Anda di halaman 1dari 15

Pengalaman Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan

Metode Tim di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Slamet Garut

Iwan Wahyudi 1, Yayang Yusti Sintya 2

Abstrak

Metode pemberian asuhan keperawatan perlu pertimbangan untuk kesesuaian dalam


metode pelaksanaan di institusi pelayanan kesehatan yang didukung oleh beberapa metode.
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan yang dipimpin oleh sekelompok tim
atau penanggung jawab tim, penanggung jawab tim yang memegang pasien sesuai dengan
timnya. Permasalahan peneliti adalah bagaimana pengalaman perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dengan metode tim di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut dengan
pendekatan kualitatif fenomenologi. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan pengalaman
yang lebih mendalam tentang pengalaman perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
dengan metode tim di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut. Teknik pengumpulan data
melalui wawancara mendalam dan observasi pasrtisipatif, dengan tiga informan dipilih
berdasarkan purposive. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara mendalam
dan dianalisis dengan metode Collaizi. Penelitian ini mengidentifikasi ada empat tema yaitu :
1) Ketidakefektifan penggunaan metode tim, 2) Pelaksanaan aktivitas metode tim di ruangan,
3) Kelebihan yang didapat selama menjalankan metode tim di ruangan, 4) Hambatan
pelaksanaan dalam metode tim. Hasil penelitian menunjukkan ketiga informan belum
memahami mengenai pelaksanaan metode tim, sumber daya minim karena jumlah perawat
masih kurang dari kebutuhan ruangan, legalitas penggunaan metode tim yang belum resmi,
belum berjalannya pelaksanaan pre confrence post confrence dan ronde.
Kata kunci : Pengalaman, Perawat, Metode Tim

Abstract

Methods of nursing care nursing services in the field. Methods of nursing care need
consideration for conformity in the method of implementation in health care institutions which
supported by some methods. Team method is the provision of nursing care which is led by a
group the team responsible of team, the person in charge of the team who holdimg the patient
with his team. The researcher's problem is how the experience of nurse’s intervetion with team
method in the patient ward of RSUD dr. slamet garut with qualitative approach to
phenomenology. The purpose of this study is to express the experience which is more profound
about the experience of nurse’s intervetion with team method in the patient ward of RSUD dr.
Slamet Garut. Data collection technique through in-depth interviews and participatory
observation, with three informants selected by purposive. data collected in the from of
recording interviews and analyzed by Collaizi method. This study identified four themes: 1)
Ineffective use of team methods, 2) Implementation of the activities of team methods in the room,
3) Advantages gained during running team methods in the room, 4) Barriers to implementation
in team methods. The results showed that the three informants did not understand the
implementation of the team method, the minimal resources because the number of nurses is still
less than the needs of the room, the legality of the use of unofficial mrthods, not walking
implementation of pre confrence post confrence and round.
Keywords: Experience, Nurse, Team Method

131
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization Metode pemberian asuhan
(WHO), rumah sakit adalah bagian integral keperawatan mempengaruhi perubahan
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dalam bidang keperawatan (Nursalam,
dengan fungsi menyediakan pelayanan 2013). Metode pemberian asuhan
paripurna (komprehensif), penyembuhan keperawatan perlu pertimbangan untuk
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit kesesuian metode pelaksanaan di institusi
(preventif) kepada masyarakat. Rumah pelayanan kesehatan yang di dukung
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi beberapa metode yaitu metode primer,
tenaga kesehatan dan pusat penelitian fungsional, kasus dan tim (Nursalam,
medik. Pelayanan keperawatan merupakan 2014). Penelitian Madonni, dkk (2015)
bagian kualitas mutu pelayanan RS. terdapat hubungan positif antara penerapan
Undang-Undang Keperawatan No. metode tim dengan rencana asuhan
38, 2014 mengatakan bahwa pelayanan keperawatan. Semakin baik penerapan
keperawatan merupakan pelayanan metode tim semakin baik rencana asuhan
profesional sebagai bagian integral dari keperawatan (Mogopa, 2017).
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada Metode tim merupakan pemberian
ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada asuhan keperawatan yang dipimpin oleh
individu, keluarga, kelompok atau sekelompok tim atau penanggung jawab
masyarakat baik sehat maupun sakit. tim, penanggung jawab tim yang
Pelaksanaan layanan keperawatan memegang pasien sesuai dengan timnya.
merupakan fungsi dan manajemen Pelaksanaan metode tim dalam memberikan
keperawatan yang dilaksanakan secara asuhan keperawatan dibagi menjadi 2-3
efektif serta efisien. tim/group yang terdiri dari perawat
Manajemen pelayanan keperawatan profesional, teknikal, dan pembantu dalam
didukung oleh pengorganisasian asuhan satu tim kecil yang saling membantu.
keperawatan melalui metode pemberian Metode ini didasarkan pada keyakinan
asuhan keperawatan sebagai bagian dari bahwa setiap anggota kelompok
fungsi pengorganisasian. Adapun mempunyai kontribusi dalam
komponen fungsi pengorganisasian berupa merencanakan dan memberikan asuhan
struktur organisasi, pengelompokan keperawatan sehingga timbul motivasi dan
aktivitas, bekerja dalam organisasi dengan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
memahami kekuatan serta otoritas dan (Tussaleha, 2014).
metode pemberian asuhan keperawatan Berdasarkan hasil observasi yang
(Marquis dan Huston, 2013). dilakukan penulis di beberapa ruangan
132
rawat inap di RSUD dr. Slamet Garut. Di tentang penelitian, prosedur penelitiaan dan
beberapa ruangan sudah menggunakan hak-hak partisipan dengan mendatangani
metode tim. Berdasarkan hasil studi inform consent. Analisa data di lakukan
pendahuluan terhadap 3 orang perawat di dengan menggunakan pendekatan
ruang rawat inap yang menggunakan collaizzi’s Method.
metode tim terungkap bahwa perawat 1
penanggung jawab alat diruangan tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
berfokus pada alat saja. Sedangkan perawat Untuk karakteristik responden,
2 tidak mengenal pasien semuanya, hanya diantaranya adalah informan yang pertama
mengenal pasien yang di pegang saja, berjenis kelamin laki-laki, usia 44 tahun,
perawat ada yang mau menerapkan ada pendidikan terakhir Profesi Ners,
yang tidak mau menerapkan. Menurut pengalaman bekerja selama 23 tahun.
perawat 3 mengungkapkan bahwa ketika Informan kedua berjenis kelamin laki-laki,
dinas, keluarga pasien yang tidak mengerti. usia 40 tahun, pendidikan terakhir Profesi
Ners, pengalaman bekerja selama 17 tahun.
METODE PENELITIAN Informan ketiga berjenis kelamin
Penelitian ini merupakan penelitian perempuan, usia 39 tahun, pendidikan
kualitatif dengan pendekatan metode terakhir Profesi Ners, pengalaman bekerja
fenomenologi, dengan fokus penelitian di RSUD dr. slamet Garut selama 20 tahun.
adalah pengalaman perawat dalam Informan keempat, laki-laki, umur 45
melaksanakan asuhan keperawatan dengan tahun, pengalaman kerja 27 tahun,
metode tim. Lima partisipan dipilih pendidikan teakhir profesi ners, dan
berdasarkan metode purposive dengan informan kelima, perempuan 29 tahun,
kriteria perawat yang bekerja di ruangan pengalaman kerja selama 15 tahun.
rawat inap RSUD dr. Slamet Garut minimal Hasil penelitian menunnjukkan tema-
5 tahun, perawat di ruang rawat inap yang tema sebagai berikut :
menggunakan metode tim, informan 1. Ketidakefektifan Penggunaan Metode
bersedia menjadi informan. Tim
Penelitian ini dilakukan di ruang Dari hasil penelitian, informan
rawat inap RSUD dr. Slamet Garut. mengungkapkan adanya sumber daya
Pengumpulan data yang digunakan minim, berupa jumlah anggota yang masih
penelitian ini adalah wawancara mendalam kurang, penyusunan jadwal dinas seperti
(in depth interview) dan observasi dinas pagi, siang dan malam. Selain itu,
partisipasif. Semua partisipan sudah legalitas penggunaan metode tim di ruangan
mendapatkan penjelasan terlebih dahulu belum ada. Peran ketua tim dalam metode
133
tim untuk membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
keperawatan. pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2-3
a. Sumber daya minim tim/grup terdiri dari tenaga profesional,
Sumber daya minim di ruangan, teknikal dan pembantu dalam satu grup
semua informan mengungkapkan adanya kecil yang saling menbantu (Nursalam,
pembagian kelompok yang terdiri dari : 2014). Persepsi perawat dalam penggunaan
jumlah satu tim, jumlah anggota tim dan metode tim di ruangan menunjukkan
pembagian shift. Jumlah satu tim terdiri dari adanya kekurangan jumlah anggota
lima orang. Satu orang sebagai ketua tim perawat. Hal ini berdasarkan pada
dan empat orang sebagai anggota tim. kelompok filosofi keperawatan bahwa
Untuk pembagian shift nya yaitu shift pagi perawat di ruangan dibagi menjadi 6-7
dua orang, shift siang satu orang, shift anggota perawat profesional dan perawat
malam satu orang dan satu orang libur atau associate bekerja sebagai satu tim.
lepas. Maka dengan hal tersebut terdapat Hasil observasi di Ruangan pada shift
kurangnya jumlah perawat di ruangan. pagi, perawat di ruangan dibagi menjadi
Hal ini ditunjukkan dalam ketiga empat tim, dalam satu tim terbagi menjadi
informan sebagai berikut : empat anggota. Peneliti mengobservasi
Informan I perawat yang dinas pada shift pagi
“... Anggota satu tim ada 4 orang, ada dines berjumlah dua orang memegang pasien 8
pagi, siang, malam, dan libur. Kalau Dines
pasien. Informan II menyatakan, dengan
pagi itu berarti ketua tim sama anggota tim
satu orang jadi dua orang, dines siang satu dua orang yang dinas bisa lebih fokus
tim satu orang, jadi kan kalau 4 tim berarti
memberikan tindakan asuhan keperawatan
ada 4 orang yang jaga....”
kepada pasien. Selanjutnya, peneliti
Informan II
mengobservasi di Ruang Agate Atas pada
“.... disini kan 4 Pj/4 tim, tim saya ada 4
shift siang, perawat di ruangan dibagi
orang, dines pagi dua orang, dines siang
satu orang, dines malam satu orang dan menjadi empat tim, pada shift siang yang
libur atau lepas... “
dinas satu orang. Informan IV menyatakan,
Informan V masih kekurangan perawat.
”.. Anggotanya ada 4, dines pagi dua untuk Hal ini sesuai Nursalam (2013),
tim saya saja shif siang satu shif malam
model tim dapat diimplementasikan pada
satu, heeem jadi kita masih kekurangan
orang hehe” tugas pagi, sore, dan malam. Berbeda
dengan dilapangan, jumlah perawat shift
Metode tim merupakan metode yang
terbagi menjadi dua orang shift pagi, satu
menggunakan tim yang terdiri dari anggota
orang shift siang dan satu orang shift
yang berbeda-beda dalam memberikan
malam. Seharusnya dan minimal jumlah
134
perawat untuk 10-20 pasien adalah 3-5 “.....rencana-rencana ya yang akan
dilakukan senatiasa kita lakukan....”. kita
perawat.
berpegang kepada SOP....”kolaborasi
Untuk jumlah dan kualitas tenaga dengan dokter...”.
Informan IV
keperawatan jika metode tim dilakukan
“....sebagai leader untuk memimpin
secara tepat maka tidak akan mengurangi
anggota tim, mengarahkan dan melakukan
kinerja. Hal ini sesuai dengan penelitian perencanaan tindakan asuhan
keperawatan, memonitoring kerja anggota
Lambertson (2010) menunjukkan bahwa
timnya...”
model tim bila dilakukan dengan benar
Hasil observasi di Ruangan A pada
dalam memberikan tindakan asuhan
shift pagi, ketua tim mengkaji dan
keperawatan yang tepat dapat
melakukan tindakan keperawatan kepada
meningkatkan pemanfaatan tenaga
pasien. Sebelum kepasien, ketua tim
keperawatan yang bervariasi. Artinya
membicarakan bersama anggotanya di
perbedaan keahlian tidak akan mengurangi
receptionist. Setelah itu, ketua tim
kinerja dalam memberikan asuhan
melakukan tindakan berupa ganti balutan,
keperawatan. Karena setiap anggota tim
menulis di rekam medis pasien tindakan
saling melengkapi dari kekurangan masing-
yang dilakukan dan membicarakan dengan
masing.
anggota tim di ruangan.
b. Peran ketua tim dalam metode tim
Selanjutnya, ketua tim membicarakan
Informan mengungkapkan, peran
kepada dokter untuk melakukan tindakan
ketua tim yaitu menyiapkan rencana
selanjutnya. Peneliti mengobservasi di B
tindakan yang akan dilakukan terhadap
pada shift pagi, ketua tim mengevaluasi
pasien, berpegang kepada SOP, sebagai
tindakan keperawatan yang sudah
penanggung jawab dan kolaborasi dengan
dilakukan oleh anggota timnya. Selain itu,
dokter. Selain itu, sebagai leader untuk
ketua tim membicarakannya dengan dokter.
memimpin anggota tim, mengarahkan dan
Jadi, peran ketua tim di kedua ruangan
melakukan perencanaan tindakan asuhan
sudah berjalan sesuai dengan tugasnya.
keperawatan, memonitoring kerja anggota
Tanggung jawab ketua tim yaitu
tim. Hal ini ditunjukkan semua informan
melakukan orientasi kepada pasien baru dan
sebagai berikut :
keluarga, mengkaji setiap klien,
Informan II
menetapkan rencana keperawatan. Selain
“...saya ketua tim nya menyiapkan rencana
tindakan yang akan dilakukan terhadap itu, ketua tim melakukan tindakan
pasien dan terhadap anggota tim nya.”
keperawatan serta mengevaluasi rencana
Informan III keperawatan dan mengawasi pelaksanaan
asuhan keperawatan. Selanjutnya, perawat

135
ruangan mengkoordinasikan rencana ketua tim tidak mengikuti visite akan tetapi
keperawatan dengan tindakan medis lewat tugasnya diserahkan kepada anggota.
komunikasi yang konsisten (Dayat, 2015). Selanjutnya, pada saat shift siang, perawat
Hal tersebut dijelaskan Nursalam yang bertugas di ruangan hanya satu orang.
(2013), bahwa dalam keperawatan tim, Perawat tersebut melakukan tindakan
petugas bantuan bekerja sama dalam keperawatan sesuai dengan rencana
memberikan asuhan keperawatan kepada keperawatan yang dibuat ketua tim seperti
sekelompok pasien di bawah arahan memberikan obat, berinteraksi dengan
perawat profesional sebagai pimpinan. pasien serta keluarga pasien dan
Pimpinan tersebut bertanggung jawab menanyakan keluhan-keluhan pasien.
mengetahui keadaan, kebutuhan dan Hal tersebut sesuai penjelasan Dayat
dibawah tanggung jawab tim semua (2015), bahwa anggota tim memiliki
merencanakan asuhan keperawatan. Selain tanggung jawab dalam melaksanakan
itu, tugas pimpinan tim bergantung pada asuhan keperawatan. Dimana tugasnya
kebutuhan pasien dan beban kerja. yaitu melaksanakan perawatan sesuai
Tugas tersebut meliputi membantu rencana keperawatan yang dibuat oleh
anggota tim, memberikan asuhan ketua tim, memberikan perawatan
keperawatan langsung kepada pasien dan total/komprehensif pada sejumlah pasien,
mengkoordinasikan aktifitas pasien. Peran berinteraksi dengan pasien dan keluarga
sebagai ketua tim yaitu membuat pasien serta mengikuti ronde keperawatan.
perencanaan, membuat penugasan, Selain itu, Anggota tim memiliki hak atas
supervisi, dan evaluasi, mengenali atau keputusan keperawatan selama ketua tim
mengetahui kondisi pasien, menilai tingkat tidak ada di tempat.
kebutuhan pasien dan mengembangkan 2. Pelaksanaan Aktivitas Metode Tim di
kemampuan anggota (Nursalam, 2014). Ruangan
Peneliti melakukan wawancara serta Pelaksanaan aktivitas metode tim di
mengobservasi di B, pada Saat melakukan ruangan ada yang sudah berjalan dan ada
wawancara tepatnya pukul 13.00 WIB, yang belum berjalan. Pelaksanaan metode
dokter datang ke ruangan untuk melakukan tim yang sudah berjalan yaitu
visite. Pada saat dilakukan wawancara, melaksanakan operan pasien serta
ketua tim memberikan informasi kepada komunikasi dengan anggota tim dan tim
anggota tentang pasien-pasiennya. selain yang lain. Pelaksanaan yang belum berjalan
itu, ketua tim juga memberikan wewenang yaitu pre confrence, post confrence dan
kepada anggota untuk mengikuti visite ronde. Informan mengungkapkan dalam
dengan dokter. Jadi, pada saat visite dokter,
136
pelaksanaan aktivitas di ruangan mengenai Hasil observasi di Ruang C tepatnya
dengan operan pasien sudah dilaksanankan. pukul 14.20, operan pasien dilakukan.
Komunikasi dengan anggota tim dan Ketua tim dan anggota tim yang dinas pagi
tim yang lain, informan mengungkapkan membicarakan tindakan yang sudah
ada dua jenis komunikasi yaitu komunikasi dilakukan dan membicarakannya di
secara langsung dilakukan di ruangan dan ruangan, dikomunikasikannya hanya
komunikasi tidak langsung dilakukan sebentar. Setelah itu, ketua tim dan perawat
dengan menggunakan media elektronik yang dinas siang mengunjungi pasien ke
berupa WhatsApp (WA). Selain itu, pre ruangan dan melakukan operan pasien.
confrence, post confrence dan ronde di Sehingga, hasil observasi tersebut operan
kedua ruangan belum berjalan dikarenakan pasien dari shift pagi ke shift siang sudah
hal tersebut tidak bisa dilakukan satu orang dilakukan.
dan jumlah perawat yang masih kurang. Hal tersebut sesuai penjelasan
a. Pelaksanaan operan pasien Oktafiani (2017), bahwa metode dalam
Informan mengungkapkan pelaksanaan operan pasien, perawat bertanggung jawab
operan pasien ke ruangan-ruangan sudah terhadap pasien, melaporkan langsung
dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan ketiga kepada perawat penanggung jawab
informan sebagai berikut : berikutnya. Cara seperti ini akan
Informan I memberikan kesempatan untuk berdiskusi
“...kita langsung ke kamar pasien. yang maksimal untuk kelanjutan dan
Langsung ke pasiennya operan di depan
kejelasan rencana keperawatan.
pasien...”
Pelaksanaan operan pasien dapat dilakukan
Informan II
di ruang perawat, kemudian dilanjutkan
“...Operan pasien suka dilakukan”
dengan ke ruangan pasien dan mengunjungi
Informan III pasien satu persatu.
“...operan pasien sudah dilaksanakan, Salah satu faktor yang dapat
langsung kepasiennya insyaalloh sudah
mempengaruhi pelaksanaan operan pasien
dilaksanakan...”
yaitu motivasi, dimana motivasi yang
Informan IV
berasal dari dalam diri seseorang adalah
“..operan pasien kurang efektif, khususnya
motivasi intrinsik. Hal ini sesuai dengan
saat dinas sore dan malam.”
penelitian yang dilakukan oleh Aini dkk
Informan V
(2016) dengan judul “Hubungan Motivasi
“…Sudah berjalan, terapi masih belum
Intrinsik Perawat dengan Pelaksanaan
sesuai yg seharusnya.”
Timbang Terima Keperawatan. Dari hasil
penelitian menunjukkan orang yang
137
memiliki motivasi intrinsik yang tinggi pasien pada saat ini serta kerahasiaan
cenderung akan melaksanakan pekerjaanya pasien.
dengan baik, terutama dalam pelaksanaan Selanjutnya, operan pasien harus
operan pasien. Artinya orang yang memiliki berorientasi pada masalah keperawatan
motivasi yang tinggi akan melaksanakan yang ada pada pasien, dengan kata lain
operan pasien sebagai tugas dan tanggung informasi yang diberikan berawal dari
jawab di ruangan. masalahnya terlebih dahulu (setelah
Manfaat operan pasien yaitu diketahui melaui pengkajian), kemudian
menyampaikan hal-hal penting yang perlu terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
ditindak lanjuti oleh perawat pada shift belum dilakukan serta perkembangan
berikutnya, melakukan cross check ulang setelah dilakukan tindakan. Operan
tentang hal-hal yang dilaporkan dengan dilakukan didekat pasien menggunakan
keadaan pasien yang sebenarnya. Selain itu, suara yang pelan dan tegas, agar pasien
pasien dapat menyampaikan masalahnya disebelahnya tidak mendengarkan yang
secara langsung kepada perawat bila ada sedang dibicarakan oleh perawat tersebut,
yang belum terungkap dalam masalahnya bila ada informasi yang mungkin membuat
(Oktafiani, 2017). Menurut Rushton (2010) pasien terkejut sebaiknya jangan
menyatakan bahwa operan pasien dirancang dibicarakan kepada pasien tetapi di ruang
sebagai salah satu metode untuk perawat (Oktafiani, 2017). Hal ini
memberikan informasi yang relevan pada ditunjukkan dengan informan I
tim perawat setiap pergantian shift. Selain mengungkapkan “...Sebelum kepasien di
itu, operan pasien dapat memberikan depan dulu. Kan didepan pasien tidak
informasi mengenai kondisi pasien saat ini, semuanya bisa diceritakan, hal-hal yang
rencana perawatan yang akan dilakukan privacy kan dioperkannya atau
serta menentukan prioritas pelayanan. dikomunikasikannya didepan......”.
Hal-hal yang harus diperhatikan b. Komunikasi dengan anggota tim dan
dalam operan pasien yaitu, dilaksanakan tim lain
tepat waktu pada saat pergantian dinas yang Informan mengungkapkan bahwa
disepakati, dipimpin oleh penanggung komunikasi dengan anggota tim dan tim
jawab pasien, diikuti oleh semua perawat lain tentang rencana Asuhan Keperawatan
yang telah dan akan dinas. Selain itu, yaitu tindakan yang harus dikerjakan,
adanya unsur bimbingan dan pengarahan permasalahan-permasalahan yang ada di
dari penanggung jawab, informasi yang pasien dan kegiatan-kegitan yang
disampaikan harus akurat, singkat, direncanakan di ruangan. Perawat ruangan
sistematik dan menyampaikan kondisi melakukan komunikasinya secara langsung
138
di ruangan dan komunikasi tidak langsung dengan ditemani oleh mahasiswa yang
dengan menggunakan media elektronik sedang praktik.
berupa WhatsApp (WA). Hal ini Kelebihan dari metode tim bisa
ditunjukkan ketiga informan berikut: berkomunikasi dengan baik. Sering kali,
Informan I komunikasi dengan anggota tim tidak
“...komunikasinya di ruangan dan bisa tersedia waktu yang adekuat untuk
lewat telephone kadang kala saya
melaksanakan asuhan keperawatan. Maka
menanyakan kondisi pasien dan tindakan
yang dilakukan di sore hari...” hal ini, kelebihan tersebut akan menjadikan
kekurangan keperawatan tim terutama
Informan II
dihubungkan dengan penerapannya yang
“...kita senantiasa melakukan komunikasi
di ruangan dan lewat telephone di WA kurang tepat. Hal ini dapat menimbulkan
grup...,apapun kebutuhan pasien semuanya
batas yang tidak jelas mengenai tanggung
dikomunikasikan”
jawab, kesalahan, dan asuhan keperawatan
Informan IV
yang tidak sesuai. Maka untuk itu, supaya
“...alhamdulilah sudah bikin WA grup pj
perawatan tim dapat efektif, pimpinan harus
saya saja...mengkomunikasikan segala
sesuatu mungkin semuanya mempunyai keterampilan seperti
disana”....komunikasi di ruangan suka
komunikasi, organisasi, manajemen, dan
dilakukan diskusi bareng-bareng...”
kepemimpinan yang baik (Marquis, 2010).
Komunikasi dengan anggota tim
Komunikasi yang efektif dapat
merupakan kelebihan dari metode tim.
dilakukan baik lisan maupun tertulis.
karena dari kelebihan tersebut pada saat
Komunikasi lisan melalui proses yaitu
komunikasi antar tim akan memungkinkan,
operan, konferens, konsultasi, dan informal
sehingga konflik mudah diatasi dan
antar staf. Komunikasi tertulis melalui
memberi kepuasan kepada anggota tim.
media yaitu papan tulis, buku laporan
Hasil observasi pada shift pagi di Ruang
ruangan, atau pesan-pesan khusus tertulis.
Topaz, anggota tim berkomunikasi dengan
c. Pelaksanaan Pre Confrence dan Post
ketua tim mengenai dengan perencanaan
Confrence
yang harus dikerjakan oleh anggota tim dan
Informan mengungkapkan bahwa pre
tindakan yang sudah dilakukan kepada
confrence dan post confrence belum
pasien. Selanjutnya, observasi pada shift
berjalan dengan rutin, dikarenakan
siang di Ruang Agate Atas, perawat tampak
pelaksanaan tersebut sama dengan operan
tidak banyak bicara, dalam satu tim perawat
dinas dan operan ke pasien. Hal ini
yang dinas hanya satu orang, tapi perawat
ditunjukkan ketiga informan berikut :
yang dinas siang berkomunikasi dengan tim
Informan I
lainnya dan melakukan tindakan ke pasien

139
“...sebelum kepasien dikomunikasikan dulu Penelitian lain menyebutkan bahwa
didepan yang sifatnya privacy... operan
terdapat hubungan yang positif antara pre
rencananya yang akan dilakukan hari ini
untuk pagi siang maupun malam... akan conference dengan kinerja perawat
tetapi belum rutin di lakukan...”
pelaksana. Artinya, semakin sering
Informan II dilakukannya pre conference maka semakin
“...rencana-rencana ya yang akan baik pula kinerja perawat dalam penerapan
dilakukan,...masih jarang kita lakukan.”
metode tim. Hal ini di dukung oleh
penelitian Rudiono (2011) dengan judul
“Hubungan penerapan metode tim
Informan III
melakukan pre conference dengan kinerja
“Pre confrence post confrence ronde terus
terang saja belum jalan, ya karena hal-hal perawat pelaksana di Ruang Inap Interna
itu tidak bisa dilakukan oleh satu orang...”
RS. DR Wahidin Sudirohusodo Makassar”.
Informan IV Kemampuan berkomunikasi dapat
“…Masih jarang dilakukan, gak tahu dilihat dari kualitas post conference dan
ya..sebabny, mungkin ada malas jg….” operan setiap pergantian shift. Kegiatan
post conference sangat diperlukan dalam
Informan V
pemberian pelayanan keperawatan, karena
“...Membahas rencana saat pre dan
mengeavaluasi saat post…masih belum ketua tim dan anggotanya harus mampu
rutin dilakukan..”
mendiskusikan tindakan yang baru
Pelaksanaan pre conference dan Post dilakukan serta menganalisis yang sudah
Confrence di kedua ruangan belum berjalan dilaksanakan. Selain itu, mengklarifikasi
dengan rutin dikarenakan informan keterkaitan antara masalah dengan situasi
berpersepsi pelaksanaan tersebut sama yang ada, mengidentifikasi masalah,
dengan pelaksanaan operan pasien ketika menyampaikan dan membangun sistem
pergantian dinas. Selain itu informan III pendukung antar perawat.
mengatakan, pelaksanaan tersebut ada Proses diskusi pada post conference
kendala yaitu jumlah perawat ruangan dapat menghasilkan strategi yang efektif
masih kurang, tiap anggota tim di ruangan dan dapat berkesinambungan, melihat
yang dinas siang dan malam hanya satu kemampuan berfikir kritis untuk
orang. Maka pelaksanaan pre conference merencanakan kegiatan pada pelayanan
tidak bisa dilakukan oleh satu orang. Hal ini keperawatan (Sugiharto, 2012). Hal ini
sesuai dengan Hardianti dkk (2012), sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Pelaksanaan pre conference di ruangan, jika oleh Dwi dkk (2014) dengan judul”
yang dinas pada tim tersebut hanya satu Efektifitas Post Confrence terhadap operan
orang, maka pre conference ditiadakan. shift di Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran.
140
Dari hasil penelitian adanya pengaruh post merencanakan pelayanan keperawatan dan
conference terhadap operan shift. Artinya memberikan kesempatan pada pasien untuk
apabila kepala ruang atau ketua tim mau mendiskusikan masalah keperawatannya
menyediakan waktu untuk memimpin post serta mengevaluasi pelayanan keperawatan
conference sebelum dilakukan operan shift yang telah diterima pasien (Kozier et al.
maka operan shift akan di adakan dan 2011).
berjalan dengan baik. Menurut Aitken (2010), ronde
keperawatan merupakan strategi yang
d. Pelaksanaan Ronde efektif dalam aspek perawatan, terutama
Informan ungkapkan pelaksanaan meningkatkan komunikasi di antara
ronde belum berjalan. Dalam pelaksanaan anggota tim terkait interaksi antar perawat.
ronde dengan metode tim tidak bisa Kegiatan ronde bertujuan untuk mengatasi
dilakukan oleh satu orang. Maka masalah keperawatan pasien yang
pelaksanaan ronde belum bisa dilakukan dilaksanakan oleh perawat dengan
bersama-sama. Hal ini ditunjukan ketiga melibatkan pasien untuk membahas dan
informan sebagai berikut : melaksanakan asuhan keperawatan
Informan I (Nursalam, 2013).
“...rondenya belum dilakukan..”
Tujuan dari pelaksanaan ronde
Informan II keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu: tujuan
“...Kalau ronde jarang ya heemmm..”
bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan
Informan III ronde keperawatan bagi perawat yaitu,
“...ronde terus terang saja belum jalan, ya
melihat kemampuan staf dalam managemen
karena hal-hal itu tidak bisa dilakukan oleh
satu orang...” pasien, mendukung pengembangan
profesional dan peluang pertumbuhan,
Informan IV
“…masih jarang dilakukan..” meningkatkan pengetahuan perawat. Selain
itu, bisa menjadikan kesempatan pada staf
Informan V
“…kayaknya jarang ya, kesadaran untuk perawat untuk meningkatkan keterampilan
melaksanakn mungkin kurang, jadi selalu
klinis serta membangun kerjasama dan rasa
lupa kalo harus melaksanaka ronde…”
hormat (Armola, 2010).
Semua informan menyatakan untuk
Selain berguna bagi perawat, ronde
pelaksanaan ronde jarang dilakukan di
juga berguna bagi pasien. Ronde
ruangan. Ronde keperawatan merupakan
keperawatan bagi pasien yaitu, mengamati
suatu prosedur dua atau lebih perawat
kondisi fisik dan mental pasien dan
mengunjungi pasien untuk mendapatkan
kemajuan hari ke hari, membuat
informasi yang akan membantu dalam
pengamatan khusus bagi pasien dan
141
memberikan laporan kepada dokter Informan II
“... masalah-masalah yang belum
mengenai, missalnya luka, drainasi,
terpecahkan kita diskusikan bersama untuk
perdarahan dan sebagainya. mencari solusi yang terbaik buat
pasien...Kordinasi untuk tindakan,
Selain itu, didalam pelaksanaan
intervensi, pengisian askep”
ronde, bisa memperkenalkan pasien ke
Informan III
petugas dan memperkenalkan petugas
”...yang sekiranya permasalahan itu kok
kepada pasien, melaksanakan rencana yang diginiin belum selesai digituin belum
selesai nah kita adakan pertemuan...”
dibuat, mengevaluasi hasil pengobatan dan
kepuasan pasien, membandingkan Kegiatan di ruang rawat inap
manifestasi klinis penyakit pada pasien diperlukan kerjasama antar staf atau
sehingga perawat memperoleh wawasan anggota tim dan menumbuhkan
yang lebih baik, memodifikasi tindakan kebersamaan dalam kelompok. Hal ini
keperawatan yang diberikan, memeriksakan untuk meningkatkan kerjasama dalam
kondisi pasien sehingga dapat dicegah, kelompok adanya motivasi kerja. Motivasi
seperti ulcus decubitus, foot drop dan tersebut akan meningkatkan kualitas kerja
sebagainya (Clement, 2011). dan mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
3. Kelebihan yang didapat Selama keperawatan yang baik (Warsito, 2008).
Menjalankan Metode Tim di Ruangan Tanggung jawab ketua tim dan
Kelebihan yang didapat selama anggota tim yaitu, memberikan asuhan
menjalankan metode tim di ruangan yaitu, keperawatan kepada pasien, memberikan
adanya kerjasama dengan anggota ketika laporan dan kerjasama dengan anggota tim
ada permasahan-permasalahan pasien yang dan antar tim (Nursalam, 2014). Dalam
belum terselesaikan dan adanya motivasi keperawatan metode tim harus
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. menggunakan kerjasama tim perawat yang
a. Kerjasama dengan Anggota heterogen terdiri dari perawat profesional
Informan mengungkapkan kerjasama dan perawat Associate. Perawat tersebut
dengan anggota tim sudah dilaksanakan memberikan asuhan keperawatan kepada
dengan cara mendiskusikan bersama untuk sekelompok pasien. Setiap anggota
masalah-masalah yang belum terpecahkan. melaksanakan tugas dan melakukan asuhan
Hal ini ditunjukkan ketiga informan sebagai keperawatan yang terbaik sesuai
berikut : kemampuannya.
Informan I Ketua tim atau bisa disebut dengan
“..kalau ada pasien kejadian atau masalah,
perawat profesional memiliki tanggung
baru bisa mengumpul...”
jawab dalam perencanaan, mengevaluasi
dan memberikan asuhan keperawatan untuk
142
semua pasien. Disamping itu, ketua tim juga asuhan keperawatan yang terbaik kepada
mempunyai tugas untuk melakukan pasien. Motivasi mempunyai kontribusi
supervisi kepada semua anggota tim dalam terhadap kinerja asuhan keperawatan yang
mengimplementasikan asuhan dilakukan oleh perawat. Hal ini sesuai
keperawatan, tindakan keperawatan dan dengan Siagian (2008) menyatakan bahwa
melakukan evaluasi hasil asuhan motivasi merupakan faktor penting dalam
keperawatan ( Kuntoro, 2010). mendorong setiap karyawan untuk bekerja
secara produktif, sehingga berdampak pada
b. Motivasi melaksanakan tindakan kinerja karyawan.
asuhan keperawatan Kemampuan melaksanakan tugas
Informan mengungkapkan motivasi keperawatan merupakan unsur utama dalam
dalam melaksanakan tindakan asuhan menilai kinerja seseorang, tetapi jika tanpa
keperawatan yaitu mengeksplor didukung oleh suatu kemauan dan motivasi
kemampuan kepada anggota tim, maka tugas tidak akan dapat diselesaikan.
mempunyai motivasi dalam diri sehingga Jika seseorang telah melaksanakan
berusaha untuk memberikan yang terbaik tugasnya dengan baik, maka akan
untuk memberikan asuhan keperawatan mendapatkan kepuasan. Kepuasan dapat
kepada pasien. Hal ini ditunjukkan ketiga tercipta dengan strategi memberikan suatu
informan sebagai berikut : penghargaan baik berupa fisik maupun
Informan I psikis dengan meningkatkan motivasi
“...menampilkan yang terbaik,... ada usaha
(Suarli & Bahtiar, 2009).
untuk yang terbaik buat pasien...”
4. Hambatan Pelaksanaan Metode Tim
Informan II
Hambatan pelaksanaan metode tim
“...mengeksplor kemampuan ya untuk
memberikan asuhan keperawatan yang yaitu persepsi yang tidak sama antara ketua
terbaik kepada pasien...”
dan anggota tim. Artinya kurang koordinasi
Informan III antara ketua dan anggota tim dalam
“...ketika kita mau berbagi kepada pasien
memberikan asuhan keperawatan. Maka
untuk yang terbaik buat pasien.. ya tentang
apa-apa potensi yang alloh berikan”. untuk itu, koordinasi tersebut diperlukan
untuk komunikasi antar anggota tim. Hal ini
Informan IV
“..kalau ke pasien kita upayakan dengan sulit untuk dilaksanakan pada saat waktu-
memberikan asuhan yang sebaik-
waktu sibuk dan membutuhkan waktu yang
baiknya..”
panjang (Nursalam, 2014).
Motivasi melaksanakan tindakan
a. Persepsi yang tidak sama
asuhan keperawatan merupakan kepuasan
Informan mengungkapkan persepsi
dalam keterampilan dan memberikan
tidak sama yaitu ketika ada permasalahan-
143
permasalahan di pasien yang harus yang sudah direncanakan oleh kepala
diselesaikan. Akan tetapi permasalahan ruangan dan ketua tim. Hal tersebut kepala
tersebut ada yang menyebutkan masalah, ruangan dan ketua tim melakukan kegiatan
ada juga yang tidak menyebutkan bukan pengarahan yaitu melalui, saling memberi
masalah. Selain itu, intervensi tindakan motivasi, membantu pemecahan masalah,
yang seharusnya dikerjakan ada juga melakukan pendelegasian, menggunakan
anggota yang tidak dikerjakan. Hal ini komunikasi yang efektif, melakukan
ditunjukkan ketiga informan berikut : kolaborasi dan koordinasi (Warsito, 2008).
Informan I
“..anggota tim yang tidak melaksanakan KESIMPULAN DAN SARAN
apa yang sudah direncanakan ketua tim...” Berdasarkan hasil penelitian
Informan II
disimpulkan ada empat tema, yaitu: (1)
“...Ketika ada intervensi tindakan yang
Ketidak efektifan penggunaan metode tim,
harus dikerjakan akan tetapi dengan
anggota tidak dilakukan...” (2) Pelaksanaan aktivitas metode tim di
Ruangan, (3) Kelebihan yang didapat
Informan III
selama menjalankan Metode Tim di
“..kalau ini saya selesaikan kalau orang
Ruangan dan (4) Hambatan pelaksnaan
lain ini tidak diselesaikan karena menurut
beliau bukan masalah..” metode tim.
Persepsi merupakan inti komunikasi, Peneliti memberikan saran-saran
karena jika persepsi tidak akurat, memberikan pelatihan penyegaran atau
berkomunikasi tidak akan efektif. Persepsi seminar tentang memberikan Asuhan
yang menentukan untuk memilih suatu Keperawatan kepada pasien dengan metode
pesan dan mengabaikan pesan yang lain. tim.
Hal ini, akan semakin tinggi derajat 1. Dosen STIKes Karsa Husada Garut
kesamaan persepsi antar individu. Sehingga 2. Mahasiswa STIKes Karsa Husada
Garut
akan semakin mudah dan semakin sering
untuk berkomunikasi (Sobur, 2010). DAFTAR PUSTAKA
Untuk menyamakan persepsi antara Afiyanti. (2014). Metodologi penelitian
ketua dan anggota tim dalam memberikan kualitatif dalam riset keperawatan.
Jakarta : PT RajaGrrafindo Perda.
tindakan keperawatannya, ketua tim harus Ali. (2009). Pengertian Asuhan
mengarahkan kepada anggota atas Keperawatan. Melalui <repository.
usu.ac.id/> pada tanggal [22/02/17]
perencenaan yang sudah dibuat. Oleh Armola. (2010). Tujuan pelaksanaan
karena itu, menyamakan persepsi harus ada ronde. http://www.academia.edu/>
pada tanggal [13/07/2017]
pengarahan. Pengarahan berfungsi supaya Clement. (2011). Ronde Keperawatan.
perawat atau anggota tim melakukan apa Melalui <http://nursingbegin.com/

144
proposal-pelaksanaan-ronde-keprw> Sumatra. Melalui <http://library.usu.
pada tanggal [13/07/2017] ac.id/download/fk/keper-rika.pdf>
Dayat. (2015). Pelatihan Manajemen : pada tanggal [30/07/2017]
Bandung. Melalui <https:// Nursalam. (2013). Manajemen
tarmedi48.wordpress.com> tanggal keperawatan aplikasi dalam praktik
[30/07/2017] keperawatan profesional. Jakarta:
Dwi, dkk. (2014). Efektifitas Post Salemba Medika.
Conference Terhadap Operan Sif Di Nursalam. (2014). Manajemen
Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran. Keperawatan: Aplikasi dalam
Melaui < http://portalgaruda.> Pada Praktik Keperawatan Profesional
tanggal [13/07/2017] Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Gunawan. (2015). Metode penelitian Rudiono. (2011). Hubungan Penerapan
kualitatif teori & praktik. Jakarta : Metode Tim melakukan Pre
Bumi Aksara Confrence dengan Kinerja Perawat
Hardianti, dkk. (2012). Hubungan di Ruang Rawat Inap Interna RS. DR
Penerapan Metode Tim (Mpkp) Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Skripsi FKM UMI
Di Ruang Rawat Inap di RSUD Siagian. (2008). Kiat Meningkatkan
Kabupaten Majene. Melaui Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka
<http://download.portalgaruda>. Cipta. Melalui
tanggal [13/07/2017] <jurnal.usu.ac.id/index.php/jkh/arti
Keliat. (2013). Operan pasien. Melalui cle/download/311/186>
<https://icoel.wordpress.com/manaje [06/08/2017]
men/prosedur-operan-jaga/> pada Suarli, S & Bahtiar, B. (2009). Manajemen
tanggal [13/07/2017] Keperawatan. Jakarta: Erlangga
Kozier. (2011). Prosedur Ronde. Melalui Medical Series. EGC.
<http://www.academia.edu/> pada Sugiharto, dkk. (2012). Manajemen
tanggal [13/07/2017] keperawata aplikasi MPKP di Rumah
Madonni, dkk. (2015). Hubungan Sakit. Jakarta : EGC
penerapan metode tim dengan
rencana asuhan keperawatan pasien Sugiyono. (2015). Memahami penelitian
diruang rawat inap. Melalui kualitatif. Bandung
<id.portalgaruda.> pada tanggal [09 Tussaleha. (2014). Pelaksanaan metode
Februari 2017] tim. Melalui <http://repo.unand.
Marquis dan Huston. (2013). Manajemen ac.id/> [07/02/17]
Keperawatan. Melalui <repo.unand. Undang-undang No. 38 tahun 2014.
ac.id/> [07/02/17] Keperawatan. <www.pdpersi.co.id>
Mogopa, dkk. (2017). Hubungan Warsito. (2008). Pengaruh persepsi
penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana tentang fungsi
perawat pelaksana di Irina RSUP manajeral kepala ruangan terhadap
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. pelaksanaan manajemen asuhan
Melalui < http://ejournal >[ 17 keperawatan di ruang rawat inap
Februari 2017] RSJD dr. Amino Gondohutomo
Mudayana. (2010). Pengaruh Motivasi dan Semarang. Melaui http://eprints.
Beban Kerja terhadap Kinerja undip.ac.id/16687/1/Bambang_Edi_
Karyawan di Rumah Sakit Nur Warsito.pdf [06/08/2017]
Hidayah Bantul. Jurnal Kesehatan
Masyarakat FKM UAD. Melaui <
http://download.portalgaruda >
pada tanggal [30/07/2017]
Nurhidayah. (2015). Pengorganisasian
dalam keperawatan. Skripsi :
145

Anda mungkin juga menyukai