Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEORI KASUS
1) Definisi
Menurut Ai Yeyeh & Lia Yulianti (2010:299) jenis retensio plasenta menurut
perlekatannya ada 4 macam antara lain:
1) Plasenta akreta
Adalah plasenta yang menembus lebih dalam ke miometrium tetapi belum
menembus serosa.
2) Plasenta inkreta
Adalah dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
sampai ke mio miometrium.
3) Plasenta Perkreta
Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan miometrium
hingga mencapai laposan serosa dinding uterus.
4) Plasenta inkarserata
Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi
ostium uteri.
3) Presdiposisi
Menurut Manuaba (2010), faktor presdiposisi terjadinya retensio plasenta adalah:
1) Grandemultipara,umur,paritas,jarak kehamilan yang pendek,sosial ekonomi.
2) Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang luas
3) Kasus infertilitas, karena lapisan endometrium tipis
4) Plasenta previa, karena bagian isthmus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu
lebih masuk kedalam perlekatannya
5) Bekas operasi uterus
Menurut Oxorn,2010 kejadian retensio plasenta dapat terjadi karena usia ibu
yang beresiko tinggi (<20 tahun />35 tahun
4) Etiologi
d) Bila prosedur anastesi tidak tersedia, tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam
ovum, lakukan manuver skrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur
tersebut, berikan analgetikb (Tramadol 100 mg IV atau pethidine 50 mg IV)
dan sedatif (diazepam 5 mg IV) pada tabung terpisah. Teknik dalam
melakukan manuver Skrup adalah:
(a) Pasang spekulum sims sehingga ostium dan sebagian plasenta tampak
dengan jelas
(b) Jepit portio dengan klem ovarium pada jam 12, 4 dan 8 kemudian lepaskan
spekulum
(c) Tarik ketiga klem ovum agar tali pusat dan plasenta tampak jelas
(d) Tarik tali pusat kearah lateral sehingga menampakkan plasenta di sisi
berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin. Minta asisten memegang
klem tersebut
(e) Lakukan hal yang sama pada plasenta pada sisi yang berlawanan
(f) Satukan kedua klem tersebut sambil diputar searah jarum jam, tarik
plasenta perlahan-lahan melalui pembukaan ostium
e) Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan tanda vital, kontraksi
uterus, tinggi fundus, dan perdarahan pasca tindakan. Tambahan pemantauan
adalah pemantauan efek samping atau komplikasi dari bahan-bahan sedative,
analgetik atau anastesi umum (mual dan muntah, cegah aspirasi bahan
muntahan, halusinasi, pusing , mengantuk dan lain-lain).
3) Plasenta akreta, inkreta dan perkreta
Tanda penting untuk didiagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus
atau korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan
tepi plasenta karena implantasi yang dalam. Upaya yang dapat dilakukan pada
fasilitas pelayanan dasar adalah menemukan diagnosis, stabilisasi pasien, dan
rujuk ke rumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan tindakan operatif
7) Komplikasi
Retensio palsenta menyebebkan pembuluh darah yang melekat pada plasenta
terus mengalirkan darah.selain itu rahim tidak dapat menutup sempurna sehingga
tidak bisa menghentikan perdarahan.Bila plasenta tidak keluar hingga 30 menit
setelah persalinan akan terjadi perdarahan yang signifikan dan dapat mengancam
nyawa.sehingga mengakibatkan kematian.
8) Upaya Pencegahan
Dengan memberikan pertolongan persalinan menerapkan manajemen aktif kala
III persalinan yang tepat.bagi ibu agar hamil pada usia reproduktif (20-35 tahun)
dan melakukan ANC minimal 6 kali selama hamil,mendapat konseling bila
mengalami anemia/KEK. (Riyanto,2015)
B. STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
B. Identitas Suami
Nama : Tn. K
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Bayi lahir tgl 14/1/2020 , pukul 06.00 wib.Ari-ari belum lahir sejak 4 jam Selama
Masuk Rumah Sakit.
Pasien datang ke IGD RSUD Kota P.Raya dengan keluhan ari-ari belum lahir
sejak 4 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di bidan desa pukul 06.00 wib dihari
yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah melahirkan. Pasien mengatakan
banyak darah merah segar keluar setelah melahirkan serta 2x ganti kain basah
selama di rumah. Di desa , pasien dicoba untuk dikeluarkan plasenta tetapi tidak
bisa lalu dirujuk ke RS. Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, lemas
tetapi tidak mual dan tidak muntah.
Durasi & banyaknya haid : 5-7 hari, 2-3 kali ganti softex
KB : suntik 3 bulan
HPHT : 05-04-2019
TP : 12-01-2020
Riwayat Perkawinan
Pasien kawin baru 1 kali ini. Lama menikah dengan suami sekarang 21 tahun.
Tanda Vital
Suhu : 36,8 °C
Mulut : Bibir merah muda, kering (-), sianosis (-), trismus (-),
halitosis (-)
Leher : Normal
Thorax
Paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Datar
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Teraba tali pusat keluar dari ostium uteri externa, stonsel +, portio pembukaan 5
cm. Perdarahan 200 cc
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematokrit : 17%
Golongan darah :O
Pasien datang ke IGD RSUD Palangka Raya dengan keluhan ari-ari belum lahir
sejak 4 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di Bidan desa pada jam 06. 00 wib
pagi hari yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah melahirkan. Pasien
mengatakan banyak darah merah segar keluar setelah melahirkan. Di desa, pasien
dicoba untuk dikeluarkan plasenta tetapi tidak bisa lalu dirujuk ke RS. Pasien
mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, lemas tetapi tidak mual dan tidak
muntah. Hari pertama haid terakhir adalah 5 April 2019, taksiran persalinan 12
Januari 2020, riwayat antenatal rutin di bidan dan sudah menikah 21 tahun
menikah. Riwayat kehamilan: P5A0.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah pasien normal, nadi 100 x/menit,
pernapasan 28 x/ menit, akral dingin,ibu nampak lemas. Pada pemeriksaan
obstetrik, abdomen tampak datar, linea Alba (+), striae gravidarum (+) dan keluar
tali pusat kira-kira sepanjang 5 cm dari vagina yang telah diklem dengan forcep.
Pada palpasi, teraba tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah pusat. Pada
pemeriksaan vagina toucher, didapatkan tali pusat yang keluar dari ostium uteri
externa, stonsel + dan portio serviks pembukaan 5 cm.
V. DIAGNOSIS
P5 A0 H post partum dengan retensio plasenta
VI. PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnostik:
Rencana Terapi:
Rencana Edukasi:
Observasi
Status generalis
Status obstetrik
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Ny. A, usia 39 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama ari-ari
belum lahir. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
ditegakkanlah diagnosis pasien ini yaitu P5A0 dengan Retensio Plasenta
Penegakkan Diagnosis
a. Anamnesis
Teori Kasus
Plasenta belum lahir setengah jam Anak lahir spontan dan setelah
setelah janin lahir empat jam plasenta tidak lahir
b. Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta TFU 2 jari bawah
belum terlepas, maka tidak akan menimbulkan
pusat,kontraksi lunak
perdarahan.
Periksa Dalam: tampak
Sebagian plasenta yang sudah
perdarahan sedikit2 dan tali
terlepas, dapat menimbulkan
pusat dengan panjang 5 cm,
perdarahan yang cukup banyak
pembukaan 5 cm, porsio tebal
(perdarahan kala III)
lunak.
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, didapatkan beberapa tanda yang
mendukung diagnosis retensio plasenta yaitu tampak talipusat dengan panjang 5 cm dan
adanya perdarahan sedikit2 serta porsio masih membuka 5 cm.
Pemeriksaan Penunjang
Teori Kasus
- Darah Rutin
Hemoglobin : 8,3 g/dl
Leukosit : 20, 000 ribu
Hematokrit : 17%
d. Komplikasi
Teori Kasus
- Perdarahan - Pada pasien ini terdapat adanya
perdarahan pervaginam saat
masih di rumah
Pada pasien ini telah terjadi perdarahan di rumah kurang lebih 600 cc( 2 buah kain
sarung) yang mengakibatkan ibu Anemia dan penanganan segera adalah dengan transfusi
darah
e. Penatalaksanaan
Teori Kasus
- Retensio plasenta dengan perdarahan - Adanya perdarahan dari jalan
Bila traksi terkontrol gagal untuk lahir
melahirkan plasenta, lakukan manual
- Adanya pembukaan porsio 5
plasenta secara hati-hati dan halus
cm
(melahirkan plasenta yang melekat erat
secara paksa dapat menyebabkan
- Dilakukan tindakan manual
perdarahan atau perforasi) plasenta
- Keadaan umum ibu anemis
Penatalaksanaan pada kasus ini ialah dengan memperbaiki keadaan umum dan
melakukan melihat indikasi untuk melakukan manual plasenta,manual plasenta dilakukan dan
plasenta berhasil lahir lengkap,untuk penatalaksanaan komplikasinyanya adalah dengan
transfusi darah.
BAB V
KESIMPULAN
1. Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir.
2. Insiden perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16-
17%.
3. Etiologi retensio plasenta, yaitu: 1). Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena
kontraksi uterus kurang kuat atau plasenta melekat erat erat pada dinding uterus, 2).
Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
4. Diagnosis retensio plasenta apabila plasenta tidak lepas secara spontan setelah
setengah jam setelah bayi lahir dan pada pemeriksaan pervaginam plasenta menempel di
dalam uterus.
5. Diagnosis banding retensio plasenta adalah plasenta akreta.
6. Penanganan retensio plasenta yang terbaik adalah dengan manual plasenta.
7. Pencegahan dilakukan dengan manajemen aktif kala III.
DAFTAR PUSTAKA
.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2010: Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB.
Jakarta: EGC.
Maryuni, Anik & Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Pudiastuti, Ratna D. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin Patologi.Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rohani, Saswita R, Marisah. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika.
Riyanto,2015, Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di RSUD
Dr.H.Bob Bazar,SKM Kalianda.
Yeyeh, Ai & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Purwakarta:
Penerbit Buku Kesehatan.
Zau E & Endang. 2013. Hubungan Antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio
Plasenta. Akbid Griya Husada: Artikel Karya Tulis Ilmiah.