Daya Tenun >0,80 100 0,6-0,8 75 0,4-0,6 50 <0,40 25
Fleksibilitas <0,1 100 0,1-0,15 75 0,15-0,2 50 >0,20 25
Kekakuan

Jumlah 600 450 300 150

Syarat Nilai 451-600 301-450 151-300 150

terutama digunakan untuk menilai


Rerata panjang serat alang- kualitas serat sebagai bahan baku pulp
alang memiliki nilai 2,19 mm yang dan kertas (Prawirohatmodjo, 1993).
tergolong dalam kelas 2 dari Semakin kecil nilai bilangan runkel
persyaratan bahan baku pembuatan menunjukkan dinding sel yang tipis.
pulp dan kertas. Serat panjang akan Bilangan runkel yang didapatkan dari
memberikan pengaruh yang baik pada serat alang-alang masuk dalam kelas 4.
daya tenunnya. Jika serat panjang Hal ini menunjukkan dinding sel yang
maka ikatan antar serat akan kuat dan tebal dan serat dengan dinding sel tebal
tidak mudah lepas. Selain itu kekuatan akan mengalami susah terjadi collapse
lipat dari kertas akan tinggi. dan menjadi pipih sehingga kurang
Bilangan runkel merupakan membantu memberi luasan
perbandingan dari dua kali tebal serat permuakaan yang lebih besar untuk
dengan diameter lumen. Indikator ini ikatan serat. Selain itu permukaan

16
BIOSCIENTIAE. 2012

kertas menjadi lebih kasar jika potensi ikatan antar serat yang tinggi.
dibandingkan dengan serat berdinding Semakin besar perbandingan tersebut
tipis untuk panjang serat yang sama. semakin tinggi kekuatan sobek dan
Hal ini akan berdampak pula pada semakin baik daya tenun serat. Daya
koefisien kekakuan. Kertas yang tenun serat alang-alang sebesar 109,37
terbentuk akan kaku, akan tetapi hal ini yang tergolong daam kelas 1. Hal ini
bisa diatasi dengan dilakukannya menunjukkan kertas alang-alang
penggilingan serat dengan pemipih memiliki ikatan yang kuat karena serat
serat (beater) hingga diperoleh derajat alang-alang tergolong serat yag
giling yang disarankan yaitu 200-300 panjang. Daya tenun yang tinggi akan
ml csf (Canadian Standard Freeness). memberikan pengaruh yang baik pada
Bilangan mulstep merupakan kekuatan lipat tarik dan jebolnya.
perbandingan antara luas penampang Bilangan fleksibilitas
dinding sel terhadap luas penampang merupakan perbandingan antara
lintang sel dalam persen diameter lumen dan diameter serat.
(Anonim,1976). Menurut Marsoem Bilangan fleksibilitas yang tinggi
(2002) bilangan mulstep yang semakin menunjukkan dinding sel yang semakin
rendah menunjukkan kualitas serat tipis. Menurut Marsoem (2002)
yang semakin baik karena dapat ketebalan dinding sel serat tersebut
menghasilkan lembaran kertas yang berhubungan dengan derajat pemipihan
halus, plastis dan kuat. dan kehalusan serat yang dialami pada
Bilangan mulstep untuk serat alang- proses penggilingan (beating). Hasil
alang sebesar 42,24% yang tergolong yang diperoleh dari bilangan
dalam kelas 2 hal ini menunjukkan fleksibilitas alang-alang sebesar 0,44
kertas alang-alang memiliki yang tergolong dalam kelas 3. Kertas
permukaankertas yang agak kasar. yang dihasilkan oleh serat alang-alang
Nilai daya tenun kurang fleksibel.
menunjukkan jumlah ikatan antar serat Koefisien kekakuan serat
yang mungkin terjadi. Semakin tinggi alang-alang memiliki nilai 0,28 yang
daya tenun berarti serat mempunyai tergolong dalam kelas 4. Serat alang-

17
BIOSCIENTIAE. 2012

alang akan menghasilkan kertas yang dengan program Hibah Bersaing 2010.
kaku. Secara keseluruhan nilai turunan Semoga penelitian ini memberikan
dimensi serat sebesar 350 yang banyak manfaat tidak hanya kepada
tergolong dalam kelas 2. Dari sifat- peneliti akan tetapi juga bagi
sifat yang terlihat maka serat dari masyarakat secara luas.
alang-alang memungkinkan untuk DAFTAR PUSTAKA
digunakan sebagai bahan baku pulp Achmadi, S.S. 1990. Kimia Kayu.
Bogor; Departemen
dan kertas.
Pendidikan dan Kebudayaan,
KESIMPULAN Direktorat Pendidikan Tinggi
Pusat Antar Universitas Ilmu
Berdasar nilai kandungan kimia
Hayat IPB. Bogor.
menunjukkan bahwa serat alang-alang Anonim, 1995. Seri Pengembangan
Sumber Daya Nabati Asia
memungkinkan untuk digunakan
Tenggara: Pohon Kehidupan.
sebagai bahan baku pulp dan kertas Badan Pengelola Gedung
Manggala Wanabhakti dan
dilihat dari kandungan selulosanya
Prosea Indonesia, Bogor.
akan tetapi memerlukan perlakuan- Anonim, 2007. Proses Pembititan
Untuk Tanaman. Direktorat
perlakuan khusus terutama dikarenakan
Perbenihan dan Sarana
kandungan lignin dan ekstraktif yang Produksi (
http//ditjenbun.deptan.go.id/w
tinggi. Serat selulosa merupakan serat
eb/benihbun/benih).
panjang dengan dinding sel yang agak ASTM. 2002. Annual Book of Standard
American Society for Testing
tebal sehingga akan menghasilkan
and Material. Race st.
kertas yang memiliki kekuatan yang Philadelphia.
Casey, J.P., 1980. Pulp and Paper,
tinggi. Nilai turunan dimensi serat
Chemistry and Chemical
menunjukkan alang-alang tergolong Technology. Vol I. Pulping
and Bleaching. Second
pada kualitas 2 yang sesuai digunakan
Edition. Intersciece Publiser.
untuk kertas seni dan pengemas Inc New York.
Haygreen, J.G and J.L.Bowyer. 1989.
misalnya untuk dibuat kertas karton
Hasil Hutan dan Ilmu Kayu,
UCAPAN TERIMAKASIH Suatu Pengantar. (Terjemahan
oleh Sutjipto A. Hadikusumo).
Terimakasih diucapkan kepada
Gadjahmada University
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Press).
Junaidi, A.B. dan R. Yunus., 2009.
yang telah mendanai penelitian ini
Kajian Potensi Tumbuhan

18
BIOSCIENTIAE. 2012

Gelam (Melaleuca Cajuput Besar Pulp dan Kertas.


Powel) Untuk Bahan Baku Bandung.
Industri Pulp: Aspek
Kandungan Kimia Kayu.
Jurnal Hutan Tropis
Indonesia. No 28 Hal 284-
291.
Kasmudjo. 1982. Kadar Ekstraktif,
Selulosa dan Lignin
Beberapa Jenis Tanaman
Cepat Tumbuh. Duta Rimba.
Vol VIII No. 51
Marsoem, S.N., 2002. Pulp dan Kertas.
Yayasan Pembina Fakultas
Kehutanan UGM.
Yogyakarta.
Mulyani, A., 2005. Teknologi
Menyulap Lahan Alang-Alang
Menjadi Lahan Pertanian.
Tabloid Sinar Tani,
Yogyakarta.
Moenandir,J. 1993. Persaingan
Tanaman Budidaya dengan
Gulma. Buku III. Grafindo
Persada. Jakarta
Prawirohatmodjo, S., 1977. Kimia
Kayu. Yayasan Pembina
Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Santosa. 1995. Air dan Tanaman. PT.
Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Siagian,R.M., dkk., 2003. Studi
Peranan Fungi Pelapuk Putih
dalam Proses Biodelignifiksi
Kayu Sengon (Paraserianthes
falcataria (L) Nielsen). J.
Ilmu & Teknologi Kayu
Tropis Vol. 1 • No. 1 • 2003
Sixta, H., 2006. Hand Book of Pulp.
Lindenweg 7 4860 Lenzing, Austria.
Sutopo,R.S., 2005. Karakteristik
Industri Pulp, Makalah
Pelatihan Industri Pulp, Balai

19

Anda mungkin juga menyukai