Anda di halaman 1dari 20

A.

TEORI KASUS
1) Definisi

Menurut Rohani dkk. (2011:217), retensio plasenta adalah tertahannya atau


belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi (Ai Yeyeh & Lia Yulianti, 2010:296).

2) Jenis Retensio Plasenta

Menurut Ai Yeyeh & Lia Yulianti (2010:299) jenis retensio plasenta menurut
perlekatannya ada 4 macam antara lain:
1) Plasenta akreta
Adalah plasenta yang menembus lebih dalam ke miometrium tetapi belum
menembus serosa.
2) Plasenta inkreta
Adalah dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
sampai ke mio miometrium.
3) Plasenta Perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan miometrium
hingga mencapai laposan serosa dinding uterus.
4) Plasenta inkarserata
Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi
ostium uteri.

3) Presdiposisi
Menurut Manuaba (2010), faktor presdiposisi terjadinya retensio plasenta adalah:
1) Grandemultipara,umur,paritas,jarak kehamilan yang pendek,sosial ekonomi.
2) Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang luas
3) Kasus infertilitas, karena lapisan endometrium tipis
4) Plasenta previa, karena bagian isthmus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu
lebih masuk kedalam perlekatannya
5) Bekas operasi uterus
Menurut Oxorn,2010 kejadian retensio plasenta dapat terjadi karena usia ibu
yang beresiko tinggi (<20 tahun />35 tahun

4) Etiologi

Menurut Norma (2013), sebab-sebab terjadinya Retensio Plasenta antara lain:


1) Fungsional
(1) His kurang kuat
(2) Plasenta sukar terlepas (plasenta adhesiva) karena tempatnya (insersi di
sudut tuba) bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis) dan
ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
2) Patologi-anatomi
(1) Plasenta akreta
Adalah plasenta yang menembus lebih dalam ke miometrium tetapi belum
menembus serosa.
(2) Plasenta inkreta
Adalah dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
sampai ke mio miometrium.
(3) Plasenta perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
miometrium hingga mencapai laposan serosa dinding uterus.
(4) Plasenta inkarserata
Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
kontriksi ostium uteri.
5) Patofisiologi
Menurut Anik & Eka (2013:161), patofisiologi terjadinya retensio plasenta
adalah:
1) Proses kala III di dahului dengan tahap pelepasan atau separasi plasenta akan
ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan Duncan) atau plasenta
sudah lepas sebagian tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan Schultze),
sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta lahir.
2) Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan.
3) Sebagian plasenta yang sudah terlepas, dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak (perdarahan kala III) dan harus diantisipasi dengan segera
melakukan plasenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam.
4) Kondisi patofisiologi yang menyebabkan pada retensio plasenta karena
desidua basalis tidak ada sebagian atau seluruhnya sehingga plasenta melekat
langsung pada myometrium.villi tersebut bisa tetap superfisial pada otot uterus
atau dapat menembus lebih dalam.keadaan ini bukan terjadi karena sifat
invasiv trofoblast yang abnormal melainkan karena adanya defek pada
desidua.pada daerah superfisial myometrium tumbuh sejumlah besar saluran
vena dibawah plasenta.ruptur sinus-sinus ini yang terjadi ketika plasenta
dikeluarkan secara paksa akan menimbulkan perdarahan dalam jumlah banyak
(Oxorn,2010)

6) Penatalaksanaan Retensio Plasenta


Menurut Rohani dkk. (2013:218), penatalaksanaa retensio plasenta disesuaikan
dengan jenis retensio yang terjadi:
1) Retensio plasenta dengan separasi parsial
a) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang
akan diambil
b) Regangkan tali pusat dan minta klien untuk meneran. Bila ekspulsi tidak
terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat
c) Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetes per
menit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal
(sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang
timbul dapat mengakibatkan plasenta tetperangkap dalam kavum uteri)
d) Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus (melahirkan plasenta yang melekat erat
secara paksa dapat menyebabkan perdarahan atau perforasi)
e) Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia
f) Lakukan transfusi darah bila diperlukan

g) Beri antibiotik profilaksis (ampicilin 2 g IV atau per oral + metronidazol 1 g


per oral
h) Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, dan syok
neurogenik
Indikasi manual plasenta
Menurut Manuaba (2010), indikasi dilakukan manual plasenta adalah:
(a) Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc
(b) Riwayat haemorhagie postpartum habitualis
(c) Post operasi (trans vaginal dan trans abdominal)
(d) Penderita dalam keadaan narkosa atau anastesi umum
Prosedur manual plasenta
Menurut Anik & Eka (2013:161), prosedur manual plasenta adalah sebagai
berikut:
(a) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
(b) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan tangan
sejajar lantai
(c) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina menyusuri sisi bawah tali pusat
(d) Setelah mencapai permukaan serviks, minta seorang asisten untuk memegang
klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri
(e) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam sampai kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
(f) Bentangkan tangan obstetrik menjadi tangan datar seperti memberi salam (ibu
jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)
(g) Tentukan implantasi plasenta, temuan tepi plasenta yang paling bawah
(h) Perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kanan kekanan dan
kekiri sambil digeser keatas (kranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus
(i) Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada plasenta yang tertinggal
(j) Pindahkan tangan luar dari fundus ke suprasimfisis (tahan segmen bawah
rahim) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindarkan terjadinya percikan
darah)
(k) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus
kearah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta ke
dalam wadah yang telah disediakan
(l) Perlu diperhatikan bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada
dataran yang sama dengan dinding uterus, maka hentikan upaya manual
plasenta karena hal ini menunjukkan plasenta inkreta. Bila hanya sebagian dari
implantasi plasenta yang dapat dilepas dan bagian lainnya melekat erat, maka
hentikan pula manual plasenta karena hal ini adalah plasenta akreta. Untuk
keadaan ini ibu diberikan uterotonika tambahab (misoprostol 600 mcg per
rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan
2) Retensio plasenta dengan plasenta inkarserata
a) Tentukan diagnosa kerja melalui anamnesis, gejala klinik, dan pemeriksaan
b) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan konstriksi
serviks dan melahirkan plasenta
c) Pilih flouthane atau eter untuk konstriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus
oksitosin 20 IU dalam 500 ml NS/RL dengan tetesan 40 tetesan per menit
untuk mengantisipasi gangguan kontraksi yang disebabkan bahan anastesi
tersebut

d) Bila prosedur anastesi tidak tersedia, tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam
ovum, lakukan manuver skrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur
tersebut, berikan analgetikb (Tramadol 100 mg IV atau pethidine 50 mg IV)
dan sedatif (diazepam 5 mg IV) pada tabung terpisah. Teknik dalam
melakukan manuver Skrup adalah:
(a) Pasang spekulum sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak
dengan jelas
(b) Jepit portio dengan klem ovarium pada jam 12, 4 dan 8 kemudian lepaskan
spekulum
(c) Tarik ketiga klem ovum agar tali pusat dan plasenta tampak jelas
(d) Tarik tali pusat kearah lateral sehingga menampakkan plasenta di sisi
berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin. Minta asisten memegang
klem tersebut
(e) Lakukan hal yang sama pada plasenta pada sisi yang berlawanan
(f) Satukan kedua klem tersebut sambil diputar searah jarum jam, tarik
plasenta perlahan-lahan melalui pembukaan ostium
e) Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda vital, kontraksi
uterus, tinggi fundus, dan perdarahan pasca tindakan. Tambahan pemantauan
adalah pemantauan efek samping atau komplikasi dari bahan-bahan sedative,
analgetik atau anastesi umum (mual dan muntah, cegah aspirasi bahan
muntahan, halusinasi, pusing , mengantuk dan lain-lain).
3) Plasenta akreta, inkreta dan perkreta
Tanda penting untuk didiagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus
atau korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan
tepi plasenta karena implantasi yang dalam. Upaya yang dapat dilakukan pada
fasilitas pelayanan dasar adalah menemukan diagnosis, stabilisasi pasien, dan
rujuk ke rumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan tindakan operatif
7) Komplikasi
Retensio palsenta menyebebkan pembuluh darah yang melekat pada plasenta
terus mengalirkan darah.selain itu rahim tidak dapat menutup sempurna sehingga
tidak bisa menghentikan perdarahan.Bila plasenta tidak keluar hingga 30 menit
setelah persalinan akan terjadi perdarahan yang signifikan dan dapat mengancam
nyawa.sehingga mengakibatkan kematian.
8) Upaya Pencegahan
Dengan memberikan pertolongan persalinan menerapkan manajemen aktif kala
III persalinan yang tepat.bagi ibu agar hamil pada usia reproduktif (20-35 tahun)
dan melakukan ANC minimal 6 kali selama hamil,mendapat konseling bila
mengalami anemia/KEK. (Riyanto,2015)
B. STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A

Tanggal Lahir : 13 April 1981


Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Desa Danau tundai

Tanggal masuk RS/Pukul : 14 Januari 2020/ 10.00 wib

B. Identitas Suami
Nama : Tn. K

Umur : 40 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :

Bayi lahir tgl 14/1/2020 , pukul 06.00 wib.Ari-ari belum lahir sejak 4 jam Selama
Masuk Rumah Sakit.

Keluhan Tambahan & Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD Kota P.Raya dengan keluhan ari-ari belum lahir
sejak 4 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di bidan desa pukul 06.00 wib dihari
yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah melahirkan. Pasien mengatakan
banyak darah merah segar keluar setelah melahirkan serta 2x ganti kain basah
selama di rumah. Di desa , pasien dicoba untuk dikeluarkan plasenta tetapi tidak
bisa lalu dirujuk ke RS. Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, lemas
tetapi tidak mual dan tidak muntah.

Riwayat Haid / Keluarga Berencana

Haid pertama kali umur : 13 tahun

Siklus haid : teratur, 28 hari / bulan

Durasi & banyaknya haid : 5-7 hari, 2-3 kali ganti softex

KB : suntik 3 bulan

HPHT : 05-04-2019

TP : 12-01-2020

Riwayat Antenatal Care

Pemeriksaan kehamilan di Pustu oleh bidan, sebanyak 4x. Selama pemeriksaan


pasien tidak ada keluhan dan kelainan.

Riwayat Perkawinan

Pasien kawin baru 1 kali ini. Lama menikah dengan suami sekarang 21 tahun.

Riwayat kehamilan yang lalu :

1. Perempuan, 20 tahun, lahir pervaginam di bidan, berat badan lahir : 2700


gram dengan bayi sehat.
2. Perempuan, 18 tahun, lahir pervaginam di bidan, berat badan lahir : 2900 gram
dengan bayi sehat.
3. Perempuan, 14 tahun, lahir pervaginam di bidan, berat badan lahir : 3000 gram
dengan bayi sehat.
4. Perempuan, 10 tahun, lahir pervaginam di bidan, berat badan lahir : 3000 gram
dengan bayi sehat.
5. Laki-laki, 0 hari, lahir pervaginam di bidan, berat badan lahir : 2600 gram
dengan bayi sehat.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat asma (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat diabetes mellitus (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat penyakit ginjal (-)
 Riwayat menjalani operasi (-)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

 Riwayat hipertensi (-)


 Riwayat Diabetes mellitus (-)
 Riwayat asma (+) / ibu pasien
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/70 mmHg

Nadi : 100 x/menit, reguler, cukup, simetris kanan kiri

Suhu : 36,8 °C

Pernapasan : 28 x/menit, teratur

Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal,


kelembaban normal, agak pucat

Kepala dan Leher


Kepala : Normosefali, ubun-ubun normal, rambut warna hitam,
distribusi merata, tidak mudah dicabut, pucat

Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping


hidung -/-, sekret -/-,

Mulut : Bibir merah muda, kering (-), sianosis (-), trismus (-),
halitosis (-)

Lidah : Tidak dinilai

Tonsil : Tidak dinilai

Tenggorokan : Tidak dinilai

Leher : Normal

Thorax

Paru

Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, pulsasi abnormal (-),


gerak pernapasan simetris, irama cepat, tipe
abdomino-thorakal, retraksi (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Teraba supel, nyeri tekan di seluruh kuadran abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Ekstremitas : Akral dingin, edema (-), sianosis (-),agak pucat.

PEMERIKSAAN OBSTETRIK

Status Lokalis Abdomen

1. Inspeksi : tampak datar, striae gravidarum (+), linea


Alba (+), terlihat tali pusat berukuran 5 cm di depan
vagina diklem .

2. Palpasi : Kontraksi (-), TFU teraba 2 jari di bawah pusat.

3. Auskultasi : tidak dilakukan

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Teraba tali pusat keluar dari ostium uteri externa, stonsel +, portio pembukaan 5
cm. Perdarahan 200 cc

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hemoglobin : 8,3 g/dl

Leukosit : 20, 000 ribu

Hematokrit : 17%

Golongan darah :O

IV. DAFTAR MASALAH


Anamnesis

Pasien datang ke IGD RSUD Palangka Raya dengan keluhan ari-ari belum lahir
sejak 4 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di Bidan desa pada jam 06. 00 wib
pagi hari yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah melahirkan. Pasien
mengatakan banyak darah merah segar keluar setelah melahirkan. Di desa, pasien
dicoba untuk dikeluarkan plasenta tetapi tidak bisa lalu dirujuk ke RS. Pasien
mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, lemas tetapi tidak mual dan tidak
muntah. Hari pertama haid terakhir adalah 5 April 2019, taksiran persalinan 12
Januari 2020, riwayat antenatal rutin di bidan dan sudah menikah 21 tahun
menikah. Riwayat kehamilan: P5A0.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah pasien normal, nadi 100 x/menit,
pernapasan 28 x/ menit, akral dingin,ibu nampak lemas. Pada pemeriksaan
obstetrik, abdomen tampak datar, linea Alba (+), striae gravidarum (+) dan keluar
tali pusat kira-kira sepanjang 5 cm dari vagina yang telah diklem dengan forcep.
Pada palpasi, teraba tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah pusat. Pada
pemeriksaan vagina toucher, didapatkan tali pusat yang keluar dari ostium uteri
externa, stonsel + dan portio serviks pembukaan 5 cm.

V. DIAGNOSIS
P5 A0 H post partum dengan retensio plasenta

VI. PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnostik:

 Observasi tanda vital, keadaan umum, perdarahan pervaginam dan jumlah


urin.

Rencana Terapi:

 Oksigen 4 liter/menit dengan kanul oksigen


 IVFD : 20 i.u Oxytocin drip 12 tetes/ menit dalam cairan RL 500 cc
 Manual Plasenta
- Melahirkan plasenta dengan teknik perengangan tali pusat. Apabila
plasenta telah lahir, diperiksa apakah plasenta lengkap. ( kotiledon dan
selaput ketuban lengkap). Dieksplorasi untuk memastikan tiada sisa
plasenta atau selaput ketuban.
- Jika plasenta tidak lahir dengan teknik ini, dilakukan manual plasenta.
Sebelumnya dipastikan dahulu apakah portio serviks terbuka. Jika masih
tertutup, teknik manual plasenta tidak dapat dilakukan. Pasien diberikan
nitrogliserin dosis rendah untuk relaksasi serviks supaya portio terbuka
dan tangan bisa dimasukkan ke dalam uterus.
- Sebelum dikerjakan penderita disiapkan pada posisi litotomi. Operator
berdiri atau duduk dihadapan vulva, lakukan desinfeksi pada genitalia
eksterna begitu pula tangan dan lengan bawah si penolong (setelah
menggunakan sarung tangan). Kemudian labia dibeberkan dan tangan
kanan masuk secara obstetris ke dalam vagina. Tangan luar menahan
fundus uteri. Tangan dalam sekarang menyusun tali pusat yang sedapat-
dapatnya diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke
plasenta, maka tangan pergi ke pinggir plasenta dan sedapat-dapatnya
mencari pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan sebelah
kelingking, plasenta dilepaskan ialah antara bagian plasenta yang sudah
terlepas dengan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan
dinding rahim. Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan
dengan perlahan-lahan ditarik keluar. Diperiksa apakah plasenta dilahirkan
lengkap. Lalu plasenta lahir lengkap, berat kurang lebih 450 gr, ukuran 14
x 20 cm.
Rencana Terapi Medikamentosa

 Cefotaxime injeksi 2x1 gr IV


 Metronidazole 3x500 mg IV
 Asam Mefenamat 3x 500 mg tab
 Neurosanbe 2 x 1 tab

Rencana Edukasi:

 Informasikan kepada keluarga dan pasien tentang kemungkinan terjadi


perdarahan hebat setelah melahirkan plasenta dan kemungkinan tindakan bisa
gagal,jika gagal akan dilakukan kuretase
 Intervensi informed consent untuk tindakan melahirkan plasenta

Observasi

14 Januari 2020/Pukul 11.00 wib

S: nyeri perut berkurang, lemas -. pusing -, perdarahan -, belum BAB, BAK +,

O: TD: 120/80 mmHg N: 72 x/menit S: 36,5 oC P: 18 x/ menit

Status generalis

Kepala: CA +/+, tidak pucat

Abdomen : datar, supel, nyeri tekan -, BU + normal

Ekstremitas: akral hangat, agak pucat

Status obstetrik

Payudara: bengkak -, nyeri tekan -, ASI +

Abdomen: datar, , nyeri tekan -, TFU teraba 1 jari bawah pusat

Genitalia: edema -, luka -, perdarahan normal kurang lebih 50 cc,lochea rubra

Hasil Laboratorium post tindakan : HB 7,7 gr/dl

A: P5A0H5 nifas hari ke 1 post manual plasenta ec retensio plasenta hari ke 0


dengan anemia

P: Beritahu ibu hasil pemeriksaan


Anjurkan ibu untuk mobilisasi

Anjurkan ibu untuk makan dan minum yang adekuat

Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygine dengan baik

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi selanjutnya : transfusi darah


1 kolf

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Ny. A, usia 39 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama ari-ari
belum lahir. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
ditegakkanlah diagnosis pasien ini yaitu P5A0 dengan Retensio Plasenta

Penegakkan Diagnosis

a. Anamnesis
Teori Kasus
Plasenta belum lahir setengah jam Anak lahir spontan dan setelah
setelah janin lahir empat jam plasenta tidak lahir

Plasenta belum lepas dari dinding Pasien merasa lemas


uterus dapat karena :
a.Kontraksi uterus kurang kuat
untuk melepaskan plasenta
(plasenta adhesive)

Penegakan diagnosis pada pasien dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis diperoleh
adanya pelasenta yang belum lahir, perdarahan pervaginam, bayi sudah lahir.dan didapat
diagnosa P5A0 post partum dengan retensio plasenta

b. Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta  TFU 2 jari bawah
belum terlepas, maka tidak akan menimbulkan
pusat,kontraksi lunak
perdarahan.
 Periksa Dalam: tampak
 Sebagian plasenta yang sudah
perdarahan sedikit2 dan tali
terlepas, dapat menimbulkan
pusat dengan panjang 5 cm,
perdarahan yang cukup banyak
pembukaan 5 cm, porsio tebal
(perdarahan kala III)
lunak.

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, didapatkan beberapa tanda yang
mendukung diagnosis retensio plasenta yaitu tampak talipusat dengan panjang 5 cm dan
adanya perdarahan sedikit2 serta porsio masih membuka 5 cm.

Pemeriksaan Penunjang

Teori Kasus
- Darah Rutin
Hemoglobin : 8,3 g/dl
Leukosit : 20, 000 ribu
Hematokrit : 17%

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebelum evakuasi plasenta ialah pemeriksaan


laboratorium darah lengkap,dan sesudah dilakukan tindakan untuk terapi selanjutnya dan
menegakkan diagnosa tambahan

d. Komplikasi
Teori Kasus
- Perdarahan - Pada pasien ini terdapat adanya
perdarahan pervaginam saat
masih di rumah

Pada pasien ini telah terjadi perdarahan di rumah kurang lebih 600 cc( 2 buah kain
sarung) yang mengakibatkan ibu Anemia dan penanganan segera adalah dengan transfusi
darah

e. Penatalaksanaan
Teori Kasus
- Retensio plasenta dengan perdarahan - Adanya perdarahan dari jalan
Bila traksi terkontrol gagal untuk lahir
melahirkan plasenta, lakukan manual
- Adanya pembukaan porsio 5
plasenta secara hati-hati dan halus
cm
(melahirkan plasenta yang melekat erat
secara paksa dapat menyebabkan
- Dilakukan tindakan manual
perdarahan atau perforasi) plasenta
- Keadaan umum ibu anemis

Penatalaksanaan pada kasus ini ialah dengan memperbaiki keadaan umum dan
melakukan melihat indikasi untuk melakukan manual plasenta,manual plasenta dilakukan dan
plasenta berhasil lahir lengkap,untuk penatalaksanaan komplikasinyanya adalah dengan
transfusi darah.
BAB V

KESIMPULAN

1. Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir.
2. Insiden perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16-
17%.
3. Etiologi retensio plasenta, yaitu: 1). Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena
kontraksi uterus kurang kuat atau plasenta melekat erat erat pada dinding uterus, 2).
Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
4. Diagnosis retensio plasenta apabila plasenta tidak lepas secara spontan setelah
setengah jam setelah bayi lahir dan pada pemeriksaan pervaginam plasenta menempel di
dalam uterus.
5. Diagnosis banding retensio plasenta adalah plasenta akreta.
6. Penanganan retensio plasenta yang terbaik adalah dengan manual plasenta.
7. Pencegahan dilakukan dengan manajemen aktif kala III.
DAFTAR PUSTAKA
.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010: Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB.
Jakarta: EGC.

Marmi, Suryaningsih Retno M, Fatmawati E. 2015. Asuhan Kebidanan Patologi.


Ypgyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryuni, Anik & Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.
Jakarta: CV. Trans Info Media.

Mufdlillah, et al. 2012. Konsep Kebidanan.Yogjakarta:Medical Book.

Muslihatun, et at. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta: Fitramaya.

Norma, N & M, Dwi. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika.

Oxorn,Harry,2010.Ilmu Kebidanan: Patologi dan fisiologi Persalinan,Yogyakarta:Yayasan


Essentia Medica
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Pudiastuti, Ratna D. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin Patologi.Yogyakarta: Nuha
Medika.

Rohani, Saswita R, Marisah. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika.

Riyanto,2015, Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di RSUD
Dr.H.Bob Bazar,SKM Kalianda.

Yeyeh, Ai & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Purwakarta:
Penerbit Buku Kesehatan.

Zau E & Endang. 2013. Hubungan Antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio
Plasenta. Akbid Griya Husada: Artikel Karya Tulis Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai